Anda di halaman 1dari 31

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“SISTEM AKUNTANSI”

KELOMPOK V
NAMA: -HENDERINA TAEMNANU (2023755590)
-INDRI LALI SUBNAFEU (2023755591)
-JELLA SINLAELOE (2023755592)
KELAS: 3A D3-AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI KUPANG


2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat serta anugerah dan berkat petunjuk-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu
Nonce F. Tuati,SE.,M.Si pada mata kuliah Akuntansi Sektor Publik. Kami berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................2


2.1 Definisi.....................................................................................2
2.2 Akuntansi Anggaran................................................................6
2.3 Akuntansi Dana ......................................................................7
2.4 Akuntansi Komitmen ..............................................................8
2.5 Akuntansi Akrual ....................................................................9
2.6 Penerapan Di Indonesia..........................................................16
2.7 Kontraversi Sistem Akuntansi.................................................25
BAB III PENUTUP .....................................................................................27
4.1 Kesimpulan .............................................................................27
4.2 Saran .......................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mencatat dan
melaporkan informasi keuangan yang disediakan bagi perusahaan atau suatu
organisasi bisnis. Untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan bagi
perusahaan maka perlu disusun sistem akuntansi. Dengan adanya penerapan
sistem akuntansi dalam perusahaan diharapkan semua aktifitas perusahaan dapat
berjalan dengan baik. Fungsi dan peran akuntansi dalam perusahaan dinilai
efektif apabila telah member kontribusi yang besar kepada pihak manajemen
didalamnya. Bagi pihak luar perusahaan peran dan fungsi akuntansi dalam
perusahaan juga tidak kalah penting, yaitu sebagai penghasil informasi dalam
bentuk laporan keuangan. Dari laporan pihak luar perusahaan dapat mengambil
keputusan yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah


Menjelaskan tentang sistem akuntansi

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tentang sistem akuntansi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Praktik akuntansi di Indonesia bukanlah hal yang baru bagi manajemen di
perusahaan swasta maupun organisasi sektor publik. Secara perundang-
undangan, praktik akuntansi telah diatur dalam UU Perusahaan Terbatas dan
Pasar Modal. Semua itu dilakukan dalam kerangka globalisasi, yang lebih diartikan
organisasi tanpa batas dan tanpa waktu. Ini berarti sistem akuntansi harus diubah
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan organisasi yang dilayani.
Sistem akuntansi merupakan jaringan praktik, dan, prosedur pencatatan dan
pelaporan yang terpadu di dalam suatu organisasi. Definisi sistem akuntansi
menurut Neuner (1972), sebagai berikut:
Sistem Akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang
dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan yang dibutuhkan oleh
manajemen guna menentukan dasar dan kebutuhan informasi.
Informasi akuntansi bagi manajemen harus meliputi:
1. Jumlah laba dalam periode ini dan yang lalu;
2. Aktiva, hutang, dan ekuitas bersih setiap saat;
3. Sejumlah lampiran tentang jumlah penjualan, berapa banyak konsumen
telah membayar, jumlah konsumen yang masih dimiliki, jumlah pembelian,
jumlah kreditor, dan persediaan yang masih ada;
4. Informasi yang dibutuhkan manajemen, seperti laporan pajak penghasilan
pemerintah pusat dan daerah, laporan pemotongan pajak, laporan
pendapatan karyawan, biaya distribusi, dan tarif pengolahan data publik.

Laporan keuangan berisi informasi yang dibutuhkan pemakai pelaporan


keuangan, seperti pemerintah, rakyat, pemegang saham, penanam modal dan
kreditur untuk pengambilan keputusan. Informasi tersebut ditujukan untuk
proses pertanggungjawaban kinerja manajemen. Dengan semakin kompleksnya
organisasi dan kebutuhan pemakai, format pelaporan keuangan perlu dipecahkan
dalam proses penyusunan sistem.

2.1.1 Fungsi Sistem Akuntansi


Fungsi sistem akuntansi, menurut Levingston (1975) dalam buku Modern
Accounting System, sebagai berikut:
 Organisasi dan manajemen
a. Mengembangkan, memelihara dan mengelola administrasi organisasi;
menilai kinerja dan pengendalian.
b. Menunjukan posisi dan kinerja pusat pertanggungjawaban
c. Meninjau ulang rekomendasi dan perubahan satuan pengendali
d. Menunjukkan tersedianya informasi untuk pengambilan kebijakan dan
aturanorganisasi.
e. Meninjau ulang dar. menilai kualifikasi unit kerja secara periodi.
f. Membantu pengembangan program peramalan, training, dan ad ninistrasi
Perencanaan dan Administrasi.
 Perencanaandan admisnistrasi.
a. Mengembangkan kebijakan dan prosedur perencanaan unit kerja.
b. Mengembangkan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang,
misalnyapenyusunan anggaran, analisis laba, dan proses internal audit.
c. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi.
d. Menetapkan tujuan unit kerja.
 Keuangan
a. Membantu meninjau ulang (review) keuangan organisasi.
b. Membantu perencanaan skedul pelaporan keuangan.
c. Membantu pembuatan kebijakan keuangan.
 Internal Audit
a. Membuat perencanaan program internal audit.
b. Meninjau ulang laporan internal audit.
 Analisis Keuangan dan Laporan
a. Meninjau ulang modal, dan keputusan investasi.
b. Menganalisis hasil pelaporan keuangan.
 Kebijakan dan Prosedur
a. Mengontrol kebijakan yang telah ditetapkan.
b. Mengevaluasi prosedur yang berjalan.
 Persediaan
a. Mengevaluasi metode persediaan.
b. Pengendalian kebijakan yang telah ada.
 Work Accounting
a. Mempermudah pelaksanaan kerja akuntansi
b. Meninjau ulang kinerja akuntansi
 Umum
a. Membantu komunikasi antar staf.
b. Mengidentifikasi problem organisasi.
c. Meninjau ulang pelaporan organisasi secara keseluruhan (annual report).

