Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

“MAKNA ISLAM, DASAR-DASAR AJARAN ISLAM, HUKUM ISLAM,


KLASIFIKASI HUKUM ISLAM, SASARAN HUKUM ISLAM, DAN TUJUAN
SYARIAH”

DOSEN PENGAMPU :

Dr. WIRMIE EKA PUTRA, S.E., M.Si., CIQnR., CSRS.

DI SUSUN OLEH :

FATMAWATI

C1C020088

R-010 AKUNTANSI

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “MAKNA
ISLAM, DASAR-DASAR AJARAN ISLAM, HUKUM ISLAM, KLASIFIKASI
HUKUM ISLAM, SASARAN HUKUM ISLAM, DAN TUJUAN SYARIAH”. Penulis
telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik
mungkin dan sebenar benarnya. Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan
baik materi pembahasan maupun penganalisaan . Semua hal ini di karenakan
keterbatasan pengalaman dan juga kemampuan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya penulis sebagai mahasiswa. Dan
penulis juga mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak terutama yang bersifat
membangun guna terciptanya kesempurnaan dari makalah ini . Dan bila di dalamnya
ada kesalahan dan kekurangan mohon di maklumi dan dimaafkan. Akhir kata penulis
ucapkan terimakasih.

Jambi, Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

2.1 Makna Islam..............................................................................................3

2.2 Dasar-dasar Ajaran Islam.......................................................................4

2.3 Hukum Islam.............................................................................................7

2.4 Klasifikasi Hukum Islam.........................................................................7

2.5 Sasaran Hukum Islam..............................................................................9

2.6 Tujuan Syariah.........................................................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................14

3.1 Kesimpulan................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama satu-satunya yang diridhoi oleh Allah Swt, didalam ajaran
islam mengandung banyak sekali aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh, mulai
dari kita bangun tidur, sampai kita tidur lagi seakan-akan semuanya diatur didalam
islam, islam juga terkenal dengan hukumnya yang ketat, setiap perbuatan yang kita
lakukan yang disengaja maupun yang tidak disengaja, semua ada hukumnya, dan
tentunya hukum-hukum islam wajib diteladani bagi setiap muslim.

Islam merupakan agama yang tidak hanya mengajarkan dogma ketuhanan


melinkan juga hukum-hukum yang mengatur mengenai kehidupan manusia. Di
antara hukum tersebut adalah hukum tentang perkawinan, kewarisan, dan
perniagaan.

Para ulama telah merumuskan suatu kaidah dasar dalam syariat, yang disebut
dengan dua hukum asal, yakni hukum asal ibadat dan hukum asal muamalat.
Hukum asal ibadat menyatakan bahwa segala sesuatunya dilarang dikerjakan,
kecuali yang ada petunjuknya dalam Alquran atau Sunnah. Di lain pihak, hukum
asal muamalat menyatakan bahwa segala sesuatunya dibolehkan, kecuali ada
larangan dalam Alquran atau Sunnah. Jadi sebenarnya terdapat lapangan yang luas
sekali dalam bidang muamalah. Yang perlu dilakukan hanyalah mengidentifikasi
hal-hal yang dilarang (haram), kemudian menghindarinya. Selain yang haram-
haram tersebut, kita boleh melakukan apa saja, menambah, menciptakan,
mengembangkan, dan lain-lain, harus ada kreativitas dalam bidang muamalah.
Kreativitas inilah yang akan terusmenerus mengakomodasi perubahan-perubahan
dalam berbagai bidang yang terjadi di masyarakat (Karim 2004, 9). Jadi, bidang
politik, sosial, ekonomi, termasuk di dalamnya adalah instrumen-instrumen bidang
tersebut, seperti: manajemen, akuntansi, dan lainnya, merupakan bagian dalam
muamalah yang bersumber pada syariat Islam.

Syariah Islam memberikan perhatian besar terhadap masalah hisab. Hisab


adalah salah satu proses perhitungan amal selama hidup manusia di dunia oleh
Allah. Oleh karena itu, setiap manusia dalam hidupnya harus selalu dalam keadaan

1
amanah, jujur dan komitmen tinggi terhadap janji yang telah diucapkan kepada
Allah. Hal demikian ini merupakan bagian dari prilaku manusia yang Islami.
Sehubungan dengan ini, (Mahdi 1997) mengatakan bahwa: “Perilaku yang Islami,
adalah perilaku yang pelakunya, selalu merasakan adanya pengawasan oleh Allah
baik dalam keadaan tersembunyi maupun terlihat orang dan selalu melakukan
muhasabah (menghitung-hitung atau mengevaluasi) diri, terhadap kaum muslimin
maupun terhadap yang lain, merupakan jalan dakwah kepada Islam yang terbaik”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apa makna islam?


