Makalah
Disusun Oleh:
Muhamad Izza Iltizam NIM: 2286050014
Ilman Hasbiyallah NIM:
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2022
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberi rahmat dan
karunia Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang bejudul “Studi Islam
Dengan Pendekatan Fiqih”. Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan kita semua.
Pembuatan makalah guna melengkapi salah satu tugas terstruktur mata
kuliah Studi Pendekatan Islam. Selain itu makalah ini dibuat berdasarkan sumber-
sumber yang patut untuk dijadikan bahan dalam pembelajaran. Dalam penyusunan
makalah ini kami menyadari betul bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu diharapkan agar mendapat
saran dan kritik demi perbaikan makalah ini.
Tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. Hajam, M.Ag, selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Pendekatan Islam.
2. Orang tua yang telah mensuport perkuliahan kami.
3. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat, khususnya bagi kami
selaku penyusun dan umumnya bagi pembaca sekalian.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fiqh atau hukum Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang paling
dirasakan oleh masyarakat Muslim, karena fiqh atau hukum Islam bersentuhan
langsung dengan kehidupan sehari-hari. Contoh Fiqh atau hukum Islam erat
kaitannya dengan ajaran wudhu, shalat, puasa, dan tata cara haji atau dikenal
dengan Fiqh ibadah. Contoh fikih atau hukum Islam yang lebih luas seperti tata
cara jual beli, jual beli, transaksi atau sewa bisa disebut Fiqh Muamalah.
Nabi Muhammad SAW adalah pelaku Fiqh atau hukum Islam, karena Nabi
Muhammad SAW langsung menerima wahyu dari Allah SWT. Setelah wafatnya
Nabi Muhammad, Fiqh atau hukum Islam mengalami stagnasi dan bersifat abadi.
Fiqh atau hukum Islam telah menjadi statis dan tidak dapat menangani persoalan
yang semakin kompleks. Menghadapi tantangan era Fiqh atau hukum Islam zaman
kerasulan, tentunya sulit untuk menghadapi persoalan kontemporer seperti saat ini.
Kompleksitas permasalahan yang dihadapi umat Islam saat ini sangat berat,
Islam dianggap sebagai agama yang kaku dan ada yang mencap Islam sebagai
agama yang keras, agama teror dan tanda-tanda lain yang mengikat Islam.
Agar Islam menjadi agama yang cocok untuk segala tempat dan waktu, maka
hakikat Fiqh atau hukum Islam itu sendiri harus ditemukan agar dapat menjawab
segala persoalan manusia yang semakin kompleks seperti saat ini.
Salah satu pendekatan yang harus diterapkan dalam studi Islam adalah
pendekatan Fiqh atau hukum Islam. Pendekatan fiqh atau hukum Islam dalam
artikel ini pertama-tama akan mencoba membedakan antara apa itu hukum Islam,
Syariat dan fiqh, kedua, menjelaskan urgensi pendekatan fiqh atau hukum Islam,
kedua, menjelaskan urgensi fiqh atau hukum Islam. Ketiga, mendeskripsikan
contoh model-model pendekatan fikih dalam Studi Islam, setelah mengetahui
1
2
perbedaan antara hukum Islam, Syariat dan Fiqh kemudian memahami pentingnya
pendekatan Fiqh atau hukum Islam dalam studi Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan hukum Islam, syariat dan fiqih?
2. Apa sumber hukum Islam ?
3. Apa urgensi pendekatan fiqih dalam studi Islam?
4. Bagaimana perkembangan kajian hukum Islam ?
5. Bagaimana strategi, aplikasi dan contoh model pendekatan fiqih dalam studi
Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Cuzaimah Batubara, et.al, Handbook Metodologi Studi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group, 2018,
h.102.
2
Ibid, h. 103.
3
4
3
Ibid, h. 104.
5
untuk mazhab yang terkenal sejauh ini, ada 4 mazhab: Hanafi, Maliki, Syafi`i dan
Hanbali. Ini hanyalah sebagian kecil dari mazhab yang ada dalam Islam dan
mereka tidak mewakili hukum Sunni, karena dari abad pertama hingga awal abad
keempat ada tidak kurang dari sembilan belas atau lebih mazhab dalam Islam.
tidak berhenti untuk menyesuaikan hukum dengan peradaban yang berkembang.
