Anda di halaman 1dari 14

Studi Fikih dan Hukum Islam

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu: Drs.H. Subur, M.Ag

Disusun Oleh:

Kelompok 8/ 5B

1. A Wildan Syauqy (2108110043)


2. Naufah Ainiyyah Hilmi (2108110067)
3. Novita Sari (2108110061)

TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan kasih dan sayang serta rahmat-Nya, sehingga dalam proses pembuatan makalah
ini dapat berjalan dengan lancar dan kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Studi Fikih dan Hukum Islam" dengan tepat waktu dan sebaik mungkin. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Metodologi Studi Islam yang diampu oleh
Bapak Drs.H. Subur, M.Ag.

Pada kesempatan kali ini, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
terlibat dalam proses pembuatan makalah ini. Sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan
dalam menulis makalah ke depannya. Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kami dan bagi pembaca serta dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai studi fikih dan hukum Islam.

Cirebon, 7 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Istilah-istilah Seputar Hukum Islam.........................................................................5
B. Urgensi Ijtihad dalam Penetapan Hukum Islam.........................................................................7
C. Mazhab Fiqh dan Metodologi Hukumnya..................................................................................8
D. Perkembangan Mutakhir Kajian Hukum Islam.........................................................................12
BAB III................................................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berbicara mengenai hukum secara sederhana segera terlintas dibenak kita


peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu
masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan
berkembang di dalam masyarakat atau peraturan yang sengaja dibuat oleh penguasa
dengan bentuk dan cara tertentu. Bentuknya mungkin berupa hukum tidak tertulis
maupun hukum yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan seperti hukum barat
yang dipakai di Indonesia. Ketika mengkaji tentang Islam, maka aspek yang ada di
dalamnya tidak lepas membicarakan tentang Hukum (peraturan) yang ada di dalam Islam
itu sendiri, aspek hukum di dalam Islam yang punya konsep dasar dan hukumnya
ditetapkan oleh Allah, dan tidak hanya mengatur tentang hubungan manusia dengan
manusia lain.
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Al-Qur’an yang menjadi
referensi hukum Islam pertama, Hadits (sunnah) yang menjadi referensi yang kedua.
Kedua pedoman ini telah menjadi wasiat utama nabi dalam penyampaian dakwah bagi
penerus-penerus nabi dalam menyampaikan dakwah. Namun ketika terdapat sebuah
masalah yang rumit terpecahkan, yang tidak ditemukan dalil-dalil dalam Al-Qur'an dan
hadits, maka tampilah referensi hukum Islam baru yaitu ijma (perkumpulan ulama'
mujtahid untuk memecahkan masalah rumit tersebut) dan qiyas (menerangkan hukum
dengan membandingkan dengan hukum yang diterangkan dalam Al-Quran dan hadis).
Dalam kajian makalah ini kami akan memaparkan mengenai pengertian studi fikih dan
hukum Islam, mazhab fikih, dan perkembangan kajian hukum Islam.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diperoleh beberapa rumusan masalah antara lain.
1. Apa pengertian studi fikih dan hukum Islam?
2. Apa urgensi ijtihad dalam penetapan hukum Islam?
3. Bagaimana mazhab fikih dan metodologi hukumnya?
4. Bagaimana perkembangan mutakhir kajian hukumnya?

C. Tujuan

4
Dari rumusan masalah di atas dapat diambil beberapa tujuan penulisan, antara
lain.
1. Untuk mengetahui pengertian studi fikih dan hukum Islam
2. Untuk mengetahui urgensi ijtihad dalam penetapan hukum Islam
3. Untuk mengetahui mazhab fikih dan metodologi hukumnya
4. Untuk mengetahui perkembangan mutakhir kajian hukum Islam

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Istilah-istilah Seputar Hukum Islam

1. Syari'ah

Secara harfiah kata syari'ah berasal dari kata syara'a - yasy'rau - syariatan yang
berarti jalan keluar tempat air untuk minum. Pengertian lainya yang dikemukakan dalam
Kitab Buhutsu fi Fiqhi ala Mazhabi li Imam Syafi'i, secara bahasa Syari'ah adalah jalan
lurus. Syariah dalam arti istilah adalah hukum-hukum dan aturan-aturan yang
disampaikan Allah kepada hamba-hamba- Nya. Dengan demikian syariah dalam
pengertian ini adalah wahyu Allah, baik dalam pengertian wahyu al- Matluw (Al-Qur'an),
maupun al-Wahyu gair matluw (Sunnah)

