Anda di halaman 1dari 12

Konsumsi

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Hadis Ekonomi


Dosen Pengampu : Fatimah Zahara, Dr. MA
Disusun Oleh
Kelompok 3

Harry Akbar Nasution ( 0204212102)


Mhd. Romadhon Nasution ( 0204212097)
Dewi Lestari ( 0204212075 )
Cut Anisah Putri ( 0204212145)

KELAS MUAMALAH IV D

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA
UTARA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. Atas rahmat dan hidayahnya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsumsi”dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Ekonomi. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana Konsumsi dalam Islam bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu dosen pengajar selaku dosen mata kuliah hadits
ekonomi. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan,29 Maret 2023

Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1


1. Latar Belakang ................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah ...........................................................................................................1
3. Tujuan Dan Manfaat ........................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................................2


A. Pengertian konsumsi........................................................................................................2
B. Urgensi dan Tujuan Konsumsi Islami..............................................................................3
C. Prinsip Konsumsi Dalam Islam........................................................................................4
D. Batasan Konsumsi Dalam Syariah...................................................................................5
E. Dasar Hukum Prilaku Konsumsi Dalam Ekonomi...........................................................6

BAB III : PENUTUP............................................................................................................9


I. KESIMPULAN ............................................................................................................9
II. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Manusia pada dasarnya Membutuhkan konsumsi untuk bertahan hidup dimana semakin
tinggi kebutuhan, Konsumsi juga akan bertambah. Konsumsi setiap orang dapat berbeda-
beda sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pendapatan. Pendapatan yang berbeda-beda
merupakan penentu utama konsumsi, bahkan beberapa orang Yang memiliki pendapatan
sama, Konsumsinya dapat berbeda.
Konsumsi Islam tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan peranan keimanan
menjadi tolak ukur Penting karena keimanan memberikan Cara pandang dunia yang
cenderung Mempengaruhi kepribadian manusia. Keimanan memberikan saringan moral
Dalam membelanjakan harta dan Sekaligus juga memotivasi pemanfaatan Sumber daya
(pendapatan) untuk hal-hal Yang efektif.Saringan moral bertujuan Menjaga kepentingan diri
tetap berada di Dalam batas-batas kepentingan sosial Dengan mengubah preferensi
individual Semata menjadi preferensi yang serasi antara lain dividual dan sosial, serta
Mewujudkan termasuk pulasaringandalamrangka kebaikan dan kemanfaatan Yang dapat
mempengaruhi persepsi Konsumen (Muflih, 2006:12).
Dampak agama terhadap Konsumsi tergantung pada agama itu Sendiri dan pada sejauh
mana individu Menafsirkan dan mengikuti ajaran agama mereka. Di Indonesia dengan
penduduk yang mayoritas muslim memiliki pola konsumsi yang berbeda dengan non muslim
Sebagai seorang muslim tidak Semua makanan boleh untuk dikonsumsi, terdapat batasan
atau aturan yang harus Dipenuhi. Batasan konsumsi tersebut Dijelaskan pada hadist.
ِ ْ‫ت فَقَ ْد ا ْستَب َْرَأ لِ ِد ْينِ ِه َو ِعر‬
‫ض ِه‬ ِ ‫ فَ َم ِن اتَّقَى ال ُّشبُهَا‬،‫اس‬ bٌ َ‫ْال َحالَ َل بَي ٌِّن َوِإ َّن ْال َح َرا َم بَي ٌِّن َوبَ ْينَهُ َما ُأ ُموْ ٌر ُم ْشتَبِه‬
ِ َّ‫ات الَ يَ ْعلَ ُمه َُّن َكثِ ْي ٌر ِمنَ الن‬
“Yang haram jelas dan yang halal jelas, diantara keduanya ada perkara-perkara yang kelam
(kabur)” ( HR.Al Bukhari)

Konsumsi dalam syariah memiliki Batasan-batasan yang harus diperhatikan Selain halal
yaitu tidak berlebih-lebihan. dalam membelanjakan harta terutama dalam berkonsumsi harus
dilakukan secara wajar, karena Allah SWT tidak suka dengan sikap mubazir. Sebagaimana
Disebutkan dalam hadist.
“Sesungguh nya termasuk pemborosan bila kamu makan apa saja yang kamu bernafsu
memakannya” (HR. Ibnu Majah).