Munculnya mazhab ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dikemukakan
oleh Ali As-Sais dan Muhammad Syaltut:
1. Perbedaan dalam memahami pengucapan Nash
2. Perbedaan pemahaman hadis
3. Perbedaan pemahaman aturan Lughawiyah Nash
4. Perbedaan Qiyas
5. Perbedaan penggunaan dalil hukum
6. Perbedaan argumen Mentarjih
7. Perbedaan pemahaman tentang Illat Hukum
8. Perbedaan Nasakh.
Kemungkinan yang berbeda menyebabkan kemunculan yang berbeda dari
yang disebutkan di atas, lahirnya sekolah juga terjadi karena perbedaan lingkungan
tempat mereka tinggal, para fuqaha terus mengembangkan istinbat hukum yang
mereka gunakan secara individu dari berbagai persoalan hukum yang harus
mereka hadapi. dan cara-cara yang mereka gunakan terus dilembagakan dan
diikuti oleh para pendukungnya, yaitu para pengikutnya.4
4
Faisar Ananda Arfa, et.al, Metode Studi Islam, Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada, 2015, h.99.
6
Pendekatan Fiqh sangat penting dalam mendekati studi Islam, karena Fiqh
bersentuhan langsung dengan aturan sehari-hari seorang Muslim. Pada tataran
praktis, Hukum Islam atau Fiqh sering kali terjadi argumentasi dan perbedaan,
munculnya perbedaan dan argumentasi tersebut menjadi wajar karena Fiqh
merupakan hasil ijtihad Fuqaha. Pendekatan fiqh dapat dibagi menjadi dua hal.
1. Pendekatan Etimologis untuk Fiqh
Pendekatan Fiqh berasal dari dua suku kata, Pendekatan dan Fiqh, dua
kata yang tentunya memiliki arti yang berbeda. Pendekatan berasal dari kata
dasar “Dekat” yang berarti tidak jauh, kemudian memperhatikan akhiran di
awal dan akhiran yang dapat dipahami sebagai sarana atau kegiatan untuk
mendapatkan sesuatu.5 Pendekatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah proses, cara, pendekatan (menciptakan perdamaian, persahabatan) atau
upaya dalam rangka kegiatan penelitian untuk menjalin hubungan dengan
penerima penelitian, metode untuk memperoleh pemahaman. masalah
penelitian dan desain.6 Secara etimologi fiqh adalah sebagai berikut:
1. Fiqh dalam bahasa Arab علم و فهمberarti pengetahuan dan pemahaman.7
2. Menurut Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdlor dalam kamus Al-Bishri, fiqh
dalam bahasa Arab juga berarti علم و فهمyang berarti pengetahuan dan
pemahaman.8
3. Pengertian fiqh dalam Kamus Lengkap Ilmiah Populer diartikan sebagai
hukum fiqih Islam.9
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan etimologis fiqh adalah cara atau kegiatan mendekati Islam melalui
ilmu hukum Islam.
2. Pendekatan terminologis
5
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003, Cet. II, h.62.
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka ,1990, h.193.
7
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka
Progressif, 2002, h. 1067.
8
Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia “Al-Ashri”, Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, 1999, h.1344.
9
Risa Agustin, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Surabaya: Serba Jaya, h.126.
7
10
MamanKh, et al, MetodologiPenelitian Agama TeoridanPrektek, Jakarta: Raja grafindo Persada,
2006, h. 94.
8
11
Chuzainah, Handbook ..., h.114.
9
paling kontroversial dalam artikel CLD KHI adalah adanya idah bagi laki-laki,
poligami tidak diperbolehkan, anak-anak berbeda agama mendapat hak waris,
perempuan boleh menikah dan banyak hal lainnya yang menimbulkan pro dan
kontra.12
Namun, ini adalah contoh upaya para tokoh Muslim untuk melaksanakan
reformasi hukum Islam. Salah satu metode yang mereka gunakan untuk
menghasilkan CLD KHI adalah aturan yang diusulkan yang mengatakan Jawaz
nasakh al-nushush bi al-masalahah dan pasti harus mengikuti metode ulama
sebelumnya atau dengan metode baru. Hal ini harus dijadikan sebagai dorongan
bagi upaya reformasi hukum Islam dan keseriusan para pemimpin Muslim dalam
membuka kembali pintu ijtihad. Upaya pembaruan syariat Islam merupakan
keniscayaan yang tidak dapat ditawar lagi, upaya tersebut harus segera dilakukan
jika syariat Islam tidak ingin ditinggalkan.13
12
Faisar, Metode ..., h.105.
13
Ibid, h.106.
14
Muhammad Sa’id Ramdan a-Buti, Dawabit al-maslahah fi asy-syari’ah al-Islamiyah, Beirut:
Muassasah ar-Risalah, 1986, hlm.12.
