Disusun Oleh:
Kelompok 3
Puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT,Atas rahmat dan
hidayahNya, kami sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “INSTRUMEN DALAM FILSAFAT HUKUM ISLAM” ini dengan
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat
Hukum Islam dengan tujuan dari pembuatan Makalah ini untuk memperluas
wawasan serta memberikan inspirasi kepada para pembacanya mengenai isi
makalah yang kami buat.Terlebih dahulu Tidak lupa kami sampaikan rasa terima
kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam
penyusunan makalah ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami
dapat melaksanakan tugas Filsafat Hukum Islam dengan aman dan lancar
serta dalam konsisi sehat wal afiat.
2. Bapak Dr.Hervin Yoki Pradikta,.M.H.I selaku Dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Hukum Islam di Fakultas Syariah Prodi Hukum Hukum Tata Negara
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………….……………………………….iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang….……………………………………………………………….1
B.Rumusan Masalah……………………………………………………………….2
C.Tujuan Penulisan…...……………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan………………………………………………………………….…10
B.Saran………...…………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA…..………………………………………………………..12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Para ahli mempunyai definisi yang sangat beragam mengenai apa itu filsafat
hukum Islam.1 Hal ini terjadi, karena filsafat hukum Islam dalam tradisi dan
keilmuan Islam merupakan disiplin baru. Dalam pembidangan ilmu keislaman
tradisional, filsafat hukum belum dikenal, sekalipun dalam beberapa hal, ia
mempunyai kemiripan dengan usul fikih. Karena masih termasuk disiplin baru,
filsafat hukum Islam masih proses pencarian bentuk bakunya. Ia tidak seperti
filsafat Islam yang sudah mempunyai bentuk baku.
1
Fathurrrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, cet. ke-1 (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997),
hlm. 37.
1
serta aksiologi hukum Islam.maka dalam makalah ini akan di bahas tentang
instrument dalam filsafat hukum islam.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin kami capai
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat dalam Dictionary of Philosophy, berasal dari dua kata, yakni philos
dan sophia. Philos artinya cinta, sedangkan sophia artinya kebijaksanaan.
Philosophy as love of wisdom, filsafat sebagai pemikiran mendalam melalui cinta
dan kebijaksanaan. William L. Reese sebagaimana dikutip Abdul Rojak dan Isep
Zainal Arifin mengatakan bahwa secara etimologis filsafat dapat diartika sebagai
(1) cinta kepada kebijaksanaan (love of wisdom), (2) cinta pada kepandaian dan
ilmu pengetahuan, (3) cinta pada kebenaran, (4) keinginan yang mendalam untuk
mencari atau mendapatkan kebijaksanaan, kebenaran, kepandaian dan ilmu
pengetahuan, dan (5) keinginan untuk pandai, bijak, dan sebagainya dalam konteks
yang sama.
2
M. Muslehuddin, Philosophy of Islamic Law and the Orientalist, Edisi terjemah oleh Yudian
Wahyudi Asmin, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis, (Yogyakarta: Tiara
Wacana,t..), hlm. 13.
3
Filasafat hukum adalah pengetahuan tentang pemikiran mendalam,
sistematis, logis, dan radikal tentang berbagai aturan yang berlaku dalam kehidupan
manusia, baik aturan bermasyarakat maupun aturan bernegara.
Filsafat hukum Islam atau filsafat al-Tasyri" al-Islami, seperti halnya filsafat
hukum dalam pengertian yang dikenal di lingkungan Fakultas hukum di Indonesia.
Filsafat hukum Islam dapat dinyatakan sebagai bagian dari kajian filsafat hukum
secara umum atau dengan kata lain suatu ilmu yang mengkaji hukum Islam dengan
pendekatan filsafat.
3
Amir Syarifuddin, Pengertian dan Sumber Hukum, op.cit., hlm. 16.
