Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI KONSUMSI

Dosen Pengampu : Yovanda Noni, SE , ME

Disusun Oleh: Kelompok 5

Nur Rizky Amalia 2031811001


Dodi Triatmaja 2031811100
Sari Buana 2031811083
Nuramanah 2031811047
Deoksan Dwi Wicaksono 2031811002

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN AJI MUHAMAD IDRIS


SAMARINDA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah

nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kai bisa

menyelesaikan makalah mata kuliah “EKONOMI MIKRO”, shalawat serta

salam kita sampaikan kepada nabi besar kita Muhammad SAW ysng telah

memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan Sunnah untuk

keselamatan umat di dunia.

Makalah ini meurpakan salah satu tugas mata kuliah EKONOMI

MIKRO selanjutnya penulis mengucapkan trima kasih yang sebesar

besarnya kepada ibu Yovanda Noni, SE , ME selaku dosen pembimbing

matakuliah ekonomi mikro dan kepada segenap pihak yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini,

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan penulisan

makalah ini, makadari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda ,1 Juni 2022

II
DAFTAR ISI

COVER .........................................................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................... II

DAFTAR ISI .............................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3

A. Teori Konsumsi .................................................................................................. 3

B. Konsumsi Dalam Pandangan Islam .................................................................... 5

C. Tujuan Konsumsi ............................................................................................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Konsumsi adalah suatu bentuk perilaku ekonomi yang asasi dalam kehidupan.

Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas konsumsi termasuk manusia.

Manusia yang sering disebut sebagai makhluk sosial yang memang tidak dapat

dipungkiri akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Selain itu,

manusia juga disebut sebagai makhluk materi yang membutuhkan hal-hal diluar

daripada tubuhnya untuk menunjang kehidupannya. Maka dari itu, manusia sering

melakukan kegiatan-kegiatan untuk menghabiskan barang dan jasa, guna untuk

memenuhi kebutuhannya, hal yang demikian biasa disebut dengan Konsumsi.

Konsumsi akan dilakukan selama seumur hidup kita, dari dalam rahim sampai liang

lahat.

Konsumsi dalam Islam adalah untuk mewujudkan maslahah duniawi dan

ukhrawi. Maslahah duniawi ialah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, seperti

makan, minum, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan (akal). Sedangkan

maslahah ukhrawi (kemaslahatan akhirat) yaitu terlaksananya kewajiban agama

seperti sholat dan haji.

Sebagaimana tujuan konsumsi dalam ekonomi Islam yakni mencapai

kebahagiaan dan kesejahteraan didunia dan diakhirat (Falah), maka tata cara dalam

ber konsumsi pun harus berlandaskan sesuai dengan nilai-nilai syariat

1
Islam. Sehingga, dengan berlandaskan syariat Islam akan terjadi kemaslahatan

akhirat karena menjadi ibadah kepada Allah SWT dengan tidak mengabaikan

kemaslahatan dunia.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah penjelasan mengenai teori konsumsi?

b. Bagaimana tujuan daripada konsumsi?

c. Bagaimana penjelasan konsumsi dalam Islam

C. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui tentang teori konsumsi

b. Untuk mengetahui tentang tujuan konsumsi

c. Untuk mengetahui penjelasan konsumsi dalam islam


BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Konsumsi

Teori konsumsi lahir karena adanya teori permintaan akan barang dan jasa.

Sedangkan permintaan akan barang dan jasa timbul karena adanya keinginan dan

kebutuhan oleh konsumen. Secara garis besar ada empat teori konsumsi, yaitu:

1) Teori konsumsi Keynes

Teori konsumsi menurut Keynes. Keynes menyatakan bahwa

pengeluaran konsumsi tergantung pada besarnya pendapatan. Di

mana konsumsi cenderung lebih kecil dari pendapatan. Seseorang bisa

melakukan tambahan konsumsi (marginal propensity to consume) dalam

jumlah besar jika pendapatannya besar juga.

