Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ISLAM DAN SYARIAT ISLAM

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu : Meko Nanda Tejakesuma, S.E., M.Ak.

Disusun oleh :

Cindi Yulia Prastica 8413121005

Intan Alifah Hanif 8413121017

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS INSAN CENDEKIA MANDIRI


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah “Islam dan Syariat Islam” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah
“Islam dan Syariat Islam” ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah “Islam dan
Syariat Islam” ini, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
membangun wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bandung, 17 Februari 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................ 2
BAB II .................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian dan Konsep Islam ................................................................................................. 3
2.2 Konsep Syariah Islam .............................................................................................................. 4
2.3 Tujuan Syariat Islam ................................................................................................................ 6
2.4 Fungsi Syariat Islam ..................................................................................................................... 6
2.5 Karakteristik Syariah Islam ..................................................................................................... 7
2.6 Dasar-dasar Ajaran Islam ........................................................................................................ 8
2.7 Hukum Islam ........................................................................................................................... 10
BAB III .............................................................................................................................................. 13
PENUTUP ......................................................................................................................................... 13
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................. 13
3.2 SARAN............................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini ekonomi syariah sedang membumi, artinya banyak negara yang mulai melirik
ekonomi syariah karena di anggap sebagai penyembuh dari penyakit yang terjadi dalam sistem
perekonomian saat ini. Banyak orang yang mengira bahwa ekonomi Islam adalah sesuatu yang
baru muncul beberapa dekade yang lalu sebagai solusi ekonomi dari ekonom sosialis yang
tidak popular dan ekonomi kapitalis yang sarat ketidakadilan. Padahal ekonomi Islam sudah
mulai berkembang berabad-abad sebelum aliran ekonomi klasik. Maka jadilah ekonomi Islam
datang sebagai jawaban untuk menyelesaikan krisis ekonomi dunia berkepanjangan yang
terjadi sampai hari ini.

Ekonomi Islam merupakan suatu ilmu dan praktek kegiatan ekonomi berdasarkan pada
ajaran Islam yakni ajaran yang sesuai dan tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunnah
Nabi (Hadits) dengan esensi tujuan ekonomi Islam yaitu mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat.

Syariat Islam selalu mengajarkan kemuliaan dan menganjurkannya kepada seluruh


umatnya. Bukan hanya mengajarkan dan menganjurkan kemuliaan, Islam juga melarang semua
umatnya dari segala bentuk kehinaan dan segala hal yang dapat menimbulkan kehinaan.
Ketentuan syariat ini berlaku dalam segala aspek kehidupan manusia, dimulai dari urusan
manusia paling besar, yaitu urusan akidah (ideologi) yang menjadi harga diri dan standar hidup,
hingga urusan paling kecil.

Allah SWT memberi manusia akal pikiran untuk memahami segala sesuatu dalam
hidup di dunia. Akal pikiran pulalah yang harus digunakan oleh manusia untuk memahami
hukum-hukum syariat dari Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Apa yang dihasilkan manusia itu bukan
syariat melainkan fiqh. Dalam fiqh muamalah dibagi menjadi beberapa sub bagian antara lain
sub bagiannya adalah jual beli. Agama Islam mendorong manusia untuk menjadikan transaksi
jual beli sebagai alat untuk memperoleh barang dan jasa.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Islam dan Konsep Islam ?
2. Bagaimana Konsep syariah Islam ?
3. Tujuan syariah Islam ?
4. Fungsi syariah Islam ?
5. Karakteristik syariah Islam ?
6. Apa dasar-dasar Ajaran Islam ?
7. Apa saja yang termasuk hukum islam ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep Islam
2. Untuk memahami konsep syariah islam
3. Untuk mengetahui Tujuan syariah islam
4. Untuk mengetahui Tujuan syariah islam
5. Untuk memahami dan mengetahui karakteristik syariah islam’
6. Untuk memahami dasar-dasar ajaran agama islam
7. Untuk mengetahui dan memahami hukum agama islam

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Konsep Islam
Islam merupakan agama samawi yang memiliki ajaran yang sangat sempurna. Semua
masalah diatur dalam Islam, sehingga tidak ada satu pun masalah yang tidak ada ketentuannya
dalam Islam. Kesempurnaan Islam ini ditunjang oleh ketiga sumber ajarannya, yakni al-Quran
dan Sunnah sebagai sumber ajaran pokoknya serta ijtihad sebagai sumber pelengkapnya.