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian konsumsi ?
2. Bagaimana Tujuan Konsumsi Islami ?
3. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian konsumsi
2. Untuk mengetahui latar belakang konsumsi

BAB II
PEMBAHASAN

1
A. PENGERTIAN KONSUMSI
Pengertian konsumsi dalam ekonomi islam adalah memenuhi kebutuhan baik jasmani
maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba
Allah SWT untuk mendapatkan kebahagiaan atau kesejahteraan didunia maupun akhirat.
Pada hakikatnya konsumsi adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi
kebutuhannya.1 Konsumsi meliputi beberapa hal yaitu keperluan kesenangan dan
kemewahan. Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk
beribadah dan meningkatkan keimanan kepada Allah dalam rangka mendapatkan
kemenangan, kedamaian, dan kesejahteraan akhirat (falah), baik dengan membelanjakan
uang atau pendapatannya untuk keperluan dirinya maupun untuk amal sholeh bagi dirinya.
Adapun hadisnya yaitu :
َ ‫عَنْ زَ َك ِريَّا ب ِن َأبِى زَ اِئدَة َع ِن الشّعبِ َّى قال‬
ِ َ‫س< ِمعتُ ال ُّنعم<انَ بن ب‬
‫ش<ي ٍر يَقُ<<ول على المن<بر وأه<وى بأص<بعيه إلى أذني<ه‬
‫ الحالل بيّن والحرام بيّن ووبينهما مشتبهات ال يعلمه<<ا ك<<ثر من‬:‫سمعت رسول هللا – صلّى هللا عليه وسلّم – يقلول‬
‫النّاس فمن اتّقى الشّبهات استبرأ لدنه وعرضه ومن وقع فى الشّبهات وقع فى الحرام كال ّراعى حول الحمى يوشك‬
‫أن يرتع فيه أال وإنّ لك ّل ملك حمى أال وإنّ حمى هللا محا رمه أال وإنّ فى الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كلّه‬
)‫وإذا فسد الجسد كلّه أال القلب (رواه متّفق عليه‬
Artinya: Dari Zakaria bin Abi Zaidah dari al-Sya’bi berkata: saya mendengar Nu’man bin
basyir berkata di atas mimbar dan ia mengarahkan jarinya pada telinganya, saya
mendengar Rasul SAW bersabda: halal itu jelas, haram juga jelas, diantara keduanya itu
subhat, kebanyakan manusia tidak mengetauhi, maka barang siapa menjaga diri dari
barang subhat, maka ia telah bebas untuk agama dan kehormatannya, barang siapa yang
terjerumus dalam subhat maka ia seperti penggembala disekitar tanah yang dilarang yang
dikhawatikan terjerumus. Ingatlah sesungguhnya bagi setiap pemimpin daerah larangan.
Larangan Allah adalah yang diharamkan oleh Allah, ingatlah bahwa sesungguhnya dalam
jasad terdapat segumpal daging , jika baik maka baiklah seluruhnya, jika jelek maka
jeleklah seluruh tubuhnya, ingatlah itu adalah hati. (HR. Muttafaqun Alaih).
Yang dimaksud makanan yang halal yaitu makanan yang diperbolehkan oleh agama
dari segi hukumnya. yang dibolehkan oleh agama misalnya buah-buahan, sayur-sayuran dll.
Makanan yang halal pada hakikatnya makanan yang diperoleh dengan cara yang halal
pula(benar).2
Sedangkan makanan yang haram sudah jelas yaitu makanan yang dilarang oleh
agama untuk dimakan. Dan Allah menjelaskan sesuatu yang haram ada dua macam yaitu
haram dzatnya dan Haram “Arid”(haram mendatang karena suatu sebab). Makanan yang
haram dzatnya seperti daging babi, darah, bangkai, daging hewan yang disembelih atas nama
selain Allah dll. Sedangkan haram Arid adalah haram dimakan karena cara memperoleh atau
mengolahnya, misalnya ayam hasil mencuri dan sebagainya.
Adapun makanan yang baik makanan yang tidak membahayakan bagi tubuh manusia dilihat
dari segi keseshatan. Makanan yang baik lebih bersifat kondisional maksudnya yaitu
makanan yang menurutk kita baik belum tentu baik untuk orang lain dan sebaliknya, dan
makanan yang baik menurut kita belum tentu halal dan yang halal belum tentu baik untuk
tubuh kita.
Dan ada beberapa ayat yang berkaitan dengan hadis diatas yaitu:
QS. AL-BAQARAH (2) : 168
‫ لكم عد ّو ّمبين‬,‫يأيّها النّاس كلوا م ّما فى األرض حلال طيّبا وال تتّبعوا خطوت الشّيطن ج إنّه‬

