Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

STUDI HKUM ISLAM

Dosen pengampu : Dr. A. Khalik, M.Pd. I

Pembahasan : Pengertian Islam dan Kedudukkan Islam sebagai Norma, dan Hukum Islam.

Lokal : 1B

Kelompok : III

Nama/NIM : 1. Ahcmat hendi (203190046)

2.Muhammad rido (203190051)

3.Nanda sari (203190052)

4.Megi al padra (203190049)

5.Diani saputri (203190053)

6.Amalia wulandari (203190039)

7. Harmonisa putri (203190036)

8. Nurfadila (203190027)

PRODI MPI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT YANG Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.Kita panjatkan rasa puja dan puji syukur kita atas kehadiran-Nya,yang telah
memberikan kita rahmat dan hidayah-Nya kepada kita,sehingga kita bisa menyelesaikan
makalah Kekuasaan, Kewenangan, Tanggung Jawab, & Deligasi dengan baik.Dan kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan berbagau pihak yang telah membantu
kami dalam memperlancar pembuatan makalah ini sehingga makalah inidapat selesai dengan
baik.

Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta
ilmu bagi para pembaca.Sehinggga untuk kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk
maupun meningkatkan isi dari makalah ini sehingga menjadi makalh yang memiliki wawasan
yang luas dan lebih baik lagi

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami.Kami percaya bahwa masih


banyak kekurangan dalam maklah ini.Oleh karena itu, kami sangat berharap saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.....................................................................................................................i

DAFTAR
ISI.................................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN........................................................................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................................................


1.2 Rumusan Maslah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum...............................................................................................

2.2 Ciri-ciri Hukum Islam.........................................................................................

2.3 Kedudukkan Hukum Islam ..............................................................................

2.4 Pelaksanaan Hukum Islam................................................................................

BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................

Kesimpulan........................................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Islam sebagai norma yang mengatur tata kehidupan manusia yang telah
sempurna dan mencapai seluruh aspek kehidupan manusia baik yang berkenaan
dengan politik, hukum, social, budaya maupun tata kehidupan dalam berasuransi,
tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dalam ajaran agama islam.
Pada era zaman sekaran ini hukum islam berada pada kategori hukum
kontenporer (kekinian), melihat keadaan seperti ini diperlukan reletifikasi pada
eksistensi hukum islam ditengah kemajuan problema kehidupan manusia untuk
mencari jawaban atas masalah tersebut salah satunya dengan cara melalui metode
kontekstualisasi dan pengendalian hukum secara mendalam teks teks yang
memungkinkan adanya penafsiran kembali. Salah satu masalah kontenporer saat ini
yang menjadi pembahasan secara intens adalah pembahasan yang berkaitan dengan
asuransi jiwa yang masih mengalami perbedaan dibeberapa komunitas ulama’ islam.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian kedudukan dan pelaksanaan hukum islam dalam NKRI?

2. Apa ciri-ciri hukum islam?

3. Apa contoh kedudukan islam?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kedudukan dan pelaksanaan hukum islam dalam NKRI.

2. Untuk mengetahui ciri-ciri hukum islam.

3. Untuk mengetahui contoh kedudukan islam.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kedudukan dan pelaksanaan hukum islam dalam NKRI

Hukum islam adalahhukum yang bersumber dari dan merupakan bagian agama islam.
Sebagai sistem hukum,hukum islam tidak boleh dan tidak dapat d samakan dengan kekmpat
sistem hukum tersebut di atas, yang pada umumnya terbentuk dari kebiasaan masyarakat,
hasil permufakatan dan budaya manusia di suatu tempat pada suautu masa.

Berbeda dengan kempat sistem hukumnya yang lain iu, hukum islam tidak hanya
hasil pemufakatan manusia yang dipengaruhi oleh kebudayaannya disuatu tempat dan suatu
masa,tetapi dsarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang dijelaskan oleh Nabi
Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui sunnah beliau. Dasar inilah yang membedakan
hukum islam secara fundamental dengan hukum-hukum lainya yang semata-mata lahir dari
kebiasaan hasil pemikiran atau butan manusia belaka.perbedaan itu dapat dilihat pada ciri-ciri
utama hukum islam.