Untuk memahami ajaran Islam secara keseluruhan memang dibutuhkan waktu yang
tidak sebentar. Tidak banyak umat Islam yang mengetahui ajaran Islam secara menyeluruh,
bahkan masih banyak umat Islam yang hanya menganut Islam secara formal saja dan sama
sekali tidak mengetahui ajaran Islam.

Untuk mendasari pemahaman Islam yang lebih luas, perlu dipahami dahulu dasar-dasar
Islam atau yang sering disebut kerangka dasar ajaran Islam. Dengan memahami kerangka dasar
ini, seseorang dapat memahami gambaran ajaran Islam secara keseluruhan.

Dari sisi bahasa, kata “Islam” berasal dari kata “aslama, yuslimu, Islaman” yang artinya
“tunduk dan patuh”. Jadi seorang yang tunduk dan patuh kepada kepala negara, secara bahasa,
bisa dikatakan “aslama li-rais ad-daulah”. Inilah makna generik atau bahasa dari kata Islam.

Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan tunduk kepadaNya dengan
taat dan berlepas diri dari perbuatan syirik dari pelakunya. Barang siapa yang berserah diri
kepada Allah saja, maka dia adalah seorang muslim. Dan barangsiapa yang berserah diri
kepada Allah dan yang lainnya, maka dia adalah seorang musyrik. Dan barangsiapa yang tidak
berserah diri kepada Allah, maka dia seorang kafir yang sombong.

Secara terminologi, makna Islam digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
sabda beliau: “Islam adalah bahwasannya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan
shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum Ramadan, dan menunaikan ibadah haji ke
Baitullah jika engkau berkemampuan melaksanakannya.” (HR Muslim).

Oleh karena itu, kata Islam artinya merupakan agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW, nabi terakhir. Menurut Islam, hidup dan kehidupan manusia di dunia adalah
bagian kecil dari perjalanan panjangnya menuju Allah. Kehidupan manusia, setelah diciptakan

3
oleh Allah, dimulai dari alam roh dan dilanjutkan di alam rahim ibu. Manusia, kemudian lahir
dan mulai hidup serta berkehidupan di alam dunia, sampai dia meninggal.

Jadi, Islam adalah sebuah pedoman hidup dan berkehidupan yang dikeluarkan langsung
oleh Allah swt sebagi pencipta, pemilik, pemelihara, dan penguasa tunggal alam semesta, agar
manusia tunduk, patuh, dan pasrah kepada ketentuanNya untuk meraih derajat kehidupan lebih
tinggi yaitu kedamaian, kesejahteraan, dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.

Berikut beberapa makna Islam, antara lain:

1. Islam adalah Ketundukan

2. Islam adalah Wahyu Allah

3. Islam adalah Agama Para Nabi dan Rasul

4. Islam adalah Hukum-hukum Allah di dalam Alquran dan Sunnah

5. Islam adalah Jalan Allah Yang Lurus

6. Islam Pembawa Keselamatan Dunia dan Akhirat

Dengan enam prinsip yang dijelaskan di atas kita dapat memahami kemuliaan dan
keagungan ajaran agama Allah ini. Nabi Muhammad saw bersabda, “Islam itu tinggi dan tidak
ada kerendahan di dalamnya.” Sebagai ajaran, Islam tidak terkalahkan oleh agama lain. Maka,
setiap muslim wajib meyakini kelebihan Islam dari agama lain atau ajaran hidup yang lain.
Allah sendiri memberi jaminan.

2.2 Konsep Syariah Islam


Secara etimologis, syariah berarti jalan ke sumber air atau jalan yang harus di ikuti,
yakni jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan. Orang-orang Arab menerapkan istilah ini
khususnya pada jalan setapak menuju palung air yang tetap dan diberi tanda yang jelas terlihat
mata. Adapun secara terminologis syariah berarti semua peraturan agama yang ditetapkan oleh
Allah untuk kaum Muslim baik yang ditetapkan dengan al-Quran maupun Sunnah Rasul.