4
Syariat juga diartikan sebagai jalan yang lurus atau thariqatun mustaqimatun
sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur'an surat Al-Jatsiyah ayat 18:
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak mengetahui. (QS Al-Jatsiyah: 18)
علَ ْي ِه فَأَحْ ُكم بَ ْينَ ُهم بِ َما أَنزَ َل ّللاُ َو َل تَتبِ ْع ِ َص ِدقًا ِل َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه مِ نَ ْال ِكت
َ ب َو ُم َهيْمِ نا َ ق ُم ِ َب بِ ْال َح
َ َوأَنزَ ْلنَا إِلَيْكَ ْال ِكت
عةً َومِ ْن َها ًجا َو َل ْو شَا َء ّللاُ لَ َج َعلَ ُك ْم أُمةً َواحِ دَة ً َولَكِن ِليَ ْبلُ َو ُك ْم َ ق ِل ُك ِل َج َع ْلنَا مِ ن ُك ْم ش ِْرِ عما َجا َءكَ مِ نَ ْال َح َ أ َ ْه َوا َءهُ ْم
ِ ت ِإلَى
َّللا َم ْر ِجعُ ُك ْم َجمِ ي ًعا َفيُن َِبئ ُ ُكم ِب َما ُكنت ُ ْم فِي ِه ت َْختَ ِلفُون ِ فِي َما َءات َن ُك ْم فَا ْست َ ِبقُوا ْال َخي َْرا
5
Pada ayat di atas, kata syariat artinya aturan atau hukum. Oleh karena itu,
ayat di atas berhubungan (munasabah al-ayat) dengan ayat sebelumnya, yakni Al-
Maidah ayat 45:
Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan
telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. barangsiapa yang
melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa
baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (QS Al-Maidah: 45)
Syariat, berdasarkan ayat di atas dapat dipahami adalah hukum Islam yang
di dalamnya terdapat berbagai aturan yang diperuntukkan bagi manusia. Hukum
atau syariat itu sendiri berkaitan dengan kehidupan ritual maupun sosial. Syariat
yang berarti Islam itu sendiri, segala sesuatu yang berkaitan dengannya, merupakan
hak prerogatif Allah Swt.
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak mengetahui. (QS Al-Jatsiyah: 18)
6
hukum di luar syariat yang disebut dengan "hawa nafsu". Syariat merupakan konsep
substansial dari seluruh ajaran Islam.
1. Ketuhanan (Rabbaniyyah).
2. Universal (Alamiyyah).
3. Menyeluruh (Syumul).
7. Keseimbangan (tawazun).
َعلَى قُلُو ِب ِه ْم فَ ُه ْم َل َي ْفقَ ُهون ُ َرضُوا ِبأَن َي ُكونُوا َم َع ْالخ ََوالِفِ َو
َ ط ِب َع
Mereka telah berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang, dan hati
mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui (kebahagiaan beriman
dan berjihad). (QS At-Taubah: 87)
Arti figh berdasarkan ayat di atas adalah mengetahui, mema- hami, dan
menanggapi sesuatu dengan sempurna. Penggunaan istilah figh awalnya
mencangkup hukum-hukum agama secara keseluruhan, yakni yang berhubungan
dengan akidah dan hukum- hukum amaliah. Fiqh dalam pengertian
4
nasiranie.blogspot.com/.../bab-1-ciri-ciri-syariah-keistimewaannya.html. diakses 20 Maret 2012.
7
menggambarkan tabiat yang hakiki dari pemikiran Islam, karena fiqh dalam
berbagai bidang kehidupan pun bergantung kepada, dan berdasarkan atas Al-Qur'an
dan As-Sunah.
Secara semantis, kata fiqh bermakna fahm al-asysya' al- daqiqah (paham
yang mendalam), mengetahui, paham terhadap pembicaraan orang lain. Atau
mengetahui sesuatu dan mema- haminya dengan baik. Sedangkan menurut istilah
adalah hasil penjabaran praktis tentang hukum-hukum syariat yang berkaitan
dengan perbuatan mukallaf yang diambil dari dali-dalil terperinci. Fiqh sering
disebut juga dengan jurisprudensi."
