DISUSUN OLEH:
1. Malik Aldiansyah (0204212116)
2. Riska Nurajijah Pane (0204212111)
3. Saffana Zhafirah Abas (0204212059)
4. Utami Riska Nita (0204212104)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas berkat
dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang
PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DI MASA UTSMAN BIN AFFAN DAN
ALI BIN ABU THALIB pada tahun ajaran 2022 ini tepat pada waktunya tanpa
halangan suatu apapun.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.3. Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1. Masa Peradaban Islam pada masa Khalifah Usman bin Affan.........3
2.3. Masa Peradaban Islam pada masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib....11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita
akan membangun masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan
bagaimana perkembangan islam pada masa lampau. Namun kadang kita
sebagai umat islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita cenderung
berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada
di masa lalu. Disinilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa
silam terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta
merencanakan matang-matang untuk masa depan yang lebih cemerlang
tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apapun.
4
1.2. Rumusan Masalah
1. Siapakah sosok Khulafaur Rasyidin?
Affan?
Thalib?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui sosok Khulafaur Rasyidin.
5
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Masa Peradaban Islam pada masa Khalifah Usman bin Affan
Usman bin Affan berasal dari keluarga Bani Umayyah. Bapaknya
bernama Affan bin Abil Ash bin Umayyah bin Abdisyam bin Abdul Manaf.
Ibunya bernama Urwa, puteri dari Albaidhak binti Abdul Muthallib bin
Hasyim bin Abdul Manaf. Usman adalah Khalifah ketiga dari Islam setelah
Nabi Muhammad SAW. Dzul-Nurain. Adalah gelar kehormatannya. Dia
termasuk Bani Umayyah puak dari kaum Quraish. Ini adalah puak dimana,
setelah periode Khalifah awal, mendapat kedudukan dalam kekaisaran Islam
dan memegang tongkat kepemimpinan selama sekitar satu abad. Abu Suyfan,
yang berkali kali memimpin kaum Quraish dan kabilah lain dalam perang
melawan Nabi dan akhirnya masuk islam pada saat jatuhnya kota Mekkah.
Usman enam tahun lebih muda dibanding Nabi Muhammad SAW. Sejak
kecil Usman selalu lurus dan jujur. Ketika tumbuh dewasa, usman berdagang
dan menjalankan bisnis yang berkembang baik. Dia menikmati penghargaan
khusus atas integritasnya dan bersahabat dengan abu bakar. 1
Usman bin Affan lahir di Thalif tahun 574 M. Ia naik sebagai khalifah
pada usianya yang ke-70, usia yang sudah tua. Usman bin Affan menjabat
khalifah selama dua belas tahun, yaitu dari 644-656 M, dan meninggal pada
usia 82 tahun. Usman meninggal dalam suatu tragedi pemberontakan yang
tidak menyukai kepemimpinannya. Peristiwa ini merupakan pemberontakan
pertama dalam tubuh umat Islam. Dalam sejarah Islam peristiwa terbunuhnya
Usman ini dikenal sebagai al-Fitnah al-Kubra (fitnah besar) yang pertama.
1
Ali, Maulana Muhammad, Early Caliphate (Jakarta : Darul Kutubil Islamiyah, 2007) hlm.159
6
yang terdiri dari enam orang sahabat yang ditunjuk oleh Umar. Enam orang
tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah,
Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqas, dan Abdurrahman bin Auf.
Dikatakan bahwa ketika musyawarah itu berlangsung, Abdurrahman bin Auf
mengajukan saran yang berbunyi: “Siapa di antara kita yang rela
mengundurkan diri dari pencalonan?”. Dia sendiri menyatakan pengunduran
dirinya. Sikapnya itu diikuti oleh tiga orang lainya, yaitu Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa’ad bin Abi Waqas.