Mahmud Syaltut mendefinisikan syariah sebagai aturan-aturan yang disyariatkan oleh


Allah atau disyariatkan pokok-pokoknya agar manusia itu sendiri menggunakannya dalam
berhubungan dengan Tuhannya, dengan saudaranya sesama Muslim, dengan saudaranya

4
sesama manusia, dan alam semesta, serta dengan kehidupan. Syaltut menambahkan bahwa
syariah merupakan cabang dari aqidah yang merupakan pokoknya. Keduanya mempunyai
hubungan yang sangat erat yang tidak dapat dipisahkan. Aqidah merupakan fondasi yang dapat
memben-tengi syariah, sementara syariah merupakan perwujudan dari fungsi kalbu dalam
beraqidah (Syaltut, 1966: 13).

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kajian syariah tertumpu pada masalah aturan
Allah dan Rasul-Nya atau masalah hukum. Aturan atau hukum ini mengatur manusia dalam
berhubungan dengan Tuhannya (hablun minallah) dan dalam berhubungan dengan sesamanya
(hablun minannas). Kedua hubungan manusia inilah yang merupakan ruang lingkup dari
syariah Islam. Hubungan yang pertama itu kemudian disebut dengan ibadah, dan hubungan
yang kedua disebut muamalah. Ibadah mengatur bagaimana manusia bisa berhubungan dengan
Allah.

Dalam arti yang khusus (ibadah mahdlah), ibadah terwujud dalam rukun Islam yang
lima, yaitu mengucapkan dua kalimah syahadah (persaksian), mendirikan shalat, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bagi yang mampu. Sedang muamalah bisa
dilakukan dalam berbagai bentuk aktivitas manusia dalam berhubungan dengan sesamanya.
Bentuk-bentuk hubungan itu bisa berupa hubungan perkawinan (munakahat), pembagian
warisan (mawaris), ekonomi (muamalah), pidana (jinayah), politik (khilafah), hubungan
internasional (siyar), dan peradilan (murafa’at). Dengan demikian, jelaslah bahwa kajian
syariah lebih tertumpu pada pengamalan konsep dasar Islam yang termuat dalam aqidah.
Pengamalan inilah yang dalam al-Quran disebut dengan al-a’mal alshalihah (amal-amal
shalih).

Untuk lebih memperdalam kajian syariah ini para ulama mengembangkan suatu
Kerangka Dasar Ajaran Islam ilmu yang kemudian dikenal dengan ilmu fikih atau fikih Islam.
Ilmu fikih ini mengkaji konsep-konsep syariah yang termuat dalam al-Quran dan Sunnah
dengan melalui ijtihad. Dengan ijtihad inilah syariah dikem-bangkan lebih rinci dan
disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat manusia.

Sebagaimana dalam kajian aqidah, kajian ilmu fikih ini juga menimbulkan berbagai
perbedaan yang kemudian dikenal dengan mazhab-mazhab fikih. Jika aqidah merupakan
konsep kajian terhadap iman, maka syariah merupakan konsep kajian terhadap Islam. Islam
yang dimaksud di sini adalah Islam sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis Nabi saw. yang
di riwayatkan oleh Umar Ibn Khaththab sebagaimana yang diungkap di atas.

5
2.3 Tujuan Syariat Islam
Maqashid syariah adalah tujuan-tujuan syariat dan rahasia-rahasia yang dimaksudkan
oleh Allah dalam setiap hukum dari keseluruhan hukum-Nya. Inti dari tujuan syariah adalah
merealisasikan kemaslahatan bagi manusia dan menghilangkan kemudharatan, sedangkan
mabadi' (pokok dasar) yakni memperhatikan nilai-nilai dasar Islam, seperti keadilan,
persamaan dan kemerdekaan.

Maqashid syariah atau mashlahat dhuriyyah merupakan sesuatu yang penting demi
terwujud kemaslahatan agama dan dunia. Apabila hal tersebut tidak terwujud maka akan
menimbulkan kerusakan bahkan hilangnya hidup dan kehidupan. Ahmad Al-Mursi Husain
Jauhar akan memaparkan secara utuh dan gamblang tentang gambaran konsep maqashid
syariah dan dijelaskan pula lima pokok kemaslahatan menurut peringkat dan tingkat
kepentingan dan kebutuhannya.