2.1.2 Prinsip Sistem Akuntansi Sektor Publik


Persyaratan akuntansi sektor publik telah ditentukan dalam A Manual for
Government Accounting dari United Nations Organization (PBB), sebagai berikut:
1. Sistem akuntansi dirancang untuk memenuhi persyaratan Undang-Undang
Dasar, undang-undang dan peraturan lainnya.
2. Sistem akuntansi selaras dengan klasifikasi anggaran. Fungsi penganggaran
dan akuntansi saling melengkapi terintegrasi.
3. Rekening dikaitkan dengan jelas pada obyek dan tujuan penerimaan -
pengeluaran,serta pejabat penanggungjawab penyimpangan yang terjadi.
4. Sistem akuntansi membantu proses pemeriksaan dan menyajikan informasi
yang akan diperiksa.
5. Sistem akuntansi selaras dengan pengawasan administratif dana,
kegiatan,manajemen program, pemeriksaan intern dan penilaian kinerja.
6. Rekening melambangkan kegiatan ekonomi termasuk pengukuran
pendapatan, identifikasi belanja serta penetapan hasil operasi (surplus atau
defisit) pemerintah dan program-programnya atau unit organisasinya.
7. Sistem akuntansi menghasilkan informasi keuangan untuk
pengembanganperencanaan program dan penilaian kinerja.
8. Rekening digunakan sebagai dasar analisis ekonomi dan reklasifikasi
transaksipemerintah.
2.2Akuntansi Anggaran
Sistem akuntansi anggaran adalah sistem akuntansi yang mencatat,
mengklasifikasi dan mengikhtisarkan transaksi berdasarkan anggaran pendapatan
ataupun belanja. Anggaran untuk governmental funds merupakan fixed budget
yaitu estimasi dengan jumlah yang tetap bagi pendapatan dan belanja. Anggaran
untuk proprietory funds merupakan flexible budget yaitu berubah sesuai
perubahan tingkat aktivitas.
Istilah 'akuntansi anggaran' mengacu pada praktek yang dijalankan oleh
beberapa pemerintah negara bagian di Amerika Serikat di tahun 1950an. Sistem
ini memasukkan jumlah yang dianggarkan dan jumlah aktual dalam catatan
ganda. Jumlah pemasukan yang dianggarkan dimasukan dalam pos kredit,
kemudian sebagai pengeluaran debit dimasukan sebagai pengimbang dari kredit
tadi. Keseimbangan rekening memperlihatkan jumlah anggaran yang masih belum
dibelanjakan.
Kendala utama perhitungan sistem akuntansi anggaran adalah kompleksitas
penerimaan dan pengeluaran yang dianggarkan. Untuk menyederhanakan
kerumitan ini maka dilakukan pembandingan yang sistematik dan berkelanjutan
antar angka aktual dan angka anggaran. Banyak laporan operasional organisasi
sektor publik yang tidak hanya menunjukkan penerimaan dan pengeluaran aktual,
tetapi juga perbandingannya dengan penerimaan dan pengeluaran yang
dianggarkan.
2.3 Akuntansi Dana
Sistem akuntansi dana adalah metode pelaporan yang mendefinisi unit
pelaporan sebagai dana dan organisasi sebagai polling dana. Menurut National
Council on Governmental ning (NCGA), dana diinterpretasi sel agai kesatuan fiskal
dengan perangkat rekening el balancing dalam pencatatan kas, sumber keuangan
lainnya, utang, residual equilities atau saldo dan perubahannya yang ditentukan
peraturan tertentu.
Dalam NCGA, sistem akuntansi pemerintah disusun menurut:
a. perjanjian dan peraturan pengungkapan pelaporan posisi keuangan dan
kinerja operasi berbagai ragam dana. Kelompok rekening umum setiap unit
kerja diatur menurut aturan yang ditetapkan bersama atau terpusat pada
lembaga yang lebih tinggi.
b. pengujian ketaatan terhadap peraturan keuangan yang berlaku dan
kontrak-kontrak perjanjian yang telah disepakati.
Secara specific NCGA, sistem akuntansi dana dapat diinterpretasi sebagai:
sistem akuntansi pemerintahan yang diorganisir dan dioperasionalkan berdasar
basis dana (fund basis)." Akuntansi dana, pada prinsipnya mencatat seluruh
transaksi keuangan, baik budget pendapatan dan pengeluaran, maupun
realisasinya, atau mencatat seluruh mutasi aktiva, kewajiban, dan ekuitas atau
saldo dana.
Mengenai basis perncatatan, akuntansi pemerintahan didasarkan atas basis
akrual dan akrual yang dimodifikasi:
 Dana Pemerintah
Pendapatan dan pengeluaran (revenues and expenditures) diakui
berdasarkan basis akrual dimodifikasi, artinya pendapatan diakui dalam
periode akuntansi pada saat perolehan. Sedangkan, pengeluaran diakui
dalam periode akuntansi pada saat timbulnya kewajiban.
 Dana Pemilikan
Pendapatan dan beban (revenues and expenses), diakui berdasarkan
basis akrual, artinya pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat
diperoleh. Sedangkan beban diakui pada saat terjadinya.
 Dana Fidusia
Pendapatan dan beban atau pengeluaran (revenues and expenses or
exependiture), diakui berdasarkan konsistensi basis pencatatan dengan
tujuan pengukuran akuntansi dana, artinya dana trust tidak ekspendabel
dan dana agensi didasarkan pada basis akrual dimodifikasi.
 Transfer Antar Dana
Transfer keuangan antar dana diakui dalam periode akuntansi, yaitu pada
saat timbulnya utang-piutang antar dana.