2. Fiqh

Fiqh secara bahasa berarti fahm yang bermakna mengetahui sesuatu dan
memahaminya dengan baik. Menurut pengertian isthilahiyyah, Abu Hanifah memberikan
pengertian (Ma'rifatu nafsi ma laha wa ma alaiha) mengetahui sesuatu padanya dan apa
yang bersamanya yaitu mengetahui sesuatu dengan dalil yang ada. Pengertian yang Abu
Hanifah kemukakan ini umum yang mencakup keseluruhan aspek seperti Aqidah dengan
wajibnya beriman atau Akhlak dan juga Tasawuf. Pengertian fiqh secara istilah yang
paling terkenal adalah pengertian fiqh menurut Imam Syafi'i yaitu pengetahuan tentang
syari'ah ; pengetahuan tentang hukum-hukum perbuatan mukallaf berdasarkan dalil yang
terperinci.

Berdasarkan dengan perkembangan hukum Islam ke berbagai belahan Dunia,


term fiqh berkembang hingga digunakan untuk nama- nama bagi sekelompok hukum-
hukum yang bersifat praktis. Dalam peraturan perundang-undangan Islam dan sistem
hukum Islam kata fiqh ini diartikan dengan hukum yang dibentuk berdasarkan syariah,

5
yaitu hukum-hukum yang penggaliannya memerlukan renungan yang mendalam,
pemahaman atau pengetahuan dan juga Ijtihad. Dalam kajian studi Hukum Islam ini arti
fiqh yang dimaksudkan adalah arti fiqh dalam pengertian yang diberikan oleh Imam
Syafi'i yang lebih mengkhususkan artian fiqh kepada aturan- aturan mengenai perbuatan
mukallaf.

3. Usul Al-Fiqh

Usul Fiqh terdiri dari dua kata usul jamak dari asl yang berarti dasar atau sesuatu
yang dengannya dapat dibina atau dibentuk sesuatu, dan kata fiqh yang berarti
pemahaman yang mendalam. Menurut Istilah, Pengertian usul fiqh adalah ilmu tentang
kaidah dan pembahasan yang mengantarkan kepada lahirnya hukum-hukum syariah yang
bersifat amaliah yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci. Dengan demikian usul al-
fiqh adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh pemahaman tentang maksud syariah.
Dengan kata lain usul al-fiqh adalah sistem (metodologi) dari ilmu fiqh.

4. Mazhab

Pengertian mazhab secara bahasa berarti "tempat untuk pergi" yaitu jalan,
sedangkan pengertian mazhab secara istilah adalah: pendapat seorang tokoh fiqh tentang
hukum dalam masalah ijtihadiyah. Secara lebih lengkap mazhab adalah: faham atau aliran
hukum dalam Islam yang terbentuk berdasarkan ijtihad seorang mujtahid dalam usahanya
memahami dan menggali hukum-hukum dari sumber Islam yaitu Al-Qur'an dan Sunnah.

5. Fatwa

Fatwa artinya petuah, nasehat, jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan
hukum. Dalam istilah Fiqh, fatwa berarti pendapat yang dikemukakan oleh seorang
mujtahid atau faqih sebagai jawaban yang diajukan peminta fatwa dalam suatu kasus
yang sifatnya tidak mengikat. Pihak yang meminta fatwa bisa pribadi atau lembaga
maupun kelompok masyarakat. Fatwa yang dikemukakan mujtahid tersebut tidak bersifat
mengikat atau mesti diikuti oleh si peminta fatwa dan oleh karenanya fatwa ini tidak
mempunyai daya ikat. Pihak yang memberi fatwa dalam istilah fiqh disebut dengan
Mufti, sedangkan pihak yang meminta fatwa disebut mustafti

6. Qaul

Kata Qaul secara etimologi adalah bentuk masdar dari kata kerja Qala-Yaqulu.
Kata Qaul dapat bermakna kata yang tersusun lisan, baik sempurna maupun tidak.
Kiranya secara simpel Qaul dapat diartikan sebagai ujaran, ucapan, perkataan. Dalam
6
istilah fiqh kata Qaul dinisbatkan kepada imam atau pemimpin suatu mazhab atau ulama
fiqh yaitu berupa perkataan maupun ucapan daripada imam fiqh tersebut. Istilah ini juga
dikenal dalam figh Imam Syafi'i, yaitu Qaul Qadim dengan Jadid. Qaul Qadim adalah
pendapat beliau ketika berada di Irak, sedangakan Qaul Jadid adalah pendapat beliau
ketika berada di Mesir.