10
kelebihan masa lalu itu juga kelebihan masa kini. Dengan demikian, tujuan
maslahat dalam hukum Islam adalah prinsip, dan prinsip bunga sebagai tujuan
hukum Islam telah diterima oleh para ahli hukum Islam. Menurut al-Buti, ada lima
kriteria penentuan kemaslahatan, yaitu: Pertama, Memprioritaskan tujuan-tujuan
syara’ (syari’at), kedua, Tidak bertentangan dengan Al Qur’an, Ketiga, Tidak
bertentangan dengan As Sunah, Keempat, tidak bertentangan dengan prinsip,
kelima, memperhatikan kemaslahatan yang lebih penting (besar).15
Kedua, pertimbangan tatbiq melalui prinsip lapangan/kekuasaan (al-
asliyah). Keseimbangan ini memberikan preferensi di mana akar masalahnya atau
di mana masalahnya, secara keseluruhan atau sebagian. Umumnya hukum syara
dipilih dalam dua bidang (bidang), yaitu bidang ibadah dan bidang mu'amalat.
Untuk itu para ulama fiqh merumuskan suatu rumusan (aturan) sebagai berikut:16
Dalam bidang ibadah “Sebuah ibadah pada hakekatnya batal kecuali ada klausul
yang mengaturnya”. Aturan dalam bidang muamalah “Sebuah mu'amalat pada
hakekatnya sah kecuali ada dalil yang melarangnya”.
Ketiga, mempertimbangkan Tatbiq melalui pendekatan aktif-pasif.
Pendekatan ini dilakukan untuk melihat apakah suatu situasi (tindakan, peraturan)
sesuai dengan hukum Islam, atau bagaimana hukum Islam memerlukan
tindakan/kondisi manusia. Pendekatan ini hanya mempertimbangkan cita-cita
proposisi (nas). Seorang mujtahid menafsirkan teks sehingga dari teks itu muncul
hukum yang mengatur manusia. Sebaliknya, jika pendekatan pasif diterapkan,
yang muncul adalah apakah suatu situasi/tindakan bertentangan dengan syariat
Islam.
Aturan tersebut menunjukkan bahwa ada dua strategi untuk menentukan
aturan, pertama strategi deduktif dan strategi induktif. Strategi deduktif bersifat
aktif, karena teks menyatakan hukum, sedangkan strategi induktif bersifat pasif,
karena teks hanya bertindak sebagai pemberi legitimasi. Salah satu hak prerogatif
ajaran Islam adalah adanya sistem hukum yang dinamis, karena adanya
15
Ibid, h.142.
16
Ibid, h.16.
11
17
Abdul Wahab Afif, Figh, h.20.
18
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT RajaGafindo Persada, 2011, h. 300.
12
19
A. Chozin Nasuha, “Epistemologi Kitab Kuning” dalam pesantren, Vol VI, Jakarta: P3M, 1989,
h.16.
15
Metode ini juga dapat menggunakan metode (qiyas) dan argumen (illat)
yang serupa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara garis besar kajian hukum Islam tidak lepas dari pemahaman atas
Syar’iah, Fiqih, Ushul Al-Fiqih, serta hal lain yang berkenaan dengan dasar
pembentukan hukum Islam yang kesemuanya bisa dikatakan merupakan asas
dari aturan dan kaidah dalam Islam sebagai pengatur kehidupan umat Islam dari
masa ke masa, yang tidak lepas dari sumber utamanya yaitu wahyu Allah yang
disampaikan kepada Rasulnya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah itu
sendiri serta dilengkapi dengan ijtihad ulama-ulama fakih dalam pengistinbatan
hukum Islam yang belum ada kepastian hukumnya dalam Al-Qur’an dan
Sunnah.
Terdapat beberapa ulama hukum yang paling dikenal dalam sumbangan
pikirannya sampai saat ini masih dikenal dan dipakai dalam kehidupan ummat
Muslim di seluruh Dunia yaitu Imam Ja’fary, Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam Syafi’i dan Imam Ahmad Ibn Hanbal. Kelima ulama ini banyak
memberikan wacana hukum dan penyelesaian hukum dalam berbagai kasus
hukum Islam yang dikenal dengan fikih dan pada akhirnya menjadi disiplin
ilmu yang bercabang-cabang dan terus berkembang dan dikembangkan oleh
para ulama-ulama fikih setelahnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Risa. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Surabaya: Serba Jaya, t.thn.
Arfa , Faisar Ananda, et al. Metode Studi Islam. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada,
2015.
MamanKh, et al. Metodologi Penelitian Agama Teori dan Prektek. Jakarta: Raja
grafindo Persada, 2006.
Nasuha, A.Chozin. Epistemologi Kitab Kuning dalam Pesantren Vol VI. Jakarta: P3M,
1989.
Tim Penyusun Kamus. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
17