Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TASYRI’ AL-ISLAMI DAN FIQH AL-ISLAMI


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Logika dan Penalaran Hukum
Dosen Pengampu: Dr. Aspandi

Di Susun Oleh :
Kelompok 2
Muhammad Akmal (221120084)
Abdul Rizki (2211200110)

PRODI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2023-2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga dapat
menyelesaikan dan menyusun makalah mata kuliah Tarikh Tasyri’ ini dengan selesai, dengan
makalah yang berjudul Tasyri’ al-Islami dan Fiqh al-Islami. Harapan kami semoga makalah
ini yang kami susun dapat bermanfaat untuk semua orang dan dapat di pergunakan dengan
sebaik baiknya.
Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW.Yang telah membawa dari zaman kegelapan menuju zaman terang
menerang, dan tak lupa kami bersyukur atas kemudahan yang Allah berikan kepada kami
dalam menyusun makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Serang, 20 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
I.Latar Belakang ................................................................................................................. 1
II.Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
III.Tujuan ............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Terminologi Tasyri’ al-Islami ........................................................................................ 2
B. Tujuan pokok Tasyri’ al-Islami ..................................................................................... 2
C. Macam-macam Tasyri’ al-Islami ................................................................................... 2
D. Aliran Pemikiran Tasyri’ al-Islami ................................................................................ 3
E. Terminologi Fiqh al-Islami ............................................................................................ 3
F. Karakter dan Keistimewaan Fiqh al-Islami .................................................................... 4
G. Hubungan Tasyri’ al-islami dengan Fiqh al-islami ....................................................... 5
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ......................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 8

BAB 1

iii
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Tarikh Tasyri adalah disiplin ilmu yang dekat kaitannya dengan Ilmu Fikih maupun
Usul Fikih. Tujuan ilmu ini adalah untuk mengetahui latar belakang munculnya suatu hukum
atau sebab-sebab ditetapkannya suatu hukum Syariah. Dalam hal ini penetapan hukum atas
suatu masalah yang terjadi pada periode Rasulullah adalah tidak sama atau memungkinkan
adanya perbedaan dengan periode-periode setelahnya. Untuk mengetahui dan mampu
memaparkan sejarah perkembangan hukum dari periode awal Islam hingga saat ini,
diperlukan histografi dan klasifikasi yang sistematis, Inilah ruang lingkup kajian Tarikh
Tasyri. Secara garis besar, dilihat dari sisi manfaat dan kegunaan, mempelajari Tarikh Tasyri
dapat berkontribusi dalam beberapa hal, yaitu: Mengetahui latar belakang pembentukan
Hukum islam menjadi penting agar kita tidak keliru dalam memahami hukum Islam;
Mempelajari perkembangan fikih atau fatwa berarti mempelajari pemikiran ulama yang telah
melakukan ijtihad dengan segala kemampuan yang dimilikinya; Mempelajari produk ulama
dan ijtihadnya sekaligus konstruktif dalam memahami produk pemikiran dan pola yang
dikembangkannya; Mempelajari sejarah hukum Islam sehinggapaling tidakdapat melahirkan
sikap toleran, dan dapat mewarisi pemikiran ulama klasik dan langkah-langkah ijtihadnya dan
mengembangkan gagasannya. Dengan mempelajari Tarikh Tasyri, penuntut ilmu juga diajak
mempelajari sejarah perkembangan mazhab-mazhab fikih Islam, karena kajian Tarikh Tasyri
juga berkembang mencakup pemikiran, gagasan, dan ijtihad ulama pada waktu atau kurun
tertentu. Jadi, tidak mengherankan jika buku ini juga memuat biografi sarjana-sarjana fikih
yang banyak mencurahkan pemikirannya dalam upaya menetapkan perundang-undangan
Islam.
II. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tarikh Tasyri’?
2. Ada berapa macam-macam Tasyri al-islami?
3. Mengapa kita harus mempelajari Tasyri’ al-Islami dan Fiqh al-Islami?
4. Apa perbedaan Tasyri’ al-Islami dengan Fiqh al-Islami?
5. Jelaskan apa saja karakter dan Keistimewaan Fiqh al-Islami?
III. Tujuan
1. Untuk menjelaskan dan menegaskan bahwa sumber dan tujuan kehidupan ini sama yaitu
mengesakan Allah.
2. Untuk memberikan syariat dan aturan hidup bagi setiap kaum.
3. Untuk memberikan kabar gembira bahwa syariat nabi datang sebagai penutup semua
syariat kepada manusia.
4. Untuk menerangkan bahwa syariat sebagai pemersatu umat Islam.
5. Untuk mengatur hubungan antara manusia dengan makhluk-makhluk lain yang hidup
bersama mereka.

