Di susun oleh:
M. fathur rozak
Muhammad iqbal
Wahyudianto
MIFTAHUL ULUM
LUMAJANG
1
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN
B.Rumusan Masalah………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………12
B. Saran…………………………………………………………………..12
DAFTAR PUSAKA…………………………………………....................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
Baca Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 84-123
2
Pembahasan tentang perbedaan filsafat Islam Andalusia dengan Filsafat Yunani dan filsafat Barat
serta kontribusinya dapat dibaca dalam Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan Re-Interpretif
Phenomenologik, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2013), edisi VI, hlm. 8, 37, 69, 73, dan 99-113.
3
Islam dengan pendidikan sekuler, tapi mencoba mencari perbedaan pemikiran
pendidikan antara filosof Muslim dengan Filosof Barat. Apalagi sebagai umat
Islam ada keyakinan bahwa Islam merupakan agama yang sempurna dan memiliki
sumber ilmu pengetahuan yang mandiri.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian, cakupan, dan batasan filsafat hukum Islam.
2. Pertumbuhan dan perkembangan filsafat hukum Islam.
3. Kegunaan dan metode pengembangan filsafat hukum Islam.
3
Menurut Harun Nasution, Sufisme ialah istilah yang khusus dipakai untuk menggambarkan
mistisisme dalam Islam. (Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-
Press, 1986), cetakan keenam, hlm.71
4
BAB II
PEMBAHASAN
44
Hasbi Ash-Shidieqie, Filsafat Hukum Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm.55
5
Ahmad Azhar Basyir, Pokok-pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta: Perpustakaan
dan Penerbitan, FH UII, 1984) hal.2
5
3) Tentang orang yang menjadi subjek atau objek dari kalam ilahi yakni
orang Mukallaf, yang diperintah atau dilarang atau memiliki kebebasan
untuk memilih.
4) Tentang tujuan Hukum Islam sebagai landasan amaliyah para mukallaf
dan balasan-balasan berupa pahala dari pembawa perintah.
5) Tentang metode yang digunakan para ulama dalam mengeluarkan dalil-
dalil dari sumber ajaran hukum Islam, yakni al-Quran dan al-Hadits serta
pendapat para sahabat yang dijadikan acuan dalam pengamalan.
Maka para ahli Ushul Fiqih, sebagaimana ahli Filsafat Hukum Islam,
membagi Filsafat Hukum Islam kepada dua rumusan, yaitu Falsafat
Tasyri‟(Objek Teoritis) dan Falsafah Syari‟ah atau Asrar Al-Syari‟ah (Objek
Praktis).
6
b. Khasais al-ahkam (cirri-ciri khas hukum islam)
7
Pasca mangkatnya kedua tokoh ini, Eropa menghirup semacam udara segar
kebebasan filsafat dan tentu ilmu pengetahuan. Kemudian, Eropa
mengembangkan kebudayaan dan kemudian juga peradabannya. Dalam catatan
sejarah dunia muslim juga berlaku pola yang sama. Dari kebebasan, filsafat, ilmu
pengetahuan dan akhirnya peradaban.
Peradaban Islam mencapai puncaknya ketika imperium Islam dinahkodai oleh
orang-orang yang cinta akan ilmu pengetahuan. Dan tentu, ilmu pengetahuan
membutuhkan iklim kebebasan untuk berkembang. Saya pikir, para nahkoda
imperium yang cinta akan ilmu pengetahuan itu sadar akan hal ini. Karena itu,
mereka menjamin iklim kebebasan agar filsafat dan selanjutnya ilmu pegetahuan
berkembang. Inilah bahan bakar peradaban.
Mungkinkah mengupayakan kebangkitan peradaban dunia Muslim dewasa
ini? Yang saya diskusikan di atas adalah konstruksi ruang. Itu mutlak diperlukan.
Namun, nampaknya untuk sampai pada kebangkitan dunia Islam masih banyak
hal yang harus terpenuhi.
Faktanya, untuk memulai kebangkitan, paling tidak pada level kebudayaan.
Selain iklim seperti di atas, kita perlu otak-otak cerdas yang kebal akan
kejumudan. Kita perlu otak-otak Muslim yang mampu menembus sekat-sekat
doktriner. Pikiran-pikiran yang multidisiplin dan universal. Melampaui berbagai
macam identitas-identitas lokal. Ingat, ilmu pengetahuan itu benda bebas. Siapa
saja berhak memilikinya.
Dunia Muslim harus mampu menyerap pikiran-pikiran dunia dari berbagai
kebudayaan dan selanjutnya mengkonstruksi pikirannya sendiri. Dalam bahasan
sederhananya, kalau anda ingin memberi manfaat, harus juga dirasakan semua
orang. Bukan hanya komunitas Muslim saja.
Apakah pikiran semacam itu cukup dengan hanya dimiliki beberapa gelintir
Muslim saja? Tentu tidak. Pikiran semacam itu harus menjadi tradisi. Filsafat dan
ilmu pengetahuan dalam iklim kebebasan mesti menjadi tradisi masyarakat
Muslim. Menjadi bagian dari hidup masyarakat Muslim.
8
Kemudian apa? Tradisi keilmuan harus memproduksi llmu-ilmu yang
melampuai zaman. Itu yang sangat kentara dalam peradaban dunia Muslim masa
lalu. Yakni ilmu-ilmu yang melampuai zamannya.