2.2 Ciri-ciri Hukum Islam

Secara garis besar ciri-ciri hukum islam adalah sebagai berikut:

1. Bersumber dan merupakan bagian agama islam. Oleh karenanya tidak dapt
dipisahkan dari agama islam yang menjadi sumbernya. Sebagai hukum yang sui
generis (berbeda dalam jenisnya) ia mempunyai hubungan erat,berjalin berkelindan
dengan akidah (iman) dan akhlak yang merupakan komponen laen agama islam.
2. Bersumber dari Al-qur’an dan Hadist yang di kembangkan serta di rumuskan lebih
lanjut oleh pemikiran atau ru’yu manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad
3. Mempunyai dua istilah..........
4. Ruang lingkup yang di atur oleh hukum islam tidak hanya soal hubungan manusis
dengan manusia dan berbeda serta penguasa dalam masyarakat tetapi juga mengatur
hubunga antara manusia denga Allah. Hubungan manusia disebut ibadah,sedangkan
hubungan antara manusia dengan manusia dan benda serta penguasa di sebut
mu’amalah.
5. Stuktur berlapis, terdiri ata: (a) nash atau teks Al-Qur’an; (b) sunnah Nabi
Muhammad (untuk syari’ah); (c) hasil ijtihad manusia yang memenuhi syari’at
tentang wahyu dan sunnah; (d) pelaksananya dalam praktik berupa: (i) keputusan
hakim; (ii) amalan-amalan dan umat islam dalam masyarakat (untuk fikih).
6. Dapat dibedakan di antara; (a) hukum taklifi atau hukum taklif yaitu al-ahkam al-
khamsah (lima jenis hukum,lima ketegori hukum, lima penggolongan hukum) yakni
ja’iz,sunnt,makruh,wajib dan haram; dan hukum wadh’i yang mengandung sebab
nsyarat,dan halangan terjadi atau terwujudnya hubungan hukum.
7. Ciri lain adalah mengenai hak dan kewajiban. Dalam sistem hukum berat tersebut di
atas penuntunan hak lebih di utamakn dari pada penunaian kewjiban . dalam sistem
hukum Ba-rat oramh sering berbicara tentang hak asasi manusia tanpa membicarakan
sisi lainnya yaitu kewajiban asasi manusia. Dlam sistem hukum islam kewjiban lebih
didahulukan daripada hak. Penuhi kewajiban dahulu, baru hak menyusul kemudian.
Laksanakan kewajiban baru hak di peroleh berupa pahala (misalnya) sebagai
ganjarannya.

Ciri hukum islam terlihat juga pada tujuannya, tujuan hukum islam adalah
terlaksananya perintah Allah atau kehenak Allah dalam kehidupan individu dan sosial
serta tidak terlanggar larang-Nya. Tujuan ini dirumuskan oleh Abu Ishak al-Syatibi
(m.1388 M), yang du terima oleh ahli hukum isam lainnya. Menurut Syatibi,tujuan
hukum islam adalah lima,yakni memelihara; (a) agama, (b)jiwa; (c) akal; (d) keturunan;
(e) harta. Pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan tingkat keimanan dan
ketakwaan dengan iman seseorang.

2.3 Kedudukkan Hukum Islam

Keduudukkan hukum islam dalam negara republik indonesia, tidak hanya secara
umum ada dalam pasal 20 atau 24 Undang-undang Dasar 1945 (disamping hukum-hukum
lainnya),tetapi secara khusus tercantum didalam pasal 29 ayat 9 (1) Undang-undang
Dasar 1945. Dalam pasal 29 ayat (1) jelas di sebutkan bahwa Negara berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Menurut Prof.Hazairin, kaidah fundamental dalam pasal 29 ayat (1) itu dapat
ditafsirkan dalam enam kemungkinan. Tiga diantaranya yang relevan dengan
pembicaraan ini,intinya adalah:
1. Dalam Negara Republik Indonesia tidak boleh ada atau tidak boleh berlaku hukum
yamg bertentangan dengan kaidah-kaidah agama yang berlaku bagi pemeluk agama.
2. Negara wajib menjalankan syari’at semua agama yang berlaku di Indonesia,kalau
untuk menjalankann syari’at itu memerlukan bantuan kekuasaan Negara. Ini berarti
bahwa negara wajib mengatur dan menjalankan hukum yang berasal dari ajaran
agama untuk kepentingan bangsa indonesia (yang menjadi pemeluk agam
bersangkutan) kalu pelaksanaanya memerlukan bantuan penyelenggara negara.
3. Syari’at yang tidak memerlukan kekuasaan negara untuk melaksanakannya karena
dapat dijalankan sendiri oleh setiap pemeluk agama yang bersangkutan (seperti shalat
dan puasa bagi umat muslim),menjadi kewajiban pribadi pemeluk agama itu sendiri
untuk menjalankannya menurut ketentuan agamanya masing-masing.
4. Dalam politik pembangunan Hukum Pembangunan Hukum Nasional, kedudukkan
hukum islam itu uga jelas. Ini dapat dibaca Garis-gsris besar Haluan Negara dan
Rencana Pembangunan Lima Tahun Bidang Hukum. Juga dapat diikuti pernyataan
Materi Kehakiman,sebagai pemegang kebijakkann politik hukum di negara Republik
Indonesia ini.