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terminologi Tasyri’ al-Islami
Kata tasyri’ memiliki akar kata yang sama dengan syari’ah, kalau syari’ah berarti hukum atau
aturan-aturan yang ditetapkan Allah yang menyangkut tindak-tunduk umat manusia.
Sedangkan tasyri’ bersangkutan dalam hal penetapan hukum dan aturan-aturan tersebut.11
Secara terminologi tasyri’ adalah
‫ه َُو ِس َّن ال َّش ِري َع ِة َوبَيَانُ اَألحْ َك ِام َوإ ْن َشا ُء القوانين‬
Penetapan peraturan, penjelasan hukum-hukum, dan penyusun perundang-undangan.
Tasyri’ bisa dikatakan merupakan istilah teknis tentang proses pembentukan fiqih atau
peraturan perundang-undangan. Didalamnya tercakup produk dan proses pembentukan fiqih
atau perundangundangan. Jadi dalam hal ini istilah tasyri’ lebih tampak ke arah pembentukan
hukum. Dalam prosesnya penetapan hukum bersumber kepada Al-qur‟an dan Hadist, maka
ilmu asbab al-nuzul dan asbab al wurud bagian yang tidak bisa dipisahkan dan diabaikan.
Karena dalam kaitannya sangat penting untuk memperhatikan langkahlangkah berijtihad
yang tela dilakukan oleh para ulama.1

B. Tujuan Pokok Tasyri al-Islami


Tujuan dasar dari ta’sil al tasyri’i adalah ingin menunjukkan pentingnya mashlahah mursalah.
Arti irsal adalah Shari’ tidak menggantungkan suatu kejadian-kejadian dengan teks hukum
tertentu, dan juga tidak ditemukan persamaan sehingga dapat di ilhaqkan (dipertemukan) di
dalam qiyas. Ibnu Ashur menjelaskan dasar operasional istidlal ini sebagai berikut: adanya
suatu sifat yang pantas dijadikan suatu illat ia tidak didasarkan pada suatu hukum asal
tertentu, akan tetapi disandarkan kepada kemaslahatan secara umum dalam perspektif logika.
Jika persamaan (ilhaq) di dalam qiyas adalah persamaan (ilhaq) secara juz’i dengan juz’i
yang lainnya yang diketahui di dalam shara’ karena ada unsur kesamaan dari segi illat-nya,
sebagai mashlahah juz’iyyah dzanniyyah, maka persamaan (ilhaq) pada maslahah mursalah
adalah persamaan (ilhaq) juz’iyyah, yang tidak diketahui dalam hukum syara’ dengan metode
induksi (mustaqriah) dari dalil shara’, baik induksi secara pasti ataupun secara dzanny yang
mendekati kepastian (al Hasani, 1995: 301).2
C. Macam-macam Tasyri’ al-Islami
Hukum Islam memiliki dua dimensi, dimensi illahiyah dan dimensi insaniyah. Dimensi
ilahiyah adalah dimensi transenden dan sakral, ia diyakini sebagai ajaran yang bersumber dari
Allah yang Maha Suci, Maha Sempurna, dan Maha Benar. Dalam dimensi ini, hukum Islam
diyakini oleh umatnya sebagai ajaran suci sehingga sakralitasnya harus tetap dijaga. Dalam
pengertian ini, hukum Islam dipahami sebagai syari'at yang cakupannya luas, tidak hanya
terbatas pada fikih dalam artian terminologi, ia mencakup masalah keimanan, amaliyah dan
etika. Dimensi kedua adalah dimensi insaniyah. Dalam dimensi ini, hukum Islam merupakan
1
Muhammad Rijal Faldi, : Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Tabi’in Cirebon 2020, Hal.6
2
Nurhadi, S.Sos.I., MH, Panorama Maqashid Syariah Bandung 2021, Hal.129-130