Muhammad Hidayat, Pengantar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Zikrul MediaIntelektual, 2010) hlm.230
1

2
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: BPFE,
2005),Hlm.172 Hlm.172.

2
Artinya : “wahai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan-
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Perintah pada ayat al-baqarah 168 ditunjukan bukan hanya kepada orang-orang
beriman tetapi untuk seluruh manusia. Ini menunjukan bahwa bumi disiapkan Allah untuk
seluruh manusia, mukmin, atau kafir. Tidak semua yang ada di dunia otomatis halal dimakan
atau digunakan. Allah menciptakan ular berbisa bukan untuk dimakan, tetapi antara lain
untuk digunakan bisanya sebagai obat. Ada burung-burung yang diciptakan-Nya untuk
memakan serangga yang merusak tanaman. Dengan demikian, tidak semua yang ada dibumi
menjadi makanan yang halal, karena bukan semua yang diciptakan untuk dimakan manusia.
Karena itu Allah memerintahkan untuk makan makanan yang halal.

B. Urgensi dan Tujuan Konsumsi Islami


Beberapa hal yang melandasi perilaku seorang muslim dalam berkonsumsi adalah
berkaitan dengan urgensi, tujuan dan etika konsumsi. Konsumsi memiliki urgensi yang
sangat besar dalam setiap perekonomian, karena tiada kehidupan bagi manusia tanpa
konsumsi. Oleh sebab itu, sebagian besar konsumsi akan diarahkan kepada pemenuhan
tuntutan konsumsi bagi manusia.3
Pengabaian terhadap konsumsi berarti mengabaikan kehidupan manusia dan tugasnya
dalam kehidupan. Manusia diperintahkan untuk mengkonsusmsi pada tingkat yang layak
bagi dirinya, keluarganya dan orang paling dekat di sekitarya. bahkan ketika manusia lebih
mementingkan ibadah secara mutlak dengan tujuan ibadah (hadits puasa dan orang
beribadah), telah dilarang dan diperintahkan untuk makan/berbuka. Meski demikian
konsumsi Islam tidak mengharuskan seseorang melampaui batas untuk kepentingan
konsumsi dasarnya, seperti mencuri atau merampok.tapi dalam kondisi darurat dan
dikhawatirkan bisa menimbulkan kematian, maka seseorang Diperbolehkan untuk
mengkonsusmsi sesuatau yang haram dengan syarat sampai masa darurat itu hilang, tidak
berlebihan dan pada dasarnya memang dia tidak suka (ayat).
Tujuan utama konsumsi seoarang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk
beribadah kepada Allah. Sesungguhnya mengkonsusmsi sesuatu dengan niat untuk
meningkatkan stamina dalam ketaatan pengamdian kepada Allah akan menjadikan
konsusmsi itu bemilai ibadah yang dengannya manusia mendapatkan Pahala.
Konsusmsi dalam perspektif ekonomi konvensional dinilai sebagai tujuan terbesar dalam
kehidupan dan segala bentuk kegiatan ekonomi. Bahkan ukuran kebahagiaan seseorang
diukur dengan tingkat kemampuannya dalam mengkonsusmsi. Konsep Konsumen adalah
raja’ menjadi Arah bahwa aktifitas ekonomi khususnya produksi untuk memenuhi kebutuhan
konsumen Sesuai dengan kadar relatifitas dari keianginan konsumen, dimana Al-Qur ‘an
telah mengungkapkan hakekat tersebut dalam firman-Nya : “Dan orang-orang kafir itu
bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang” (Muhammad:2).
C. Prinsip Konsumsi Dalam Islam.
Menurut Mannan (2012: 101) ada lima prinsip dalam melakukan kegiatan konsumsi yang
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Prinsip Keadilan
Syariat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki secara halal dan
tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan minuman, yang terlarang adalah darah,