2. Bagaimana dasar-dasar ajaran islam?
3. Bagaimana hukum islam?
4. Apa saja klasifikasi hukum islam?
5. Apa saja sasaran hukum islam?
6. Bagaimana tujuan syariah?

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu makna islam


2. Untuk mengetahui bagaimana dasar-dasar ajaran islam
3. Untuk mengetahui bagaimana hukum islam
4. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi hukum islam
5. Untuk mengetahui apa saja sasaran hukum islam
6. Untuk mengetahui bagaimana tujuan syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna Islam

Ketidaktahuan dan kesalahpahaman tentang Islam, membuat banyak orang


berpendapat dan beranggapan bahwa Islam adalah sebatas agama transendental
yang hanya mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan. Bahkan, ada pendapat
yang Iebih memojokkan bahwa İslam adalah penghambat kemajuan peradaban.

Dari sisi bahasa, kata "Islam" berasal dari kata "aslama, yuslimu, islaman”
yang artinya "tunduk dan patuh". jadi, seorang yang tunduk dan patuh kepada
kepala negara, secara bahasa, bisa dikatâkan "aslama li-rais ad-daulah". inilah
makna generik atau makna bahasa dari kata Islam.

Akan tetapi, makna “Islam” itu sendiri, secara terminologi tidak bisa dikatakan
sekadar tunduk patuh saja. İstilah tersebut telah mcnjadi istilah khusus dalam
khazanah kosa kata dasar Islam (basic vocabuiary of Islanı). Secara terminologi,
makna Islam digambarkan oleh Nabi Muhammad saw. dalam sabda beliau:

“Islam adalah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan


selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, engkau
menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum Ramadan, dan
menunaikan ibadah haji ke Baitullah - jika engkau berkemampuan
melaksanakannya.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, kata Islam, artinya adalah agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw., nabi terakhir. Agama Islam berbeda dengan agama-agama lain
yang ada saat ini dan diyakini oleh umat Islam, sebagai kelanjutan dari agama para
nabi sebelum Nabi Muhammad saw., yang tidak lain adalah nabi terakhir. Inti dari
ajaran para nabi adalah “tauhid”, yaitu tindakan mengesakan Allah (tauhidullah)
disertai sikap pasrah, tunduk dan patuh kepada Allah, sebagai syarat mutlak bagi
seorang untuk disebut sebagai seorang mukmin. Tanpa sikap itu, maka ia masih
disebut kafir. Iblis misalnya, meskipun ia mengakui Allah sebagai satu-satunya

3
Tuhan, tetapi karena ia membangkang, maka dalam Alquran, iblis disebut sebagai
“kafir”, (QS. Al-Baqarah: 34),

Secara terminologi, Islam adalah nama dan satu institusi agama, maka tidak
bisa dikatakan bahwa setiap orang yang tunduk kepada Tuhan - apa pun agamanya,
dan apa pun Tuhannya - dapat dikatakan sebagai muslim. Istilah “muslim” atau
pemeluk agama Islam, haruslah orang yang telah bersyahadat sccara Islam yaitu,
mengakııi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad saw, adalah utusan
Allah. Jadi, muslim atau peıneluk agama Islam, wajib mengakui Muhammad
sebagai utusan Allah Swt. Jika tidak, maka dalam istilah Islam, ia disebut sebagai
“kafir”, yaitu orang yang ingkar kepada kebenaran Islam, karena menolak untuk
mengakui Muhammad saw, sebagai nabi (utusan Allah).

Menurut Islam, hidup dan kehidupan manusia di dunia adalah bagian kecil dari
perjalanan panjangnya menuju Allah. Kehidupan manusia, sctelah diciptakan oleh
Allah, dimulai dari alam roh dan dilanjutkan di alam rahim ibu. Manusia, kemudian
lahir dan mulai hidup serta berkehidupan di alam dunia, sampai dia meninggal.

Jadi, Islam adalah sebuah pcedoman hidup dan berkehidupan yang dikeluarkan
langsung Oleh Allah Swt. sebagai pencipta, pemilik, pemelihara, dan penguasa
tunggal alam semesta, agar manusia tunduk, patuh, dan pasrah kepada ketentuan-
Nya untuk meraih derajat kehidupan lebih tinggi yaitu kedamaian, kesejahteraan,
dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.