2.4 AKUNTANSI KOMITMEN


Sistem akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang dijadikan dasar
pengambilan keputusan (komitmen) manajemen organisasi. Sistem akuntansi
komitmen dipergunakan untuk pengendalian anggaran belanja organisasi.
Akibatnya, sistem akuntansi komitmen (Comitment Accounting) sering
diimplementasi sebagai sub sistem.
Fungsi utama sistem ini adalah pengendalian anggaran belanja. Oleh sebab
itu, fokusnya pada pesanan yang dikirimkan. Misalnya, pada saat pesanan
diterima, transaksi tidak akan dicatat sampai faktur dikirimkan. Dalam hal ini,
pengendalian anggaran tidak mempengaruhi transaksi penerimaan, tetapi hanya
pada transaksi pengeluaran.
Permasalahan manajemen anggaran yang dicairkan diatas angka yang
ditetapkan. dapat dijadikan sebagai permasalahan pengambilan keputusan.
Tingkat pengeluaran yang diatas normal akan membuat anggaran menjadi
underspent dan hal itu harus ditebus dengan pengurangan pada anggaran
periode berikutnya. Dalam akuntansi komitmen, manajemen dapat membuat
komitmen mengirimkan pesanan beberapa hari sebelum akhir tahun. Akuntansi
komitmen memberikan peluang bagi manajer untuk berkontribusi pada cadangan
umum diakhir tahun dan menjadikan kontribusi itu sebagai pembiayaan.

2.5 AKUNTANSI AKRUAL - SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS ADAPTASI


IPSAS
Sistem akrual merupa an sistem yang paling modest. Keberhasilan New
Zealand menerapkan akuntansi akrua telah menyebabkan berbagai perubahan
dmanajemen sektor publik. Salah satu usaha untujk menerapkan akuntansi akrual
di Indonesia adalah penerbitan Manual Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
(MAKUDA) 2001 (Bastian,2001). Manual tersebut merupakan hasil penelitian yang
disponsori oleh Partnerships for Governance Reform- UNDP, Ikatan Akuntan
Indonesia Kompartemen Akuntan Sektor Publik dan Pusat Pengembangan
Akuntansi FE UGM. Orientasi basis akrual telah dinyatakan secara tegas di bagian
tujuan manual sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman, agar terdapat suatu pedoman, penafsiran ataupanduan
yang jelas bagi aparat yang berkecimpung dalam keuangandaerah dalam
menerapkan SAK dan SAKP (Perpaduan IPSAS danPP 105) di praktik
keuangan sektor publik, sehingga pelaporan keuangan daerah dapat
diselenggarakan dengan baik.
2. Fungsi manajemen, agar fungsi manajemen keuangan daerah
dapatdiselenggarakan dengan baik, transparan dan lebih akuntabel.
3. Penyajian Laporan Keuangan, agar tahapan dalam penyajian laporan
keuangan dapat diselenggarakan dengan baik oleh pemerintah daerah.
4. Keseimbangan transparansi dan akuntabilitas, agar terdapat keseimbangan
antara transparansi dan akuntabilitas dalam pendistribusian kewenangan,
pembiayaan, dan penataan sistem pengelolaan keuangan yang lebih baik
dalam mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah secara optimal sesuai
dinamika dan tuntutan masyarakat yang berkembang.
5. Sebagai alat pengendalian/pengawasan dan pemeriksaan

2.5.1 Kerangka Pelaporan Keuangan Pemerintah


Dalam manual tersebut, ada dua titik kritis yang amat menentukan kualitas
produk pelaporan keuangan. Pertama, prinsip konsolidasian laporan keuangan.
Unit kerja/dinas yang ada di bawah Pemerintah diminta menyusun pelaporan
keuangan dinas / departemen / unit kerja, yang terdiri dari: Neraca Terbatas,
Laporan Surplus/(Defisit), dan Laporan Arus Kas. Kedua, laporan dinas atau unit
kerja setara akan dijadikan dasar pembuatan laporan keuangan konsolidasian
pemerintah. Ini berarti mekanisme kerja manajemen keuangan sudah tidak akan
terpusat di tingkat Pemerintah Daerah / Pusat dan memperkuat manajemen
keuangan unit kerja.
Dinas Daerah / Departemen adalah unit kerja Pemerintah Daerah / Pusat.
Unit kerja bisa merupakan pusat pendapatan, pusat biaya maupun pusat laba.
Dalam praktik penyusunan anggaran, unit kerja merupakan unit yang melakukan
rekapitulasi keinginan masyarakat, menyusun daftar skala prioritas dan menyaring
usulan yang ada. Setelah, RAPBD/N diterima, masing-masing unit kerja bisa
mengetahui anggaran untuk unit kerja tersebut. Ini berarti setiap unit kerja
merupakan Pengguna Anggaran.
Dalam pelaksanaan APBD/N, unit kerja melakukan program sesuai dengan
kesepakatan anggaran. Pegawai manajemen keuangan yang pertama tama
berhadapan transaksi keuangan adalah bendaharawan atau pemegang kas.
Bendaharawan atau pemegang kas, yang berada di unit kerja, biasanya
menghasilkan bukti transaksi dan, dalam praktiknya, langsung melapor ke
Pemerintah Daerah/ Pusat. Untuk mempraktikkan akuntansi akrual, dinas sebagai
unit kerja yang melakukan transaksi keuangan diwajibkan melaporkan transaksi,
sekaligus mempertanggungjawabkan. Wujud pelaporan/pertanggungjawabannya
adalah ringkasan transaksi atau laporan keuangan unit kerja.
Berikut ini merupakan gambar kerangka penerapan akuntansi akrual
dipemerintah Indonesia.

