Anda di halaman 1dari 23

KH.

MUHAJIRIN AMSARI AL-DARY


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadis di Indonesia
Dosen Pengampu : Sofian Effendi, S.Th.I, MA

Disusun Oleh :
1. Maisaroh Sa'diyyah 18211005
2. Melinda Istiqomah 182110
3. Mufidah 18211014

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA
1441 H/2020 M
Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat serta InayahNya sehingga kami mampu menyelesaikan penulisan makalah
Studi Hadis di Indonesia. Dan tak lupa kami ucapakan terima kasih kepada teman-teman yang
ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Sarana penunjang makalah ini kami susun
berdasarkan referensi yang bermacam-macam. Hal ini dengan tujuan untuk membantu para
mahasiswa untuk mengetahui, memahami bahkan menerapkannya.
Semoga makalah ini ada manfaatnya bagi kita semua atau memiliki pengaruh tersendiri
terhadap pengetahuan dan wawasan kami sebagai penyusun. Di akhir kata semoga Allah swt
selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amiin.

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
A. Latar Belakan................................................................................................................................1
B. Rumusan Permasalahan................................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................2
A. Biografi...........................................................................................................................................2
a. Biografi KH. Muhajirin Amsar....................................................................................................2
b. Latar belakang Pendidikan KH. Muhajirin Amsar....................................................................4
c. Karya-karya KH. Muhajirin Amsar............................................................................................7
B. Peran KH. Muhajirin Al-Amsary Addary dalam bidang Hadis................................................9
C. Telaah Karya KH. Muhajirin Al Amsary Addary Mishbahudh Dholam Syarah Bulughul
Marom min Adillatil Ahkam..............................................................................................................10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................16
SIMPULAN..........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTKA...................................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
Pada era kontemporer syarah hadis telah berkembang pesat, seiring dengan
pesatnya perkembangan kajian hadis. Perkembangan syarah hadis di Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh perkembangan syarah hadis di timur tengah, karena timur tegah
merupakan pusat perkembangan dan penyebarluasan hadis. pemahaman hadis
mengalami perkembangan yang signifikan meski terhitung lambat dibanding
perkembangan tafsir Alquran. Hadis memiliki problematik secara internal dan
eksternal, yaitu kualitas keshahihan sanad dan matan, menjadikan seakan pemahaman
hadis tidak mendapat perhatian yang intens. Hal inilah yang melatarbelakangi sejarah
perkembangan syarah hadis kurang mendapat intensitas.
Oleh karena itu, para ulama ahli hadis menulis berbagai kitab yang
menjelaskan maksud dan kandungan suatu hadis. Kitab ini dikenal dengan sebutan
syarah hadis. Dari sekian banyak karya dalam bidang hadis dan ilmu hadis, sebagian
besar ditulis oleh ulama-ulama timur tengah. Jarang sekali ditemukan karya ulama-
ulama nusantara dalam bidang hadis kecuali beberapa orang yaitu, Syakh Nawawi
Banten dan yakh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi.
B. Rumusan Permasalahan
a. Biografi KH. Muhajirin Al-Amsary Addary
b. Peran KH. Muhajirin Al-Amsary Addary dalam bidang Hadis
c. Telaah Karya KH. Muhajirin Al-Amsary Addary

C. Tujuan
a. Mengetahui Biografi KH. Muhajirin Al-Amsary Addary
b. Mengetahui Peran KH. Muhajirin Al-Amsary Addary dalam bidang Hadis
c. Mengetahui Telaah Karya KH. Muhajirin Al-Amsary Addary

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi
a. Biografi KH. Muhajirin Amsar
KH. Muhajirin yang akrab di panggil oleh masyarakat mempunyai nama
lengkap KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary. Beliau merupakan anak sulung
dari pasangan H. Amsar bin Fiin dan Hj. Zuhriah binti H. Syafii bin Jirin Bin Gendot.
Beliau lahir di Kampung Baru Cakung Jakarta Timur 10 November 1924 dan wafat di
Bekasi 31 Januari 2003. Dilahirkan dari keluarga yang berkecukupan serta
menanamkan prinsip akan pentingnya pendidikan dan ilmu agama, KH. Muhadjirin
Amsar Al-Dary menjadi salah satu ulama Betawi yang menjadi bagian dari jaringan
ulama Nusantara dan Timur Tengah karena telah berguru kepada ulama Betawi di
tanah air yang merupakan alumni Haramain serta menimba ilmu secara langsung
dengan bermukim di Makkah selama beberapa tahun.

Lingkungan KH. Muhadjirin Amsar Al-Dary dilahirkan juga sangat berperan


besar terhadap keahliannya. Pertama, beliau dilahirkan dalam sebuah tradisi tanah
Betawi yaitu budaya “Jawara”, setiap orang yang memiliki keberanian dan bela diri
yang tangguh sangat diperhitungkan dan disegani oleh masyarakat Betawi sendiri.
Kedua, Kampung Baru –tempat kelahiran KH. Muhadjirin Amsar Al-Dary, dikenal
dengan golongan atau keluarga “mu’allim” (orang yang dari turun temurun
keluarganya berdedikasi dengan dunia pendidikan Islam). Hal ini merupakan
pengaruh kuat yang masih berlangsung sejak datangnya Islam ke tanah Betawi pada
akhir abad 15 dan awal abad 16, sehingga spirit pendidikan agama Islam sangat kuat.
Ayahnya merupakan keturunan dari keluarga “jawara” yang berprofesi sebagai
seorang pedagang telor dalam partai besar serta mempunyai lahan pertanian yang
luas. Sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga, keturunan “mu’allim” yang
mencintai ilmu agama. Dalam hal ini, ibu beliau sangat berperan besar dalam
menanamkan rasa cinta terhadap ilmu agama sehingga ketika usia 5 tahun, KH.
Muhadjirin Amsar Al-Dary sudah mendapat pendidikan ilmu agama dari orang tua
serta kerabatnya.1

1
Mahmudah Nur,Pemikiran KH. Muhadjirin Amsar Al-Dary (1924-2003) dalam Kitab Mishbāh Al-
Dhalām:Syarh Bulūgh Al-Marām min Adillah Al-Ahkām, Jurnal Pusaka (2018) Vol.5 No.2, h.9-10