3
Muhammad Hidayat, Pengantar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Zikrul Media Intelektual, 2010) hlm.230

3
daging binatang yang telah mati sendiri, daging babi, daging binatang yang ketika
disembelih diserukan nama selain Allah. (QS. Al-Baqarah: 173)

2. Prinsip Kebersihan
Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Sunnah tentang
makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun menjijikkan sehingga
merusak selera. Karena itu, tidak semua yang diperkenankan boleh dimakan dan diminum
dalam semua keadaan. dari semua yang diperbolehkan makan dan minumlah yang bersih dan
bermanfaat.4 Prinsip kesederhanaan Prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai
makanan dan minuman adalah Sikap tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah makan
secara berlebihan Sebagaimana firman Allah :

َ‫ت َمٓا َأ َح َّل ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم َواَل تَ ْعتَد ُٓو ۟ا ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ ِحبُّ ْٱل ُم ْعتَ ِدين‬ ۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ‫وا اَل تُ َحرِّ ُم‬
ِ َ‫وا طَيِّ ٰب‬ َ

Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.”
Arti penting ayat ini adalah kenyataan bahwa kurang makan dapat mempengaruhi
pembangunan jiwa dan tubuh, demikian pula bila perut diisi secara berlebih-lebihan tentu
akan ada pengaruhnya pada perut Praktik memantangkan jenis makanan tertentu dengan
tegas tidak dibolehkan dalam Islam.

3. Prinsip Kemurahan Hati


Dengan menaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita memakan dan
meminum makanan halal yang disediakan Tuhan karena kemurahan Hati-Nya. Selama
maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan kesehatan yang Lebih baik dengan tujuan
menunaikan perintah Tuhan dengan keimanan yang kuat Dalam tuntutan-Nya, dan perbuatan
adil sesuai dengan itu, yang menjamin Persesuaian bagi semua perintah-Nya. Hal tersebut
tertuang dalam firman Allah SWT berikut:
َ‫ص ْي ُد ْالبَ ِّر َما ُد ْمتُ ْم ُح ُر ًما ۗ َواتَّقُوا هّٰللا َ الَّ ِذيْٓ اِلَ ْي ِه تُحْ َشرُوْ ن‬ َ ‫ص ْي ُد ْالبَحْ ِر َوطَ َعا ُمهٗ َمتَاعًا لَّ ُك ْم َولِل َّسي‬
َ ‫َّار ِة َۚو ُح ِّر َم َعلَ ْي ُك ْم‬ َ ‫اُ ِح َّل لَ ُك ْم‬

Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai
makanan yang lezat bagimu dan bagi orang-orang dalam perjalanan.

4. Prinsip Moralitas
Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi dengan tujuan terakhirnya,
yakni untuk peningkatan atau kemajuan nilai-nilai moral dan spiritual.Seseorang muslim
diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum makan dan menyatakan terima kasih kepada-
Nya setelah makan. Dengan demikian ia akan merasakan kehadiran Ilahi pada waktu
memenuhi keinginan-keinginan fisiknya. Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki
perpaduan nilai-nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia. Sebagaimana yang telah
Allah jelaskan dalam firman-Nya:
‫اس َوِإ ْث ُمهُ َمٓا َأ ْكبَ ُر ِمن نَّ ْف ِع ِه َما‬ ٰ
ِ َّ‫ۗ يَ ْسـَٔلُونَكَ َع ِن ْٱلخَ ْم ِر َو ْٱل َمي ِْس ِر ۖ قُلْ فِي ِه َمٓا ِإ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَفِ ُع لِلن‬

4
Arif Pujiyono, Teori Konsumsi Islami, Dinamika Pembangunan,(Volume.3 No.2,Desember 2006,
hlm. 196

4
Mereka bertanya kepadamu (Nabi) tentang khamar dan judi. Katakanlah, ”pada keduanya
itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya.”