2) Hipotesis Pendapatan Permanen

Teori konsumsi hipotesis pendapatan permanen (permanent income

hypothesis) dikemukakan oleh Milton Friedman dalam bukunya A Theory of

Cosumption Function. Menurut Friedman, pendapatan dibagi mejadi dua jenis,

yaitu:

a. Pendapatan permanen (permanent income)

b. Pendapatan sementara (transitory income)

Pendapatan permanen merupakan bentuk pendapatan yang diterima secara

periode dan jumlahnya dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan

gaji. Pendapatan sementara merupakan bentuk pendapatan yang tidak dapat

diperkirakan sebelumnya. Pendapatan sementara ini bisa berbentuk tambahan

3
(bonus dan menang lotre) ataupun bentuk pengurangan, misalnya biaya

pengobatan sakit yang tiba-tiba pada pendapatan permanen. Pengeluaran

konsumsi seseorang dipengaruhi oleh pendapatan permanen secara proposional.

Apabila terjadi kenaikan pendapatan sementara yang positif, maka pengeluaran

konsumsinya juga akan mengalami kenaikan, begitu pula sebaliknya.

3) Hipotesis Pendapatan Relatif

Teori konsumsi hipotesis pendapatan relatif dikemukakan oleh James

Duesenberry dalam bukunya Income, Saving and The Theory of Consumer

Behavior. Menurut teori ini pola konsumsi seseorang ditentukan terutama oleh

pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Apabila pendapatan berkurang

pada priode tertentu, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran

konsumsi, untuk menutupnya, mereka mengurangi tabungannya. Dalam jangka

panjang konsumsi berubah secara proposional dengan pendapatan, akan tetapi

dalam jangka pendek konsumsi berubah dalam proporsi yang lebih kecil dari

perubahan pendapatan. Selain tingkat pendapatan, kondisi lingkungan di sekitar

tempat tinggal konsumen yang mempengaruhi pola konsumsi seorang

konsumen.

4) Hipotesis Siklus Hidup

Teory konsumsi siklus hidup (life cycle) dikemukakan oleh A. Ando, R.

Brumberg dan F. Modligiani. Teori ini mencoba menjelaskan tentang perilaku

konsumsi seorang berdasarkan pada umur dalam siklus hidupnya. Secara umum

siklus hidup dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

a) Usia 0 – 15 tahun : usia belum produktif

4
b) Usia 16 – 60 tahun : usia produktif

c) Diatas 60 tahun : usia tidak produktif

B. Konsumsi Dalam Pandangan Islam

a. Teori konsumsi Islam

Islam berpandangan bahwa hal terpenting yang harus dicapai dalam

aktivitas konsumsi adalah maslahah. “Maslahah adalah segala bentuk

keadaan, baik material maupun non material, yang mampu meningkatkan

kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia”. Maslahah memiliki

dua kandungan, yaitu manfaat dan berkah. Maslahah hanya bisa didapatkan

oleh konsumen saat mengonsumsi barang yang halal saja. Halal adalah

tindakan yang dibenarkan untuk dilakukan oleh syara. Halal dibagi menjadi

tiga yaitu halal menurut sifat zat, cara memperolehnya, dan cara

pengolahannya. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Baqarah:173.

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,

daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain

Allah). Tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang

Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada

dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Ajaran syariah dalam bentuk konsumsi yaitu mengkonsumsi halal dan

haram, pelarangan terhadap ishraf (berlebihan) yaitu bermewah-mewahan dan

bermegah-megahan, konsumsi sosial, dan aspek-aspek normatif lainnya.