2
Muhajirin memiliki seorang istri yang bernama Hj. Siti Hanah binti KH.'Abdur
Rahman Sodri. Mertua Muhajirin adalah pendiri pondok pesantren ‘Ma’had Bahagia’
di Bekasi, yang kini beralih menjadi Ma’had al-Nida al-Islami Bekasi. Pernikahannya
dengan Hj. Siti Hanah dikaruniai delapan putra-putri. Mereka adalah:

1. Hj. Faiqoh Muhajirin


2. H. Muhammad Ihsan Muhajirin
3. H. Ahmad Zufar Muhajirin (Almarhum)
4. Hj. Badi’ah Muhajirin
5. Hj. Farhah Muhajirin
6. Hj. Rufaida Muhajirin
7. H. Dhiya Al Maqdisi Muhajirin
8. H. Muhammad Aiz Muhajirin.2

Dalam menjalani peran sebagai ulama dan orang tua, Kiyai Muhajirin
merupakan sosok yang bersahaja dan sangat sederhana dalam kehidupan sehari-
harinya. Ia tidak pernah menampakkan kemewahan, meski ia tumbuh besar dalam
lingkungan keluarga yang berkecukupan. Kiyai Muhajirin menjadi sosok ulama
bersahaja dengan gaya khas lokalnya yang sederhana, hal ini nampak dalam gaya
pakaiannya sehari-hari yang terkesan apa adanya.

KH. Muhammad Muhajirin merupakan pribadi yang sangat demokratis terhadap


anak-anaknya meskipun rambu-rambu kehidupan Islami tetap tegas diberlakukan. Ia
memberikan kebebasan terhadap anak-anaknya, khususnya pada anak laki-laki dalam
menentukan masa depannya masing-masing. Tidak ada pemaksaan kehendak dalam
menentukan pendidikan yang akan ditempuh setelah tingkat Aliyah. Semuanya justru
dibiarkan memilih berdasarkan minatnya, seperti sastra inggris, ilmu politik serta ilmu
hukum. Sedangkan putri-putri Kiyai Muhajirin dididik dengan tegas, mereka
diharuskan memperdalam ilmu agama dan melanjutkan pendidikannya ke Majma’ al-
Marhalah al-‘Ulya demi menjaga putri-putrinya dari pergaulan dan ancaman dunia
global. 3

2
Khoirun Nisa,Kiprah Dakwah KH. Muhajirin Amsar al-Dary di Pondok Pesantren an-Nida al-
Islami Bekasi Timur, (Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 39
3
Khoirun Nisa, ‚Kiprah Dakwah KH. Muhajirin Amsar al-Dary di Pondok Pesantren an-Nida al-Islami
Bekasi Timur, h.40-41

3
b. Latar belakang Pendidikan KH. Muhajirin Amsar
KH. Muhajirin tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang memiliki
penguasaan ilmu agama yang mendalam. Kakeknya dari jalur ibu seorang guru agama
di Madrasah Diniyyah. Ia mulai mengaji kepada guru-guru di sekitar kampungnya. Ia
belajar mengenal huruf hijaiyah dan membaca Alquran kepada gurunya Muallim
Sairon. Kemudian ia bergabung dengan majlis para ulama di daerah kawasan Jakarta-
Banten. Nama-nama guru Muhajirin di daerah Jakarta-Banten adalah:
1) Syaikh Juru Ashmat
2) H. Mukhayyar (Muhajirin belajar kepadanya selama 60 tahun, guru pertama yang
mengajarkan dasar-dasar agama, seperti ilmu Nahwu, sarf, fiqh, ilmu manṯiq, ilmu
kalâm dan ilmu Bayân)
3) H. Ahmad (Muhajirin belajar kepadanya 4 tahun, dan belajar beberapa kitab, salah
satunya kitab hadis Arba’în al ‘Usfurî)
4) KH. Hasbiyallah (Muhajirin berguru kepadanya selama 3 tahun, dan ia juga belajar
berbagai keilmuan agama yang lebih tinggi tingkatannya seperti Tasawwwuf,
Balâghah, Tafsîr dan lain-lain.)
5) H. Anwar
6) Ahmad Mursyidi
7) H. Hasan Muntaha (Muhajirin belajar beberapa cabang keilmuan kepadanya, salah
satunya ‘ilmu mustalah al Hadîts)
8) Syaikh Muhammad Thohir (Muhajirin belajar kepadanya selama 9 tahun, ia juga
menimba banyak cabang keilmuan kepada syaikh muhammad Thohir, dalam bidang
hadis ia mempelajari Sahih al-Bukhârîdan Sahih Muslim)
9) Syaikh ‘Abdul Majid (Muhajirin juga banyak mempelajari berbagai bidang
keilmuan kepadanya, dalam bidang hadis ia mengaji kitab Sahih al-Bukhârî dan
Riyad al-Sâlihîn)
10) Syaikh Ahmad ibn Muhammad
11) KH. Sholih Ma’mun Al Bantani
12) Syaikh ‘Abdul Majid Pakojan
13) Syaikh ‘Ali ibn ‘Abdur Rahman al-Habsyi.4
Saat menuntut ilmu dari para mu’allim di Jakarta KH. Muhammad Muhajirin
Amsar Addary melakukan perjalanan dengan bersepeda dari Kampung Baru menuju

4
Hani Hilyati Ubaidah, Kajian Syarah Hadis (Studi Teks Kitab Misbâh al-Zalâm Syarh Bulûgh al-
Marâm min Adillati al-Ahkâm), ( Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019),h.52-53

4
tempat para gurunya. Halangan dan rintangan tidak menghalangi niat dan semangat
KH. Muhammad Muhajirin untuk dapat hadir ke majelis-majelis para gurunya. Pernah
suatu ketika pada saat hendak menyebrangi sungai (kali) Cipinang, perahu yang
ditumpangi untuk menyebrang dihadang oleh seekor buaya. Namun dengan kebesaran
hati dan kemantapan tekat, tidak membuat nyali KH. Muhammad Muhajirin lemah
untuk selalu hadir di majelis gurunya, yakni Syekh Muhammad Thohir (Guru Mat
Thohir). Syekh Muhammad Thohir merupakan menantu dari Syekh Marzuki (Guru
Marzuki) ulma kharismatik yang memiliki banyak murid dan pengikut.5