D. BATASAN KONSUMSI DALAM SYARIAH

Dalam konsumsi Islami, konsumsi Dibatasi hanya pada barang halal saja Sedangkan barang
yang haram dilarang. Contohnya, pada makanan dan minuman yang terlarang adalah darah,
Bangkai, daging babi, daging binatang Ketika disembelih diserukan nama selain Nama Allah
SWT dengan maksud hanya berlaku pada makanan dan Minuman saja,tetapi juga mencakup
jenis-jenis komoditi lainnya. Dalam tafsir al-Misbah,bahwa haram itu ada dua macam, yaitu
yang haram karena zatnya, Seperti babi, bangkai, darah, dan yang haram karena sesuatu yang
bukan dari Zatnya, seperti makanan yang tidak diizinkan oleh pemiliknya untuk dimakan
dipersembah kan sebagai korban untuk memuja berhala dan tuhan-tuhan lain, dan
persembahan bagi orang-orang yang dianggap suci atau siapapun kecuali Allah SWT
(Muflih, 2006:13).

ِ ‫اغ َواَل عَا ٍد فَٓاَل ِإ ْث َم َعلَ ْي ِه ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َغفُو ٌر ر‬ ‫ُأ‬


‫َّحي ٌم‬ ٍ َ‫ير َو َمٓا ِه َّل ِب ِهۦ لِ َغي ِْر ٱهَّلل ِ ۖ فَ َم ِن ٱضْ طُ َّر َغ ْي َر ب‬ ِ ‫ِإنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْٱل َم ْيتَةَ َوٱل َّد َم َولَحْ َم ْٱل ِخ‬
ِ ‫نز‬

“Sesungguhnya Allah SWT hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah xSWT. Tetapi barang siapa
dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkan nya dan tidak(pula)
melampaui batas, Maka tidak ada dosabaginya. Sesungguhnya Allah SWT Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS, Al-Baqarah: 173)
Batasan konsumsi dalam syariah tidak hanya berlaku pada makanan dan minuman saja,
tetapi juga mencakup jenis-jenis komoditi lainnya. Dalam tafsir al-Misbah, bahwa haram itu
ada dua macam, yaitu yang haram karena zatnya,seperti babi, bangkai, darah, dan yang
haram karena sesuatu yang bukan dari zatnya,seperti makanan yang tidak diizinkan oleh
pemiliknya untuk dimakan.

E. Dasar Hukum Prilaku Konsumsi Dalam Ekonomi Islam

Konsep prilaku konsumsi dalam ekonomi Islam tidak boleh boros dan mengkonsumsi
suatu barang/jasa secara berlebih-lebihan dan adanya batasan-batasan dalam konsumsi,
karena konsumsi dalam ekonomi Islam harus memperhatikan tujuan dari ekonomi Islam itu
sendiri yaitu mencari Maslahah untuk mencapai falah, seperti yang terdapat dalam Al-
Qur’an dan Hadist mengenai konsumsi dibawah ini:
Al Qur’an surat Al-Maidah (Ayat: 87-88)
)88( َ‫) َو ُكلُوا ِم َّما َر َزقَ ُك ُم هَّللا ُ َحاَل اًل طَيِّبًا َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي َأ ْنتُ ْم بِ ِه ُمْؤ ِمنُون‬87( َ‫َواَل تَ ْعتَدُوا ِإ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال ُم ْعتَ ِدين‬

Terjemah:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang Telah
Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik

5
dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya.5

Adapun maksud dari ayat di atas bahwa di dunia ini Allah SWT sudah menyediakan
segala bentuk kebutuhan untuk manusia, terutama dalam hal konsumsi. bahwa dalam
konsumsi ada hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang. konsumsi dalam Islam ialah
konsumsi dengan jalan yang benar, baik, transparan, dan bermanfaat baik bagi dirinya
maupun orang lain. Dan dilarang mengkonsumsi sesuatu secara boros, mubazir, dan
berlebihan-lebihan sehingga yang kita konsumsi tersebut tidak mempunya manfaat bagi diri
kita maupun orang lain, karna sesunggunya Allah tidak menyukai orang-orang yang seperti
itu dan melampaui batas.