2.4 Fungsi Syariat Islam


Fungsi syari’ah adalah sebagai jalan atau jembatan untuk semua manusia dalam
berpijak dan berpedoman. Selain itu ia menjadi media berpola hidup di dunia agar sampai ke
kampung tujuan terakhir (akhirat) dan tidak sesat. Dengan kata lain agar manusia dapat
membawa dirinya di atas jalur syari’at sehingga pada gilirannya dia akan hidup teratur, tertib
dan tentram dalam menjalin hubungannya baik dengan Khalik (pencipta) yang disebut hablum
minallah, hubungan dengan sesama manusia yang disebut hablum minannas, serta hubungan
dengan alam lingkungan lainnya yang disebut hablum minal alam. Hubungan yang baik ini
akan mempunyai nilai ibadah, dan tentu dengan menjalankan ibadah yang baik berupa ibadah
langsung (mahdzah) ini akan membuahkan predikat baik dari Allah dan pada akhirnya akan
hasanah fi dunya dan hasanah fil akhirat sehingga dia selamat di dunia dan di akhirat itulah
yang menjadi tujuan semua manusia yang beriman.

Manusia dalam hidupnya terkait dengan fungsi syari’ah pada garis besarnya ada dua
macam yaitu: a. Manusia sebagai hamba di mana harus menghambakan dirinya di hadapan
Khaliq (Allah SWT). b. Manusia sebagai khalifah di muka bumi (mengurus dan mengatur
tatanan hidup dan kehidupan)

6
2.5 Karakteristik Syariah Islam

1. Berasal dari Allah

Meski hal ini suatu yang sangat jelas, tapi kerap dilupakan. Hamzah mengatakan syariat tidak
dibuat oleh orang dan bukan pula pengalaman orang. "Petunjuk, aturan, dan ajarannya berasal dari
Allah," kata Hamzah.

2. Komprehensif

Hamzah mengatakan syariat adalah pedoman komprehensif yang mempertimbangkan semua


aspek kehidupan manusia. Syariat memberikan kita bimbingan sejak hari kelahiran hingga hari
kematian. Bahkan, syariah juga memberikan pedoman terkait sebelum hari kelahiran maupun usai
hari kematian.

Syariat memberikan pedoman dimanapun kita berada. Entah itu di rumah, di masjid, ataupun di
tempat kerja. Syariat membimbing kita dalam menata hubungan dengan Allah maupun dengan
manusia lainnya. Baik itu dalam dimensi tindakan, ucapan, maupun perasaan.

"Jadi, ini adalah cara hidup yang komprehensif. Jika Anda membaca Alquran dan hadits Nabi,
Anda akan dapat melihat dengan jelas karakteristik ini," ujarnya.

3. Seimbang dan moderat

Syariat memberikan pedoman yang menyimbangkan antara tubuh dan jiwa, antara akal dan emosi,
antara kehidupan sekarang dan kehidupan akhirat. Syariat menyeimbangkan antara teori dan
kenyataan, antara berpikir dan bertindak, antara yang tak terlihat dan yang tampak. Syariat juga
mempromosikan kebebasan, namun memerintahkan tanggung jawab.

"Selain itu, syariat menempatkan fokus yang seimbang pada individu versus masyarakat. Syariat
mendorong manusia untuk mencapai keseimbangan antara menyalin dan mengikuti, serta
kreativitas dan inovasi. Ini benar-benar bimbingan yang seimbang," kata dia.

Rasulullah selalu mempromosikan pemahaman Islam yang moderat dan seimbang ini. Dia selalu
membawa teman-temannya kembali ke moderasi ini setiap kali dia melihat ketidakseimbangan
dalam tindakan atau pikiran mereka.