Setelah belajar kepada para ulama di kawasan Jakarta-Banten, ia merasa


belum memiliki keluasan ilmu dan kemudian ia belajar Qira’at Sab’ah kepada KH.
Sholih Ma’mun. Kiyai Muhajirin merupakan ulama yang sangat ahli dalam beberapa
keilmuan, salah satunya adalah ilmu falak. Ia belajar ilmu falak pertama kali kepada
syaikh Ahmad Ibn Muhammad. Karena merasa masih kurang puas ia memperdalam
ilmu falaknya kepada Syaikh Mansûr ibn ‘Abdul Hamîd al-Falakî yang merupakan
guru syaikh Ahmad ibn Muhammad, sehingga Kiyai Muhajirin mendapat gelar ahli
falak pada masanya karena kemahirannya terhadap ilmu falak melebihi ulama-ulama
lainnya. Ia merupakan salah satu ulama yang menentukan ru’yat al-hilâl, setiap
datangnya awal bulan khususnya bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri (Syawwal)
dan Dzulhijjah di Indonesia.6
Muhajirin merasa bahwa yang ia dapatkan selama belajar di Indonesia belum
cukup sempurna untuk bekal hidupnya, kondisi Indonesia yang terjajah oleh Belanda
juga menjadikannya tidak leluasa untuk belajar, sehingga ia memutuskan untuk pergi
ke Makkah pada Juni 1942 M dengan tujuan Haji sekaligus belajar di sana. Namun, ia
tidak jadi berangkat pada tahun tersebut, disebabkan banyaknya rintangan dan
halangan dari misionaris dari Belanda yang mengetahui niatnya tersebut.
Muhajirin memiliki tekad dan niatnya yang kuat untuk belajar lebih dalam lagi
dan akhirnya ia berangkat melalui jalur laut pada Agustus 1947 M dan sampai di
Makkah pada September 1947 M dan ia memutuskan untuk menetap dan belajar di
Makkah selama beberapa tahun. Ketika Kiyai Muhajirin belajar di Makkah ia belajar

5
Khoirun Nisa, ‚Kiprah Dakwah KH. Muhajirin Amsar al-Dary di Pondok Pesantren an-Nida al-
Islami Bekasi Timur, h.42
6
Hani Hilyati Ubaidah, Kajian Syarah Hadis (Studi Teks Kitab Misbâh al-Zalâm Syarh Bulûgh al-
Marâm min Adillati al-Ahkâm),h.53-54

5
kepada beberapa guru terkemuka pada masa itu, berikut guru-guru Kiyai Muhajirin di
Makkah:
1) Syaikh Muhammad Ahîd sekaligus guru Syaikh ‘Atârid al Jâwî. (Muhajrin
mempelajari beberapa kitab kepadanya antara lain: Fath al-Wahhâb, Abî Shujâ’,
Riyad al-Sâlihin, Minhâj al-Abidîn, ‘Umdah fî al-Manâsik).

2) Syaikh Hasan Muhammad al Mishâti (Muhajirin mempelajari kitab Sahih al-


Bukhârî dan Sahih Muslim)

3) Syaikh Zain Bawean (Ia mempelajari kitab Ihyâ’ ‘ulûm al-Dîn karya al-Ghazâlî)

4) Syaikh Muhammad ‘Alî ibn Husain al Mâlikî.

5) Syaikh Mukhtâr Amfanân (ia belajar kitab Sahih al-Bukhârî dan al-Itqân fî ‘ulûm
al-Qur’ân)

6) Syaikh Muhammad al-‘Arâbî al-Tabânî al-sataifî al-Jazâirî (Muhajirin belajar


berbagai bidang keilmuan, dalam bidang hadis ia mempelajari kitab Sahîh al-Bukhârî,
Sunan Ibn Mâjah, al-Targhîb wa Tarhîb dan Riyâh al-Salihîn)

7) Sayyid ‘Alwî ‘Abbas al-Mâlikî.

8) Syaikh Ibrâhim Fatânî.

9) Syaikh Muhammad Amîn al-Kutubî

10) Syaikh Ismâ’il Fatânî.7


Pada bulan Juli 1950, Kiyai Muhajirin memutuskan untuk masuk di Madrasah
terkemuka di Makkah yaitu Dâr al-‘Ulûm dan yang menjadi mudir madrasah (kepala
Sekolah) pada saat itu adalah syaikh Ahmad Mansuri, sedangkan Syaikh Yasin Ibn
Isa al Fadani sebagai Naib di sana, dan Kiyai Muhajirin belajar di sana selama dua
tahun.
Pada bulan Agustus 1951 M, Kiyai Muhajirin menyelesaikan ujiannyanya di
Madrasah dengan nilai jayyid, ia menjadi murid tercepat dan termuda di madrasah
Darul Ulûm Makkah, yaitu hanya selama dua tahun. Setelah itu ia melanjutkan
belajarnya untuk memperdalam ilmu hadis kepada al-Musnid al-'Âlam dari Indonesia,
yaitu Syaikh Yasin Ibn Isa al-Fadani.

7
Hani Hilyati Ubaidah, Kajian Syarah Hadis (Studi Teks Kitab Misbâh al-zalâm Syarh Bulûgh al-
Marâm min Adillati al-Ahkâm),h.54-55,