2.2 Dasar-Dasar Ajaran Islam

Islam sebagai pedoman hidup dan berkehidupan, yang dikeluarkan langsung


Oleh pemegang otoritas tunggal, Allah Swt., mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu akidah,
syariah, dan akhlak Yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang Iainnya.

a. Akidah
Kedudukan akidah dalam ajaran Islam sangat penting, Islam tidak
dapat ditegakkan tanpa akidah, Kata akidah berasal dari bahasa Arab
“aqad”, yang berarti ikatan. Menurut ahli bahasa, akidah adalah perjanjian
yang teguh dan kuat terpatri dalam hati dan tertanam di dalam lubuk hati
yang paling dalam. Jadi, akidah ini bagaikan ikatan perjanjian yang kokoh
dan tertanam jauh di dalam lubuk hati sanubari manusia.

4
Perbedaan antara Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. dengan
risalah Rasul sebelum beliau adalah bahwa risalah yang dibawa Oleh para
Rasul terdahulu bersifat lokal dan hanya untuk kaumnya saja, sedangkan
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. berlaku untuk semua
manusia (rahmatan lil 'alamiin). Islam bukanlah agama yang diturunkan
untuk orang Arab saja. Akidah dan syariat Islam sudah diatur oleh Allah
untuk bisa diterapkan bagi semua manusia, bukan hanya untuk satu bangsa
atau budaya tertentu saja.
b. Syariah
Kosa kata syariah dalam bahasa Arab memiliki arti jalan yang
ditempuh atau garis yang seharusnya dilalui. Dari Sisi terminologi, syariah
bermakna pokok-pokok aturan hukum yang digariskan oleh Allah Swt,
untuk dipatuhi dan dilalui oleh seorang muslim dalam menjalani segala
aktivitas hidupnya (ibadah) di dunia. Semua aktivitas kehidupan seperti
bekerja, memasak, makan, belajar, sholat, dan lain sebagainya adalah
merupakan ibadah sepanjang diniatkan untuk mencari rida Allah.
Ketentuan syariah bersifat komprehensif dan universal, Komprehensif,
berarti mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dengan Allah Swt. Di
dalamnya meliputi ibadah mahdhah dan ibadah muamalah. Ibadah mahdhah
mengatur mengenai hubungan antara manusia dengan Allah Swt. seperti
salat, puasa, haji, dan lainnya. Sedangkan ibadah muamalah mengatur
mengenai hubungan antara sesama manusia serta antara manusia dengan
makhluk atau ciptaan Allah Swt. lainnya, termasuk alam semesta. Hukum
asal ibadah mahdhah adalah bahwa segala sesuatu dilarang untuk
dikerjakan, kecuali dibolehkan dalam Alquran atau dicontohkan Nabi
Muhammad saw. melalui sunah. Sebaliknya, hukum asal ibadah muamalah
adalah bahwa segala sesuatu dibolehkan untuk dikerjakan, kecuali ada
larangan dalam Alquran atau sunah.
Dengan demikian, dapat disampaikan bahwa cakupan aturan syariah
dalam kehidupan begitu luas, termasuk di dalamnya mengenai hukum
ekonomi. Oleh karenanya, akuntansi syariah merupakan salah satu bentuk
pengamalan dari aturan syariah. Selain itu, akuntansi syariah juga berfungsi
untuk menguatkan pelaksanaan ekonomi Islam/transaksi yang sesuai dengan