B. Urgensi Ijtihad dalam Penetapan Hukum Islam

Ijtihad merupakan derivasi dari kata jahada artinya berusaha sungguh-sungguh.


Dalam terminologi hukum ijtihad adalah menggunakan seluruh kesanggupan berpikir
untuk menetapkan hukum syara' dengan cara istimbath dari Al-Qur'an dan Sunnah.
Lapangan ijtihad adalah pada persoalan yang tidak dijelaskan secara tuntas oleh Al-
Qur'an dan Sunnah terutama menyangkut perkembangan ilmu dan peradaban umat
manusia. Ijtihad merupakan dinamika Islam untuk menjawab tantangan zaman. Ia adalah
semangat rasionalitas Islam dalam konteks kehidupan modern yang kian kompleks
permasalahannya. Banyak permasalahan baru yang tidak ada pada masa hidup Nabi
Muhammad SAW
Orang yang melakukan ijtihad dinamakan Mujtahid. Adapun syarat- syarat
seorang mujtahid yaitu Islam, menguasai Al-Qur'an dan ilmu-ilmunya, memahami hadis
dan ilmunya, memahami kaidah bahasa Arab, memiliki ilmu-ilmu yang terkait dengan
masalah yang bahas. Ijtihad dapat dilakukan dengan beberapa cara atau bentuk antara
lain:
a. Ijma, yaitu kesepakatan semua mujtahid pada suatu masa terhadap suatu masalah
hukum.
b. Qiyas, Secara bahasa artinya mengukur atau mempersamakan, yakni
membandingkan atau mempersamakan hukum suatu perkara yang belum ada
ketentuan hukumnya dengan perkara lain yang sudah ada ketentuan hukumnya
dalam Al-Qur'an atau sunnah dengan melihat persamaan 'illat (sebab yang
mendasari ketetapan hukum). Misalnya: arak (khamr) diharamkan karena
memabukkan. (Q.S: 2: 219) dan riba diharamkan karena mengandung unsur
penganiayaan (Q.S. 2:275). Maka secara qiyas, benda dan hal lain pun jika
ternyata memabukkan atau mengandung unsur penganiayaan menjadi haram juga.
7
c. Istihsan, yaitu menetapkan suatu hukum berdasarkan prinsip-prinsip umum ajaran
Islam, seperti keadilan, kasih sayang. Istihsan juga merupakan perpindahan dari

7
suatu qiyas kepada qiyas lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumentasi
dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah kemudharatan. Contohnya:
menurut aturan syara', dilarang mengadakan jual beli yang barangnya belum ada
saat terjadi akad. Akan tetapi berdasarkan istihsan jual beli yang demikian
dibolehkan dengan sistem pembayaran di awal kemudian barangnya dikirim
kemudian asalkan sudah jelas identitas barangnya.
d. Istishab, yaitu menetapkan menurut keadaan sebelumnya sampai ada dalil lain
yang mengubah keadaannya. Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah ia
sudah berwudu atau belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang atau yakin
kepada keadaan sebelum berwudu', sehingga ia harus berwudu kembali karena
sholat tidak sah bila tidak berwudu.
e. Maslahah Mursalah, yaitu menetapkan hukum berdasarkan tinjauan kegunaan atau
kemanfaatannya sesuai dengan tujuan syariat, sementara tidak ada dalil yang
melarang atau mewajibkan pencapaiannya. Misalnya membukukan atau mencetak
Al-Qur'an, menggaji muazin, imam, khotib dan guru agama serta mengadakan
perayaan hari besar Islam.
f. Urf, yaitu menetapkan hukum sesuatu berdasarkan sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan orang banyak. Contoh keharusan ijab kabul dalam jual beli dapat
diganti dengan ucapan terima kasih karena sudah menjadi kebiasaan dalam
masyarakat.
g. Syar'u man Qablana, yaitu syari'at yang diturunkan Allah melalui Nabi-nabi yang
diutus sebelum Nabi Muhammad SAW selama tidak bertentangan dengan al-
Qur'an dan Sunnah.
h. Sududz Dzari'ah, yaitu menurut bahasa artinya menutup jalan. Sedangkan menurut
istilah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi
kepentingan umat.