v
hasil ijtihad ulama terhadap nash melalui dua pendekatan; pendekatan kebahasaan dan
pendekatan tujuan syara'.
Jadi, tegasnya tasyri' itu terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Tasyri Illahi, yaitu penetapan hukum Islam yang bersumber dari Allah dengan perantaraan
Rasulullah melalui Al-Qur'an dan Hadis.
2. Tasyri Wadh'i, yaitu penetapan hukum Islam yang bersumber dari kekuatan pemikiran
manusia melalui ijtihad - baik individual maupun kolektif."3

D.Aliran Pemikiran Tasyri' al-Islami


Di samping dua pembagian tasyri' tersebut, ada dua aliran fikiran tentang tasyri':
a. Bahwa hukum Islam itu sudah given (dibaca: Al-Qur'an), sudah ada dan termaktub di lauh
al-mahfudz sejak zaman azali. Dari sudut ini, hukum adalah kehendak Tuhan yang
diwahyukan. Sebagai ketentuan Tuhan, ia mendahului bukan didahului negara muslim, ia
mengontrol bukan dikontrol, manusia yang harus menyesuaikan kepada hukum, bukan
hukum menyesuaikan pada perubahan manusia. Artinya, disini tidak berlaku suatu konsep
bahwa hukum berevolusi sebagai gejala sosial (sejarah) yang terkait erat dengan kemajuan
masyarakat.
b. Bahwa hukum itu lahir dan berkembang bersama kehidupan masyarakat (the man made the
law/natural law). Karena al-Qur'an diturunkan pada masyarakat Arab yang sudah mengenal
budaya, bahasa, bahkan agama. Dilihat dari konteksnya, al-Qur'an mengalami dialektika
dengan masyarakat Arab pada waktu itu. Adanya ayat-ayat yang responsif atas pertanyaan
atau permasalahan yang timbul pada waktu itu adalah bukti dari adanya dialektika itu. Oleh
karena itu, hukum yang terkandung dalam al-Qur'an selama bersangkutan dengan budaya
pada masa itu boleh ditafsirkan surut sesuai dengan konteks budaya pada waktu itu. Yang
dipegang adalah ajaran universal dari al-Qur'an itu sendiri seperti: keadilan, kedamaian,
kemerdekaan dan persamaan.4

E. Terminologi fiqh Al- Islami


Terminologi pengertian fiqh al islami yang diberikan oleh para ahli dalam berbagai masa
mengalami perubahan dan perbedaan zaman yang sangat beragam redaksinya, namun dapat
dipahami dengan makna yang sama. Menurut ulama ushul fiqh, fiqh adalah pengetahuan
hukum Islam yang bersifat amaliah melalui dalil yang terperinci. Sementara ulama fiqh
mendefinisikan fiqh sebagai sekumpulan hukum amaliah yang disyari’atkan Islam. Mustafa
Ahmad Zarqa mendefinisikan fiqh sebagai suatu ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang
berkaitan dengan perbuatan manusia yang dikeluarkan dari dalil-dalil yang terperinci. Secara
terminologi, pada awalnya menurut al-Ihsan al-Mujaddidi al-Barakati ia diertikan sebagai
pengetahuan berkaitan akhirat, yang mencakupi aspek-aspek yang boleh merosakkan jiwa
dan pengetahuan mengenai kehinaan dunia ini (Al-Ihsan, 2003/1424H). Fiqh pada asalnya

