Anda di halaman 1dari 15

“INSTRUMEN DALAM FILSAFAT HUKUM ISLAM”

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah:Filsafat Hukum Islam
Dosen Pengampu:Dr.Hervin Yoki Pradikta,.M.H.I

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Akmal Syaba 2121010131


Asef Maulafa 2121020152
M Martha Rico 2121020218
Putri Ratna Sari 2121020089

HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT,Atas rahmat dan
hidayahNya, kami sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “INSTRUMEN DALAM FILSAFAT HUKUM ISLAM” ini dengan
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat
Hukum Islam dengan tujuan dari pembuatan Makalah ini untuk memperluas
wawasan serta memberikan inspirasi kepada para pembacanya mengenai isi
makalah yang kami buat.Terlebih dahulu Tidak lupa kami sampaikan rasa terima
kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam
penyusunan makalah ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami
dapat melaksanakan tugas Filsafat Hukum Islam dengan aman dan lancar
serta dalam konsisi sehat wal afiat.
2. Bapak Dr.Hervin Yoki Pradikta,.M.H.I selaku Dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Hukum Islam di Fakultas Syariah Prodi Hukum Hukum Tata Negara
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam


makalah ini, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca. Kritik yang membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua

Bandar Lampung, 12 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI…………………………………….……………………………….iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang….……………………………………………………………….1

B.Rumusan Masalah……………………………………………………………….2

C.Tujuan Penulisan…...……………………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Filsafat Hukum Islam……..…………………………………………3

B.Pengertian Syariah dan Fiqh Serta Ciri-Cirinya…………………………………4

C.Pengertian Tasyri’ dan Ciri-Cirinya……...………………………………………8

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan………………………………………………………………….…10

B.Saran………...…………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA…..………………………………………………………..12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Para ahli mempunyai definisi yang sangat beragam mengenai apa itu filsafat
hukum Islam.1 Hal ini terjadi, karena filsafat hukum Islam dalam tradisi dan
keilmuan Islam merupakan disiplin baru. Dalam pembidangan ilmu keislaman
tradisional, filsafat hukum belum dikenal, sekalipun dalam beberapa hal, ia
mempunyai kemiripan dengan usul fikih. Karena masih termasuk disiplin baru,
filsafat hukum Islam masih proses pencarian bentuk bakunya. Ia tidak seperti
filsafat Islam yang sudah mempunyai bentuk baku.

Dengan tidak bermaksud menyederhanakan. Dalam hal ini, penyusun


mengambil definisi yang dianggap representatif dan komprehensif dari semua
definisi yang diberikan oleh para ahli, yaitu, filsafat hukum Islam merupakan
filsafat khusus yang objeknya tertentu, yakni hukum Islam. Artinya filsafat hukum
Islam adalah filsafat yang diterapkan pada hukum Islam, di mana filsafat digunakan
untuk menganalisis hukum Islam secara metodis dan sistematis sehingga mendapat
keterangan yang mendasar.Dengan rumusan lain, filsafat hukum Islam ialah
pengetahuan tentang hakikat (ontologi), metode (epistemologi), tujuan dan rahasia
(aksiologi) tentang hukum Islam, yang dilakukan secara ilmiah, sistematis, radikal
dan dapat dipertanggung jawabkan. 1

Dengan menggunakan filsafat sebagai instrumen analisis, layaknya filsafat


pada umumya yang tidak bisa lepas dari tiga komponen: ontologi, epistemologi,
dan aksiologi. Maka filsafat hukum Islam juga terkait erat dengan tiga komponen
di atas, yaitu: apa ontologi hukum Islam; bagaimana epistemologi hukum Islam;

1
Fathurrrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, cet. ke-1 (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997),
hlm. 37.

1
serta aksiologi hukum Islam.maka dalam makalah ini akan di bahas tentang
instrument dalam filsafat hukum islam.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka Adapun rumusan masalahnya


adalah sebagai berikut:

1.Apakah pengertian dari filsafat hukum islam?

2.Apakah pengertian syariah dan fiqh serta bagaimanakah ciri-cirinya?

3.Apakah pengertian tasyri’ dan bagaomanakah ciri-cirinya?

C.Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin kami capai
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.Untuk mengetahui pengertian dari filsafat hukum islam.

2.Untuk mengetahui pengertian syariah beserta ciri-cirinya.

