PIKIR FILOSOFIS
Dosen Pengampu :
Dr. Apip Nur, SH., MH.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
tugas mata kuliah hukum investasi ini tepat pada waktunya dengan judul “Teori
diselesaikan tanpa bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu penyelesaian
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB II PENUTUP............................................................................................
3.1. Kesimpulan...........................................................................................
3.2. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
Busyro, DASAR-DASAR FILOSOFIS HUKUM ISLAM (Ponorogo: Wade Publish, 2017), 2.
Untuk membantu mempermudah kita dalam menkaji filsafat hukum
Islam, maka kita harus mengetahu secara definitif tiga komponen yang
menjadi kata dasar dari filsafat hukum Islam. Tiga komponen tersebut adalah
kebijaksanaan). Jadi kata filsafat berarti cinta, ingin, mengutamakan dan lebih
yang berakar dari kata itu terdapat dalam 88 tempat di dalam Al-Qur’an;
kata hukum juga sudah menjadi kata baku dalam bahasa Indonesia.
berupa hasil pengundangan formal maupun dari kebiasaan, yang mana sebuah
subjeknya”.
sepenuhnya. Sebagai ajaran, Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan,
yaitu Allah. Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang
berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah
manifestasi dari sifa rahman dan rahim (maha pengasih dan maha penyayang)
allah kepada semua makhluk-nya. Rahmatan lil-alamin adalah inti syariah atau
Para ahli ushul fiqh, sebagaimana ahli filsafat hukum Islam, membagi
syari’ah.
adalah:
BAB II
3
Ahmad hanafi, FILSAFAT HUKUM ISLAM (jakarta: Bulan bintang, 1990), 20–21.
PEMBAHASAN
Maqashid al-syari'ah terdiri dari dua kata, maqashid dan syari'ah. Kata
maqashid merupakan bentuk jama' dari maqshad yang berarti maksud dan
Izzuddin ibn Abd al-Salam mengatakan bahwa segala taklif hukum selalu
Allah. Jadi, sasaran manfaat hukum tidak lain adalah kepentingan manusia
nash-nash syari'ah itu tidak dapat dipahami secara benar kecuali oleh
persoalan dharuri (urgen) bagi mujtahid ketika akan memahami nash dan
membuat istinbath hukum, dan bagi orang lain dalam rangka mengetahui
rahasia-rahasia syari'ah.4
A. Pengertian Illat
ketentuan Allah untuk mengatur prilaku manusia ada alasan logis dan hikmah
yang ingin dicapainya. Allah tidak menurunkan ketentuan dan aturan tersebut
secara sia-sia atau tanpa tujuan apa-apa. Secara umum tujuan tersebut adalah
untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Tetapi secara lebih khusus,
setiap perintah dan larangan mempunyai alasan logis dan tujuan masing-
hadis, sebagian lagi diisyaratkan saja dan adapula yang harus direnungkan
Jumhur ulama berpendapat bahwa alasan logis tersebut selalu ada, akan
tetapi ada yang tidak terjangkau oleh akal manusia sampai saat ini, seperti
alasan logis untuk berbagai ketentuan dalam bidang ibadah. Alasan logis
inilah yang dinamakan illat (kausa efektif) atau manath al-hukm (poros
hukum).
hukum para ulama ushul fiqh berupaya meneliti nash al-Qur`an dan hadis
mendasarinya. Upaya ini pada akhirnya melahirkan suatu teori yang disebut
ta'lil al-ahkam, yaitu proses pengillatan suatu hukum. Bertitik tolak dari
4
Sultan Agung, “TEORI MAQASHID AL-SYARIAH,” 118, XLIV (2019): 118.
kerangka perfikir ini maka ulama ushul fiqh men-deduksikan suatu
hubungannya dengan pensyari'atan hukum. Oleh karena itu illat menjadi kata
kunci yang menentukan dalam upaya memahami apa yang melatar belakangi
Tuhan itu sendiri. Seandainya Tuhan baru bisa menjadi sempurna dengan
tergantung kepada sesuatu yang lain selain diri-Nya dan hal ini mustahil.
Dalam kaitan dengan illat, sesuai dengan pemikiran ulama yang
tentu saja hal ini tidak sesuai dengan metode pemikiran kalam Asy'ariyah.
dengan illat tersebut. Pandangan yang seperti inilah yang tidak bisa diterima
yang selalu melihat suatu perbuatan Tuhan secara rasional, dan alasan
ditolak ketika berbicara masalah teologi (ilmu kalam) dan dalam tataran
tetap membicarakan persoalan illat ini dalam rangka melihat hubungan sebab
tapi yang jelas ia mengakui bahwa illat merupakan faktor yang menyebabkan
ditetapkannya hukum dengan syarat ada izin dari Allah. Jadi bukan illat
perkembangan hukum Islam, persoalan illat ini tetap menjadi kajian dan
pemikiran ulama, baik pada masa sahabat, tabi'in dan periode ulama mazhab
sampai zaman kontemporer sekarang ini. Apa dan bagaimana illat itu
sebenarnya akan dikemukakan di bawah ini, baik dari segi etimologi maupun
terminologi.
aturan-aturan yang ada dalam Islam selalu diarahkan untuk terbentuk dan
hadis, sebagian lagi ada yang diisyaratkan dan sebagian ada pula yang harus
Illat sebagai salah satu kajian penting dalam hukum Islam telah dibicarakan
sejak zaman ulama klasik dan selalu tetap dibicarakan sampai saat ini.