5
kaidah Islam melalui pola pengolahan informasi akuntansi yang juga
berlandaskan nilai-nilai Islam.
c. Akhlak
Akhlak sering juga disebut sebagai ihsan (dari kata Arab 'hasan', yang
berarti baik). Definisi Ihsan menurut Nabi Muhammad saw.: “Ihsan adalah
engkau beribadat kepada Tuhanmu seolah-olah engkau melihat-Nya sendiri,
kalaupun engkau tidak melihat-Nya, maka la melihatmu.” (HR, Muslim).
Melalui ihsan, seseorang akan selalu rnerasa bahwa dirinya dilihat
oleh Allah Swt. yang mengetahui, melihat, dan mendengar sekecil apa pun
perbuatan yang dilakukan seseorang, walaupun dikerjakan di tempat
tersembunyi. Bahkan Allah Swt. mengetahui segala pikiran dan lintasan hati
makhluknya. Dengan memiliki kesadaran seperti ini, seorang mukmin akan
selalu terdorong untuk berperilaku baik, dan menjauhi perilaku buruk.
Akhlak dalam Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah, rasul,
sesama manusia dan alam, serta dirinya sendiri. Tuntunan untuk akhlak
kepada Allah dan rasul sebagaimana dalam (QS. Ali 'Imran: 31-32).
Tuntunan akhlak kepada diri sendiri terdapat dalam (QS. Al-Baqarah:
44):
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajilcan, sedang
kamu melupakan dirimu sendiri padahal karnu membaca Alkitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir.”
Tuntunan akhlak kepada sesama manusia terdapat dalam (QS. Al-
Baqarah: 83) dan (QS. Luqman: 17-19).
“Hai anakku dirikanlah salat dan suruhlah orang mengerjakan yang
baik, dan cegahlah dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpamu. Sesunguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan.”
“Dan janganlah kamu memalingkan muka dari manusia, dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Tuntunan akhlak kepada alam terdapat dalam (QS, Al-Baqarah: 30),
(QS. Al-Hasyr: 21), dan (QS. Yunus: 23).
“Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, malah mereka berbuat
kezaliman di bumi tanpa (alasan) yang benar. Wahai manusia!
6
Sesungguhnya kezalinıanmu bahayanya akan menimpa dirimu sendiri, itu
hanya kenikmatan hidup duniawi, selanjutnya kepada Kami-lah kembalimıı,
kelak akan Kami kabarkan kepadamıı apa yang telah kamu perbuat.”
Dari kumpulan ayat tersebut, diketahui bahwa akhlak kepada Allah
dan Rasul adalah mencintai sertnıenaatinya, sedangkan untuk diri sendiri
misalnya salat (melakukan ibadah mahdhah) serta mengajak orang kepada
kebaikan. Tuntunan akhlak kepada manusia lain adalah mengajak orang
kepada kebaikan, bersabar, serta jangan berlaku sombong, sedangkan
kepada alam adalah tidak berbuat kerusakan di bumi Allah ini.
2.3 Hukum Islam
Hukum Islam, secara istilah disebut juga hukum syara' adalah hukum Allah
yang mengatur perbuatan manusia yang di dalamnya mengandung tuntutan untuk
dikerjakan atau ditinggalkan, atau pilihan antara dikerjakan atau ditinggalkan oleh
para mukalaf. Hukum syara' hanya dapat diambil dari sumber-sumber hukum Islam,
yaitu Alquran, sunah, ijmak, dan qiyas. Hukum atau norma perbuatan yang tidak
diambil dari sumber-sumber tadi tidak disebut sebagai hukum syara'. Misalnya
kaidah-kaidah (norma) adat-istiadat, undang-undang, atau hukum lainnya selain
Islam.
Semua firman Allah Swt., berupa perintah, larangan, janji, ancaman, undang-
undang, pengarahan, atau yang lainnya, merupakan bagian dari hukum yang
universal. Semua kalimat itu benar. Manusia dapat membuktikannya antara lain
pada pergerakan serta perjalanan alam semesta yang bcrjalan secara tertib, teratur,