6
Ia mempelajari berbagai kitab hadis yang meliputi ilmu hadis, syarah hadis dan
kitab-kitab hadis mu’tabar. Selain itu, Kiyai Muhajirin mendapatkan sanad dari syaikh
Yasin yang sampai kepada mukharij dari kitab-kitab yang ia pelajari, antara lain:
Muwatta’ Mâlik, Sunan Abu Dâwud, Sunan al-Tirmizî, Sunan al-Nasa’I, Sunan Ibn
Mâjah, Sahîh Muslim dan Sahîh al-Bukhârî. Semua kitab-kitab ini dipelajari dengan
sempurna di hadapan syaikh Yasin. Ia juga mendapat ijâzah dari syaikh Yasin yang
sampai kepada syaikh Muhammad ‘Alî yang terdapat dalam kitab Maslak al-Jalîserta
kitab matma’ al Wujdân yang sanadnya dari Syaikh ‘Umar Hamdân. Setelah syaikh
Yasin membaca kitab Manâhil al-Silsilah fî al-Ahâdîts karya Syaikh Muhammad
‘Abdul Baâqî, ia juga mengijazahkan kepada Muhajirin secara khusus dan umum.8
Setelah banyak belajar dari syaikh Yasin, Kiyai Muhajirin diminta orang tuanya
untuk pulang ke Tanah Air , sehingga ia pulang dan sampai di Indonesia pada 6
Agustus tahun 1955 M.
c. Karya-karya KH. Muhajirin Amsar
Karya tulis KH. Muhadjirin Amsar ad-Dary yang telah dicetak kurang lebih
berjumlah 34 buah kitab yang terdiri dari berbagai cabang keilmuan. Diantara
karyakarya KH. Muhammad Muhadjirin Amsar Amsar ad-Dary adalah:
Bidang Nahwu dan Balaghah:
a. Fan al-Mutâlâ’ah al-Ûlâ
b. Fan al-Mutâlâ’ah al-Tsâniyah
c. Fan al-Mutâlâ’ah al-Tsâlitsah
d. Al-Mahfûzât
e. Al-Qawâ’id al-Nahwiyah al-Ûlâ
f. Al-Qawâ’id al-Nahwiyah al-Tsâniyah
g. Al-Bayân
h. Mukhtârât al-Balâghah
Bidang Tauhid:
a. Mulkhas al-Ta’lîqât ‘alâ Matn al-Jauhirah
b. Syarh al-Ta’lîqât ‘alâ Matn al-Jauhirah
Bidang Ilmu Ushul Fiqh

a. Taisîr al-Wusûl fî ‘ilm al-Wusûl

8
Hani Hilyati Ubaidah, Kajian Syarah Hadis (Studi Teks Kitab Misbâh al-zalâm Syarh
Bulûgh al-Marâm min Adillati al-Ahkâm),h. 55

7
b. îdâh al-Maurûd
c. Istikhrâj al-Furû’ ‘alâ al-Usûl
d. Al-Khilâfiyât
e. Al-Qawâid al-Khamsu al-Bahiyah
f. Takhrîj al-Furû ‘alâ al-Usûl
g. Ma’rifat Turuqu al-Ijtihâd
Bidang ilmu Mustalah Hadîts dan Hadis:
a. Al-Ta’lîqât ‘alâ matn al-Baiqûnî
b. Al Istidzkâr
c. Misbâh al-zalâm fî Syarh Bulûgh al-Marâm
d. Syarh Musnad Imâm al-Syâfi’î.
Bidang Ilmu Mantiq:
a. Al-Madârik fî al-Mantiq
b. Al-Nahju al-Matlûb ilâ al-Mantîq al-Marg
c. Al-Qaûl al-Fâid fî ‘Ilm al-Farâid
Bidang Akidah dan Akhlak:

a. Mir’ât al-Muslimîn
b. Al-Ta’aruf fî al-Tasawwuf

Bidang Sejarah:
a. Târîkh Muhammad Rasulullah SAW wa al-Khulafâ’ al Râsyidûn
b. Al-Muntakhab min Târîkh Daulah Bani Umayyah
c. Târîkh al-Adab al ‘Arâbiy
d. Al-Tanwîr fî Usûl al-Tafsîr
e. Tatbîq al-Ayât bi al-hadîts
f. Al-Siqâyah al-Mar’iyyah fî Al-Bahts wa al-Munâzarah
g. Qar’u al-Sam’i fî al-Wad’i.9

B. Peran KH. Muhajirin Al-Amsary Addary dalam bidang Hadis

9
Mahmudah Nur,Pemikiran KH. Muhadjirin Amsar Al-Dary (1924-2003) dalam Kitab Mishbāh Al-
Dhalām:Syarh Bulūgh Al-Marām min Adillah Al-Ahkām, h.10-11

8
Sebagai seorang ulama yang konsen terhadap dunia pendidikan, Kyai
Muhajirin berkontribusi besar dalam pengembangan mutu Pendidikan terutama pada
pesantren yang beliau bina. Beliau fokus mengembangkan keilmuan dan sumber
daya para santri dan guru-guru yang mengajar pada Ma’had tersebut. Untuk itulah
beliau mengajarkan seluruh ilmunya. Untuk kebutuhan tersebut Kyai Muhajirin
menulis sendiri buku ajarannya untuk seluruh cabang ilmu pengetahuan yang
diajarkan di pesantren tersebut. Karya nya yang telah di cetak berjumlah 34 buah
dan terdiri dari berbagai cabang ilmu keislaman. Di samping itu masih terdapat
beberapa karyanya yang masih dalam bentuk manuskrip.10
Dalam kaitannya dengan hadis dan Ilmu Hadis, Kyai Muhajirin menulis 4
buah kitab hadis. 3 buah karyanya merupakan kitab Ilmu Hadis, yaitu: al-Istidzkar,
al-Qaul al-Hatsits fi Mustalah al-Hadits, dan Ta’liqot ‘ala Matan Baiquni. Satu lagi
adalah syarah hadis yaitu Mishbahudh Dholam Syarah Bulughul Marom min
Adillatil Ahkam. Keempat karyanya ini ditulis dalam rentang waktu sejak 1957-
1973. Berikut adalah perincian 4 kitab tersebut:11
a. Al-Istidzkar
Adalah kitab musthalah al-hadits yang dikarang Kyai Muhajirin untuk menambah
pelajaran disiplin Ilmu Hadis karena beliau telah mendirikan Pesantren an-Nida al-
Islami yang tingkat pendidikannya lebih tinggi dibanding dengan santri yang ada di
Pesantren Bahagia. Kitab ini terdiri dari 196 halaman. Kitab ini selesai ditulis dan
dikoreksi pada tanggal 28 Muharram 1393 H/4 Maret 1973. Mengalami cetak ulang
sebanyak 5 kali. Metode penulisannya dimulai dengan basmallah, lalu menyebutkan
judul, kemudian ditulis baitnya. Memaparkan jika ada perbedaan diantara para
muhaddisin dalam memahami suatu definisi.
b. Al-Qaul al-Hatsits fi Mustalah al-Hadits
Latar belakang beliau menulis kitab ini karena adanya dorongan untuk memberikan
pengajaran yang mudah dipahami oleh para santri di Pesantren Bahagia. Kitab ini di
tulis tangan lalu di fotokopi, sampai cetakan keempat, kitab ini masih dalam bentuk
tangan, walaupun demikian, penyajiannya cukup bagus dan jelas. Kitab ini selesai
pada tanggal 21 Rajab 1379 H/20 Januari 1960 M. kitab ini telah mengalami cetak
ulang sebanyak 4 kali, belum ada perbaikan redaksional.
10
Peran Syekh Muhammad Muhadjirin al-Amsary al-Dary. (UIN Syarif Hidayatullah). hlm.
37.
11
Peran Syekh Muhammad Muhadjirin al-Amsary al-Dary. hlm. 38.