3.Untuk menegtahui pengertian tasyri’ beserta ciri-cirinya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Filsafat Hukum Islam

Filsafat dalam Dictionary of Philosophy, berasal dari dua kata, yakni philos
dan sophia. Philos artinya cinta, sedangkan sophia artinya kebijaksanaan.
Philosophy as love of wisdom, filsafat sebagai pemikiran mendalam melalui cinta
dan kebijaksanaan. William L. Reese sebagaimana dikutip Abdul Rojak dan Isep
Zainal Arifin mengatakan bahwa secara etimologis filsafat dapat diartika sebagai
(1) cinta kepada kebijaksanaan (love of wisdom), (2) cinta pada kepandaian dan
ilmu pengetahuan, (3) cinta pada kebenaran, (4) keinginan yang mendalam untuk
mencari atau mendapatkan kebijaksanaan, kebenaran, kepandaian dan ilmu
pengetahuan, dan (5) keinginan untuk pandai, bijak, dan sebagainya dalam konteks
yang sama.

Dalam Oxford English Dictionary. Hukum adalah "The body of rules,


wether proceeding from formal enactment or from custom, which a particular state
or community recognized as binding on its members or subjects". (Sekumpulan
aturan baik yang berasal dari aturan formal maupun adat, yang diakui oleh
masyarakat dan bangsa tertentu yang mengikat bagi anggotanya). Secara lebih luas
istilah hukum mencangkup setiap aturan bertindak, katakanlah, setiap standar atau
pola di mana perbuatan-perbuatan (baik yang melalui pe- rantara rasio atau kerja-
kerja alamiah itu, harus disesuaikan).2

Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat dipahami bahwa hukum adalah


aturan-aturan atau norma yang diakui dan mengikat para anggotanya dalam sebuah
masyarakat yang dibuat oleh badan (lembaga) dan dilaksanakan bersama dan
ditujukan untuk mewujudkan keteraturan dan kedamaian.

2
M. Muslehuddin, Philosophy of Islamic Law and the Orientalist, Edisi terjemah oleh Yudian
Wahyudi Asmin, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis, (Yogyakarta: Tiara
Wacana,t..), hlm. 13.

3
Filasafat hukum adalah pengetahuan tentang pemikiran mendalam,
sistematis, logis, dan radikal tentang berbagai aturan yang berlaku dalam kehidupan
manusia, baik aturan bermasyarakat maupun aturan bernegara.

Filsafat hukum Islam atau filsafat al-Tasyri" al-Islami, seperti halnya filsafat
hukum dalam pengertian yang dikenal di lingkungan Fakultas hukum di Indonesia.
Filsafat hukum Islam dapat dinyatakan sebagai bagian dari kajian filsafat hukum
secara umum atau dengan kata lain suatu ilmu yang mengkaji hukum Islam dengan
pendekatan filsafat.

Filsafat hukum Islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan


tujuan hukum Islam yang baik yang menyangkut materinya, maupun proses
penetapannya,3 atau filsafat yang digunakan untuk memancarkan, menguatkan, dan
memelihara hukum Islam, sehingga sesuai dengan maksud dan tujuan Allah
menetapkannya di muka bumi, yaitu untuk kesejahteraan umat manusia seluruhnya.
Dengan filsafat ini, hukum Islam akan benar- benar cocok sepanjang masa.

B. Pengertian Syariah dan Fiqh Serta Ciri-cirinya

Makna harfiah syariah adalah jalan menuju sumber kehidupan. Syariat


adalah rujukan tindakan umat Islam dalam beragama yang erat hubungannya
dengan masalah akidah, ibadah, dan muamalah. Secara etimologi syariah berasal
dari bahasa Arab syara'a, yasyra'u, syar'an wa syari'atan yang berarti jalan ke tempat
air.³ Kata ini kemudian dikonotasikan oleh bangsa Arab dengan jalan yang lurus
yang harus dituntut. Sedangkan menurut terminologi syariat berarti jalan yang
diterapkan Tuhan yang membuat manusia harus mengarahkan hidupnya untuk
mewujudkan kehendak Tuhan agar hidupnya bahagia di dunia dan di akhirat.
Makna ini meliputi seluruh panduan Allah kepada hamba-Nya." Para Rasul
menyampaikan kepada umtnya agar diamalkan di dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam bentuk akidah, akhlak, muamalat, dan sebagainya. Ringkasnya, syariat
Islam merupakan keseluruhan ajaran Islam yang bersumber dari wahyu Allah Swt."