tidak saling bertentangan dan bertabrakan sebagai bukti ketundukan, kepatuhan,
dan kepasrahan alam mengikuti aturan Allah Swt. sehingga, terjadi keselarasan
gerakan antara bagian-bagian dan seluruh gerakan alam (QS. Al-Furqan: 2).
Kepatuhan tcrhadap hukum yang tclah ditetapkan Allah adalah sebuah
keniscayaan dan seluruh amal perbuatan manusia di dunia akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak di hari akhir. Amal perbuatan
manusia hanya dianggap benar jika amal tersebut adalah amal yang dilaksanakan
sesuai dengan syariah berdasarkan perintah/hukum Allah. Amal perbuatan di sini
bersifat umum, baik untuk ibadah mahdhah maupun muamalah. Hal ini sesuai
dengan sabda Rasulullah saw:
"Barangsiapa melakukan amalan yang tidak ada dari kami perintah atasnya,
maka amalan itu tertolak", (HR. Bukhari Muslim).
7
2.4 Klasifikasi Hukum Islam
Hukum Islam secara umum dapat dibagi menjadi dua, pertama, hukum taklifi
yang terdiri dari al-wujub (wajib), an-nadbu (sunnat), al-ibahah (mubah), al-
karoheh (makruh), dan al-haromah (haram). Contohnya, wajib puasa bulan
Romadhan, haramnya minum khamar, mubahnya makan minum, serta makruhnya
merokok. Kedua, hukum wadh’iy yang didalamnya ada sebab, syarat, mani’, sah-
batal, rukhsoh-‘azimah. Contohnya, waktu matahari tergelincir di tengah hari
menjadi sebab wajibnya seorang mukallaf menunaikan sholat dzuhur, wudhu’
menjadi syarat sahnya sholat, haid menjadi penghalang (mani’) seorang perempuan
melakukan kewajiban sholat atau puasa.
Pernyataan di atas memperlihatkan bahwa ada perbedaan antara Islam sebagai
agama, dan hukum sebagai bagian dari agama Islam. Perbedaan tersebut sangat
kecil, karena itu ada tiga konsep yang wajib diketahui dan dipahami oleh seorang
muslim, yaitu syari’ah, fiqh, dan qonun. Mengetahui ketiganya akan mengantarkan
kepada seorang muslim untuk mengerti mana wilayah yang tidak mungkin berubah
dan tunggal, serta mana wilayah yang bisa berubah dan berbeda-beda tafsirnya.
Menurut Hasbi As-Shiddieqy, syariat berarti jalan tempat keluarnya sumber
mata air atau jalan yang dilalui air terjun yang diasosiakan oleh orang Arab sebagai
at-thhariqah al-mustaqimah. Secara terminologi, syariat berarti tata aturan atau
hukum-hukum yang disyariatkan Allah kepada hamba-Nya untuk diikuti (Qs. Al-
Jasiyah : 18). Fiqh menurut Fathurrman Djamil ialah dugaan kuat yang dicapai oleh
seorang mujtahid dalam usahanya menemukan hukum Allah. Fiqh memiliki
keterkaitan dengan hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis yang bersumber pada
dalil-dalil yang terperinci. Sedangkan qonun biasa diartikan dengan Undang-
Undang. Ulama’ salaf mendefinisikannya sebagai kaidah-kaidah yang bersifat kully
(menyeluruh) yang didalamnya tercakup hukum-hukum juz’iyyah (bagian-
bagiannya). Qonun umumnya dibuat oleh pemerintah yang berkuasa.
Syari’ah, fiqh dan qonun berbeda. Ajaran syari’at tedapat dalam Qur’an dan
hadist yang tidak mungkin berubah teksnya, bersifat fundamental, abadi karena
merupakan ketetapan Allah dan Nabi Muhammad, tunggal yang meperlihatkan
konsep kesatuan Islam. Sedangkan fiqh dan qonun merupakan produk pemahaman
manusia yang menggali hukum dalam Qur’an dan hadist, bersifat instrumental,
mengalami perubahan sesuai waktu, zaman serta keadaan. Realitasnya seperti yang
kita ketahui saat ini, dimana produk hukum fiqh dan qonun cenderung berbeda-beda
8
sesuai madzhab yang sangat beragam. Kita bisa lihat perbedaan-perbedaan tersebut
dalam kitab-kitab fiqh perbandingan.