Hubungan Laporan Keuangan Antar Unit Kerja Pemerintah

LK Unit LK Unit LK Unit LK Unit LK Unit LK Unit


Kerja Kerja
Kerja Kerja Kerja Kerja

LK Unit LK Unit LK Unit LK Biro/Bag. LK BUMD


Kerja Kerja Kerja Keuangan (basis SAK)

LK KONSOLIDASI

LK KEPALA PEMERINTAH

Secara rinci tugas dan tanggungjawab unit kerja akan dibahas di bawah ini:
Dari Segi Pendapatan Daerah Dinas/ Satuan Kerja antara lain berkewajiban:
1. Melaksanakan dan bertanggung jawab at is pemungutan pajak.
2. Memberikan jasa umum untuk mendapa Retribusi.
3. Meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayan dan jasa produksi yang
dihasilkan oleh Satuan Unit Kerja yang bersangkutan.
4. Turut bertanggung jawab atas tugas-tugas Pemegang Kas Khusus Penerima
dalam Unit Kerja yang bersangkutan.
Dari Segi Belanja Daerah:
Unit Kerja melakukan pengeluaran sesuai dengan kegiatan belanja rutin
dan proyek-proyek pembangunan yang menjadi tanggung jawabnya. Pengeluaran
uang secara fisik dilakukan Pemegang Kas yang terkait. Pencatatan transaksi pada
Unit Kerja dalamhal ini Pemegang Kas haruslah dapat menyajikan data kegiatan
terutama penggunaan uang anggaran pada unit tersebut.
Adanya pembukuan ini, antara lain untuk mengetahui:
1. Jumlah dan keadaan/kualifikasi rekanan;
2. Perikatan atau kontrak dengan rekanan;
3. Jumlah dari kemajuan fisik masing-masing proyek;
4. Jumlah dan keadaan mutu/kualitas;
5. Jumlah dan nilai SKO dan SPMU yang diterima;
6. Jumlah-jumlah yang telah dibayarkan kepada rekanan dan sisa yang
masihharus dibayarkan;
7. Jumlah biaya pemeliharaan barang-barang inventaris milik pemerintah
perUnit/Satuan/Jenis.
8. Jumlah realisasiPenerimaan dan yang telah disetor ke Kas Negara / Daerah
sertayang masih tertunggak pada wajib pajak/wajib bayar.
9. Realisasi secara definitif masing-masing ayat dan pasal yang diurus oleh
Unit Kerja yang bersangkutan.
Kegunaan dari pencatatan dan pelaporan keuangan oleh unit kerja tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Membantu Pemegang Kas dalam pengajuan SPP;
2. Sebagai alat monitoring terhadap pelaksanaan tugas para Pemegang Kas
dalamlingkungan Dinas/Satuan Kerja yang bersangkutan;
3. Penyajian data yang menjadi bahan penyusunan DUKDA/DUPDA dan
AnggaranKas;
4. Penyajian data untuk mengajukan usul perubahan anggaran;
5. Sebagai bahan pembanding/percobaan dengan pencatatan pada buku
besarPenerimaan (Bendaharawan IV) dan Buku Besar Pengeluaran
(Bendaharawan V) yang sekaligus dapat membantu kelancaran penyusunan
perhitungan APBD/N.
6. Sebagai dasar untuk menyusun laporan keuangan Pemerintah yang
merupakan konsolidasi dari laporan keuangan unit kerja.

2.5.2 Laporan Keuangan Konsolidasi


Laporan keuangan konsolidasian (consolidated financial statement) adalah
laporan keuangan suatu entitas ekonomis disajikan seolah-olah seperti entitas
tunggal. Setelah setiap unit kerja pemerintah menyusun dan menyajikan laporan
keuangannya, maka pemerintah tersebut haruslah melakukan laporan keuangan
konsolidasi untuk mencerminkan kondisi dan kinerja keuangan pemerintah yang
sesungguhnya.
Laporan keuangan konsolidasian meliputi istilah "laporan keuangan" yang
tercantum dalam IPSAS Nomor 6 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi.
Lingkup Laporan Keuangan Konsolidasian
Suatu entitas pengendali (controlling entity) atau Pemerintah laporan
keuangan seharusnya mengkonsolidasi semua entitas kendalian Pemerintah yang
menerbitkan dalam bentuk satu kesatuan yang disajikan informasi keuangannya
ke dalam laporan keuangan konsolidasi.
Suatu entitas kendalian seharusnya dikeluarkan dari konsolidasi jika:
1. Pengendalian (control) tersebut diharapkan bersifat sementara karena
entitas kendalian didapatkan dan dimiliki dengan maksud untuk dijual atau
dilepaskan dalam waktu dekat (near future),
2. Entitas itu beroperasi dibawah batasan eksternal yang ketat yang
mencegah entitas pengendali (controlling entity) untuk berupaya
menghasilkan manfaat dari aktivitas entitas kendali.
Entitas kendalian tersebut seharusnya mempertanggungjawabkan
kegiatannya, misalnya jika Pemerintah akan melakukan investasi. Dalam
pengambilan keputusannya harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
(standar), misalnya: Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK 13, Akuntansi
Untuk Investasi memberikan pedoman dalam akuntansi untuk melakukan
investasi.