Salah satu contohnya ketika Rasul mengetahui ada tiga orang yang beribadah berlebihan dengan
cara berpuasa setiap hari, berdoa sepanjang malam, dan tidak menikah. Rasul mengomentari
tindakan mereka:

7
"Saya adalah orang yang paling takut dan paling bertakwa kepada Allah. Namun, saya berpuasa
tetapi juga membatalkan puasa saya; saya berdoa di malam hari dan tidur di malam hari dan
saya menikah. Barangsiapa yang berpaling dari Sunnahku (tradisi dan cara hidupku) bukan
milikku." (Al-Bukhari)

4. Membebaskan dari beban

Salah satu atribut penting dari syariat adalah ia datang untuk mempermudah dan menghilangkan
beban. Nabi digambarkan dalam Alquran sebagai orang yang:

"Menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang
menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi
mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka." (Al-
A'raf 7:157).

5. Sinergis

Syariat menciptakan sinergi antara orang-orang, di mana mereka saling membantu untuk
mempromosikan yang baik dan menghapus yang jahat. Syariat juga membangun sinergi antara
orang dan kepemimpinan mereka di semua tingkatan.

2.6 Dasar-dasar Ajaran Islam

• AQIDAH
Aqidah secara istilah yaitu iman. Ajaran islam tentang yang dipercayai oleh setaip
muslimnya,oleh karena itu aqidah merupakan sistem kepercayaan yang mengikat manusia
kepada islam.
• SYARI'AH
Syariah bisa dikatakan jalan menuju sumber air. Secara istilah syariah sebagai sistem atau
aturan yang bisa mengatur hubungan antara manusia kepada allah.

• AKHLAK
Akhlah secara bahasa yaitu Khuluk ( tingkah laku). Secara terminologi adalah tingkah laku
seseorang untuk mendorong suatu keinginan yang akan dilakukan. Akhlah bisa dibagi menjadi
dua yaitu :
-Akhlak Karimah
-Akhlak karimah adalah akhlak yang terpuji yang harus dimiliki setiap umat muslim.
-Aklak Mazmunah

8
-Akhlak Mazmunah adalah akhlak tercela yang harus dihindari di setiap umat manusia.
Beberapa manfaat Akhlak terpuji :
-Dicintai Nabi Muhammad Saw
-Berat timbangan saat hari kiamat

• AL-QUR'AN
Al-quran secara bahasa arab artinya bacaan yang dibaca berulang-ulang. Secara terminologi
al-quran sebagai wahyu yang diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Adapun
nama-nama al-quran:
-Al-Kitab ( sesuatu yang harus ditulis )
-Al-Kalam ( ucapan )
-Al- Qasas ( cerita-cerita)
-Al-Muthahharah ( menyempurnakan pokok-pokok ajara islam)
-Az- Zikra ( peringatan)

• HADIST
Hadist secara bahasa adalah percakapan, secara istilah yaitu suatu perkataa atau perbuatan dan
persetujuan dari Nabi Muhammad Saw. Hadist merupakan segala sesuatu yang menjadi
tumpuan umat islam. Hadist dibedakan menjadi 3 yaitu :
-Hadist Shaih
-Hadist yang bersambung dan tidak lemah hafalanya dan tidak cacat
-Hadist Hasan
-Hadist secara bahasa artinya baik sehingga keduanya dianggap bisa menjadi dasar hukum.
-Hadist Dhaif
-Hadist yang tidak memenuhi persayartan hadist shaih dan hadist hasan

• IJTIHAD
Ijtihad merupakan sebuah usaha yang bersungguh-sungguh yang dapat dilaksanakan oleh siapa
saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara. Secara etimologi
yaitu kemampuan untuk mengerjakan sesut

9
2.7 Hukum Islam
1.Wajib

Merupakan suatu perintah yang harus dikerjakan, di mana orang yang meninggalkannya akan
mendapat dosa.
Hukum wajib terbagi menjadi empat jenis berdasarkan bentuk kewajibannya, yakni kewajiban
waktu pelaksanaannya, kewajiban bagi orang melaksanakannya, kewajiban bagi ukuran atau
kadar pelaksanaannya, dan kandungan kewajiban perintahnya.

• Waktu pelaksanaannya :

-Wajib muthlaq, wajib yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya. Seperti, meng-qadha
puasa Ramadan yang tertinggal atau membayar kafarah sumpah.

-Wajib muaqqad, wajib yang pelaksanaannya ditentukan dalam waktu tertentu dan tidak sah
dilakukan di luar waktu yang ditentukan.