2.5 Sasaran Hukum Islam


Hukum Islam memiliki 3 (tiga) sasaran, yaitu: penyucian jiwa, penegakan
keadilan dalam masyarakat, dan perwujudan kemaslahatan manusia (Zahroh, 1999).
a. Penyucian Jiwa
Penyucian jiwa dimaksudkan agar manusia mampu berperan sebagai
sumber kebaikan—bukan sumber keburukan—bagi masyarakat dan
lingkungannya. Hal ini dapat tercapai apabila manusia dapat beribadah
dengan benar yaitu dengan hanya mengabdi kepada Tuhan yang benar-benar
merupakan pencipta, pernilik, pemelihara, dan penguasa alam semesta
dengan cara yang benar pula, bukan kepada yang mengaku Tuhan.
Allah memerintahkan manusia yang beriman kepada-Nya untuk
melaksanakan salat, zakat, puasa, dan haji, yang dijamin oleh Allah akan
memberi dampak positif bagi kehidupan manusia apabila dilakukan dengan
benar dan dengan niat yang benar pula. Contoh: salat wajib 5 (lima) waktu
dalam sehari, bila dilakukan dengan niat dan cara yang benar, akan
mencegah manusia dari melakukan perbuatan yang mungkar (QS. Al-
Ankabut: 45). Dampak positif salat akan makin besar, bila dilakukan secara
berjaınaah di masjid sebagaimana dianjurkan oleh Rasulullah saw., karena
akan menimbulkan rasa kebersamaan dan mempererat tali silaturrahim
sehingga dapat menimbulkan rasa saling mengasihi, menjaga persaudaraan
(saling mencintai) dan saling tolong-menolong.
Zakat, disebut oleh Alquran sebagai media untuk membersihkan harta
manusia. Setiap manusia beriman yang telah memiliki harta melampaui
ukuran tertentu diwajibkan mengeluarkan sebagian hartanya untuk orang
yang berhak/tidak mampu, Pelaksanaan zakat, akan menumbuhkan rasa
kebersamaan dan rasa saling tolong-menolong di antara manusia yang
berbeda status. Zakat dapat membersihkan hati orang yang tidak mampu
karena tidak perlu merasa iri melihat kelebihan rezeki orang kaya, dan pada
saat yang sama dapat mengangkat sifat kikir dari hati si kaya.
Puasa dengan menahan lapar dan haus, dapat menjadi media bagi
manusia yang beriman untuk berempati merasakan bagaimana rasanya
9
orang yang kelaparan karena tidak mampu secara ekonomi, sehingga
menimbulkan rasa kasih sayang yang ikhlas. Selain itu, puasa tidak hanya
sekadar bertujuan untuk menahan lapar dan haus tetapi juga bertujuan untuk
meninggalkan berbagai akhlak yang tidak terpuji seperti ghibah atau
bergosip dan sebagainya.
Menunaikan ibadah haji ke tanah suci hukumnya wajib bagi yang
mampu. Sebagian besar ritual ibadah haji dilakukan bersama-sama, dan oleh
karena iłu, diperlukan sikap saling bertenggang rasa, menghargai orang lain
dan bersabar agar segala sesuatu berjalan dengan tertib dan rapi. Ada saat
tertentu di mana semua jamaah haji memakai pakaian ihram dengan warna
yang sama yang menggambarkan kedudukan manusia yang sama di hadapan
Allah, tanpa membedakan status sosial: kaya-miskin, penguasa„rakyat,
pemimpin-anak buah, warna kulił, bangsawan atau bukan, dan sebagainya,
karena yang paling mulia di Sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Dapat disimpulkan bahwa ibadah yang dilakukan dengan niat dan cara
yang benar akan menumbuhkan rasa kasih sayang, jiwa tolong-menolong,
kesetiakawanan sosial sehingga akan tercipta masyarakat yang aman dan
tenteram. Dengan cara ini, manusia akan menjadi sumber kebaikan bagi
manusia lainnya.
b. Menegakan Keadilan dalam Masyarakat
Keadilan di sini meliputi segala bidang kehidupan manusia termasuk
keadilan dari Sisi hukum, Sisi ekonomi, dan Sisi persaksian. Semua manusia
akan dinilai dan diperlakukan Allah secara sama, tanpa melihat kepada latar
belakang strata sosial, agama, kekayaan, keturunan, warna kulił, dan
sebagainya, scbagaimana dijelaskan dalam (QS. Al-Maidah: 8).
Keadilan adalah harapan dan fitrah semua manusia, sehingga Allah
melarang manusia berlaku tidak adil. Dałam peperangan, Islam mengajarkan
manusia untuk tidak boleh berbuat keji, serta harus tetap menjunjung tinggi
hak asasi manusia dan akhlak mulia.
c. Perwujudan Kemaslahatan Manusia
Semua ketentuan Alquran dan sunah mempunyai manfaat yang hakiki
yaitu mewujudkan kemaslahatan manusia. Alquran berasal dari Allah yang
sangat mengetahui tabiat dan keinginan manusia, sementara sunah lwrasal
dari Rasullullah yang mendapat bimbingan langsung dari Allah SWT. Nilai
10
yang terkandung dalam Alquran berupa perintah, larangan, anjuran, kisah
nabi-nabi, kisah kaum terdahulu, dan sebagainya pasti memiliki manfaat,
baik langsung maupun tidak langsung, bagi umat manusia.
Mewujudkan kemaslahatan manusia di dalam Islam dikenal sebagai
maqashidus syariah (tujuan syariah). Dari segi bahasa, maqasid syariah
berarti maksud dan tujuan adanya hukum Islam yaitu untuk kebaikan dan
kesejahteraan (maslahah) urnat manusia di clunia dan di akhirat. Untuk
mencapai tujuan ini ada lima unsur pokok yang harus dijaga yaitu agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta.
 Menjaga Agama (Al Muhafazhah’alad Dien)
Islam melindungi kebebasan beragama, sebagaimana
disebutkan dalam (QS. Al-Baqarah: 256).
"Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam;
sesungguhnya telah jelas yang benar daripada jalan yang salah.
"
Setiap manusia memiliki kebebasan untuk memilih agama
yang dianutnya. Namun demikian, yang harus diingat ialah kita
akan diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang
kita lakukan, termasuk agama yang kita anut. Semua yang
dilakukan saat ini akan ada konsekuensi yang harus diterima di
hari akhir kelak.
Untuk menjaga agamanya, Allah mewajibkan manusia
untuk melaksanakan salat, zakat, puasa, dan haji. Apabila
manusia tidak melakukan peribadatan tersebut maka di mata
Allah ia akan mendapatkan dosa karena tidak menjalankan apa
yang diperintahkannya.
 Menjaga Jiwa (Al Muhafazhah’alan Nafs)
Menjaga jiwa ialah menjaga hak untuk hidup secara
terhormat agar manusia terhindar dari pembunuhan,
penganiayaan baik fisik maupun psikis, fitnah, caci maki, dan
perbuatan Iainnya.
Penegakan hukum pidana yang diatur Islam, semua ini
adalah untuk menjaga/menghormati martabat manusia di