Prosedur Konsolidasi
Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi, laporan keuangan dari
entitas pengendali dan entitas kendaliannya dikombinasi dengan dasar line-by-
line dengan penambahan kepadanya pos-pos seperti aset, hutang, aset/ekuitas
bersih, pendapatan dan biaya. Agar laporan keuangan konsolidasian tersebut
menyajikan informasi keuangan entitas ekonomi sebagai entitas tunggal, maka
langkah-langkah berikut perlu diambil:
a. Jumlah tercatat investasi entitas pengendali pada setiap entitas kendalian
dan porsi entitas pengendali terhadap aset/ekuitas neto dari setiap entitas
kendalian, dieliminasi.
b. Partisipasi minoritas dalam surplus atau defisit neto dari konsolidasian
entitaskendalian untuk periode pelaporan yang diidentifikasi dan
disesuaikan terhadapsurplus atau defisit neto suatu entitas ekonomis agar
menghasilkan surplus ataudefisit neto yang teratribusi kepada para pemilik
entitas pengendali; dan
c. Partisipasi minoritas dalam aset/ekuitas neto suatu entitas kendalian
konsolidasian diidentifikasi dan disajikan dalam laporan posisi keuangan
konsolidasian secara terpisah dari kewajiban dan aset/ekuitas neto entitas
pengendali. Partisipasi minoritas dalam aset/ekuitas neto terdiri dari
jumlah pada tanggal penggabungan; dan saham minoritas dari perubahan
aset/ekuitas neto sejak tanggal penggabungan.
Jika laporan keuangan yang digunakan dalam konsolidasi disusun hingga
tanggal pelaporan yang berbeda, penyesuaian seharusya dibuat untuk mengatasi
pengaruh transaksi signifikan atau peristiwa lain yang terjadi antara tanggal
tersebut dan tanggal laporan keuangan entitas pengendali. Dalam setiap kasus
perbedaan antar tanggal pelaporan tidak boleh lebih dari tiga bulan.

Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi


Dipandang dari segi ekonomi, Pemerintah dan unit kerja adalah satu kesatuan
ekonomi. Sesuai dengan konsep kesatuan akuntansi, maka pemerintah wajib
menyusun laporan keuangan konsolidasi atau laporan keuangan gabungan
(Consolidatet Financial Statement) yang mencakup kedua etis tersebut. Laporan
keuangan konsolidasi dapat disusun dengan 2 sumber yang ada yaitu:
1. Neraca saldo pemerintah dan unit kerja.
2. Laporan keuangan pemerintah dan unit kerja baik menggunakan sumber
yang pertama maupun yang kedua hasilnya akan sama. Prosedur
penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah:
*Membuat jurnal eliminasi
* Membuat kertas kerja
*Membuat laporan keuangan konsolidasi