Dengan demikian tinggal ada dua calon saja untuk posisi khalifah, yaitu
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Sejarah mencatat bahwa tiga tokoh
lainnya beserta kedua calon itu sama-sama rela menunjuk Abdurrahman bin
Auf untuk menetapkan pilihan terakhir dan memberinya kesempatan untuk
mempertimbangkan sebaik-baiknya. Abdurrahman bin Auf kemudian
melakukan kontak pribadi dengan para tokoh Madinah. Setelah melakukan
kontak pribadi dengan banyak tokoh, akhirnya pilihannya jatuh kepada
Usman bin Affan. Keputusan itu menuai kritik dari pihak Ali, karena
Abdurrahman bin Auf adalah ipar dari Ustman bin Affan. Keduanya sama-
sama dari keluarga Umayyah, sedangkan Ali bin Abi Thalib dari keluarga
Hasyim. Tetapi Abdurrahman berdalih bahwa keputusannya berdasarkan
suara terbanyak dari penduduk Madinah dan bukan karena yang lain. Ali bin
Abi Thalib akhirnya ikut melakukan bai’at terhadap Khalifah Usman bin
Affan. Segera setelah naik menduduki jabatan khalifah, Usman bin Affan
menulis instruksi kepada para gubernurnya. Usman antara lain menekankan
bahwa Allah memerintahkan agar para pemimpin bertindak sebagai pamong
bagi rakyat, dan bukan sebagai pengutip pajak. Ia pun memerintahkan agar
dalam mengelola urusan masyarakat, para gubernur memenuhi hak-hak
rakyat, baik yang beragama Islam maupun yang tidak beragama Islam. 2
3
Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Hal 139 – 140
4
Quthb, Muhammad, Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam? (Jakarta : Penerbit Buku Andalan,
1995), Hal 148
8
Pada saat yang sama berangkat pula rombongan dari Basrah, berjumlah 500
orang, di bawah pimpinan Hurkush bin Zuhair al-Saadi.
5
Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Hal 139 - 140
6
Muhammad Yusuf Al-Kandahlawy, Sirah Sahabat, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, hlm. 223.
7
Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Hal 139 - 140
8
Philip K. Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002), edisi revisi ke-
10, hal. 154
9
dengan cara menyalin ulang ayat-ayat Al-quran ke dalam sebuah buku yang
disebut mushaf.
Pada saat ini umat Islam sudah tersebar luas, mereka memerlukan
pemahaman Alquran yang mudah dimengerti dan mudah di jangkau oleh
alam pikirannya. Peranan hadis atau sunnah Rasul sangat penting untuk
membantu dan menjelaskan Alquran. Lambat laun timbullah bermacam-
macam cabang ilmu hadis.Tempat belajar masih di kuttab, di masjid atau
rumah-rumah.10 Pada masa ini tidak hanya Alquran yang dipelajari tetapi
Ilmu Hadis dipelajari langsung dari para sahabat Rasul. Langkah
pengumpulan mushaf ini merupakan salah satu langkah meneruskan jejak
khalifah pendahulunya untuk menyusun dan mengkodifikasi ayat-ayat Al-
Quran dalam sebuah mushaf. Dengan demikian, pembukuan Al-Quran pada
masa khalifah Usman itu memberikan kebaikan seperti :
2. Menyatukan bacaan,
2.3. Masa Peradaban Islam pada masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib
Ali adalah Khalifah Islam yang ke empat juga sepupu Nabi Muhammad
SAW, dan juga sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW. Dia adalah putera
Abu Thalib, yaitu paman Nabi Muhammad SAW., setelah kakeknya wafat
Abdul Muthalib ia dibesarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ia datang dari
puak Bani Hasyim yang dipandang paling terhormat diantara kabilah Quraish.
Nabi Muhammad SAW juga termasuk dalam golongan yang sama. Fungsinya
9
Khaldun, Ibn, Muqaddimah, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000), Cetakan Kedua. hal 142
10
Soekarno, dan Ahmad Supardi, 2001. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam
(Bandung: Angkasa.) Hal 65 – 67
11
Nurhamzah, M.Ag, Bahan Ajar Sejarah Islam ( Bandung, 2017), Hal 33
10
dari golongan ini sangat tinggi yaitu sebagai penjaga Rumah Suci Ka’bah.