9
c. Ta’liqot ‘ala Matan Baiquni
Materi dalam kitab ini hampeir sama dengan kitab al-Qaul al-Hatsits fi Mustalah al-
Hadits hanya saja kitab ini lebih luas dan rinci. Kitab ini merupakan ta’liq/komentar
atas Matan Baiquni, sebuah Nazam Mustalah al-Hadits yang terdiri dari 34 bait. Kitab
ini terdiri dari 58 halaman. Selesai pada akhir bulan Rabi’ul Tsani 1377 H/November
1957 M di Bekasi. Karya ini ditujukan kepada para santri di Pesantren Bahagia. Kitab
ini pertama kali dicetak pada tahun 1975 dan telah mengalami 5 kali cetak ulang.
d. Mishbahudh Dholam Syarah Bulughul Marom min Adillatil Ahkam
Kitab ini merupakan kitab syarah hadis yang mensyarahi hadis-hadis ahkam yang
terdapat dalam kitab Bulugh al-Maram. Kitab syarah hadis ini disusun sesuai dengan
kitab hadis yang terdapat dalam kitab induknya, yaitu Bulugh al-Maram. Kitab ini
terdiri dari 8 jilid berukuran sedang. Jumlah halaman perjilidnya 280 halaman. Kitab
ini selesai ditulis pada tahun 1972 M. Penomoran hadisnya mengikuti kitab Bulugh
al-Maram,

C. Telaah Karya KH. Muhajirin Al Amsary Addary Mishbahudh Dholam Syarah


Bulughul Marom min Adillatil Ahkam

Syaikh Muhajirin Al Amsary Ad Dary dalam penulisan kitabnya menggunakan


referensi kutub al sittah dan Imam madzhab empat yaitu Imam Maliki, Imam Hanbali,
Imam Shafi’i dan Imam Hanafi. Hal ini menjadi wajar karena kitab Bulugh al-Maram
karya Ibnu Hajar al ‘Asqalani berorientasi terhadap hadis-hadis ahkam (Fikih).
Tujuan dari penulisan syarah kitab Bulugh al-Maram dengan mengaplikasikan
metode ini adalah untuk mewujudkan umat muslim Indonesia yang memiliki pemahaman
yang komprehensif terhadap hadis Nabi saw. khususnya dalam bidang fikih, cabang
keilmuan terpenting umat muslim yang secara langsung diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. tujuan lainnya adalah ia hendak mengajak umat muslim untuk saling
menghargai pendapat madzhab-madzhab yang tidak kita ikuti, sehingga jika ditemukan
umat muslim lain yang menggunakan fikih madzhab tertentu. umat muslim Indonesia
juga tidak memiliki sifat intoleran yang akan menimbulkan anarkis dan pelecehan-
pelecehan lainnya.
Sekilas penjelasan mengenai kitab Mishbah al-Dhalam: Syarh Bulugh al-Maram. ada
beberapa hal yang sangat penting mengenai kitab tersebut yang dapat menggambarkan
pemikiran KH. Muhadjirin Amsar al-Dary, salah satunya, pandangan beliau mengenai

10
kitab Bulugh al-Maram min Adillah al-Ahkam bahwa kitab tersebut merupakan kitab
yang sangat representatif sebagai sebuah kitab hadits ahkam. Kitab tersebut adalah
sebuah kitab hadis hukum terbaik pada zamannya. tidak diragukan lagi jika kitab Bulugh
al-Maram min Adillah al-Ahkam menjadi tempat referensi para ahli fiqih, ahli hadis,
sampai para guru dan murid di berbagai lembaga pendidikan dari dahulu sampai saat ini.
Lebih jauh lagi, kitab Bulugh al-Maram min Adillah al-Ahkam dapat diterima di
kalangan mazhab fiqih dan di lapisan masyarakat Islam. Hal ini menjadi salah satu
motivasi KH. Muhadjirin Amsar al-Dary menyusun kitab Syarh Bulugh al-Maram min
Adillah al-Ahkam.
Berdasarkan keterangan dari H. Fakrudin, langkah-langkah yang dilakukan oleh KH.
Muhadjirin Amsar al-Dary dalam kitab Mishbah al-Dhalam adalah sebagai berikut:
Pertama, tanqil, secara bahasa artinya memindahkan, yaitu suatu upaya mengambil
kutipan dari berbagai pendapat ulama dan literatur yang berbeda–beda sesuai dengan
tema pembahasan secara keseluruhan kedalam suatu naskah. Kedua, tabyid, artinya
pemutihan, yaitu menjadikan naskah yang sudah tersusun untuk kemudian dipilah-pilah
(pemutihan) pendapat dan pandangan ulama yang memang benar-benar sesuai dan
relevan dengan tema pembahasan. Ketiga, tahqiq, artinya menguatkan. Dalam hal ini
merupakan suatu upaya terakhir yang ditempuh oleh KH. Muhadjirin Amsar al-Dary
dengan memeriksa ulang secara keseluruhan hasil naskah yang sudah dipilah-pilah
sambil ditambahkan dan dilengkapi kembali jika memang dirasa perlu demi
kesempurnaan sebuah karya tulis. Dalam menjelaskan sebuah hadis, KH. Muhadjirin
Amsar al-Dary tidak mempunyai sistematika yang baku. Terkadang beliau memulai dari
aspek asbab al-wurud hadisnya, di lain kesempatan membahas aspek-aspek lainnya,
seperti kebahasaan, ushul fiqh dan sanad. Namun, secara umum syarah yang dilakukan
KH. Muhadjirin Amsar al-Dary sudah mencakup sanad dan matan, walaupun dalam hal
sanad pembahasannya sangat sederhana. Hal ini disebabkan pembahasan sanad bukan
menjadi fokus utama pembahasan dalam kitab Misbah al-Dhalam. Sebaliknya, beliau
memfokus-kan pembahasannya pada hukum Islam khususnya keragaman mazhab.
Mengetahui sistematika kitab Misbah al-Dhalam, kita dapat menyimpulkan beberapa
pemikiran beliau. Dalam hal ini penulis membatasi uraian pemikiran beliau dilihat dari
segi aspek pembahasan matan, pertama, beberapa pendapat ulama yang berbeda sebagai
perbandingan, tanpa menentukan salah satu pendapat sebagai pilihannya. Kedua,
beberapa pendapat ulama yang saling berbeda sebagai perbandingan, kemudian