ۚ ‫ٰيبَنِ ْٓي ٰا َد َم ُخ ُذوْ ا ز ْينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُكلِّ َم ْس ِج ٍد َّو ُكلُوْ ا َوا ْش َربُوْ ا َواَل تُس‬
ِ ‫ْرفُوْ ا اِنَّهٗ اَل ي ُِحبُّ ْال ُمس‬
َ‫ْرفِ ْين‬ ِ ِ

Terjemah:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan Q.S: Al-Araf (Ayat: 31).6 Dalam hal konsumsi, al-Qur‟an memberi
petunjuk yang sangat jelas dan mudah dipahami, al-Qur‟an mendorong untuk menggunakan
barang-barang yang baik (halal) dan bermanfaat serta melarang untuk hidup boros dan
melakukan kegiatan konsumsi untuk hal-hal yang tidak penting, al-Qur‟an juga melarang
untuk bermewah-mewahan dalam hal pakaian ataupun makan, sesuai dengan firman Allah
surat al-Baqarah : 168.

‫ت ال َّشي ْٰط ۗ ِن ِانَّهٗ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُّمبِي ٌْن‬


ِ ‫ض َح ٰلاًل طَيِّبًا ۖ َّواَل تَتَّبِعُوْ ا ُخطُ ٰو‬ ٓ
ِ ْ‫ٰياَيُّهَا النَّاسُ ُكلُوْ ا ِم َّما فِى ااْل َر‬

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.”7
Al-Qur‟an, 2:168.

Disini Islam memerintahkan agar manusia dalam mengkonsumsi segala sesuatu di dunia ini
terbatas pada barang atau jasa yang baik dan halal yangtelah disediakan oleh Allah kepada
mereka. Mereka juga diperintahkan agar tidak mengikuti langkah-langkah syaitan yang
berusaha menggoda manusia untuk mau mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah.
Dalam al-Qur‟an dijelaskan bahwa dalam hal pemanfaatan nikmat dan karunia Allah swt
harus dilakukan secara adil dan seimbang sesuai dengan prinsip syariah, sehingga selain
nantinya akan mendapatkan manfaat dari segi material, juga merasakan kepuasaan dari segi
spiritual.Islam memperbolehkan kepada manusia untuk menikmati berbagai karunia
kehidupan dunia yang diberikan oleh Allah swt, seperti dalam
firmanNya surat al-A’raf : 32.

5
Kementerian Agama RI, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Pembinaan Urusan
Agama Islam dan Pembinaan Syaria’ah, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Jakarta: cet PT. Sinergi Pustaka
Indonesia 2012), juz 7, h. 12
6
Al-Qur‟an, 25:67.
7
Al-Qur‟an, 2:168.

6
‫ ُل‬b‫ص‬ِّ َ‫ك نُف‬ َ ِ‫ ٰ َذل‬bَ‫ ِة ۗ ك‬b‫وْ َم ْٱلقِ ٰيَ َم‬bَ‫ةً ي‬b‫ص‬ ۟ ُ‫ت ِمنَ ٱل ِّر ْزق ۚ قُلْ ِهى لِلَّ ِذينَ َءامن‬
َ ِ‫ ُّد ْنيَا خَال‬b‫و ِة ٱل‬bٰ َ‫وا فِى ْٱل َحي‬b َ َ ِ ِ َ‫قُلْ َم ْن َح َّر َم ِزينَةَ ٱهَّلل ِ ٱلَّتِ ٓى َأ ْخ َر َج ِل ِعبَا ِد ِهۦ َوٱلطَّيِّ ٰب‬
َ َ
َ‫ت لِقوْ ٍم يَ ْعل ُمون‬ ٰ
ِ َ‫ٱلْ َءاي‬

Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-
Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?"
Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan
dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-
ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”8

Islam mengajarkan kepada kita agar dalam mengeluarkan (membelanjakan) harta, tidak
berlebihan dan juga tidak kikir atau pelit, karena sifat berlebih-lebihan merupakan sifat yang
akan merusak jiwa, harta,dan juga memberikan efek negatif terhadap masyarakat. Sedangkan
kikir atau pelit merupakan sikap yang dapat menahan harta untuk tidak dikeluarkan
meskipun untuk kebutuhan yang penting, seperti dalam firman Allah surat al-Furqan ayat 67.