• Orang yang melaksanakannya :

-Wajib aini, kewajiban secara pribadi yang tidak mungkin dilakukan atau diwakilkan orang
lain. Misalnya, puasa dan salat. Wajib kafa'i atau kifayah, kewajiban bersifat kelompok apabila
tidak seorang pun melakukannya maka berdosa semuanya dan jika beberapa melakukannya
maka gugur kewajibannya. Contohnya, sholat jenazah.

• Ukuran atau kadar pelaksanaannya :

-Wajib muhaddad, kewajiban yang harus sesuai dengan kadar yang sesuai ketentuan,
contohnya zakat.
-Wajib ghairu muhaddad, kewajiban yang tidak ditentukan kadarnya, misalnya menafkahi
kerabat.

• Kewajiban perintahnya :

-Wajib mu'ayyan, kewajiban yang telah ditentukan dan tidak ada pilihan lain. Contohnya,
membayar zakat dan salat lima waktu.

-Wajib mukhayyar, kewajiban yang objeknya boleh dipilih antara beberapa alternatif.
Seperti, kafarat pelanggaran sumpah.

10
2. Sunah

Orang yang melaksanakan berhak mendapat ganjaran (pahala), namun tidak akan dosa bila
ditinggalkan. Pembagian hukum sunnah berdasarkan tuntutan untuk melakukannya di
antaranya,

Sunah muakkad adalah perbuatan yang selalu dilakukan oleh nabi, di samping ada keterangan
yang menunjukkan bahwa perbuatan itu bukanlah sesuatu yang fardhu. Contohnya, sholat
witir.
Sunah ghairu mu'akad adalah sunnah yang dilakukan oleh nabi, tetapi tidak tidak dilazimkan
untuk berbuat demikian. Contohnya, sunah 4 rakat sebelum dzuhur dan sebelum ashar.

3. Makruh

Makruh secara bahasa artinya mubghadh (yang dibenci). Jumhur ulama mendefinisikan
makruh sebagai larangan terhadap suatu perbuatan. Namun, larangan tidak bersifat pasti,
lantaran tidak ada dalil yang menunjukkan haramnya perbuatan tersebut.

Artinya, orang yang meninggalkan larangan tersebut akan mendapat ganjaran berupa pahala.
Sebaliknya, orang tersebut tidak akan mendapat apa-apa bila tidak meninggalkannya.

Para ulama membagi makruh ke dalam dua bagian, yakni:

-Makruh tahrim adalah sesuatu yang dilarang oleh syariat secara pasti. Contohnya larangan
memakai perhiasan emas bagi laki-laki.

-Makruh tanzih adalah sesuatu yang diajurkan oleh syariat untuk meninggalkannya, tetapi
larangan tidak bersifat pasti. Contohnya memakan daging kuda saat sangat butuh waktu perang.

4. Mubah

Hukum mubah memberikan pilihan bagi seseorang untuk mengerjakan atau meninggalkannya.
Bila dikerjakan, orang tersebut tidak dijanjikan ganjaran pahala. Tetapi, tidak pula dilarang
dalam mengerjakannya. Artinya jika sesuatu bersifat mubah, maka tidak ada pahala atau dosa
jika dilakukan. Ulama ushul fiqih membagi mubah dalam tiga jenis, di antaranya:

11
- Tidak mengandung mudharat (bahaya) apabila dilakukan atau tidak. Contohnya, makan,
minum, dan berpakaian

- Tidak ada mudharat bila dilakukan, sementara perbuatan itu pada dasarnya diharamkan.
Misalnya, makan daging babi saat keadaan darurat.

- Sesuatu yang pada dasarnya bersifat mudharat, tetapi Allah SWT memaafkan pelakunya.
Contoh, mengerjakan pekerjaan haram sebelum Islam.

5. Haram

Secara terminologi, haram adalah sesuatu yang dilarang Allah SWT dan rasulNya. Orang yang
melanggar mendapat dosa, sementara orang yang meninggalkannya dijanjikan pahala.
Menurut madzhab hanafi, hukum haram harus didasarkan dalil qathi yang tidak mengandung
keraguan sedikitpun. Sehingga kita tidak mempermudah dalam menetapkan hukum haram.
Ada beberapa jenis haram yang dikelompokkan oleh jumhur ulama, yaitu:

-Al Muharram li dzatihi, sesuatu yang diharamkan oleh syariat karena esensinya
mengandung kemadharatan bagi kehidupan manusia. Contoh makan bangkai, minum khamr,
berzina.