3
Dr. Yayan Sopyan, SH, MA, MH., Sejarah Pembentukan Hukum Islam Depok 2018, Hal.9-10
4
Dr. Yayan Sopyan, SH, MA, MH., Sejarah Pembentukan Hukum Islam Depok 2018, Hal.10

vi
merujuk kepada pengetahuan seseorang tentang hak baginya dan kewajipan ke atasnya (ma
lahu wa ma c alayh). Takrif ini mencakupi semua bidang ilmu akidah, akhlak dan amali. Ini
adalah bersandarkan takrif fiqh bagi Abu Hanifah, disebabkan padazamannya disiplin ilmu
fiqh, belum lagi dipisahkan dari ilmu-ilmu lain seperti yang wujud pada hari ini (al-Zuhayli,
t.t). Al-Ghazali pula menjelaskan bahawa para ilmuan pada zamannya mengenali ilmu Fiqh
sebagai ilmu fatwa yang bersandarkan dalil dan illah (Al-Ihsan, 2003/1424H). Selanjutnya, ia
lebih dikhususkan sebagai merujuk kepada kefahaman dan pengetahuan tentang hukum
hakam syarak yang praktikal berdasarkan dalil-dalilnya yang terperinci. (Al-Khin et. al,
1989/1410H).5

F. Karakteristik dan Keistimewaan fiqh Al- Islami


Karakteristik Fikih Hukum fikih memiliki dua kareketer, yaitu al-thabat (permanen dan
konstan) dan al-Murunah (elastis dan dinamis). Dari sini dapat dipahami bahwa hukum Islam
itu adalah hukum yang terus hidup, sesuai dengan perkembangan zaman yang terus berubah
dan subur. Hukum Islam senantiasa berkembang dan perkembangan ini merupakan tabiat
Hukum Islam yang harus hidup. Secara lebih luas, uraian diatas dapat dijelaskan bahwa
karakteristik Hukum Islam terdiri atas enam karakter, yaitu :
1. Rabbani Hukum Islam merupakan ketetapan dari Allah, berbeda dengan hukum lainnya,
seperti hukum positif, adat, dll. Hal ini bisa dilihat dari definisi hukum itu sendiri yang
memiliki unsur khithabullah (titah Allah) yang berhubungan dengan perbuatan orang
mukallaf. Sehingga hukum Islam begitu dihormati dan dipatuhi oleh umat Islam. Dan
kepatuhan tersebut diyakini sebagai sebuah ibadah dan satu bentuk pendekatan kepada Allah.
2. Akhlaqiyyah Dalam hukum Islam terdapat unsur pembentukan moral, bukan hanya
sekedar menuntaskan hak dan kewajiaban semata. Lebih dari itu, ia membimbing pada
perbaikan akhlak disamping juga menegakkan kewajiban dan memenuhi hak-hak. Misalnya,
seseorang yang melakukan pembunuhan secara tidak sengaja, maka akan diberi hukuman
memerdekakan budak perempuan mukmin dan membayar diyat kepada keluarga korban atau
berpuasa 2 bulan berturut-turut sebagai bentuk pertobatan kepada Allah SWT23. Ini dalam
rangka untuk membentuk kesadaran dan perbaikan moral.
3. Waqi’i Hukum Islam menyentuh pada kondisi riil yang terjadi di masyarakat. Meskipun
pada tahap implementasinya dilalui dengan bertahap (al-tadrij). Ini menunjukkan bahwa
hukum Islam tidak terjadi di luar realitas.
4. Insaniyyah Hukum Islam diturunkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia,
membimbing dan memelihara sifat-sifat kemanusiaannya. Oleh sebab itu, hukum Islam
datang dengan menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani dan
jasmani. Dia memelihara kemuliaan manusia dan kemanusiaan secara komprehensip.
5. Tanasuq Keteraturan yang dimaksud dalam hukum Islam adalah bahwa semua bagian yang
dikandungnya berjalan secara teratur dan seimbang dalam mencapai satu tujuan. Akan tetapi,
keteraturan ini hanya akan bisa didapati oleh seseorang yang melihat hukum Islam secara
keseluruhan. Hukum Islam mengambil jarak yang sama di antara sisi-sisi yang berlawanan;