11
mengemukakan pendapatnya sendiri. tema yang diambil disesuaikan dengan fenomena
yang terjadi dikalangan masyarakat.
Metode yang digunakan Muhajirin Al Amsary Addary dalam menulis kitab sharahnya
Misbah al-Dhalam: Bulugh al-Maram min Adillah al-Ahkam adalah metode muqarin
(komparatif) metode muqarin adalah metode pensyarahan hadis yang fokus terhadap
redaksional dan pandangan ulama terkait syarah hadis tersebut. Dalam syarah hadisnya,
Muhajirin menggunakan komparasi redaksional dan pandangan ulama-ulama fikih
terhadap teks hadis.
Pembahasan matan dalam kitab Misbah al-Dhalam mencakup beberapa aspek
diantaranya, pertama, mengemukakan hukum hadis secara umum. Kedua, menjelaskan
asbab al-wurud. Ketiga, menjelaskan kata atau kebahasaan (nahwu dan Balaghah).
Keempat, mengemukakan pembahasan mengenai ushul fiqh. Kelima, mengemukakan
pembahasan sanad. Keenam, mengemukakan beberapa pendapat ulama yang berbeda
sebagai perbandingan, tanpa menentukan salah satu pendapat sebagai pilihannya.
Ketujuh, mengemukakan beberapa pendapat ulama yang saling berbeda sebagai
perbandingan, kemudian mengemukakan pendapatnya sendiri. Dalam hal ini, untuk
melihat pemikiran KH. Muhadjirin Amsar al-Dary, penulis membatasi hanya kepada dua
aspek, yaitu:
a. Mengemukakan beberapa pendapat ulama yang berbeda sebagai perbandingan, tanpa
menentukan salah satu pendapat sebagai pilihannya. Pada pembahasan hadis tentang
hukum air dan bangkai binatang laut, KH. Muhadjirin Amsar al-Dary mengemukakan
beberapa pendapat ulama seputar perbedaan hukum air dan bangkai binatang laut.
Menurut Imam Syafi’I, semua jenis bangkai laut itu halal termasuk babi laut, anjing
laut, dan ular laut sekalipun, baik disembelih terlebih dahulu atau tidak. Dasar atau
dalil Imam Syafi’i mengenai hal tersebut berdasarkan surat al-Mā`idah ayat 96,

َّ ِ‫صْي ُد ٱلْبَ ْح ِر َوطَ َع ُامهُۥ َمٰتَ ًعا لَّ ُك ْم َول‬


َ ‫لسيَّ َار ِة ۖ َو ُحِّر َم َعلَْي ُك ْم‬
‫صْي ُد ٱلَْبِّر َما‬ ِ
َ ‫ح َّل لَ ُك ْم‬
ٓ ‫ا ٱللَّهَ ٱلَّ ِذ‬W۟‫ُد ْمتُ ْم ُحُر ًما ۗ َو َّٱت ُقو‬
‫ى إِلَْي ِه حُتْ َش ُرو َن‬
Yang artinya:
“… dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut
sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan;

12
dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam
ihram dan betakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.
Menurut Imam Abu Hanifah, bangkai binatang laut tidak halal. Ia ber-hujjah
pada keumuman haramnya bangkai dalam al-Qur’an yang terdapat dalam surat al-
Mā`idah ayat 3:

ُ‫َّم َوحَلْ ُم ٱخْلِن ِزي ِر َو َمٓا أ ُِه َّل لِغَرْيِ ٱللَّ ِه بِۦِه َوٱلْ ُمْن َخنِ َقة‬
ُ ‫ت َعلَْي ُك ُم ٱلْ َمْيتَةُ َوٱلد‬
ْ ‫ُحِّر َم‬
‫ٱلسبُ ُع إِاَّل َما ذَ َّكْيتُ ْم َو َما ذُبِ َح َعلَى‬
َّ ‫يحةُ َو َمٓا أَ َك َل‬ ِ
َ ‫َوٱلْ َم ْوقُو َذةُ َوٱلْ ُمَتَر ِّديَةُ َوٱلنَّط‬
‫ين َك َف ُرو ۟ا ِمن ِدينِ ُك ْم‬ ِ َّ ِ‫ب وأَن تَست ْق ِسمو ۟ا بِٱأْل َْزمَٰلِ ۚ َٰذلِ ُكم فِسق ۗ ٱلْيوم يئ‬ ِ ُ ‫ٱلن‬
َ ‫س ٱلذ‬ َ َ َ َْ ٌ ْ ْ ُ َ ْ َ ‫ُّص‬
ِ ِ ِ ِ
ُ ‫ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َمىِت َو َرض‬
‫يت‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم دينَ ُك ْم َوأَمْتَ ْم‬
ُ ‫ٱخ َش ْون ۚ ٱلَْي ْو َم أَ ْك َم ْل‬
ْ ‫فَاَل خَت ْ َش ْو ُه ْم َو‬
‫يم‬ ِ ‫ف إِّلِ مْثٍ ۙ فَِإ َّن ٱللَّه َغ ُفور َّر‬
‫ح‬ ٍ ِ‫ٱضطَُّر ىِف خَمْمص ٍة َغْير متَجان‬ ِ
‫ن‬ ‫م‬ ‫ف‬
َ ۚ ‫ا‬ ‫ين‬ ِ ‫لَ ُكم ٱإْلِ س ٰلَم‬
‫د‬
ٌ ٌ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ً َ ْ ُ
Yang artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah”.
2. Mengemukakan beberapa pendapat ulama yang saling berbeda sebagai perbandingan,
kemudian mengemukakan pendapatnya sendiri. Dalam pembahasan hadis kelima

mengenai cara membersihkan najis yang berasal dari air kencing ,


ِ ‫ﻋ ِم َﻼُ ْﻐ اﻟِ ْلﻮ َ ﺑْ ِﻦ ﱡ‬
‫ش ﻣ َﯾَُﺮ ِوﺔ َﯾِر َﺠﺎ ْ اﻟ ْلﻮ َ ﺑْ ِﻦ ُﺴﻞ ْﻣﻢ ﯾُﻐ ّ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠّ ﱡ‬
َ ‫ﻲﺒ‬

