MAZHAB
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendidikan Agama Islam
Yang dibina oleh Bapak Drs. H.M. Thoha
Oleh
Kelompok 1
Asih mulkiatunnisa Alpa
nova silvia
Handini rizki asalis Novia rizha
umami
Halaman
KATA
PENGANTAR...............................................................................
i DAFTAR
ISI...........................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masalah..................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.................................................................
1
C. Tujuan..............................................................................
.... 1
BAB II PEMBAHASAN DAN ISI
A. Hukum
Islam........................................................................... 2
B. Sumber Hukum
Islam............................................................. 4
C. Perbedaan Mazhab dan
Penyikapannya................................ 6
D. Akomodasi Kearifan Lokal dalam Hukum
Islam..................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................
... 12
B. Saran...............................................................................
..... 12
Daftar pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama mempunyai makna bahwa Islam memenuhi
tuntutan kebutuhan manusia di mana saja ia berada sebagai pedoman
hidup baik bagi kehidupan duniawi maupun bagi kehidupan sesudah mati.
Dimensi ajaran Islam memberikan aturan bagaimana caranya
berhubungan dengan Tuhan atau Khaliqnya, serta aturan bagaimana
caranya berhubungan dengan sesama makhluq, termasuk di dalamnya
persoalan hubungan dengan peraturan-peraturan dan aliran didalam
hukum islam. Dalam perkembangan selanjutnya, manusia memerlukan
suatu tuntunan dan pegangan agar dalam mengolah kehidupan ini
mempunyai arah yang jelas dan tidak bertentang dengan kehendak Allah
SWT. Islam sebagai ajaran agama yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada
umat manusia melalui Rasul-Nya adalah satu pegangan dan tuntunan bagi
manusia itu sendiri dalam mengarungi kehidupan ini. Memahami hukum
islam dan berbagai aliran (mazhab) yang ada dalam hukum islam serta
menyikapi perbedaan pendapat diantara sesama muslim dengan penuh
toleransi tanpa ada yang merasa di rugikan, dan menyandingkan hukum
islam dengan penuh toleransi dan tradisi yang berkembang dimasyarakat
sangatlah penting karena di dalam hukum islam mencakup seluruh
masyarakat pula.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah hukum islam itu dan bagaimanakah aliran (mazhab) yang
ada dalam hukum islam tersebut?
2. Apa sajakah sumber hukum islam?
3. Apa perbedaan mazhab dan penyikapannya?
4. Apa sajakah akomodasi kearifan lokal dalam hukum islam?
C. Tujuan Masalah
Tujuan penulisan makalah ini bagi penulis sebagai mahasiswa untuk
memahami lebih detail lagi tantang apa itu hukum islam dan kepribadian
mazhab, penulis juga berharap penulisan makalah yang sangatlah
sederhana ini bisa bermanfaat bagi pembacanya terlebihnya untuk diri
penulis pribadi.
BAB II
PEMBAHASAN DAN ISI
A. Hukum islam
Secara garis besar syariat islam dapat dibagi dalam tiga cakupan:
Aspek rumusan,
Syariah berupa nash-nash (teks) yang terhimpun dalam al-Quran
dan hadis-hadis nabi, sedangkan fikih berupa pemikiran para ulama
sebagai hasil penafsiran dan penjabaran tantang syariah.
Aspek sifat dasar
Syariah : fundamental , global, absolud (qathih), dan tidak berubah.
Sedangakn fikih : instrumental, terinci, relatif (dhanny), dan selalu
berubah sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi.
Aspek ruang lingkup
Syariah mencakup semua persoalan agama, baik yang berhubungan
dengan keyakinan, akhlak atau hal-hal praktis seputar tata cara
beribadah kepada Allah. Sedangkan fikih hanya mencakup
persoalan ibadah kepada Allah dan muamalah dengan sesama
manusia.
Aspek keragaman
Syariah hanya satu, dalam bentuk al-Quran dan hadis nabi.
Sedangkan fikih terdiri dari banyak ragam, sejalan dengan
banyaknya ulama fikih yang merumuskannya. Seperti imam hanafi,
imam malik, imam syafii, imam hambali, dll.
Dalam pengertian sederhana, mazhab dapat diartikan dengan aliran. Sementara itu,
dalam kamus fikih, Qalah Jie (1996:389) menyatakan bahwa mazhab adalah metode tertentu
dalam menggali hukum syariah yang bersifat praktis dari dalil-dalilnya yang bersifat
kasuistik. Mazhab tidak hanya digunakan dalam konteks fisik, tetapi juga dalam bidang
politik dan akidah. Seperti Abu Zahrah menulis sebuah buku yang berjudul Tarikh al
Madzahib al Islamiyyah: Fi as-Siyasah, wa al-Aqaid wa Tarikh al Fiqh al Islami. Di dalam
buku ini menegaskan bahwa semua madzhab merupakan bagian dari madzhab islam, yang
kemudian AbuZahrah mengklasifikasikan madzhab islam seperti madzhab politik, madzhab
akidah, dan madzhab fikih.
Secara faktual, potensi intelektual yang diberikan Allah swt kepada masing-masing
orang jelas berbeda. Sehingga mustahil semua orang bisa menarik kesimpulan yang sama
ketika berhadapan nas-nas syariah.