5
Dr. Sri Sudiarti, MA, Fiqh Muamalah Kontemporer, Medan, 2018, hal.2

vii
tidak bersifat kapitalistik ataupun marxistis. Hukum Islamberada di tengah-tengah antara
kecenderungan maddiyyah (materialistis) dengan kecenderungan rohaniyah.
6. Shumuli Hukum Islam tidak hanya mengatur urusan ibadah, tetapi juga mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia meliputi hukum keluarga (alahwal al-shakhsiyyah), hukum perdata
(al-madaniyyah), hukum pidana (aljinaiyyah), hukum acara (al-murafaat), hukum perundang-
undangan (aldusturiyyah), hukum tata negara (al-dauliyyah) serta hukum ekonomi dan
keuangan (al-iqtisadiyyah wa al-maliyyah)6

G. Hubungan Tariqh Al-Islami dengan Fiqh Al-Islami


Hubungan Ilmu Fiqh dengan Ilmu Tarikh Tasyri’ Ilmu tarikh memiliki tiga dimensi: masa
lalu, masa kini, dan kemungkinan-kemungkinannya masa yang akan yang akan datang. Untuk
mengetahui bagaimana ilmu fiqh dimasa lalu, bagaimana sekarang dan bagaimana
kemungkinan-kemungkinannya pada masa yang akan datang bisa ditelusuri dari ilmu sejarah
Islam dan sejarah hukum Islam atau lebih dikenal dengan Tarikh al-Tasyri’. Masa lalu dan
masa sekarang memberikan data dan fakta. Dengan fakta ini dicari latar belakangnya serta
ditelusuri kandungan maknanya, sehingga ditemukan benang merahnya yang merupakan
semangat ajaran Islam pada umumnya dan semangat ilmu fiqh pada khususnya berlaku
sepanjang masa. Penerapan semangat ajaran ini tentu akan berubah sesuai dengan situasi dan
kondisi masyarakat yang dihadapinya karena kemaslahatan yang juga berubah-ubah
sebagaimana bunyi kaidah: takhtalifu al-maslahatu fihi bithaghayyurul ahkam bi taghayyuril
azminah wal amkinahwal amkinah wal akhsasi wamin huna wujida al-ijtihadu. Perubahan
hukum bergantung pada perubahan waktu, tempat dan keadaan atau individu, karena itu
dibutuhkan ijtihad. Demikianlah, apa yang dianggap sebuah masalah dimasa lalu bisa
dianggap tidak masalah dimasa kini. Sebaliknya, apa yang tidak dianggap masalah pada masa
lalu bisa dianggap masalah dimasa sekarang. Disinilah letak pentingnya tarikh tasyri’ dalam
hubunganya dengan fiqh.7

KESIMPULAN
6
Faiz Zainuddin, Formulasi Hukum Dan Karakteristik Fiqh, Jawa Timur, 2020, hal.152-154
7
Dr. Yayan Sopyan, S.H., M.A, M.H., Sejarah Pembentukan Hukum islam, Depok, 2018, hal.18-19.