B. MACAM-MACAM ILLAT
Di dalam sejumlah buku ushul fiqh para ulama ushul membagi atau
mengklasifikasikan illat kepada beberapa macam, baik dilihat dari segi cara
mendapatkannya, bisa atau tidaknya diterapkan kepada kasus hukum lainnya dan
bahwa dilihat dari segi cara mendapatkannya maka illat dibedakan kepada
dua macam, yaitu illat yang didasarkan kepada dalil naqli (illat naqliyyah)
merupakan illat yang disebutkan secara langsung oleh nash, baik secara
sharih (jelas) maupun dengan isyarat atau tanda saja. Secara sharih dapat
Artinya: Disebabkan oleh hal itu kami fardukan kepada Bani Israil
bahwa siapa yang membunuh bukan karena orang itu (membunuh) orang
lain, atau bukan karena membual kerusakan di muka bumi maka seakan-
2) Illat dari Segi Bisa atau tidaknya Diterapkan kepada Kasus Hukum Lainnya.
Dari segi ini ulama ushul membagi illat itu kepada dua bentuk, yaitu illat
ditemukan dalam suatu kasus dalam nash dan dapat direntangkan kepada
kasus hukum lainnya. Hal ini dimungkinkan karena bisa saja illat dalam
Kalau illat itu hanya terdapat pada hukum asal dan tidak terdapat pada
bahwa Illat pengharaman khamar itu karena ia berasal dari perasan anggur.
Tentu saja illat ini tidak terdapat pada selain itu. Berbeda halnya dengan
juga terdapat pada benda-benda lain, seperti pada perasan tebu, narkotika dan
sejenisnya. Konsekwensi dari adanya sifat yang sama ini (memabukkan) akan
berakibat pada kesamaan hukum keduanya (asal dan furu’). Dengan kata
tidak dapat direntangkan pada kasus lain, baik illat itu manshushah atau
mustanbathah
3). Illat dari Segi Kegunaan dan Kedudukannya dalam Pensyari’atan Hukum
illat kepada dua macam, yaitu yang disebut illat tasyri'i dan illat qiyasi.
suatu dalil nash dapat diberlakukan pada ketentuan lain yang tidak
dijelaskan oleh dalil nash karena ada kesamaan illat antara keduanya.
C. SYARAT-SYARAT ILLAT
Dalam pembahasan ilmu ushul fiqh disebutkan bahwa suatu sifat atau
ulama.
illat itu tidak nyata, tidak jelas dan tidak bisa ditangkap indra manusia, maka
sifat itu tidak bisa dijadikan illat. Contoh sifat yang tidak nyata adalah sifat
sukarela dalam jual beli karena sukarela itu sifat batin yang sulit diindrai.
Itulah sebabnya para ahli fiqh menyatakan bahwa sukarela itu harus
diwujudkan dalam bentuk perkataan , ijab dan qabul, atau melalui tindakan.
3. Illah dapat di ukur dari dan berlaku bagi semua orang. Maksudnya illat itu
memiliki hakikat tertentu dan terbatas, berlaku bagi semua orang dan
4. Illat itu merupakan sifat yang sesuai dengan hukum, artinya illat yang
5. Illat itu tidak bertentangan dengan nash atau ijma’. Contoh illat yang
6. Illat yang bersifat utuh dan dan berlaku secara tinbal balik. Maksudnya bila
ada illat maka hukumnya ada, dan sebaliknya bila illatnya hilang, maka
hukumnya pun hilang. Misalnya orang gila tidak boleh melakukan tindakan
7. Illat itu tidak datang belakangan dari hukum asal. Artinya hukum telah ada,
9. Illat terdapat hukum syara’. Jika suatu illat tidak ditetapkan dalam hukum
syara’ berati illat itu hanya berdasarkan pemikiran (rasio) semata, tentu saja
cara seperti ini tidak didasari kepada dalil, ulama usul fikih sepakat menolak
hal itu.
10. Illat itu tidak bertentangan dengan illat lain yang posisinya lebih kuat.
11. Apabila illat iti diistimbathkan dengan illat lain yang posisinya lebih kuat.
12. Illat itu bisa ditetapkan dan diterapakan dalam hukum lain.5
BAB II
5
Busyro, DASAR-DASAR FILOSOFIS HUKUM ISLAM, 255-277 280-283.
PEMBAHASAN
Pengertian illat yaitu ‘Illat ialah suatu sifat yang ada pada ashal (al-ashl)
yang sifat itu menjadi dasar untuk menetapkan hukum ashal (al-ashl) serta untuk
mengetahui hukum pada fara’ (al-far’) yang belum ditetapkan hukumnya.
Adapun pembagian illat menurut usul fikih antara lain:
1. Illat dari Segi Cara Mendapatkannya
2. Illat dari Segi Bisa atau tidaknya Diterapkan kepada Kasus Hukum Lainnya.
2017
1997)