3
Amir Syarifuddin, Pengertian dan Sumber Hukum, op.cit., hlm. 16.

4
Syariat juga diartikan sebagai jalan yang lurus atau thariqatun mustaqimatun
sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur'an surat Al-Jatsiyah ayat 18:

َ َ‫ثُم َجعَ ْلنَاك‬


‫علَى ش َِريعَة ِمنَ ْاْل َ ْم ِر فَاتبِ ْع َها َو َل ت َتبِ ْع أ َ ْه َوا َء الذِينَ َل‬

َ‫يَ ْعلَ ُمون‬

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak mengetahui. (QS Al-Jatsiyah: 18)

Kata syariat di dalam A-Quran senantiasa dihubungkan dengan Allah, ulama


ushul fiqh memahami konsep syariat sebagai teks-teks kalamullah yang bersifat
syar'i, yakni sebagai al-nashush al-muqaddasah yang tertuang dalan bacaan Al-
Qur'an dan as- Sunnah yang sifatnya tetap, tidak mengalami perubahan. Dalam Al-
Qur'an pun terdapat kata syariat yang sepadan dengan kata ad-din yang artinya
agama, sebagaimana terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 48:

‫علَ ْي ِه فَأَحْ ُكم بَ ْينَ ُهم بِ َما أَنزَ َل ّللاُ َو َل تَتبِ ْع‬ ِ َ‫ص ِدقًا ِل َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه مِ نَ ْال ِكت‬
َ ‫ب َو ُم َهيْمِ نا‬ َ ‫ق ُم‬ ِ ‫َب بِ ْال َح‬
َ ‫َوأَنزَ ْلنَا إِلَيْكَ ْال ِكت‬
‫عةً َومِ ْن َها ًجا َو َل ْو شَا َء ّللاُ لَ َج َعلَ ُك ْم أُمةً َواحِ دَة ً َولَكِن ِليَ ْبلُ َو ُك ْم‬ َ ‫ق ِل ُك ِل َج َع ْلنَا مِ ن ُك ْم ش ِْر‬ِ ‫عما َجا َءكَ مِ نَ ْال َح‬ َ ‫أ َ ْه َوا َءهُ ْم‬
ِ ‫ت ِإلَى‬
َ‫ّللا َم ْر ِجعُ ُك ْم َجمِ ي ًعا َفيُن َِبئ ُ ُكم ِب َما ُكنت ُ ْم فِي ِه ت َْختَ ِلفُون‬ ِ ‫فِي َما َءات َن ُك ْم فَا ْست َ ِبقُوا ْال َخي َْرا‬

Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran,


membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang
sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. (QS Al-
Maidah: 48)

5
Pada ayat di atas, kata syariat artinya aturan atau hukum. Oleh karena itu,
ayat di atas berhubungan (munasabah al-ayat) dengan ayat sebelumnya, yakni Al-
Maidah ayat 45:

َ َ ‫س ِبالن ْف ِس َو ْال َعيْنَ ِب ْال َعي ِْن َو ْاْل‬


‫نف‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم فِي َها أَن الن ْف‬
َ ‫َو َكت َ ْبنَا‬

َ ِ‫باْلنف واْلذن باْلُذُ ِن َوال َين ِبالت ِِن َو ْال ُج ُرو َح ق‬


‫صاص فَ َمن‬

ُ‫ارة لهُ َو َمن ل ْم تَحْ ُكم بِ َما أ َنزَ َل ّللا‬


َ ‫ فَ ُه َو كَف‬،ِ‫صدقَ بِه‬
َ َ‫ت‬

َ‫فَأ َ ْولَتَبِكَ هُ ُم الظ ِل ُمون‬

Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan
telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. barangsiapa yang
melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa
baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (QS Al-Maidah: 45)

Syariat, berdasarkan ayat di atas dapat dipahami adalah hukum Islam yang
di dalamnya terdapat berbagai aturan yang diperuntukkan bagi manusia. Hukum
atau syariat itu sendiri berkaitan dengan kehidupan ritual maupun sosial. Syariat
yang berarti Islam itu sendiri, segala sesuatu yang berkaitan dengannya, merupakan
hak prerogatif Allah Swt.