2.6 Penerapan Sistem Akuntansi Di Indonesia


2.6.1 Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah
Sistem akuntansi pemerintah saat ini telah dikembangkan dan
diimplementasi bertahap dengan dikeluarkannya Keputusan Mentri Keuangan RI
No. 476/KMK01/1991 tentang sistem akuntansi pemerintah.
Tahap pertama telah dilaksanakan mulai tahun anggaran 1991/1992 dan
selanjutnya dilaksanakan secara bertahap, dan direncanakan pada akhir tahun
anggaran 1999/2000 seluruh Departemen/Lembaga diseluruh propinsi dapat
dicakup. Sebelum sistem akuntansi pemerintah dilaksanakan dinyatakan tetap
berlaku.
Sejarah teori dan praktik akuntansi di Indonesia menunjukan bahwa
sebelum pendidikan akuntansi diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1950-an
pada masa itu hanya dikenal tata buku warisan Belanda yang disebut sistem
continental. Akibat perubahan hubungan politik dengan Belanda, banyak guru
besar berkebangsaan Belanda kembali ke Negerinya. Hal ini berakibat adanya
perubahan kurikulum pendidikan akuntansi dari sistem continental kesistem
Amerika (Anglo Saxix).
Perkembangan selanjutnya, ternyata akuntansi keuangan untuk sektor
swasta maju pesat sedangkan akuntansi disektor pemerintah masih mengikuti
konsep-konsep yang diterapkan sejak jaman Belanda. Meskipun ada perbaikan
dalam akuntansi pemerintah, penyempurnaan yang bersifat mendasar belum
pernah dilakukan, sedangkan sistem tersebut mempunyai kelemahan, yaitu:
1. Pada pemerintah, sebagian besar aktivitasnya dibiayai melalui anggaran
yang setiap tahun ditetapkan dengan undang-undang. Pencatatan
pelaksanaan anggaran tersebut terpisah-pisah dan tidak terpadu karna
berdasarkan sistem tata buku tunggal (Single entry).
2. Pengelompokan perkiraan yang digunakan pemerintah dirancang hanya
untuk memantau dan melaporkan realisasi penerimaan dan pengeluaran
anggaran saja.
3. Pada akuntansi aset tetap, kelemahannya selain tidak terintegrasi dengan
keuangannya juga dalam perencanaan maupun pelaksanaan anggaran tidak
dibedakan secara tegas antara belanja modal dan belanja operasional.
4. Penyusunan pertanggung jawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN
yang dituangkan dalam bentuk perhitungan anggaran Negara (PAN) semula
berdasarkan seumbangan perhitungan anggaran/SPA dari seluruh
Departemen/Lembaga.
5. Tidak ada standar dan prinsip akuntansi pemerintah untuk menjaga
kewajaran dan keseragaman perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan
pemerintah.
6. Khusus dalam pengelolaan keuangan Negara, semakin tahun jumlah APBN
yang harus dikelola semakin besar dan masalah yang harus ditangani
pemerintah semakin kompleks dan beragam, sedangkan dalam sistem
akuntansi pemerintah yang lama tersebut terdapat beberapa kelemahan.
Berdasarkan pertimbangan atas keadaan tersebut, maka dilakukan
pengembangan sistem akuntansi pemerintah pusat dengan tujuan utamanya
adalah untuk:
1. Merancang sistem akuntansi pemerintah yang baru.
2. Menyusun standard an prinsip akuntansi pemerintah.
3. Membentuk pusat akuntansi di dapartemen keuangan.
Dari tujuan utama diatas, penyusunan sistem akuntansi pemerintah pusat telaj
dilaksanakan dan sekarang telah diimplementasi secara bertahap. Penyusunan
standard an prinsip telah dilakukan seiring penyusunan sistem akuntansi dan
pembentukan pusat akuntansi juga telah terselenggara dengan diresmikan badan
akuntansi keuangan Negara (BAKUN) pada departemen keuangan RI berdasarkan
keputusan presiden No.35 Tahun1992, tertanggal 7 juli 1992.
Dalam perkembangannya usaha ini belum berhasil. Untuk mengembangkan
usaha yang telah ada, maka dikeluarkan keputusan keuangan RI, No.
292/KMK.012/2001 tentang tata cara pelaksanaan pembukuan dan pelaporan
keuangan pada Departemen/Lembaga. Peraturan tersebut baru akan
diimplementasi ditahun 2001 ini.
Ditingkat pemerintah daerah, pengembangan akuntansi dilakukan melalui
sistem akuntansi dan pengendalian anggaran (SAPA) sejak tahun 1986. Kegiatan
ini juga belum berhasil sampai saat ini. Oleh sebab itu, berbagai usaha baru telah
dilakukan dan kontrafersi tentang ketidak berhasilan program pemerintah akan
dibahas dalam bagian akhir bab ini.

2.6.2 Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)


