Pembahasan : Pengertian Islam dan Kedudukkan Islam sebagai Norma, dan Hukum Islam.
Lokal : 1B
Kelompok : III
8. Nurfadila (203190027)
PRODI MPI
Dengan menyebut nama Allah SWT YANG Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.Kita panjatkan rasa puja dan puji syukur kita atas kehadiran-Nya,yang telah
memberikan kita rahmat dan hidayah-Nya kepada kita,sehingga kita bisa menyelesaikan
makalah Kekuasaan, Kewenangan, Tanggung Jawab, & Deligasi dengan baik.Dan kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan berbagau pihak yang telah membantu
kami dalam memperlancar pembuatan makalah ini sehingga makalah inidapat selesai dengan
baik.
Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta
ilmu bagi para pembaca.Sehinggga untuk kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk
maupun meningkatkan isi dari makalah ini sehingga menjadi makalh yang memiliki wawasan
yang luas dan lebih baik lagi
KATA
PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................
Kesimpulan........................................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kedudukan dan pelaksanaan hukum islam dalam NKRI.
PEMBAHASAN
Hukum islam adalahhukum yang bersumber dari dan merupakan bagian agama islam.
Sebagai sistem hukum,hukum islam tidak boleh dan tidak dapat d samakan dengan kekmpat
sistem hukum tersebut di atas, yang pada umumnya terbentuk dari kebiasaan masyarakat,
hasil permufakatan dan budaya manusia di suatu tempat pada suautu masa.
Berbeda dengan kempat sistem hukumnya yang lain iu, hukum islam tidak hanya
hasil pemufakatan manusia yang dipengaruhi oleh kebudayaannya disuatu tempat dan suatu
masa,tetapi dsarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang dijelaskan oleh Nabi
Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui sunnah beliau. Dasar inilah yang membedakan
hukum islam secara fundamental dengan hukum-hukum lainya yang semata-mata lahir dari
kebiasaan hasil pemikiran atau butan manusia belaka.perbedaan itu dapat dilihat pada ciri-ciri
utama hukum islam.
1. Bersumber dan merupakan bagian agama islam. Oleh karenanya tidak dapt
dipisahkan dari agama islam yang menjadi sumbernya. Sebagai hukum yang sui
generis (berbeda dalam jenisnya) ia mempunyai hubungan erat,berjalin berkelindan
dengan akidah (iman) dan akhlak yang merupakan komponen laen agama islam.
2. Bersumber dari Al-qur’an dan Hadist yang di kembangkan serta di rumuskan lebih
lanjut oleh pemikiran atau ru’yu manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad
3. Mempunyai dua istilah..........
4. Ruang lingkup yang di atur oleh hukum islam tidak hanya soal hubungan manusis
dengan manusia dan berbeda serta penguasa dalam masyarakat tetapi juga mengatur
hubunga antara manusia denga Allah. Hubungan manusia disebut ibadah,sedangkan
hubungan antara manusia dengan manusia dan benda serta penguasa di sebut
mu’amalah.
5. Stuktur berlapis, terdiri ata: (a) nash atau teks Al-Qur’an; (b) sunnah Nabi
Muhammad (untuk syari’ah); (c) hasil ijtihad manusia yang memenuhi syari’at
tentang wahyu dan sunnah; (d) pelaksananya dalam praktik berupa: (i) keputusan
hakim; (ii) amalan-amalan dan umat islam dalam masyarakat (untuk fikih).
6. Dapat dibedakan di antara; (a) hukum taklifi atau hukum taklif yaitu al-ahkam al-
khamsah (lima jenis hukum,lima ketegori hukum, lima penggolongan hukum) yakni
ja’iz,sunnt,makruh,wajib dan haram; dan hukum wadh’i yang mengandung sebab
nsyarat,dan halangan terjadi atau terwujudnya hubungan hukum.
7. Ciri lain adalah mengenai hak dan kewajiban. Dalam sistem hukum berat tersebut di
atas penuntunan hak lebih di utamakn dari pada penunaian kewjiban . dalam sistem
hukum Ba-rat oramh sering berbicara tentang hak asasi manusia tanpa membicarakan
sisi lainnya yaitu kewajiban asasi manusia. Dlam sistem hukum islam kewjiban lebih
didahulukan daripada hak. Penuhi kewajiban dahulu, baru hak menyusul kemudian.
Laksanakan kewajiban baru hak di peroleh berupa pahala (misalnya) sebagai
ganjarannya.
Ciri hukum islam terlihat juga pada tujuannya, tujuan hukum islam adalah
terlaksananya perintah Allah atau kehenak Allah dalam kehidupan individu dan sosial
serta tidak terlanggar larang-Nya. Tujuan ini dirumuskan oleh Abu Ishak al-Syatibi
(m.1388 M), yang du terima oleh ahli hukum isam lainnya. Menurut Syatibi,tujuan
hukum islam adalah lima,yakni memelihara; (a) agama, (b)jiwa; (c) akal; (d) keturunan;
(e) harta. Pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan tingkat keimanan dan
ketakwaan dengan iman seseorang.
Keduudukkan hukum islam dalam negara republik indonesia, tidak hanya secara
umum ada dalam pasal 20 atau 24 Undang-undang Dasar 1945 (disamping hukum-hukum
lainnya),tetapi secara khusus tercantum didalam pasal 29 ayat 9 (1) Undang-undang
Dasar 1945. Dalam pasal 29 ayat (1) jelas di sebutkan bahwa Negara berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut Prof.Hazairin, kaidah fundamental dalam pasal 29 ayat (1) itu dapat
ditafsirkan dalam enam kemungkinan. Tiga diantaranya yang relevan dengan
pembicaraan ini,intinya adalah:
1. Dalam Negara Republik Indonesia tidak boleh ada atau tidak boleh berlaku hukum
yamg bertentangan dengan kaidah-kaidah agama yang berlaku bagi pemeluk agama.
2. Negara wajib menjalankan syari’at semua agama yang berlaku di Indonesia,kalau
untuk menjalankann syari’at itu memerlukan bantuan kekuasaan Negara. Ini berarti
bahwa negara wajib mengatur dan menjalankan hukum yang berasal dari ajaran
agama untuk kepentingan bangsa indonesia (yang menjadi pemeluk agam
bersangkutan) kalu pelaksanaanya memerlukan bantuan penyelenggara negara.
3. Syari’at yang tidak memerlukan kekuasaan negara untuk melaksanakannya karena
dapat dijalankan sendiri oleh setiap pemeluk agama yang bersangkutan (seperti shalat
dan puasa bagi umat muslim),menjadi kewajiban pribadi pemeluk agama itu sendiri
untuk menjalankannya menurut ketentuan agamanya masing-masing.
4. Dalam politik pembangunan Hukum Pembangunan Hukum Nasional, kedudukkan
hukum islam itu uga jelas. Ini dapat dibaca Garis-gsris besar Haluan Negara dan
Rencana Pembangunan Lima Tahun Bidang Hukum. Juga dapat diikuti pernyataan
Materi Kehakiman,sebagai pemegang kebijakkann politik hukum di negara Republik
Indonesia ini.
3.1 Kesimpulan