Dalam surat At-Jatsiyah ayat 18, Allah Swt. berfirman:

َ َ‫ثُم َجعَ ْلنَك‬


‫علَى ش َِريعَة ِمنَ ْاْل َ ْم ِر فَاتبِ ْع َها َو َل تَتبِ ْع أ َ ْه َوا َء الذِينَ َل‬

َ‫يَ ْعلَ ُمون‬

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak mengetahui. (QS Al-Jatsiyah: 18)

Ayat di atas memaparkan pengertian syariat yang identik dengan seluruh


ajaran Islam. Semua diseru untuk mengikuti syariat-Nya dan melarang mengikuti

6
hukum di luar syariat yang disebut dengan "hawa nafsu". Syariat merupakan konsep
substansial dari seluruh ajaran Islam.

Ciri-ciri syariat berpusat pada asas-asas berikut:4

1. Ketuhanan (Rabbaniyyah).

2. Universal (Alamiyyah).

3. Menyeluruh (Syumul).

4. Asli dan Abadi.

5. Mudah serta menghilangkan kesusahan.

6. Memelihara maslahat manusia.

7. Keseimbangan (tawazun).

8. Hubungan erat (talazum) antara akidah dan kehidupan.

Syariat sering disamakan dengan fiqh. Figh artinya paham, sedangkan


secara istilah, fiqh adalah pemahaman mendalam para ulama tentang hukum syara'
yang bersifat amaliah atau praktis yang digali dari dalil-dalil yang terperinci. Fiqh
diartikan pula sebagai ilmu yang mengkaji syariat." Allah berfirman dalam surat
At-Taubah ayat 87, sebagai berikut:

َ‫علَى قُلُو ِب ِه ْم فَ ُه ْم َل َي ْفقَ ُهون‬ ُ ‫َرضُوا ِبأَن َي ُكونُوا َم َع ْالخ ََوالِفِ َو‬
َ ‫ط ِب َع‬

Mereka telah berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang, dan hati
mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui (kebahagiaan beriman
dan berjihad). (QS At-Taubah: 87)

Arti figh berdasarkan ayat di atas adalah mengetahui, mema- hami, dan
menanggapi sesuatu dengan sempurna. Penggunaan istilah figh awalnya
mencangkup hukum-hukum agama secara keseluruhan, yakni yang berhubungan
dengan akidah dan hukum- hukum amaliah. Fiqh dalam pengertian

4
nasiranie.blogspot.com/.../bab-1-ciri-ciri-syariah-keistimewaannya.html. diakses 20 Maret 2012.

7
menggambarkan tabiat yang hakiki dari pemikiran Islam, karena fiqh dalam
berbagai bidang kehidupan pun bergantung kepada, dan berdasarkan atas Al-Qur'an
dan As-Sunah.

Secara semantis, kata fiqh bermakna fahm al-asysya' al- daqiqah (paham
yang mendalam), mengetahui, paham terhadap pembicaraan orang lain. Atau
mengetahui sesuatu dan mema- haminya dengan baik. Sedangkan menurut istilah
adalah hasil penjabaran praktis tentang hukum-hukum syariat yang berkaitan
dengan perbuatan mukallaf yang diambil dari dali-dalil terperinci. Fiqh sering
disebut juga dengan jurisprudensi."

Fiqh dari definisi itu dapat diketahui bukanlah hukum syara' itu sendiri,
tetapi ia merupakan interpretasi terhadap hukum syara' tersebut yang terkait dengan
situasi dan kondisi yang melingkupinya, maka fiqh senantiasa berubah seiring
perubahan waktu dan tempat.5

C. Pengertian Tasyri' dan Ciri-cirinya

Tasyri' adalah kata yang diambil dari lafaz syariah yang artinya "jalan yang
lurus". Secara terminologis, tasyri' oleh para fuqaha diartikan sebagai hukum-
hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya yang diungkapkan
melalui perantaraan Rasulullah Saw., agar manusia melaksanakan hukum-hukum
tersebut atas dasar keimanan, baik hukum yang berpautan dengan perbuatan
badaniah manusia maupun yang berkaitan dengan masalah akidah, akhlak dan budi
pekerti. Syariah dalam pengertian itu dipetik kata "tasyri" yang artinya menciptakan
undang-undang dan membuat kaidah-kaidah. Tasyri' dalam pengertian tersebut
adalah "membuat undang-undang", baik undang-undang yang dibuat bersumber
dari ajaran agama yang disebut dengan tasyri' samawiyy maupun dari perbuatan
manusia dan hasil pikirannya yang dinamakan dengan istilah tasyri' wad'iyy."