Sistem akuntansi pemerintahan pusat (SAPP) saatv ini telah dikembangkan
dan diimplementasi bertahap dengan dikeluarkannya keputusan mentri keuangan
RI No.476/KMK.01/1991 tanggal 21 mei 1991 tentang sistem akuntansi
pemerintah.
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat adalah sistem akuntansi yang
mengolah semua transaksi keuangan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana
pemerintah pusat, yang menghasilkan informasi keuangan dan laporan keuangan
yang tepat waktu dengan mutu yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh
badan-badan di luar pemerintah pusat seperti DPR, maupun oleh lembaga tingkat
manajemen pada pemerintah pusat.
Struktur Dan Prosedur
a. Ruang Lingkup
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) diterapkan pada unit-unit
organisasi pemerintah pusat yang keuangannya dikelola langsung oleh
pemerintah pusat atauyang tercakup dalam APBN, yaitu:
 Lembaga Tertinggi Negara
 Lembaga Tinggi Negara.
 Departemen/Lembaga Non Departemen.
 Bagian Anggaran 16
Namun penerapan SAPP tidak mencakup unit-unit organisasi pemerintah,
seperti:
 Pemerintah Daerah.
 BUMN/BUMD.
 Bank Pemerintah.
 Lembaga Keuangan Milik Pemerintah.
b. Ciri-ciri SAPP
1. Sistem Terpadu
Dalam penyusunan sistem digunakan pendekatan bahwa
keseluruhanPemerintah Pusat merupakan kesatuan akuntani dan ekonomi
tunggal dengan Presiden sebagai pengelola utama serta DPR sebagai badan
yang bertugas menelaah dan mengevaluasi pelaksanaannya. Dengan dasar
kesatuan tunggal, maka sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
dikembangkan dengan yang terpadu, yang terdiri dari berbagai sub
sistemSubsistem subsistem ini masing-masing merupakan bagian yang
integral darisistem yangmenyeluruh.
2. Akuntansi Anggaran dan Akuntansi Dana
UU-APBN digunakan sebagai landasan operasional keuangan tahunan dari
Pemerintah Pusat dan dengan disahkannya UU-APBN, maka pelaksanaan
anggaran telah dapat dilaksanakan dan untuk itu diperlukan akuntansi yang
membukukan anggarannya. Akuntansi Dana yang dilaksanakan adalah Dana
Tunggal, yaitu "Dana Umum". Hal ini dilakukan karena mengacu pada UU
APBN sebagai landasan operasional. Dana Tunggal ini merupakan tempat
dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah dipertanggungjawabkan
sebagaikesatuan tunggal.
3. Sistem Tata Buku Berpasangan
Sistem Akuntansi Pemerintahan ini menggunakan sistem tata buku
berpasangan (double entry accounting) untuk mengatasi kelemahan tata
buku tunggal. Dengan tata buku berpasangan antara lain akan lebih mudah
menyusun laporan dan menemukan selisih pembukuan yang terjadi.
4. Basis kas untuk Pendapatan dan Belanja Negara
Penggunaan Basis kas ini sesuai dengan Undang-Undang Perbendaharaan
Indonesia dan Keppres Nomor 16 Tahun/1994 tentang pelaksanaan
AnggaranPendapatan dan Belanja Negara.
5. Standar dan Prinsip Akuntansi
Standar dan Prinsip Akuntansi adalah norma yang atau aturan alam praktek
yang dapat diterima oleh profesi, dunia usaha, dan Departemen/Lembaga
Pemerintah yang berkepentingan dengan laporan keuangan.
6. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi
Sistern dirancang secara berjenjang dan dimulai pada sumber data
didaerah/propinsi. Hal ini digunakan sebagai pedoman penyusunan unit-
unit akuntansi baik ditingkat wilayah maupun di tingkat pusat.
7. Perkiraan Standar yang Seragam
Dipergunakan agar dapat:
 Memastikan bahwa anggaran dan realisasinya menggunakan istilah
yang sama.
 Memudahkan pengawasan atas ketaatan dengan pagu yang
ditentukan dalam UU-APBN dan dalam dokumen allotment
(DIP/DIK/SKO).
 Memungkinkan perbandingan data laporan keuangan, baik dalam
satu laporan maupun antar laporan.
c. Prosedur-prosedur Umum SAPP
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari dua sistem utama
yangmempunyai hubungan data atau informasi akuntansi timbal balik, yaitu:
1. Sistem Akuntansi Pusat (SAP) yang diselenggarakan oleh Badan
AkuntansiKeuangan Negara Departemen Keuangan.Sub sistem pada
Sistem Akuntansi Pusat (SAP) terdiri dari tiga sistem, yaitu:
a. Sistem Akuntansi Umum.
b. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SA KUN).
c. . Sistem Akuntansi Bagian Anggaran 16 (SA BA 16).
Ketiga sistem didukung oleh sub sistem pembantu yang bersifat
operasional,yaitu:
a. Sistem Kantor Akuntansi Regional (KAR) di wilayah.
b. Sistem Kantor Akuntansi Regional Khusus (KAR-K) di Kantor Pusat
BAKUN
2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang diselenggarakan oleh
Departemen/Lembaga Sub sistem pada Sistem Akuntansi Instansi, terdiri
dari empat sub sistem, yaitu:
 Tingkat Departemen/Lembaga.
 Tingkat Eselon 1.
 Tingkatkantor/wilayah.
 Tingkat Proyek.

2.6.3 Sistem Akuntansi Anggaran Pemerintah Pusat


Sistem akuntansi anggaran yang diterapkan di Pemerintah pusat Indonesia
saat in adalah bagian dari Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). Sistem ini
dikembangkan dan dimplementasi berdasar Keputusan Menteri Keuangan RI No.
476/KMK.01/1991 gal 21 Mei 1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah.
Sebelum dijelaskan sistem akuntansi anggaran akan dijelaskan dahulu secara
singkat mengenai SAPP.
Definisi sistem akuntansi pemerintah pusat (SAPP) menurut Sugianto, dkk
(1995, hal 58) adalah sistem akuntansi yang mengolah semua transaksi keuangan,
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang menghasilkan
informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang
dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar pemerintah
pusat seperti DPR, maupun oleh berbagai tingkat manajemen pada pemerintah
pusat.
Penerapan SAPP adalah untuk unit-unit organisasi pemerintah pusat yang
Irungannya dikelola langsung oleh pemerintah pusat, seperti lembaga tertinggi
negara MPR), lembaga tinggi negara (DPR,DPA,MA), departemen/lembaga non
departemen Sedangkan SAPP tidak diterapkan untuk pemerintah daerah,
BUMN/BUMD, bank pemerintah, dan lembaga keuangan milik pemerintah.
 Adapun ciri-ciri SAPP (Sugianto, dkk, hal. 69) antara lain:
1. Sistem yang terpadu
2. Akuntansi anggaran dan akuntansi dana
3. Sistem tata buku berpasangan
4. Basis kas untuk pendapatan danbelanja
5. Standar dan prinsip akuntansi
6. Desentralisasi pelaksanaan akuntansi
7. Perkiraan standar yang seragam
Perkiraan (rekening) dan transaksi keuangan yang harus
dipertanggungjawabkandalam sistem akuntansi anggaran adalah :
1. Allotment dan estimasi pendapatan yang dialokasi
2. Realisasi belanja dan pendapatan
3. Aset lancar, investasi permaneh, aset tetap, dan aset lain-lain
4. Utang jangka pendek, utang jangka panjang luar negeri, dan dalam negeri
5. Ekuitas dana lancar dan ekuitas dana yang diinvestasi
Allotment atau otorinasi kredit anggaran adalah bagian dari persetujuan
legislatif membelanjai kegiatan-kegiatannya. Dalam dokumen allotment
ditetapkan berbagai jenis kegiatan serta jumlah anggaran maksimum yang
disediakan untuk kegiatan tersebut, seperti dokumen Daftar Isian Proyek (DIP),
dan Daftar Isian Kegiatan (DIK).
Estimasi pendapatan adalah estimasi jumlah dan jenis pendapatan yang
kemungkinan dapat diperoleh/dipungut selama periode anggaran dari sumber
pendapatan seperti ditetapkan dalam Undang-Undang APBN yang akan dialokasi
kepada instansi/lembaga untuk direalisasi. Pendapatan adalah penambahan kas
pemerintah pusat yang berasal dari berbagai sumber penerimaan yang telah
dianggarkan dalam APBN, seperti penerimaan pajak, penerimaan dari hasil
penjualan minyak dan gas bumi serta hasil tambang lainnya, penerimaan dari
investasi, penerimaan bantuan luar negeri, pinjaman dari dalam negeri, dan
hibah. Pendapatan diakui pada tahun dimana kas telah diterima oleh Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).
Belanja adalah penurunan (pengeluaran) kas pemerintah pusat untuk
pembayaranbarang dan jasa yang dibeli pemerintah, subsidi kepada masyarakat,
pembayaran transfer,pembayaran hutang, belanja modal, dan belanja lainnya
yang telah mendapat otorisasidalam APBN. Belanja diakui pada tahun anggaran
dimana pembayaran dilakukan, baikdalam bentuk kas maupun non kas.

