Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN SISTEM


DESENTRALISASI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS AKUNTANSI LANJUTAN 1.

DOSEN PENGAMPU : MEKO NANDA TEJAKESUMA, S.E., M.AK

DISUSUN OLEH :
Iqbal Jabbaar Setiawan (1613120006)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS INSAN CENDEKIA MANDIRI

2022
Kata Penghantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

Kata Penghantar .............................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................................................. 4
BAB II................................................................................................................................................................ 5
2.1 Pengertian Akuntansi ........................................................................................................................... 5
2.2 Pengertian Kantor Cabang ................................................................................................................... 5
2.3 Sistem Akuntansi Kantor Cabang........................................................................................................ 5
2.4 Hubungan Kantor Pusat dan Kantor Cabang....................................................................................... 6
2.5 Sistem Operasi untuk Operasi Kantor Cabang .................................................................................... 6
2.6 Pengertian Sistem Desentralisasi ......................................................................................................... 7
2.7 Laporan Keuangan Gabungan (Konsolidasi) untuk Kantor Pusat dan KantorCabang ...................... 9
BAB III ............................................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan otonomi daerah,
dimana tugas dan wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat diserahkan kepada pemerintah daerah. Tugas tersebut
dilaksanakan pemerintah daerah dengan tetap berpedoman pada perundang -undangan
yaitu Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang
Undang No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Daerah
dan Pusat sebagai perubahan dari Undang Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang Undang
No. 25 Tahun 1999.
Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan otonomi, daerah dituntut untuk lebih inovatif
dan kreatif dalam merumuskan kebijakan pemerintah dan pengelolaannya khususnya di
bidang keuangan. Atas dasar pemikiran tersebut, satuan kerja pengelola pendapatan daerah
harus mampu mengoptimalkan partisipasinya dalam meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan pembiayaan lainnya untuk kelangsungan pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan (Rahmayati, 2016).
Dalam mengelola pemerintahannya, daerah memerlukan penilaian untuk melihat
apakah pengelolaan keuangan sudah dilakukan secara efisien dan efektif dengan cara
menilai kinerja pengelolaan keuangan daerah. Penilaian kinerja tersebut dilakukan dengan
analisis rasio keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
telah ditetapkan dan dilaksanakannya. Penggunaan analisis rasio laporan keuangan sebagai
alat analisis keuangan secara luas telah ditetapkan pada lembaga organisasi yang bersifat
komersial. Adapun manfaat dari analisis rasio laporan keuangan pemerintah daerah adalah
dapat diketahui bagaimana kinerja pemerintah daerah yang bersangkutan dan juga dapat
dipergunakan sebagai acuan agar dapat lebih meningkatkan kinerja dan juga pendapatan
daerahnya pada periode-periode selanjutnya (Kurniati, 2012 dalam Rahmawati dan Putra,
2016). Anggaran sebagai instrumen kebijakan pemerintah harus dapat menunjukkan
kinerja yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penerapan sistem akuntanis dalam mengendalikan kegiatan oprasinal
perusahaan ?
2. Apa yang dimaksud dengan sistem akuntansi yang diterapkan dalam kantor wilayah ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem akuntansi untuk membantu
manajemen dalam mengawasi dan mengendlaikan kegiatan oprasional dalam
perusahaan
2. Untuk mngetahui data dan informasi tentangsistem akuntansi yang diterapkan
persusahaan dari kantor cabang kekantor wilayah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akuntansi


Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktifitas bisnis, mengolah data
menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan.
Akuntansi adalah “Bahasa Bisnis” karena dengan akuntansi sebagian besar informasi
bisnis dikomunikasikan. Semakin baik Anda menguasai bahasa bisnis, akan semakin baik
dalam mengelola perusahaan.
Al. Haryono Jusup (2011: 4) “Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur,
dan melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan pengambilan
keputusan yang tetap bagi pemakai informasi tersebut.”
Lili M. Sadeli (2011: 2) “Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah
menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan
usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi
dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan.”
Zaki Baridwan (2004: 1) 2. Proses Utama Akuntansi Setelah tahap penyiapan transaksi
diselesaikan maka transaksi yang merupakan input di akuntansi siap untuk diproses.
Pemrosesan utama akuntansi pada dasarnya adalah berupa pencatatan (Enteries). Terdapat
2 (dua) fungsi utama ditahap pencatatan transaksi, yaitu:
a) Penjurnalan: transaksi diringkas dengan cara yang sistematis dimedia yang disebut
buku jurnal.
b) Pemindah-bukuan: hasil penjualan dipindah-bukukan dan diklasifikasi dari buku
jurnal ke buku besar yang berisi kumpulan akun. Soni Warsono Bin Hardono dkk
(2013: 65)
2.2 Pengertian Kantor Cabang
Pengertian Kantor Cabang Kantor cabang adalah suatu bentuk organisasi yang menjual
barangbarang dari persediaan yang dibentuknya (baik dikirim kantor pusat maupun dibeli
sendiri) dan diberi wewenang untuk melaksanakan transaksi-transaksi dengan pihak ketiga,
sehingga berfungsi sebagai unit usaha yang berdiri sendiri.
Struktur organisasi dan kegiatan tidak terlepas dari kantor pusat. Sehingga kantor
cabang bertanggung jawab penuh atas segala aktivitasnya kemanajemen kantor pusat.
Kegiatan kantor pusat tidak terbatas pada usaha untuk memperoleh pesanan saja tetapi
juga usaha untuk memenuhi pesanan yang dapat diambil dari persediaan sendiri maupun
persediaan kantor pusat.
Investasi kantor pusat ke cabang tidak hanya sebatas modal kerja saja tetapi semua
fasilitas yang dibutuhkan dalam mendirikan kantor cabang dan permulaan operasi kantor
cabang. Hadori Yunus dan Harnanto (2010: 164 - 165).
2.3 Sistem Akuntansi Kantor Cabang
Akuntansi kantor cabang membagi sistem akuntansi perusahaan secara terpisah anatara
kantor pusat dan kantor cabang. Kantor pusat terdiri unit akuntansi pusat untuk perusahaan,
sedangkan kantor cabang terdiri dari tambahan sistem akuntansi untuk mencatat kegiatan
setiap cabang. Sistem kantor pusat dan kantor cabang yang terpisah digunakan untuk tujuan
akuntansi dan pelaporan internal, tetapi laporan keuangan kantor pusat dan cabang yang
terpisah harus disatukan untuk memenuhi kebutuhan akan pelaporan keuangan eksternal.
Floyd A dan Amir Abadi Jusuf (2000: 437)
Proses penggabungan laporan keuangan kantor pusat dan cabang sama dengan proses
penggabungan laporan keuangan perusahaan induk dengan laporan keuangan perusahaan
anak. Akun-akun resiprokal (saling berbalasan) dieliminasi, akun-akun nonresiprokal
digabungkan. Laba yang belum direalisasi hasil transfer internal antara kantor pusat dengan
cabang tentu saja harus dieliminasi. Floyd A Beams dan Amir Abadi Jusuf (2000: 438)
2.4 Hubungan Kantor Pusat dan Kantor Cabang
Meskipun cabang berusaha dan bekerja sebagai unit (usaha) yang berdiri sendiri, tetapi
tetap dikontrol oleh kantor pusat. Tingkat kebebasan berdiri sendiri yang diberikan kepada
suatu cabang ditetapkan oleh kantor pusat.

Kebijaksanaan umum dan standar pelaksanaan yang biasa berlaku bagi dunia usaha,
juga dilaksanakan terhadap cabang-cabang yang dibentuk oleh kantor pusat. Garis besar
bekerjanya suatu cabang adalah sebagai berikut:6
1. Cabang diberi modal kerja, baik berupa uang kas, barang-barang dagangan
maupun aktiva lainnya oleh kantor pusat.
2. Cabang dapat membeli barang dagangan dari pihak ketiga untuk memenuhi
kebutuhan permintaan barang-barang lokal yang tidak dapat dipenuhi oleh
kantor pusat atau apabila pembelian itu dapat dipertanggungjawabkan secara
ekonomis.
3. Cabang melakukan aktivitas penjualan; mulai dari usaha-usaha untuk mendapat
pembeli; mengirimkan barang atau menyerahkan jasa-jasa kepada langganan,
membuat faktur penjualan, menagih (mengumpulkan) piutang dan menyimpan
uang didalam rekening banknya sendiri. Hadori Yunus dan Harnanto (2010:
169 - 170)
2.5 Sistem Operasi untuk Operasi Kantor Cabang
Pengumpulan dan pengolahan data akuntansi terhadap transaksi-transaksi yang terjadi
dikantor cabang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sistem akuntansi terhadap aktivitas
kantor cabang pada dasarnya dapat dilaksanakan menurut sistem Sentralisasi,
Desentralisasi atau kombinasi diantara keduanya.
Pengertian Sistem Sentralisasi Sistem Sentralisasi adalah pembukuan terhadap
transaksitransaksi yang terjadi dikantor cabang diselenggarakan sepenuhnya oleh kantor
pusat. Pada cara ini kantor cabang cukup mengumpulkan dokumen-dokumen dasar, seperti
faktur penjualan, catatan waktu kerja, bukti-bukti pengeluaran kas, dan bukti-bukti lainnya
yang mendukung terjadinya transaksi. Hadori Yunus dan Harnanto (2010: 170) Sistem
Sentralisasi ini cocok dipakai apabila:
a) Kantor cabang dekat dengan kantor pusat
b) Kegiatan kantor cabang masih terbatas
Tabel 1
Jurnal untuk Mencatat Transaksi Sistem Sentralisasi