َ ِ‫ْرفُوْ ا َولَ ْم يَ ْقتُرُوْ ا َو َكانَ بَ ْينَ ٰذل‬


‫ك قَ َوا ًما‬ ِ ‫َوالَّ ِذ ْينَ ِا َذٓا اَ ْنفَقُوْ ا لَ ْم يُس‬

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak
(pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” ⁹

Ada tiga nilai dasar yang menjadi pondasi bagi perilaku konsumsi seseorang dan masyarakat
muslim.9
1. Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, prinsip ini mengarahkan
seorang konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat daripada dunia.
Mengutama-kan konsumsi untuk ibadah daripada konsumsi duniawi. Konsumsi untuk
ibadah merupakan future consumption (karena terdapat balasan surga diAkhirat ),
sedangkan konsumsi duniawi adalah present consumption.

2. Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur dengan moral agama Islam,
dan bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi moralitas semakin
tinggi pula kesuksesan yang dicapai. Kebajikan, kebenaran dan ketaqwaan kepada
Allah merupakan kunci moralitas Islam. Kebajikan dan kebenaran dapat dicapai
dengan prilaku yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dan menjauhkan diri dari
kejahatan.

3. Kedudukan harta merupakan anugrah Allah dan bukan sesuatu yang dengan
sendirinya bersifat buruk (sehingga harus dijauhi secara berlebihan).Harta merupakan
alat untuk mencapai tujuan hidup, jika diusahakan dan dimanfaatkan dengan benar
karena mengharap ridho Allah akan digantikan berlipat-lipat.

Ibid., 45. Kementerian Agama RI, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Pembinaan
8

Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syaria’ah, Al-Qur’an ..., juz 8, h. 154
9
Nurul Huda, Perilaku Komsumsi Islami ,Jurnal diskusi bulanan Fak.Ekonomi Univ.Yarsi 26
N0v2006

7
BAB lll
PENUTUP
A.Kesimpulan
Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan, menghabiskan, dan memanfaatkan
barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu guna untuk memenuhi kelangsungan hidup.
Adapun tingkat pola konsumsi masyarakat tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya, namun karena Majelis Ta’lim Masjid Nur Sa’id berada di Perumahan Villa Citra
yang merupakan salah satu lingkungan elite sehingga masyarakat meniru lingkungan sekitar
supaya lebih menyesuaikan diri di lingkungannya. Pola konsumsi masyarakat sudah sesuai
dengan prinsip ekonomi Islam, Islam mengajarkan bahwa perilaku konsumsi tidak berlebih-
lebihan, boros dan melakukan hal lain yang menjadikan konsumsi itu menjadi sia-sia. Allah
SWT tidak menyukai orang yang besar pengeluaran daripada pendapatannya. Dalam Islam
dilarang melakukan pemborosan yang memiliki dampak negatif bagi perekonomian
masyarakat, Islam menyarankan agar manusia dapat bertindak di tengah-tengah atau
sederhana.
Komsumsi Islami akan mendidik seorang muslim hidup sederhana sehingga dia akan
gunakan kelebihan pendapatan yang dimiliki untuk investasi yang positif. Komsumsi Islami
juga dapat menjaga kesehatan seseorang karena dia tidak akan Mengkonsumsi kecuali
makanan yang halal baik secara zatnya dan proses pembuatannya dengan tidak
meninggalkan sisi kebersihan. Keimanan seseorang ketika menggunakan anggaran dalam
komsusmsi mengantarkan kepada kesadaran bahwa dalam hartanya ada hak orang lain yang
harus didermakan sehingga daya beli masyarakat menjadi merata yang berdampak kepada
geliat ekonomi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arif Pujiyono, Teori Konsumsi Islami, Dinamika Pembangunan,(Volume.3 No.2,Desember


2006, hlm. 196

Muhammad Hidayat, Pengantar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Zikrul MediaIntelektual, 2010)


hlm.230

Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: BPFE, 2005),Hlm.172


Hlm.172.

Muhammad Hidayat, Pengantar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Zikrul Media Intelektual, 2010)
hlm.230

Nurul Huda, Perilaku Komsumsi Islami ,Jurnal diskusi bulanan Fak.Ekonomi Univ.Yarsi 26
N0v2006

Anda mungkin juga menyukai