11
dunia. Akan tetapi, di Sisi Iain hukum qishash yang keras ini
tidak selalu harus dilakukan, karena dapat diselesaikan dengan
memaafkan atau meminta untuk membayar diyat (tebusan)
sebagaimana tertuang dalam (QS. Al-Baqarah: 178).
 Menjaga Akal (Al Muhafazhah’alal Aql)
Menjaga akal bertujuan agar tidak terkena kerusakan yang
dapat mengakibatkan seseorang menjadi tak berguna lagi di
masyarakat sehingga dapat menjadi sumber keburukan.
Akal merupakan salah satu unsur yang membedakan
manusia dengan binatang. Namun demikian, Alquran juga
mengingatkan bahwa manusia dapat menjadi lebih hina
daripada hewan bila tidak memiliki moral.
Akal membuat manusia mampu membedakan antara yang
baik dan yang buruk, serta antara yang benar dan yang salah.
Bila seseorang akalnya sudah rusak, maka dia akan melakukan
apa saja yang dia suka tanpa peduli bagaimana pengaruhnya
pada orang lain dan lingkungannya. Jika akal seseorang rusak,
maka orang tersebut tidak hanya membahayakan dirinya
sendiri tapi juga dapat membahayakan orang lain dan
lingkungannya.
 Menjaga Keturunan (Al Muhafazhah’alan Nasl)
Menjaga keturunan adalah menjaga kclestarian manusia
dan membina sikap mental generasi penerus agar terjalin rasa
persahabatan dan persatuan di antara sesama umał manusia,
untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan pernikahan yang
sah, sesuai dengan ketentuan syariah, sehingga dapat terbentuk
keluarga yang tenteram dan saling menyayangi. Seorang anak
yang dilahirkan di luar pernikahan, akan mengalami
perkembangan mental yang kurang sehat sehingga dirinya
tidak berkembang secara utuh.
 Menjaga Harta (Al Muhafazhah’alal Mal)
Menjaga harta, bertujuan agar harta yang dimiliki oleh
manusia diperoleh dan digunakan sesuai dengan syariah.