a) Untuk mencatat pembukaan kantor cabang:


Kas – kantor cabang xxx
Kas xxx
b) Untuk mencatat pembelian aktiva tetap oleh kantor cabang:
Aktiva tetap – kantor cabang xxx
Kas – kantor cabang xxx
c) Untuk mencatat pembelian:
(1) Pembelian kantor pusat:
Persediaan xxx
Utang dagang xxx

(2) Pembelian kantor cabang:


Persediaan – kantor cabang xxx
Utang dagang xxx
d) Untuk mencatat pengiriman barang dagang ke kantor cabang:
Persediaan – kantor cabang xxx
Persediaan xxx
e) Untuk mencatat penjualan barang dagang dan harga pokok penjualan
(HPP):
(1) Penjualan dan harga pokok penjualan (HPP) kantor pusat:
Piutang dagang xxx
Penjualan xxx
HPP xxx
Persediaan xxx
(2) Penjualan dan HPP kantor cabang:
Piutang xxx
Penjualan xxx
HPP xxx
Persediaan xxx
f) Untuk mencatat penagihan piutang:
(1) Piutang dagang kantor pusat:
Kas xxx
Piutang dagang xxx
(2) Piutang dagang kantor cabang:
Kas xxx
Piutang dagang xxx

2.6 Pengertian Sistem Desentralisasi


Sistem Desentralisasi adalah setiap cabang menyelenggarakan pembukuan atas
transaksi-transaksi yang terjadi pada cabang yang bersangkutan secara lengkap. Tiap-tiap
cabang menyelenggarakan buku-buku jurnal, buku besar dan buku pembantu apabila
dianggap perlu. Hal yang penting mengenai akuntansi dan pencatatan sistem desentralisasi
terhadap transaksi yang menghubungkan antara pusat dengan cabang adalah Rekening
Koran Timbal Balik (R/K). Sehingga pencatatan setiap transaksi dalam jurnalnya juga
sedikit berbeda dengan jurnal biasa. Transaksi keuangan kantor cabang didalam sistem
desentralisasi dikelompokkan menjadi 2 transaksi, yaitu:
a) Transaksi antara kantor cabang dengan kantor pusat. Transaksi ini akan
mempengaruhi hubungan kantor cabang dengan kantor pusat sehingga transaksi ini
akan dicatat oleh kantor cabang maupun kantor pusat.
b) Transaksi antara kantor cabang dengan pihak ketiga. Transaksi ini tidak
mempengaruhi hubungan kantor cabang dengan kantor pusat sehingga transaksi ini
tidak dicatat oleh kantor pusat. Hadori Yunus dan Harnanto (2010: 172 - 173)

Tabel 2
Jurnal untuk Mencatat Transaksi Sistem Desentralisasi

Transaksi Cabang Buku Kantor Cabang Buku Kantor Pusat

1) Diterima uang dari Kas R/K-Kantor Cabang


kantor pusat R/K-Kantor Pusat Kas
2) Diterima
barangbarang dari
kantor Pengiriman Barang- R/K-Kantor Cabang
pusat Barang dari kantor Pengiriman barang
pusat untuk kantor cabang