‫“ ﺻﻠﻰ ّ ﻗﺎل ﻗﺎل اﻟﻨ ِ ْﺢ ﻦ أﻲﺑ اﻟ ﱠﺴﻤ‬


Abū al-Samh berkata: Nabi Muhammad saw. bersabda: “Air seni bayi perempuan
(cara membersihkannya dengan cara) dicuci, sedangkan air seni bayi laki-laki (cara
membersihkannya cukup dengan) dipercikkan air.” Dalam memahami hadis ini,
terjadi perbedaan pendapat antara mazhab Syafi’i dan Maliki tentang tata cara
membersihkan najis dan air seni anak balita. Menurut pendapat mazhab Syafi’i, air
seni bayi laki-laki cukup dibersihkan dengan tata cara demikian. Sedangkan menurut
mazhab Maliki baik air seni bayi laki-laki maupun perempuan cukup dibersihkan

13
dengan cara dipercikkan air. Pendapat ini berdasarkan kemutlakan kata balita yang
terdapat dalam hadis, tanpa membedakan laki-laki atau perempuan.
Menanggapi hal tersebut, KH. Muhadjirin Amsar al-Dary merujuk kepada
hasil ilmu kedokteran masa kini yang membenarkan bahwa air seni anak perempuan
lebih kental sedangkan air seni anak laki-laki lebih ringan. Karenanya, cara
membersihkannya air seni anak laki-laki cukup dengan dipercikkan air, sedangkan air
seni perempuan hanya bisa dibersihkan dengan cara dicuci. Selain itu, ulama fiqih
menjadikan ‘illah pada masalah tersebut dengan merujuk pada tanda balig anak laki-
laki keluar mani sedangkan perempuan haid. Dalam hal ini, sebagaimana disepakati
oleh para ulama, darah haid itu najis sedangkan air mani sebaliknya. Hal itu sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dr. Shalahuddin bahwa urin bayi laki-
laki yang masih menyusu, hanya mengkonsumsi ASI saja, tidak mengandung bakteri
jenis apapun. Sementara pada bayi perempuan yang masih menyusu mengandung
beberapa jenis bakteri. Dia mengembalikan hal ini kepada perbedaan jenis kelamin.
Karena saluran kencing perempuan lebih pendek daripada saluran pada laki-laki, di
samping sekresi kelenjar prostat yang ada pada laki-laki, yang berperan untuk
membunuh kuman. Oleh karena itu, urin bayi laki-laki—yang belum memakan
makanan—tidak mengandung bakteri berbahaya. Sebagai akibat dari perbedaan
anatomi sistem pembuangan urin pada perempuan dan laki-laki, maka perempuan
lebih rentan terhadap kontaminasi bakteri dibandingkan laki-laki.
Sosok KH. Muhadjirin Amsar al-Dary, jika dilihat dari perjalanan menuntut
ilmu baik di Indonesia maupun di Makkah dan Madinah, secara sadar membentuk
kareakter disiplin keilmuan yang beliau miliki. Jika kita lihat karya-karya beliau yang
telah dijelaskan sebelumnya, bisa dikatakan bahwa KH. Muhadjirin Amsar al-Dary
dalam hal disiplin keilmuannya sangat fokus dibidang hadis dan hukum fiqh dengan
berbagai instrumennya. Dan hal ini bisa kita lihat dalam kitab Misbah al-Dhalam,
bahwa corak pensyarahan kitab tersebut sarat akan corak bahasa dan fikih. Hal ini
ditunjukkan oleh KH. Muhadjirin Amsar al-Dary dalam mukaddimahnya bahwa
sumber referensi utama dalam penggarapan kitab Misbah al-Dhalam adalah semua
kitab syarah al-Kutub al-Sittah dan kitab-kitab fiqih terkenal beserta kitab ushūl fiqh-
nya. Muhajirin menggunakan bahasa sebagai pendekatannya dalam memberikan
syarah terhadap hadis. Meski corak bahasa tidak dijelaskan secara detail, namun
Muhajirin seringkali melakukan analisis kebahasaan dalam redaksi tertentu sebelum
ia mengemukakan pendapat para ulama. Tidak setiap satuan redaksi dalam hadis ia
14
jelaskan, hanya beberapa kalimat yang dianggapnya musykil yang membutuhkan
penjelasan dan eksplorasi lebih mendalam.12

contoh kitab

Mahmudah Nur, Pemikiran KH. Muhadjirin Amsar Al Dary (1924-2003) dalam Kitab Mishbah al
12

Dhalam: Syarah Bulugh al Maram min Adillah al Ahkam, Jurnal Pusaka (2018). Vol.05. No.02. hlm. 15-18

15
No Juz Kitab Bab
1 I Kitab al-Toharoh al Miyah
2 al Aniyah
3 Izalah al Najasah wa Bayanuha
4 al Wudu
5 al Mashu al'a al Khuffain
6 Nawaqid ala al Wudu
7 Adab Qada al Hajat
8 al Guslu Wa Hukum al Junub
9 al Tayamum
10 al Haid
11 kitab al Solat al mawaqit
12 al Adzan
13 Shurut al Solat
14 Satrat al musolli
15 al Haththu al'a al Khushu
16 Sifat al Solat
17 Sujud Al sahwi Wa Ghoiruhu
18 al Solat al Tatowwu
19 Solat al Jama ah wa al Imamah
20 Solat al Musafir wa la Marid
21 solat al Jum'ah
22 Solat al Khouf
23 Solat al Kusuf
24 Solat al Istisqo
25 al Libas
26 II kitab al Janaiz
27 Kitab al Zakat
kitab Abi Bakr ila al Bahrain fihi
28 Bayan Nisab al An'am Sodaqah al Fitri
29 Sodaqah al Tathowwu
30 Qism al Sodaqat
al Soum al Tatowwu'wa Ma
31 kitab al Siyam naha'anhu
32 al I'ikaf wa Qiyamu Romadon
33 kitab Haji Bayan Fadlihu wa Man Farada'alaihi
34 al Mawaqit
35 Wujuh al Ihram
36 al Ihram wa ma Yata'allaqu bihi
37 Sifat al Hajj wa Dukhul Makkah
38 al Fawat wa al Ihsor
39 Kitab al Buyu Shurutuhu wa Ma naha'anhu
40 al Khiyar
41 al Riba
al Rukhsoh fi al Araya wa Bai'u al
42 III Usul wa al Thimar