Pengertian di atas memberikan pemahaman bahwa tasyri' merupakan proses


pembuatan undang-undang yang diambil dari syariat. Oleh karena itu, syariat yang

5
Fadhil Lubis, The History of Islamic Law In Indonesia, op.cit., hlm. 9.

8
diturunkan oleh Allah dan yang datang dari Nabi Muhammad Saw. belum berarti
telah menjadi tasyri', sebaliknya tasyri' di dalamnya adalah substansi dari syariat
Islam.

Menurut Muhammad Khudhari Bik dalam Tarikh At-Tasyri' al-Islami (t.t.:


17-18 ), tasyri' berproses dengan mengacu pada Al-Qur'an, terutama pada ayat-ayat
Madaniyah yang berbicara dalam tiga masalah mendasar, yaitu:

‫ ما يتعلق باإليمان باهلل ومالئكته ورسله واليوم اآلخر وهذه مباحث علم الكالم او اصول الدين‬:‫اْلول‬

‫ وهذا مباحث علم اْلخالق‬،‫ ما يتعلق بافعال القلوب والملكات اْلخالق‬: ‫الحث على مكارم من الثاني‬

‫ ما يتعلق بافعال الجوارح من اْلوامر والنواهي والتخيير‬: ‫الثالث‬

‫وهذه مباحث الفقهاء‬

Tiga masalah dalam ajaran agama Islam yang terdapat dalam Al-Qur'an
adalah yang berkaitan dengan keimanan, akhlak, dan perbuatan fisikal
hubungannya dengan perintah, larangan dan pilihan-pilihan. Hal pertama yang
dikaji secara mendalam oleh ilmu kalam atau ushuluddin, yang kedua menjadi
objek kajian ilmu akhlak, sedangkan yang ketiga dikaji oleh ilmu fikih oleh para
fuqaha. 6

6
Juhaya, Filsafat, op.cit., hlm. 7.

9
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Filsafat hukum Islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan


tujuan hukum Islam yang baik yang menyangkut materinya, maupun proses
penetapannya, atau filsafat yang digunakan untuk memancarkan, menguatkan, dan
memelihara hukum Islam, sehingga sesuai dengan maksud dan tujuan Allah
menetapkannya di muka bumi, yaitu untuk kesejahteraan umat manusia seluruhnya.

syariat berarti jalan yang diterapkan Tuhan yang membuat manusia harus
mengarahkan hidupnya untuk mewujudkan kehendak Tuhan agar hidupnya bahagia
di dunia dan di akhirat.

Ciri-ciri syariat berpusat pada asas-asas berikut:

1. Ketuhanan (Rabbaniyyah).

2. Universal (Alamiyyah).

3. Menyeluruh (Syumul).

4. Asli dan Abadi.

5. Mudah serta menghilangkan kesusahan.

6. Memelihara maslahat manusia.

7. Keseimbangan (tawazun).

8. Hubungan erat (talazum) antara akidah dan kehidupan.

Tasyri' adalah kata yang diambil dari lafaz syariah yang artinya "jalan yang
lurus". Secara terminologis, tasyri' oleh para fuqaha diartikan sebagai hukum-
hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya yang diungkapkan
melalui perantaraan Rasulullah Saw., agar manusia melaksanakan hukum-hukum

10
tersebut atas dasar keimanan, baik hukum yang berpautan dengan perbuatan
badaniah manusia maupun yang berkaitan dengan masalah akidah, akhlak dan budi
pekerti.

B.Saran

makalah ini kami berharap semoga pembahasan mengenai instrumen dalam


filsafat hukum islam ini,sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca ,selain itu
kami sebagai penulis memohon maaf apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan
dalam penyusunan makalah ini,untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun dari pembaca ,untuk kesempurnaan dari makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Djamil,Fathurrrahman.1997. Filsafat Hukum Islam .Ciputat:Logos Wacana Ilmu.

M,Muslehuddin, Philosophy of Islamic Law and the Orientalist, Edisi terjemah oleh
Yudian Wahyudi Asmin, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis,
Yogyakarta: Tiara Wacana,

Syarifuddin,Amir.Pengertian dan Sumber Hukum.

nasiranie.blogspot.com/.../bab-1-ciri-ciri-syariah-keistimewaannya.html. diakses
20 Maret 2012.

Lubis, Fadhil.The History of Islamic Law In Indonesia.

Juhaya, Filsafat.

12

Anda mungkin juga menyukai