2.4 Pelaksanaan Hukum Islam


Pelaksanaan hukum islam di Indonesia dapat dilakukan melalui berbagai jalur.
Jalur prtama adalah jalur iman dan takwa. Melalui jalur ini pemeluk agama Islam
dan Negara Republik Indonesia dapat melaksanakan hukum islam yang merupakan
bahgian dan berasal dari agama Islam. Yang dimaksud (dalam kaitan ini) adalah
hukum Islam bidang Ibadah.
Pelaksanaan hukum islam dapat juga dilakukan melalui jalur kedua, yaitu
jalur peraturan perundang-undngan. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan
telah di tunjuk hukum perkawinan, hukum kewarisan, hukum perwakafan (tanah
milik) sebagai hukum yang berlaku bagi umat Isalm.
Pelaksanaan hukum Islam bidang mu’amalah dapat juga dilakukan melalui
jalur ketiga, yaitu jalur pilihan hukum. Dengan melakukan perbuatan atau transaksi
tertentu di Bank Muamalat. Badan Perkreditan Rakyat (BPR) Syari’ah, dan Asuransi
Takaful, orang telah memilih hukum atau ayari’at Islam menguasai perbuatan atau
transaksi itu, sebab perbuatan atau transaksi yang dilakukan pada ketika lembaga itu
diatur menurut hukum islam.
Melalui badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) sebagai jalur keempat
dapat juga dilaksanakan hukum mu’amalah Islam. Melalui badan arbitrase yang
didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).pusat ini para pengusaha, pedagangg,
dan industriawan atas kesepakatan bersama dapt memilaihh hukum Islam untuk
menyelesaikan sengketa mereka secara daamai (diluar pengadilan).
Jalur kelima melaksanakan, dalam makna menerapkan,hukum islam
dilakukan oleh lembaga Pusat Penelitian Obat/Kosmetika dam Makanan (LPPOM)
Yang juga didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia. Lembaga ini menentukan apakan
suatu produk obat-obatan, kosmetik, makanan, dan minuman halal atau haram
dikonsumsi oleh umat Islam. Penentuan kehalalan suatu produk pangan, kelak akan
dicantumkan juga dlam Undang-undang Pangan Republik Indonesia.
Akhirnya memalui, jalur keenam yaitu jalur pembinaan atau pembangunan
hukum nasional tersebut d atas. Melalui pembangunan hukum nasional , unsur-unsur
(asas dan norma) hukum islam akan berlaku dan dilaksanakan bukan hanya bagi dan
oleh umat islam, tetapi juga oleh penduduk Indonesia, terutama oleh warga Negara
Republik Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan: (1)


kedudukkan hukum islam dalam Negara Republik Indonesia tercantum dalam
Undang-undang Dasar 1945, dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan
kebijakkan pembangunan hukum Nasional; (2) pelaksanaannya dapat dilakukan; (a)
melalui jalur iman dan takwa pemeluk agam Islam sendiri (b) memalui penumjukan
peraturan dan perundang-undangan; (c) memalui pengumpulan kaidah-kaidah Hukum
Islam tertentu dalam sebuah komplikasi, (d) memalui pilihan hukum untuk perbuatan
atau transaksi tertentu dibidang ekonomi keuangan, (e) mwlalui kesepakatan
bersama para pihak, (f) melalui libelisasi (petunjuk halal haram) obat-
obatan/kosmetika,makanan dan minuman ,(g) melalui pembinaan hukum nasional.
Dengan pancasila,Undang-undang Dasar 1945, Garis-garis Besar Haluan
Negara, dan politik Hukum Pemerintah Republik Indonesia (terutama sejak akhir
tahun seribu sembilan ratus delpan puluhan), terbuka peluang bagi umat islam untuk
melaksanakan hukum islam bagi dirinya sendiri. Terserah kepada umat Islam apakah
mau dan mampu mempergunakan peluang itu.
DAFTAR PUSTAKA

Mohammad Daud Ali, “Perkembangan Hukum Islam di Indonesia”, Makalah.


Jakarta: 1995
----------------------- dan Habibah Daud, lembaga-lembaga Islam di Indonesia.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995
-----------------------, Hukum Islam, pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Islamdi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada 1996.
Abdurrahman Saleh dkk., Arbitrase Islam di Indonesia. Jakarta; Badan
Arbitrase Muamalat Indonesia dan Bank Muamalat, 1994.

Anda mungkin juga menyukai