2.7 Kontroversi Sistem Akuntansi


A. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Agar dapat menghasilkan laporan yang handal dan tepat waktu maka
pemrosesan dokumen sumber transaksi keuangan pemerintah dilaksanakan
secara sentralisasi di BAKUN (single data base). Karena pemrosesan dilaksanakan
dengan computer, maka diperlukan konsistensi dalam pemberian kode perkiraan
dan perlakuan akuntasinya.
Kendala-kendala yang dihadapi adalah:
 Tidak konsistensinya dalam pemberian kode-kode rekening dan
perlakuan skunta Standarisasi dan konsistensi sangat penting dalam
memelihara dan a kendala yang diladapi adalah: menggunakan satu
datavbase yang sentralisasi dan terpadu.
 Klasifikasi dan kodifikasi yang belum sesuai dengan sistem akuntansi,
misalnya pengeluaran rutin dan pembangunan, dimana dalam
pengeluaran rutin terdapat pengeluaran belanja modal dan dalam
belanja pembangunan terdapat pengeluaran rutin. Jadi tidak sama
dengan pengertian menurut klasifikasi murrat expenditur dan capital
expenditure. Untuk itu perlu diusulkan penerapan sistem Unified
Badgeting dan klasifikasi transaksi berdasarkan GPS.
 Perlu waktu dalam menyempurnakan sub-sub sistem yang
menghasilkan input data dalam sistem akuntansi pemerintah. Misalnya
allatment, sub sistem penyertaan pemerintah merintah kepada BUMN,
piutang piutang kepada BUMN/Pemerintah Daerah,sub sistem Aset
Tetap dan sebagainya.
 Masalah langkanya kemampuan sumber daya manusia yang menguasai
akuntansi dan komputet.
 Beberapa instansi masih belum selam dengan adanya sistem akuntansi
pemerintah, karena selama ini tidak pernah dilibatkan dalam
penyusunan pertanggungjawaban keuangan. Sebagian para pejabat
pemerintah masih tidak berubah.
B. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
 Sistem Akuntansi dan Pengendalaian Anggaran (SAPA) yang disusun oleh
rezim lama untuk pemerintah daerah, tidak applicable
 Peraturan Pemerintah yang memuat ketentuan-ketentuan yang
mendukungkebijaksanaan fiskal, baru terbit tanggal 15 Nopember 2000,
sehingga tidak cukup waktu untuk melaksanakan sosialisasi yang efektif
kepada Pemerintah Daerah untuk dapat dilaksanakan dalam tahun
anggaran 2001.
 Masalah kemampuan sumber daya manusia khususnya di bidang
pengelolaan danpertanggungjawaban keuangan daerah yang tidak
memadai. Dalam waktu singkat diperlukan perubahan lingkungan dan
pola pikir dari kondisi yang bersifat sentralistik menjadi desentralisasi
yang otonom.
 Dalam rangka pemberdayaan legislatif dan menikmati egania kebebasan
otonomi daerah, terjadi implikasi-implikasi negatif dalam rangka check
and balancer antara eksekutif dan legislatif yang berakibat diabaikannya
masalah-masalah akuntansi dan pertanggungjawabannya
 Masalah-masalah kebijaksanaan fiskal ditangani oleh Menteri Dalam
Negeri danOtonomi Daerah. Dalam hal ini akan menjadi hambatan dalam
upayamenyajikan laporan gabungan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem akuntansi adalah suatu metode dan prosedur untuk mencatat dan
melaporkan informasi dan kondisi keuangan yang dibutuhkan untuk disediakan
bagi manajemen perusahaan atau organisasi bisnis. Maka dari itu, sistem
akuntansi saat penting diterapkan di setiap perusahaan besar atau sebagainya.

3.2 Saran
Saran dari kelompok kami adalah lebih baik setiap perusahaan-
perusahaan besar maupun menengah lebih meneliti cara kerja sistem akuntansi
pada setiap perusahaannya, agar tidak terjadi kesalahan dalam pengeluaran atau
pemasukan uang kas.

Anda mungkin juga menyukai