-Al Muharram li ghairihi, sesuatu yang dilarang bukan karena kandungannya, tetapi
karefaktor eksternal. Misalnya, jual beli barang secara riba.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hukum Islam berasal dari dua kata dasar, yaitu hukum dan islam. Hukum bisa diartikan
dengan peraturan dan undang-undang. Secara sederhana hukum dapat dipahami sebagai
peraturan-peraturan atau norma- norma yang mengatur tingkah lakumanusia dalam suatu
masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataanyang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yangdibuat dengan cara tertentu dan
ditegakkan oleh penguasa. Adapun kata yang kedua,yaitu “islam” adalah agama Allah yang
diamanatkan kepada Nabi Muhammad Saw.Untuk mengajarkan dasar- dasar dan syariatnya
dan juga mendakwahkannya kepadasemua manusia serta mengajak mereka untuk
memeluknya.

Kepatuhan terhadap hukum yang telah ditetapkan Allah adalah sebuahkeniscayaan dan
seluruh amal perbuatan manusia di dunia akandipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak
di hari akhirat. Amal perbuatanmanusia hanya dianggap benar jika amal tersebut adalah amal
yang dilaksanakansesuai dengan syariah berdasarkan perintah/hukum Allah.

Ruang lingkup hukum Islam sangat berbeda dengan hukum Barat yangmembagi hukum
menjadi hukum privat (hukum perdata) dan hukum publik.Sama halnya dengan hukum adat di
Indonesia, hukum Islam tidak membedakanhukum privat dan hukum publik. Pembagian
bidang-bidang kajian hukum Islam lebihdititikberatkan pada bentuk aktivitas manusia dalam
melakukan hubungan. Denganmelihat bentuk hubungan ini, dapat diketahui bahwa ruang
lingkup hukum Islamada dua, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan (hablun minallah) dan
hubunganmanusia dengan sesamanya (hablun minannas).

3.2 SARAN
Harapannya melalui penulisan makalah yang berjudul “Islam dan Syariah Islam” dapat
menjadi sumber referensi dan pemahaman baik dari pembaca maupun penulissendiri. Serta
agar kita bisa menerapkan sedikit demi sedikit pemahaman ini dalamkehidupan sehari-hari dan
menjadi pedoman dalam kegiatan ekonomi.

13
DAFTAR PUSTAKA
Website Dakwah.id. (2022). “Pengertian Syariat Islam yang Perlu Anda Pahami dengan Baik”,
dalam laman dakwah.id, Diakses dari https://www.dakwah.id/pengertian-syariat-islam/

Website Detik.com. (2022). “5 Hukum dalam Islam dan Contohnya, Muslim Harus Tahu!”, dalam
detik.com, Diakses dari https://www.detik.com/jabar/berita/d-6181547/5-hukum-dalam-
islam-dan-contohnya-muslim-harus-tahu

Febryan,A. (2022). “Lima Karakteristik Syariat Islam”, dalam laman islamdigest.republika.go.id,


Diakses dari https://islamdigest.republika.co.id/berita//r72pbu366/lima-karakteristik-
syariat-islam

Khaddafi, M. 2017. Akuntansi Syariah. Medan: MADENATERA

Khikmawati. 2017. “Maqashid Syariah”, dalam laman perpustakaan.mahkamahagung.go.id/,


Diakses dari
https://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/slims/pasumedang/index.php?p=show_detail&
id=41#:~:text=Inti%20dari%20tujuan%20syariah%20adalah,seperti%20keadilan%2C%20
persamaan%20dan%20kemerdekaan

Website Kumparan. (2021). “Pengertian Syariah lengkap dengan Fungsi dan kegunaannya”, dalam
laman kumparan.com, Diakses dari https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-
syariah-lengkap-dengan-fungsi-dan-kegunaannya-1wZVXLvdmgA/3

Syekh Ahmad Ali al-Jurjawi, Indahnya Syari’at Islam, (Jakarta : Gema Insani, 2006 ). Hal 45.

14

Anda mungkin juga menyukai