Oleh karena itu disimpulkan bahwa, terjadinya perbedaan pendapat yang melahirkan
beragam madzhab adalah suatu keniscayaan. Demikian pula dengan potensi nas-nas syariah
untuk bisa ditafsirkan beragam bukan berarti bebas dilakukan dengan bentuk dan metode
apapun. Sehingga para ulama membagi nas-nas syariah, yaitu qathi dan dzanni. Qathi
artinya mutlak, absolut dan bebas penafsiran. Dan dzanni artinya interpretatif dan mungkin
ditafsirkan.
a. Mazhab Hanafi
Merupakan mazhab tertua yang bertahan sampai sekarang. Mazhab Hanafi adalah
mazhab yang paling dominan di dunia islam dengan pengikut 45%. Karakteristik yang
menonjol adalah penggunaan rasio. Latar belakang munculnya rasional adalah keberadaan
kota Kufah di Irak sebagai pusat pengembangan mazhab ini yang merupakan pusat
pertemuan dua peradaban besar, Yunani dan Romawi.
b. Mazhab Maliki
Awal mulanya, mazhab maliki tersebar di Madinah. Yang kemudian dianut oleh
penduduk Tunisia, Maroko, al-Jazair, Bahrain, Kuwait, Mesir Atas dan beberapa daerah
Afrika. Mazhab ini diperkirakan dianut oleh 15% umat muslim di dunia. Mazhab ini
cenderung tradisional. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan kota Hijaz (Makkah
dan Madinah) dimana Imam Malik menghabiskan sebagian besar masa hidupnya. Masyarakat
kota ini tidak banyak berhubungan dengan Yunani yang rasional. Selain itu, tradisi
keberagaman yang diwarisi sejak jaman Nabi terjaga dengan baik oleh masyarakat madinah.
c. Imam Syafii
Mazhab ini dibangun oleh Muhamad bin Idris asy Syafii seorang keturunan Hasyim
bin Abdul Muthalib. Imam Syafii tumbuh hingga remaja di Makkah dan pernah belajar di
Makkah. Namun saat dewasa beliau pindah ke Irak, di sana beliau banyak mengeluarkan
fatwa keagamaan . fatwa- fatwa tersebut sering sering disebut Qaul Qadim (pendapat lama).
Kemudian ketika beliau tinggal di Mesir, banyak fatwa keagamaan yang beliau keluarkan,
fatwa ini disebut Qaul Jadid (pendapat baru). Oleh karena itu madzhab syafii ini
Dianggap sebagai mazhab tengah. Artinya , tidak terlalu rasional seperti mazhab Hanafi,
tetapi juga tidak terlalu tradisional seperti mazhab maliki.
Mazhab Syafii kimi dianut oleh umat islam di Libia, Mesir, Indonesia, Filipina, Malaysia,
Somalia, Arabia Selatan, Palestina, Yordania, Libanon, Siria, Irak, Hijaz, Pakistan , India,
Jazirah Indo Cina, Sunni Rusia, dan Yaman. Saat ini mazhab syafii di ikuti oleh 28% umat
islam di dunia, dan merupakan mazhab terbesar kedua setelah mazhab Hanafi.
d. Imam Hanbali
Mazhab Hanbali awalnya berkembang di Bagdad, Irak dan Mesir dalam waktu yang
sangat lama. Abad 12, mazhab ini berkembang di Arab Saudi terutama pada masa
pemerintahan Raja Abdul Aziz as-Suudi. Saat ini mazhab Hanballi menjadi mazhab resmi
pemerintahan Saudi Arabia dan mempunyai penganut terbesar di seluruh Jazirah Ara,
Palestina, Syiria, dan Irak.
Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa misi Islam pun diutus untuk
memperbaiki apa yang sudah ada menjadi lebih baik dan bukan
menghapusnyang sudah ada kemudian menciptakan semuanya menjadi
baru.
Prinsip yang selalu dipegang oleh wali songo dan penyebar agama
islam lainnya bahwa agama islam tidak anti terhadap budaya local apabila
budaya tersebut tidak bertentangan dengan tuntunan al-Quran dan
hadis.Terkait hal ini Rasul SAW memberikan arahan :
Dalam hadis lain diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdullah ibn Masud
disebutkan : Apa yang dipandang baik oleh umat Islam, maka di sisi Allah
pun baik. Hadis tersebut oleh para ahli ushul fiqh di pahami (Dijadikan
dasar) bahwa tradisi masyarakat yang tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariat Islam dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam
menetapkan hukum islam (fikih).
DAFTAR PUSTAKA
Jie, Rawwas Qalah. 1996. Mujam Lughat al-Fuqaha. Cet. I. Beirut: Dar al-
Fikr.
Khallaf, Abdul Wahab. 1978. Ilm Ushul al- Fiqh. Mesir : Dar al-Qalam.
Sadat, Anwar. Islam Dan Kearifan Lokal. Kultural Volume: 11 No. 1 Maret
2010
Sardar, Ziauddin dan Davies, Merryl Wyl (Ed.). 1992. Wajah Islam; Suatu
Perbincangan Tentang Isu-isu Kontemporer. Bandung. Mizan.
al-Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad. t.t. Irsyad al Fuhul. Beirut:
Dar al-Fikr.
Zahroh, Muhammad Abu. 1958. Ushul al Fiqh. Beirut. Dar al Fikr al Arabi.