Lalu, tradisi tulis-menulis juga penting. Seorang ilmuan Muslim klasik seperti
Ibnu Rusyd menuliskan buah pikirannya dalam sebuah buku yang kemudian
menjadi salah satu rujukan di Eropa. Dan bahkan berkontribusi menjadi tonggak
kebangkitan peradaban Eropa.
Untuk menyongsong kebangkitan peradaban, perlu ada jutaan buku-buku
semacam itu yang dihasikan dari masyarakat Muslim. Tidak hanya fenomenal,
tapi juga karya yang dokumenter. Mendokumentasikan pikiran brilian seorang
filsuf. Mendokumentasikan lompatan ilmu pengetahuan yang melampaui
zamannya.
C. Kegunaan Dan Metode Pengembangan Filsafat Hukum Islam.
Tujuan dari adanya hukum Islam adalah terciptanya kedamaian di dunia dan
kebahagiaan di akhirat. Tujuan dari hukum Islam tersebut merupakan manifestasi
dari sifa rahman dan rahim (maha pengasih dan maha penyayang) allah kepada
semua makhluk-nya. Rahmatan lil-alamin adalah inti syariah atau hukum islam.
Dengan adanya syariah tersebut dapat ditegakkan perdamaian di muka bumi
dengan pengaturan masyarakat yang memberikan keadilan kepada semua
orang6.Objek Kajian Filsafat Hukum Islam ada 5, yaitu:
1) Tentang Pembuat Hukum Islam (al-Hakim) yakni Allah SWT. Yang
telah menjadikan para nabi dan Rasul terutama nabi terakhir
Muhammad SAW yang menerima risalah-Nya berupa sumber ajaran
Islam yang tertuang di dalam kitab suci al-Quran. Dan keberadaan
Muhammad SAW yang eksistensinya yang mungkin ada (mumkinah al-
Maujudah)
2) Tentang sumber ajaran hukum Islam, berkaitan dengan kalamullah yang
tertulis atau quraniyah dan yang tidak tertulis berupa semua karya cipta-
Nya atau ayat-ayat Kauniyah.
6
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pusat Penerbitan UNISBA, 1995) hlm. 15
9
3) Tentang orang yang menjadi subjek atau objek dari kalam ilahi yakni
orang Mukallaf, yang diperintah atau dilarang atau memiliki kebebasan
untuk memilih
4) Tentang tujuan Hukum Islam sebagai landasan amaliyah para mukallaf
dan balasan-balasan berupa pahala dari pembawa perintah.
5) Tentang metode yang digunakan para ulama dalam mengeluarkan dalil-
dalil dari sumber ajaran hukum Islam, yakni al-Quran dan al-Hadits
serta pendapat para sahabat yang dijadikan acuan dalam pengamalan.
3. Mendudukan Filsafat Hukum Islam sebagai salah satu bidang kajian yang
penting dalam memahami sumber hukum Islam yang berasal dari wahyu
maupun hasil ijtihad para ulama.
7
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 62-63.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat hukum Islam ialah filsafat yang diterapkan pada hukum islam. Ia
merupakan filsafat khusus dan objeknya adalah hukum Islam. Maka filsafat
hukum islam adalah filsafat yang menganalisis hukum islam secara metodis dan
11
sistematis sehingga mendapatkan keterangan yang mendasar, atau menganalisis
hukum islam secara ilmiah dengan filsafat sebagai alatnya.
Filsafat Hukum Islam dalam proses berijtihad tidak bisa dibisa dipisahkan satu
sama lainnya, sehingga ia sangat berperan dalam proses pembaharuan Ijtihad.
Proses ijtihad dengan Filsafat hukum Islam akan menghasilkan suatu hukum yang
sesuai dengan tujuan hukum, dengan terlebih dulu memahami beberapa kaidah
indukdalam ushul Fiqh dan illat suatu hukum. Dan adanya upaya pembaharuan
hukum dalam Islam sama sekali tidak bisa lepas dari kegiatan Ijtihad dan Filsfat
Hukum.
B. Saran
Jadi dari segi permasalahan di atas membuat di dalam ke hidupan itu sangat
penting sekali oleh karenanya , pelajarilah ilmu kefilsafatan , hidup tanpa
berfilsafat maka sungguh ruginya bagi yang orang-orang di kalangan pelajar ilmu
terutamanya para mahasiswa/wi.
DAFTAR PUSAKA
Baca Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan
Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 84-123
2
Pembahasan tentang perbedaan filsafat Islam Andalusia dengan Filsafat Yunani
dan filsafat Barat serta kontribusinya dapat dibaca dalam Noeng Muhadjir, Ilmu
12
Pendidikan Re-Interpretif Phenomenologik, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2013),
edisi VI, hlm. 8, 37, 69, 73, dan 99-113.
3
Menurut Harun Nasution, Sufisme ialah istilah yang khusus dipakai untuk
menggambarkan mistisisme dalam Islam. (Harun Nasution, Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1986), cetakan keenam, hlm.71
4
Hasbi Ash-Shidieqie, Filsafat Hukum Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1993),
hlm.55
5
Ahmad Azhar Basyir, Pokok-pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam,
(Yogyakarta: Perpustakaan dan Penerbitan, FH UII, 1984) hal.2
6
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pusat Penerbitan UNISBA,
1995) hlm. 15
7
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007),
hlm. 62-63.
13
14