C. Mazhab Fiqh dan Metodologi Hukumnya

Al-Mazahib (aliran-aliran) dan arti secara sastranya adalah "jalan untuk pergi.
Dalam karya-karya tentang agama Islam, istilah mazahab erat kaitannya dengan hukum
Islam adapun mazhab hukum yang terkenal sampai saat ini ada 4 mazhab yaitu mazhab
Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali. Ini adalah hanya beberapa mazhab yang ada dalam Islam
dan mereka bukanlah hukum sunni yang representatif karena sejak dari abad pertama
sampai kepada permulaan abad keempat tidak kurang dari 19 mazhab hukum atau lebih
dalam Islam yang dalam arti kata muslim terdahulu tidak henti hentinya untuk
8
menyesuaikan hukum dengan peradaban yang berkembang. Timbulnya mazhab-mazhab
ini disebabkan oleh beberapa faktor yang oleh Ali As-Sais dan Muhammad Syaltut
mengemukakannya:

 Perbedaan dalam memahami tentang lafaz Nas


 Perbedaan dalam memahami Hadist
 Perbedaan dalam memahami kaidah lughawiyah Nash
 Perbedaan tentang Qiyas
 Perbedaan tentang penggunaan dali-dalil hukum
 Perbedaan tentang mentarjih dalil-dalil yang berlawanan
 Perbedaan dalam pemahaman Illat hukum
 Perbedaan dalam masalah Nasakh. (Muhammad Syalthut: 1987,16-18).

Berbagai kemungkinan yang menjadi penyebab timbulnya selain yang


dikemukakan di atas, lahimya mazhab juga terjadi karena perbedaan lingkungan tempat
tinggal mereka, para fuqaha' terus mengembangkan istinbath hukum yang mereka
gunakan secara individu dari berbagai persoalan hukum yang mereka hadapi dan metode
yang mereka gunakan terus melembaga dan terus di ikuti oleh para pengikutnya yaitu
para murid-murid mereka. Mazhab fiqh yang terkenal adalah sebagai berikut:

1. Mazhab Hanafi

Mazhab ini dihubungkan dengan Imam Abu Hanifah, ia di kenal sebagai pendiri
mazhab hanafi. Nama lengkapnya adalah Nukman bin Tsabit bin Zuthyi Abu Hanifah
lahir pada tahun 80 H atau 699M keturunan parsi yang cerdas dan punya kepribadian
yang kuat serta berbuat, didukung oleh faktor lingkungan sehingga dalam mengantar
beliau menuju jenjang karier yang sukses dalam bidang ilmiah.
Dasar istinbat yang beliau pakai dalam mengambil kepastian hukum fiqih adalah: Al-
Qur'an, Sunnah, Ijma' Qawlu Shahaby, Qiyas, Istihsan, 'Uruf. Pola fiqih Abu Hanifah
adalah:
a. Kelapangan dan kelonggaran dalam pengalaman ibadah
b. Dalam memberi keputusan dan fatwa, lebih memperhatikan kepentingan golongan
miskin dan orang lemah
c. Menghormati hak kebebasan seseorang sebagai manusia
d. Fiqh Abu Hanifah diwarnai dengan masalah fardhiyah (Perkara yang diada-adakan).
Banyak kejadian atau perkara yang belum terjadi, tetapi telah difikirkan dan telah
ditetapkan hukumnya.

9
Adapun diantara murid-murid Abu Hanifah yang berperan sangat penting dalam
penyebaran mazhab Abu Hanifah adalah Abu Yusuf dialah orang pertama menyusun kitab
mazhab Hanafi dan menyebarkannya sebagai dalil dari Dasar istinbat Imam Malik.