16
43 al Taflis wa al Hijr
44 al Sulhu
45 al Huwalah wa al Domman
46 al Shirkah wa al Wakalah
47 al Iqrar
48 al Ariyah
49 al Gosob
50 al Shuf'ah
51 al Qirad
52 al Musaq ah wa al Ijazah
53 Ihya al Maut
54 al Hibah wa al Umra wa al Uqba
55 al Luqatah
56 al Faraid
57 al Wasaya
58 al Wadi'ah
59 Kitab al Nikah al Kafa'ah wa al Khiyar
60 Ishrati al Nisa
61 al Sidaq
62 al Walimah
63 al Qasmi
64 al Khul'i
65 al Tolaq
66 al Ila wa al Dzihar wa al Kaffarah
67 al Li'an
68 al'Iddah wa al Ihdad
69 al Rada
70 al Nafaqah
71 al Hadanah
72 IV Kitab al Jinayat al Diyat
73 Qital al Jani wa Qatlu al Murtadd
74 Had al Qadzaf
75 Had al Sirqah
76 Had al Sharib
77 al Ta'zir wa Hukum al Soli
78 al Jizyah wa al Hudnah
79 al Sabq wa al Ramyu
80 al Soidi wa al Dzabaih
81 al Adohiyyi
82 al Aqiqah
83 Kitab al Aiman wa la Nudzur
84 Kitab al Qada al Shahadat
85 al Da'awi wa al Bayyinat
al Mudabbir wa al Mukatib wa Ummi
86 Kitab al Itqi al walad
87 Kitab al Jami al Adab

17
89 al Birri wa al Wara Sillah
90 al Zuhdi wa al Wara
91 al Tarhib min Musawi al Akhlaq
92 al Targib min Makarim al Akhlaq
93 al Dzikr wa al Du'a

18
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
KH. Muhajirin yang akrab di panggil oleh masyarakat mempunyai nama lengkap KH.
Muhammad Muhajirin Amsar Addary. Beliau merupakan anak sulung dari pasangan H.
Amsar bin Fiin dan Hj. Zuhriah binti H. Syafii bin Jirin Bin Gendot. Beliau lahir di Kampung
Baru Cakung Jakarta Timur 10 November 1924 dan wafat di Bekasi 31 Januari 2003.

Ia mempelajari berbagai kitab hadis yang meliputi ilmu hadis, syarah hadis dan kitab-
kitab hadis mu’tabar. Selain itu, Kiyai Muhajirin mendapatkan sanad dari syaikh Yasin yang
sampai kepada mukharij dari kitab-kitab yang ia pelajari, antara lain: Muwatta’ Mâlik, Sunan
Abu Dâwud, Sunan al-Tirmizî, Sunan al-Nasa’I, Sunan Ibn Mâjah, Sahîh Muslim dan Sahîh
al-Bukhârî. Dalam kaitannya dengan hadis dan Ilmu Hadis, Kyai Muhajirin menulis 4 buah
kitab hadis. 3 buah karyanya merupakan kitab Ilmu Hadis, yaitu: al-Istidzkar, al-Qaul al-
Hatsits fi Mustalah al-Hadits, dan Ta’liqot ‘ala Matan Baiquni. Satu lagi adalah syarah hadis
yaitu Mishbahudh Dholam Syarah Bulughul Marom min Adillatil Ahkam. Keempat karyanya
ini ditulis dalam rentang waktu sejak 1957-1973.

Sistematika kitab Misbah al-Dhalam, kita dapat menyimpulkan beberapa pemikiran


beliau. Dalam hal ini penulis membatasi uraian pemikiran beliau dilihat dari segi aspek
pembahasan matan, pertama, beberapa pendapat ulama yang berbeda sebagai perbandingan,
tanpa menentukan salah satu pendapat sebagai pilihannya. Kedua, beberapa pendapat ulama
yang saling berbeda sebagai perbandingan, kemudian mengemukakan pendapatnya sendiri.
tema yang diambil disesuaikan dengan fenomena yang terjadi dikalangan masyarakat.

Metode yang digunakan Muhajirin Al Amsary Addary dalam menulis kitab sharahnya
Misbah al-Dhalam: Bulugh al-Maram min Adillah al-Ahkam adalah metode muqarin
(komparatif) metode muqarin adalah metode pensyarahan hadis yang fokus terhadap
redaksional dan pandangan ulama terkait syarah hadis tersebut. Dalam syarah hadisnya,
Muhajirin menggunakan komparasi redaksional dan pandangan ulama-ulama fikih terhadap
teks hadis.

19
DAFTAR PUSTKA
Ali, Saidina. Metodologi Pensyarahan Kitab Bulug Al-Maram. Jakarta, 2009.
Derani, Saidun. “Ulama Betawi Perspektif Sejarah” XIX No. 2 (July 2013).
Hani Hilyati Ubaidah, Kajian Syarah Hadis (Studi Teks Kitab Misbâh al-Zalâm Syarh Bulûgh al-
Marâm min Adillati al-Ahkâm), ( Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019)
Khoirun Nisa,Kiprah Dakwah KH. Muhajirin Amsar al-Dary di Pondok Pesantren an-Nida al-
Islami Bekasi Timur, (Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014)
Mahmudah Nur,Pemikiran KH. Muhadjirin Amsar Al-Dary (1924-2003) dalam Kitab Misbah al-
Dhalam:Syarh Bulūgh Al-Marām min Adillah Al-Ahkām, Jurnal Pusaka (2018) Vol.5 No.2,

20

Anda mungkin juga menyukai