Fiqh dari definisi itu dapat diketahui bukanlah hukum syara' itu sendiri,
tetapi ia merupakan interpretasi terhadap hukum syara' tersebut yang terkait dengan
situasi dan kondisi yang melingkupinya, maka fiqh senantiasa berubah seiring
perubahan waktu dan tempat.5
Tasyri' adalah kata yang diambil dari lafaz syariah yang artinya "jalan yang
lurus". Secara terminologis, tasyri' oleh para fuqaha diartikan sebagai hukum-
hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya yang diungkapkan
melalui perantaraan Rasulullah Saw., agar manusia melaksanakan hukum-hukum
tersebut atas dasar keimanan, baik hukum yang berpautan dengan perbuatan
badaniah manusia maupun yang berkaitan dengan masalah akidah, akhlak dan budi
pekerti. Syariah dalam pengertian itu dipetik kata "tasyri" yang artinya menciptakan
undang-undang dan membuat kaidah-kaidah. Tasyri' dalam pengertian tersebut
adalah "membuat undang-undang", baik undang-undang yang dibuat bersumber
dari ajaran agama yang disebut dengan tasyri' samawiyy maupun dari perbuatan
manusia dan hasil pikirannya yang dinamakan dengan istilah tasyri' wad'iyy."
5
Fadhil Lubis, The History of Islamic Law In Indonesia, op.cit., hlm. 9.
8
diturunkan oleh Allah dan yang datang dari Nabi Muhammad Saw. belum berarti
telah menjadi tasyri', sebaliknya tasyri' di dalamnya adalah substansi dari syariat
Islam.
ما يتعلق باإليمان باهلل ومالئكته ورسله واليوم اآلخر وهذه مباحث علم الكالم او اصول الدين:اْلول
وهذا مباحث علم اْلخالق، ما يتعلق بافعال القلوب والملكات اْلخالق: الحث على مكارم من الثاني
Tiga masalah dalam ajaran agama Islam yang terdapat dalam Al-Qur'an
adalah yang berkaitan dengan keimanan, akhlak, dan perbuatan fisikal
hubungannya dengan perintah, larangan dan pilihan-pilihan. Hal pertama yang
dikaji secara mendalam oleh ilmu kalam atau ushuluddin, yang kedua menjadi
objek kajian ilmu akhlak, sedangkan yang ketiga dikaji oleh ilmu fikih oleh para
fuqaha. 6
6
Juhaya, Filsafat, op.cit., hlm. 7.
9
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
syariat berarti jalan yang diterapkan Tuhan yang membuat manusia harus
mengarahkan hidupnya untuk mewujudkan kehendak Tuhan agar hidupnya bahagia
di dunia dan di akhirat.
1. Ketuhanan (Rabbaniyyah).
2. Universal (Alamiyyah).
3. Menyeluruh (Syumul).
7. Keseimbangan (tawazun).
Tasyri' adalah kata yang diambil dari lafaz syariah yang artinya "jalan yang
lurus". Secara terminologis, tasyri' oleh para fuqaha diartikan sebagai hukum-
hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya yang diungkapkan
melalui perantaraan Rasulullah Saw., agar manusia melaksanakan hukum-hukum
10
tersebut atas dasar keimanan, baik hukum yang berpautan dengan perbuatan
badaniah manusia maupun yang berkaitan dengan masalah akidah, akhlak dan budi
pekerti.
B.Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
M,Muslehuddin, Philosophy of Islamic Law and the Orientalist, Edisi terjemah oleh
Yudian Wahyudi Asmin, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis,
Yogyakarta: Tiara Wacana,
nasiranie.blogspot.com/.../bab-1-ciri-ciri-syariah-keistimewaannya.html. diakses
20 Maret 2012.
Juhaya, Filsafat.
12