2. Mazhab Maliki

Mazhab ini dinisbahkan kepada Imam Malik. Nama lengkapnya yaitu Imam
Malik ibnu Anas ibnu Abi Amar Al Ashbahy. Beliau adalah tokoh fiqih di Hijaz, bahkan
beliau di katakan sebagai tokoh fiqih seluruh umat Islam. Banyak sekali ulama-ulama
besar yang mempelajari hadits dari beliau. Sudah 70 tokoh ilmu mengakui keahliannya,
dan mulai saat itulah beliau berani membuka majis pengajaran.
Kama itulah banyak sekali ulama mesir dan Maghribi datang ke Madinah untuk
belajar pada beliau. Imam Malik lebih memuliakan ilmu dari pada kedudukannya, serta
terus berusaha mengembangkan ilmu. Di antara kitabnya yaitu Al muwaththa' yang
membahas tentang Hadist dan fiqih. Kitab ini mengumpul kan hadits ulama Hijaz, dan
pendapat-pendapat sahabat dan tabi'in. Ciri-ciri fiqh Imam Malik adalah:
a. Fiqhnya lebih banyak didasarkan pada Maslahah
b. Fatwa Sahabat dan keputusan-keputusan pada masa sahabat, mewarnai penjabaran
pengembangan hukum Imam Malik.

Diantara beberapa murid-murid Imam Malik yang mengembangkan ajarannya adalah


Abdullah bin Wahab, Abdul Rahman bin Kosim, Asyhab bin Abdul Aziz, Abdur-Rahman
bin Hakam, Ashbaga bin Al-faraz al Umawi.

3. Mazhab Syafi'i

Nama lengkap Imam Syafi'i ialah Abu Abdillah Muhammad Ibnu Idris Asy-
Syafi'i, Beliau salah seorang keturunan Abdul Muttalib ibnu Hasyim ibnu Abdul Manaf
ibnu Qusay ibnu kilab, yaitu seorang putra Quraish Muttaliby. Beliau sangat tekun
mempelajari ilmu hadits, fiqih serta memperdalam pengetahuannya dalam tafsir Al
Qur'an. Adapun sumber istinbat beliau mengenai hukum fiqih adalah: Al-Qur'an, As-
Sunnah, Ijma', Perkataan Sahabat, Qias, Istishab.
Banyak karya- karya Imam Syafi'i dalam memeberikan keterangan kajian fiqhi
diantaranya kitab ar-Risalah dan al-Umm. Ciri khas fiqh Imam Syafi'i:
a. Polanya mengawinkan antara cara yang ditempuh Imam Malik dengan Imam Hanafi.
b. Pembatasan hukum dibatasi pada urusan atau kejadian yang benar-benar terjadi.
c. Terdapat banyak perbedaan antara pendapat Syafi'i sendiri, antara Qaul Qodim
(pendapatnya sewaku di Irak) dengan Qaul Jadid (pendapatnya sewaktu di Mesir.
10
Sahabat-sahabatnya yang menyebarkan mazhab ini antaranya Ahmad Ibnu Hambal, Al Hasan
bin Muhammad bin Ash-Shabah Az-Zakfani, Abu Ali al Husein bin Ali Qarabisy, Yusuf bin
Yahyah Al Buaithy, Abu Ibrahim Ismail Yahya al Muzani dan Ar-Rabik bin Sulaiman al
Murady.

4. Mazhab Hambali

Nama lengkap Imam Ahmad ibn Hambal ialah Abu Abdillah Ahmad ibn Hilal ibn
Asad adzDzuhaly Asy Syaibany. Beliau mengadakan perlawatan ke berbagai kota besar
untuk kepentingan ilmu hadist seperti kota Kuffah, Basrah, Mekkah, Madinah, Yaman,
Syam dan Al-zalzirah. Beliau berpegang teguh pada ayat Al-Quran dipahami secara lahir
dan secara mafhum adapun dasar istinbat mengenai hukum fiqih adalah Al-Qur'an,
Sunnah, Fatwa sahabat, Qiyas. Adapun pola fikir Imam Hambal adalah:

a. Al-Nushush dari Al-Qur'an dan Sunnah. Apabila telah ada ketentuan dalan alqur,an
maka ia mengambil makna yang tersurat, makna yang tersirat diabaikan.
b. Apabila tidak ada ketentuan dalam Al-Qur'an dan Sunnah maka ia mengambil atau
menukil fatwa sahabat yang disepakati dari sahabat sebelumya
c. Apabila fatwa sahabat berbeda-beda maka ia mengambil fatwa sahabat yang paling
dekat dengan dalil yang ada dalam al-Qur'an dan Sunnah.
d. Beliau menggunakan hadis mursal dan hadis dha'if apabila tidak ada ketentuan
sahabat, atsar, ataupun ijmak yang menyalahinya.
e. Apabila hadis mursal dan dhaif tidak ada maka ia menggunakan metode Qiyas dalam
keadaan terpaksa.
f. Langkah terakhir adalah menggunakan Sadd al-Dzar'i