viii
Tasyri’ bisa dikatakan merupakan istilah teknis tentang proses pembentukan fiqih atau
peraturan perundang-undangan. Kata tasyri’ memiliki akar kata yang sama dengan syari’ah,
kalau syari’ah berarti hukum atau aturan-aturan yang ditetapkan Allah yang menyangkut
tindak-tunduk umat manusia. Tujuan dasar dari ta’sil al tasyri’i adalah ingin menunjukkan
pentingnya mashlahah mursalah. Arti irsal adalah Shari’ tidak menggantungkan suatu
kejadian-kejadian dengan teks hukum tertentu, dan juga tidak ditemukan persamaan sehingga
dapat di ilhaqkan (dipertemukan) di dalam qiyas.
Hukum Islam memiliki dua dimensi, dimensi illahiyah dan dimensi insaniyah. Dimensi
ilahiyah adalah dimensi transenden dan sakral, ia diyakini sebagai ajaran yang bersumber dari
Allah yang Maha Suci, Maha Sempurna, dan Maha Benar.
Tasyri' itu terbagi menjadi dua bagian yaitu:
- Tasyri Illahi, yaitu penetapan hukum Islam yang bersumber dari Allah dengan perantaraan
Rasulullah melalui Al-Qur'an dan Hadis.
- Tasyri Wadh'i, yaitu penetapan hukum Islam yang bersumber dari kekuatan pemikiran
manusia melalui ijtihad - baik individual maupun kolektif.
ada dua aliran fikiran tentang tasyri':
Bahwa hukum Islam itu sudah given (dibaca: Al-Qur'an), sudah ada dan termaktub di lauh al-
mahfudz sejak zaman azali.
Bahwa hukum itu lahir dan berkembang bersama kehidupan masyarakat (the man made the
law/natural law). Karena al-Qur'an diturunkan pada masyarakat Arab yang sudah mengenal
budaya, bahasa, bahkan agama.
Terminologi pengertian fiqh al islami yang diberikan oleh para ahli dalam berbagai masa
mengalami perubahan dan perbedaan zaman yang sangat beragam redaksinya, namun dapat
dipahami dengan makna yang sama.
Karakteristik Fikih Hukum fikih memiliki dua kareketer, yaitu al-thabat (permanen dan
konstan) dan al-Murunah (elastis dan dinamis). Dari sini dapat dipahami bahwa hukum Islam
itu adalah hukum yang terus hidup. Karakteristik Hukum Islam terdiri atas enam karakter,
yaitu;
- Rabbani Hukum Islam merupakan ketetapan dari Allah, berbeda dengan hukum lainnya,
seperti hukum positif, adat, dll.
- Akhlaqiyyah Dalam hukum Islam terdapat unsur pembentukan moral, bukan hanya sekedar
menuntaskan hak dan kewajiaban semata.
- Waqi’i Hukum Islam menyentuh pada kondisi riil yang terjadi di masyarakat.
- Insaniyyah Hukum Islam diturunkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia,
membimbing dan memelihara sifat-sifat kemanusiaannya.
- Tanasuq Keteraturan yang dimaksud dalam hukum Islam adalah bahwa semua bagian yang
dikandungnya berjalan secara teratur dan seimbang dalam mencapai satu tujuan.
- Shumuli Hukum Islam tidak hanya mengatur urusan ibadah, tetapi juga mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia meliputi hukum keluarga (alahwal al-shakhsiyyah) dan lain
sebagainya.

ix
- Hubungan Ilmu Fiqh dengan Ilmu Tarikh Tasyri’ Ilmu tarikh memiliki tiga dimensi: masa
lalu, masa kini, dan kemungkinan-kemungkinannya masa yang akan yang akan datang. Untuk
mengetahui bagaimana ilmu fiqh dimasa lalu, bagaimana sekarang dan bagaimana
kemungkinan-kemungkinannya pada masa yang akan datang bisa ditelusuri dari ilmu sejarah
Islam dan sejarah hukum Islam atau lebih dikenal dengan Tarikh al-Tasyri’.16Masa lalu dan
masa sekarang memberikan data dan fakta.
Secara garis besar, dilihat dari sisi manfaat dan kegunaan, mempelajari tarikh tasyri dapat
berkontribusi dalam beberapa hal, yaitu: menghetahui latar belakang pembentukan hukum
islam menjadi penting agar kita tidak keliru dalam memahami hukum islam.

x
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Rijal Faldi, : Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Tabi’in Cirebon 2020, Hal.6
Nurhadi, S.Sos.I., MH, Panorama Maqashid Syariah Bandung 2021, Hal.129-130
Dr. Yayan Sopyan, SH, MA, MH.,
Sejarah Pembentukan Hukum Islam Depok 2018, Hal.9-10
Dr. Yayan Sopyan, SH, MA, MH., Sejarah Pembentukan Hukum Islam Depok 2018, Hal.10
Dr. Sri Sudiarti, MA, Fiqh Muamalah Kontemporer, Medan, 2018, hal.2
Faiz Zainuddin, Formulasi Hukum Dan Karakteristik Fiqh, Jawa Timur, 2020, hal.152-154
Dr. Yayan Sopyan, S.H., M.A, M.H.,
Sejarah Pembentukan Hukum islam, Depok, 2018, hal.18-19.

xi

Anda mungkin juga menyukai