12
Aturan syariah mengatur proses perolehan dan pengeluaran
harta, Dałam memperoleh harta harus bebas dari riba, judi,
menipu, merampok, mencuri, dan tindakan lainnya yang dapat
merugikan orang lain, sebagaimana disebutkan dałam (QS.
An-Nisa: 29).
2.6 Tujuan Syariah
 Dari segi bahasa maqasid al-syari’ah berarti maksud atau tujuan disyari’atkan
hukum Islam. Karena itu, yang menjadi bahasan utama di dalamnya adalah
mengenai masalah hikmah dan ‘illat ditetapkannya hukum. Kajian tentang tujuan
ditetapkannya hukum dalam Islam merupakan kajian yang menarik dalam bidang
usul fiqh. Dalam perkembangan berikutnya, kajian ini merupakan kajian utama
dalam filsafat hukum Islam. Sehingga dapat dikatakan bahwa istilah maqasid al-
syari’ah identik dengan istilah filsafat hukum Islam. Istilah yang disebut terakhir ini
melibatkan pertanyaan-pertanyaan kritis tentang tujuan ditetapkan suatu hukum.
Definisi umum arti Maqashid syariah adalah ketaatan dalam menjalankan
prinsip-prinsip syariah yang tujuannya demi terwujudnya kemaslahatan umat.
Penerapan maqashid syariah melibatkan sejumlah kegiatan manusia yang berkait
dengan menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga harta, dan menjaga
keturunan. Oleh sebab itu penerapan maqashid syariah memerlukan SDM yang
terlibat harus benar-benar mengerti dan paham tentang prinsip-prinsip syariah itu
sendiri sehingga tidak menjerumuskan para pengguna dalam kegiatan yang
terlarang.
Sedangkan ar-Risuni berpendapat bahwa maqashid syariah adalah tujuan yang
ingin dicapai oleh syariat agar kemashlahatan manusia bisa terwujud. Secara umum,
maqashid syariah memiliki tujuan untuk kebaikan atau kemaslahatan umat manusia.
Tujuan ini sejalan dengan tujuan dari hukum Allah yaitu kebaikan.
Dalam menghadapi persoalan-persoalan kontemporer, perlu diteliti lebih
dahulu hakekat dari masalah tersebut. Penelitian terhadap kasus yang akan
ditetapkan hukumnya sama pentingnya penelitian terhadap sumber hukum yang
akan dijadikan dalilnya. Artinya, bahwa dalam menetapkan nas harus diteliti
dengan cermat, termasuk meneliti tujuan disyari’atkan hukum tersebut.
Konsekuensinya, kasus yang ada tidak bisa disamakan hukum nya dengan kasus
yang ada pada kedua sumber hukum yang utama itu. Di sinilah letak pentingnya
pengetahuan tentang tujuan umum disyari’atkan hukum dalam Islam.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Islam adalah agama satu-satunya yang diridhoi oleh Allah Swt, didalam ajaran
islam mengandung banyak sekali aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh, mulai
dari kita bangun tidur, sampai kita tidur lagi seakan-akan semuanya diatur didalam
islam, islam juga terkenal dengan hukumnya yang ketat, setiap perbuatan yang kita
lakukan yang disengaja maupun yang tidak disengaja, semua ada hukumnya, dan
tentunya hukum-hukum islam wajib diteladani bagi setiap muslim.

Dari sisi bahasa, kata "Islam" berasal dari kata "aslama, yuslimu, islaman”
yang artinya "tunduk dan patuh". jadi, seorang yang tunduk dan patuh kepada
kepala negara, secara bahasa, bisa dikatâkan "aslama li-rais ad-daulah". inilah
makna generik atau makna bahasa dari kata Islam.

Islam sebagai pedoman hidup dan berkehidupan, yang dikeluarkan langsung


Oleh pemegang otoritas tunggal, Allah Swt., mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu akidah,
syariah, dan akhlak Yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang Iainnya.

Hukum Islam, secara istilah disebut juga hukum syara' adalah hukum Allah
yang mengatur perbuatan manusia yang di dalamnya mengandung tuntutan untuk
dikerjakan atau ditinggalkan, atau pilihan antara dikerjakan atau ditinggalkan oleh
para mukalaf. Hukum syara' hanya dapat diambil dari sumber-sumber hukum Islam,
yaitu Alquran, sunah, ijmak, dan qiyas. Hukum atau norma perbuatan yang tidak
diambil dari sumber-sumber tadi tidak disebut sebagai hukum syara'. Misalnya
kaidah-kaidah (norma) adat-istiadat, undang-undang, atau hukum lainnya selain
Islam.
Perbedaan antara Islam sebagai agama, dan hukum sebagai bagian dari agama
Islam. Perbedaan tersebut sangat kecil, karena itu ada tiga konsep yang wajib
diketahui dan dipahami oleh seorang muslim, yaitu syari’ah, fiqh, dan qonun.

14
Hukum Islam memiliki 3 (tiga) sasaran, yaitu: penyucian jiwa, penegakan
keadilan dalam masyarakat, dan perwujudan kemaslahatan manusia (Zahroh, 1999).
 Dari segi bahasa maqasid al-syari’ah berarti maksud atau tujuan disyari’atkan
hukum Islam. Karena itu, yang menjadi bahasan utama di dalamnya adalah
mengenai masalah hikmah dan ‘illat ditetapkannya hukum. Kajian tentang tujuan
ditetapkannya hukum dalam Islam merupakan kajian yang menarik dalam bidang
usul fiqh.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sri Nurhayati, Wasilah. Edisih 5. Akuntansi Syariah. Jakarta selatan: Salemba Empat.

https://papua.kemenag.go.id/#!/detail/39a8b9c2-405d-4420-
8c95ce90c63ba192#topPage

https://www.bsimaslahat.org/blog/2022/04/04/mengenal-lebih-dalam-maqashid-syariah-
pengertian-dan-5-tujuannya

16
17

Anda mungkin juga menyukai