Beliau tidak memiliki karya yang dia buat sendiri hanya saja para muridnya
mengembangkan ajarannya dan membuat karya-karya tentang istinbat hukum yang beliau
lakukan, salah satu contoh dari kitab mazhab ini adalah sahabat al-Jamik al-Kabir karya
Ahmad bin Muhammad bin Harun. Adapun tokoh yang menyebarkan ajarannya adalah
Ahmad bin Muhammad bin Harun, Ahmad bin Muhammad ibn Hajjaj al Maruzi, Ishak
bin Ibrahim, Shalih ibn Hanbal, 'Abdul Malik ibn 'Abdul Hamid ibn Mahran al-Maumun.

5. Imam Ja'far

Nama lengkapnya Ja'far bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal- Abidin bin
Husain bin Ali bin Abi Thalib. Beliau adalah ulama besar dalam banyak bidang ilmu
Filsafat, Tasawuf, Fiqih, dan juga ilmu kedokteran. Fiqh Ja'fari adalah fiqih dalam

11
mazhab Syi'ah pada zamannya karena sebelum dan pada masa Ja'far Ash-Shadiq tidak ada
perselisihan. Perselisihan itu muncul sesudah masanya. Dasar istinbat yang beliau pakai
dalam mengambil kepastian hukun adalah: Al-Qur'an, Sunnah, Ijma', 'Aqal (Ra'yu).
Pengikutnya banyak di Iran dam negara sekitamya, Turki, Syiria, dan Afrika Barat.
Mazhab ini diikuti juga oleh ummat Islam negara lainnya meskipun jumlahnya tidak
banyak.

D. Perkembangan Mutakhir Kajian Hukum Islam

Perkembangan terakhir dalam kajian hukum Islam ini terjadi setelah adanya
persentuhan budaya dengan barat. Bisa dikatakan kalau awal perkembangan mutakhir
dalam hukum Islam ini dimulai di Turki dan Mesir yang menyadari bahwa Islam semakin
tertinggal dari Barat maka mulai saat itulah muncul toko-tokoh dalam Islam yang
mencoba mereformasi hukum Islam dengan mengangkat tema bahwa pintu ijtihad telah
terbuka demi perkembangan Islam dari zaman ke zaman.
Dalam berbagai bidang muncul tokoh-tokoh yang mencoba memberikan
sumbangan pikirannya dalam perkembangan Islam dan hukum Islam sebagai contoh:
Abdul Qadir Audah dengan bukunya Tasyri'ul jina'i Al-Islamy bi al-Qonun al-Wadhie
yang mencoba membandingkan antara hukum Perancis dengan hukum Islam. Muhammad
Baqir Al-Sadr seorang ulama Syiah dari Irak, Sayyid Abu A'la Al-Maududi seorang
idiolog fundamentalis dalam Islam khususnya Pakistan, Ali Abd Al-Razik yang menulis
buku Al-Islam wa Ushul Al- hukm, buku ini menimbulkan kontroversi di Mesir dan juga
negeri-negeri lain kama buku ini mengemukakan mengenai pembenaran di hapuskannya
kesultanan Utsmaniyah di Turki dan berpendapat Islam tidak menentukan bentuk
pemerintahan.
Di Indonesia sendiri pengkajian hukum Islam terus berkembang dengan
didirikannya IAIN serta banyaknya universitas-universitas swasta yang mengkaji Islam di
berbagai daerah di Indonesia khususnya di Fakultas Syariah yang benar-benar kajian
utama dari fakultas ini adalah hukum Islam. Lain dari itu adanya MUI yang selalu
memberikan fatwa yang sesuai yang sesuai dengan keadaan Islam di Indonesia dalam
memberikan istinbat hukum sesuai dengan masalah yang ada serta majelis-majelis lainnya
disetiap organisasi Islam di Indonesia, seperti majelis tarjihnya Muhammadiyah.
Hal ni merupakan suatu karya yang penting bagi umat Islam Indonesia serta
perkembangan yang baik dalam pembaruan hukum Islam. Selanjutnya perkembangan
yang paling besar yang ada di Indonesia ini adalah lahirnya Kompilasi Hukum Islam yang