Dan karena inilah Bani Hasyim dipandang dengan kehormatan khusus
diseluruh jazirah. ‘Ali dilahirkan pada tahun ke tiga belas ‘Am al-Fil yaitu
tahun Gajah, sepuluh tahun sebelum Kenabian.12
Pada saat Kenabian, ‘Ali hanyalah seorang remaja yang berusia sepuluh
tahun. Sejak kecil ia dibesarkan di rumah Nabi. Maka dia mengenalnya
sangat baik dalam segala sesuatu tentangnya. Karenanya termasuk beberapa
orang yang paling awal memeluk Islam. Beberapa orang bahkan berpendapat
bahwa ia adalah orang pertama yang masuk ke dalam barisan tetapi fakta
yang diakui bahwa kehormatan itu jatuh ke tangan Khadijah. Setelahnya
barulah Abu Bakar, Zaid bin Harits dan ‘Ali. Meskipun hanya sekedar
seorang anak laki-laki pada waktu masuk Islam, ‘Ali menunjukan
kegairahannya dalam menyiarkan keimanan. Suatu kali Nabi mengundang
kerabatnya dalam pesta, idenya adalah untuk memberi mereka risalah Islam.
Ketika makan malam selesai, beliau berpidato kepada orang-orang didalam
pesta tersebut. “siapa antara kalian kalau”, katanya “yang maju ke depan
berikrar sendiri denganku dan karenanya menjadi teman dan saudaraku?”
Saat itu semuanya teteap berdiam diri. ‘Ali sendiri yang bangun dan
menyerahkan dirinya demi membela keimanan. Dia seorang anak kecil,
namun kelak pemuda ini ditakdirkan akan menjadi suatu menara dalam
kekuatan Islam.13
12
Marzuki. Pendidikan Agama Islam. Hlm 141
13
Ali, Maulana Muhammad, Early Caliphate (Jakarta : Darul Kutubil Islamiyah, 2007)
hlm. 230
14
Marzuki. Pendidikan Agama Islam. Hlm. 142
11
Muawiyah yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Usman,
menginginkan supaya pembunuhan Usman diadili, namun Mu’awiyah
menganggap Ali tidak memiliki niat untuk melakukan pengusutan tersebut,
sehingga gubernur Suriah itupun memberontak terhadap sang Khalifah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
18
Abu Su’ud, Islamologi, Asdi Mahasatya, Jakarta, hlm. 62.
19
Ali, Muhammad Maulana, Early Caliphate. Hlm. 243
13
Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya adalah
Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy.Ia
mendapatkan julukan Zun Nurain, artinya yang memiliki dua cahaya,
karena menikahi dua putrid Nabi secara berurutan setelah yang satu
meninggal.
Ali adalah putra Abi Thalib bin Abdul Munthalib. Ia adalah sepupu
Nabi Muhammad yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi
putri Nabi yakni Fatimatuz Zahra. Orang yang pertama kali membai’at Ali
adalah Thalhah bin Ubaidillah, kemudian diikuti oleh Zubair bin Awwam
dan Sa’ad bin Abi Waqash. Kemudian di ikuti oleh banyak sahabat dari
Muhajirin dan Ansor. Adapun usaha-usaha beliau selama memerintah
antara lain : Menarik kembali semua tanah yang dibagikan oleh Khalifah
Utsman kepada kaum kerabatnya, lalu mengembalikannya ke Negara,
Mengganti semua gubernur yang tidak disenangi rakyat, Penumpasan para
pemberontak, Memindahkan pusat pemerintahan ke Kufah,
14
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Maulana Muhammad. 2007. Early Caliphate. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah.
Khaldun, Ibn. 2000. Muqaddimah. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Marzuki. 2009. Pendidikan agama islam. Yogyakarta: Sang Media.
Munir Amin, Samsul. 2010. Sejarah peradaban Islam. Jakarta: Sinar Grafika
Offcet.
15