R/K-Kantor Pusat

3) Pembelian alat-alat
perlengkapan Alat-alat kantor
Kas
4) Penjualan oleh
kantor cabang Kas
Piutang Dagang
Penjualan
5) Penerimaan
pembayaran piutang Kas
dari langganan Piutang Dagang

6) Biaya-biaya yang
dibayar Gaji & Komisi
Sewa Kantor
Listrik & Air
Macam-macam biaya
Kas
7) Pengiriman uang ke
kantor pusat R/K-Kantor Pusat Kas
Kas R/K-Kantor Cabang
Sumber: (Hadori Yunus dan Harnanto, 2010: 177)

2.7 Laporan Keuangan Gabungan (Konsolidasi) untuk Kantor Pusat dan Kantor
Cabang

Kasmir (2013 : 7) “Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah


laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu.”
IAI (2012: 1) “Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan suatu
kelompok usaha yang disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal.”
Secara periodik baik kantor cabang maupun kantor pusat menyusun laporan keuangannya
(Neraca dan Perhitungan Rugi-Laba) secara individual.
Meskipun laporan keuangan individual itu dapat menunjukkan informasi-informasi
yang penting, baik untuk kantor cabang maupun kantor pusat, tetapi laporan-laporan itu
tidak dapat menggambarkan posisi keuangan dan hasil usaha kantor pusat dan cabangnya
sebagai satu kesatuan ekonomis. Hadori Yunus dan Harnanto (2010: 181)
Oleh karena laporan keuangan antara kantor pusat dan cabangnya, dimaksudkan untuk
memberikan gambaran tentang posisi keuangan danhasil usaha perusahaan sebagai satu
kesatuan ekonomis yang bulat, maka didalam penyusunannya harus memperhatikan hal-
hal berikut:

a) Didalam neraca hanya disajikan aktiva dan hak-hak yang ada padaperusahaan dan
hutang-hutang atau kewajiban perusahaan yang lain kepada pihak-pihak diluar
perusahaan. Sebagai satu kesatuan usahahak-hak yang dimiliki oleh dan kewajiban-
kewajiban yang ada diantara kantor pusat dengan cabangnya, atau hutang-piutang
diantara pusat dengan cabangnya harus ditiadakan.
b) Di dalam Laporan Perhitungan Rugi-Laba, harus dihindarkan adanya perhitungan
ganda terhadap suatu pendapatan dan biaya yang sama. Pengakuan terhadap
pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang timbul dari transaksi antara pusat
dengan cabang dan sebaliknya sebagai akibat sistem desentralisasi, harus
dibatalkan. Kenaikan dan penurunan kekayaan (Net Assets) total yang ditempatkan
dipusat dan cabang, harus dipakai sebagai kriteria terhadap pengakuan adanya
pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan sebagai
satu kesatuan usaha, untuk menghindarkan adanya perhitungan ganda terhadap
pendapatan dan biaya-biaya tersebut.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Dalam pelaporan keuangan dari kantor cabang kekantor wilayah / pusat PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) menerapkan sistem pencatatan akuntansi sentralisasi.
Laporan yang dihasilkan kantor cabang berupa laporan rekening perantara yangdibuat
dalam bentuk nota berdasarkan hasil proses kejadian dari sistem online BRINets.
Pelaporan keuangan darikantor cabang ke kantor pusat dikirim langsung melalui sistem
onlineBRINets.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan ada kedisiplinandari para karyawan
dalam melakukan pencatatan terhadap semua transaksi yang terjadi di cabang dapat
mengurangipermasalahan akuntansi di dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi,
dengan adanya perbaikandalam hal pencatatan transaksi di cabang dapat mempercepat
penyusunan laporan keuangan konsolidasi antara kantor pusat dan kantor cabang,
sehingga laporan keuangan yangdibuat lebih akurat dandapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

(Rahmayati,2016), (Hadori Yunus dan Harnanto, 2010: 185), (Hadori Yunus dan
Harnanto, 2010: 184), (Hadori Yunus dan Harnanto (2010: 182 - 183), (Hadori Yunus
dan Harnanto (2010: 181), ( Google, 2022), ( Sumber pengertian ekonomi desentralisasi
(Google), (Kasmir (2013 : 7), (.” IAI (2012: 1), (Hadori Yunus dan Harnanto, 2010:
177), (Al. Haryono Jusup (2011: 4) , (Soni Warsono Bin Hardono dkk (2013: 65

Anda mungkin juga menyukai