12
merupakan fiqhnya Indonesia serta telah banyaknya dimulai pembentukan Undang-
undang di Indonesia berasaskan hukum Islam.
Belakangan ini beredar wacana bahwa KHI yang ada ini sudah tidak cocok lagi
menurut kemajuan zaman untuk itu menerapkan tokoh Islam mencoba memberikan
pembaruan KHI yang biasa saat ini dikenal dengan Counter Legal Draft KHI (CLD KHI)
yang sampai saat ini masih belum selesai di perbincangkan karena masih terjadi pro dan
kontra atas isi dari CLD KHI tersebut. Hal ini dijadikan momentum adanya usaha
pembaruan hukum Islam serta keseriusan tokoh Islam membuka kembali pintu ijtihad

BAB III

PENUTUP
A. Simpulan

Secara garis besar saat kajian hikum Islam jadi pembahasan awal dari pembahasan
ini tidak lepas dari pemahaman atas Syariah, Fiqh, Ushul Al-figh, serta hal lain yang
berkenaan dengan dasar pembentukan hukun Islam yang kesemuanya bisa dikatakan
merupakan asas dari aturan dan kaidah dalam Islam sebagai pengatur kehidupan umat
Islam dari masa ke-masa. Hal tersebut, tidak lepas dari sumber utamanya yaitu Al-qur'an
dan sunah Rasulullah serta dilengkapi dengan ijtihad ulama-ulama faqih. Yang paling
dikenal ada beberapa ulama hukum yang sumbangan fikirannya sampai saat ini masih
dikenal dan dipakai dalam kehidupan ummat muslim di seluruh dunia yaitu Imam Ja'fary,
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad Ibn Hanbal. Kelima
ulama ini banyak memberikan wacana hukum dan penyelesaian hukum dalam berbagai
kasus hukum dalam dunia Islam serta pembuka wacana keilmuan dalam ilmu hukum
Islam.
Hukum Islam adalah sebuah wadah bagi orang muslim untuk mentaati perintah
Allah dan rasul. Dengan diterapkannya hukum Islam, maka akan membuat pelaku-
pelakunya jera untuk melakukan sebuah larangan yang menjadi larangan Allah. Terkait
dengan hukum islam, ada beberapa negara yang menganut hukum islam, seperti arab
saudi, Malaysia dan sebagainya. Hukum Islam tentunya harus menganut dua pedoman
yaitu al Qur'an dan hadis. Hukum Islam sulit diterapkan di Indonesia karena nyatanya
penduduknya berbeda-beda dan beragam-ragam dari segi suku, agama, budaya, dan
sebagainya.
B. Saran

13
Penulis menyadari masih ada banyak kekurangan dalam hal membuat makalah
ini, sehingga dibutuhkan sebuah saran atau kritik yang dapat membangun rasa
semangat dan dukungan dalam pembuatan makalah ini agar ke depannya penulis dapat
lebih baik lagi dalam proses penyusunan makalah.

DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Nurhasanah. Marwan. (2016). “Metodologi Studi Islam.” Pekanbaru: Cahaya
Firdaus.

Bahtiar, Ahmad Reza. (2022). Definisi Ushul Fiqh Sebagai Metode Ijtihad. Di akses pada
tanggal 12 September 2023 dari https://pa-tigaraksa.go.id/definisi-ushul-fiqh-sebagai-
metode-ijtihad/

Harisudin, N. (2021). PENGANTAR STUDI FIQIH.

Musa, M. Y. (2014). Pengantar Studi Fikih Islam. Pustaka Al Kautsar.

Nurhayati, N. (2018). Memahami Konsep Syariah, Fikih, Hukum Dan Ushul Fikih. Jurnal
Hukum Ekonomi Syariah, 2(2), 124-134.

Rohidin. (2016). Pengantar Hukum Islam. Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books

Shidiq, H. S. (2021). Studi Awal Perbandingan Mazhab Dalam Fikih. Prenada Media.

14

Anda mungkin juga menyukai