Seorang konsumen Muslim harus memperhatikan produk-produk yang

dikonsumsi agar terhindar dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah serta tidak

5
berlebihan. Keimanan seorang Muslim dapat diukur dengan bagaimana

seorang Muslim menjalani kehidupannya sehari-hari sesuai dengan tuntunan

Al Qur‟an dan hadits. Teori konsumsi Islam mengajarkan untuk membuat

prioritas dalam pemenuhan kebutuhan. “Urutan prioritas kebutuhan tersebut

adalah: dharuriyat (primer), hajjiyat (sekunder), dan tahsiniyat (tersier)”.

b. Prinsip dasar konsumsi Islam

Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip dasar

diantaranya:

1. Prinsip Keadilan

Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari

rezeki secara halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan

minuman, yang terlarang adalah darh, daging binatang yang telah mati

sendiri, daging babi, daging binatang yang ketika disembelih diserukan

nama selain Allah, sebagaimana di jelaskan pada surah Q.S. Al-Baqarah

ayat 173

َ ‫اغ َّو ََل‬


‫عا ٍد‬ َ ‫ضطُ َّر‬
ٍ َ‫غي َْر ب‬ ِ ‫حْم ْالخِ ْن ِزي ِْر َو َما ٓ ا ُ ِه َّل ِب ٖه ِلغَي ِْر ه‬
ْ ‫ّٰللا ۚ فَ َم ِن ا‬ َ َ‫علَ ْيكُ ُم ْال َم ْيتَةَ َوالد ََّم َول‬
َ ‫اِنَّ َما َح َّر َم‬

‫غفُ ْو ٌر َّرحِ ْي ٌم‬


َ ‫ّٰللا‬ َ ‫َل اِثْ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه ۗ اِنَّ ه‬ َٓ‫ف‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,

darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)

selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya)

sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,

Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah : 173).

6
2. Prinsip Kebersihan

Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an

maupun Sunnah tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan,

tidak kotor ataupun menjijikkan sehingga merusak selera. Karena itu, tidak

semua yang diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam semua

keadaan. Dari semua yang diperbolehkan makan dan minumlah yang bersih

dan bermanfaat

3. Prinsip kesederhanaan

Prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makanan dan

minuman adalah sikap tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah makan

secara berlebih.

َ‫ّٰللا ََل يُحِ بُّ ْال ُم ْعتَ ِديْن‬


َ ‫ّٰللا لَكُ ْم َو ََل تَ ْعتَد ُْوا ۗاِنَّ ه‬
ُ ‫ت َما ٓ اَ َح َّل ه‬ َ ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمن ُْوا ََل ت ُ َح ِر ُم ْوا‬
ِ ‫طيِ ٰب‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-

apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu

melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

melampaui batas.” (QS. Al Maidah : 87).

Arti penting ayat ini adalah kenyataan bahwa kurang makan dapat

mempengaruhi pembangunan jiwa dan tubuh, demikian pula bila perut diisi

secara berlebih-lebihan tentu akan ada pengaruhnya pada perut. Praktik

memantangkan jenis makanan tertentu dengan tegas tidak dibolehkan dalam

Islam.

4. Prinsip Kemurahan Hati

7
Dengan menaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa

ketika kita memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhan

karena kemurahan hati-Nya. Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan

hidup dan kesehatan yang lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah

Tuhan dengan keimanan yang kuat dalam tuntutan-Nya, dan perbuatan adil

sesuai dengan itu, yang menjamin persesuaian bagi semua perintah-Nya.

‫ص ْيدُ ْالبَ ِر َما د ُْمت ُ ْم ح ُُر ًما َۗواتَّقُوا ه‬


َ‫ّٰللا‬ َ ‫علَ ْيكُ ْم‬
َ ‫َّارةِ َۚوح ُِر َم‬ َ ‫ص ْيدُ ْالبَحْ ِر َو‬
َ ‫ط َعا ُمهٗ َمتَاعًا لَّكُ ْم َولِل َّسي‬ َ ‫اُحِ َّل لَكُ ْم‬

ْٓ ‫الَّذ‬
‫ِي اِلَ ْي ِه تُحْ ش َُر ْون‬

Artinya : “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang

berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang

yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang

buruan darat, selama kamu dalam ihram. dan bertakwalah kepada Allah

yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”(QS. Al Maidah : 96).

5. Prinsip Moralitas.

Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi

dengan tujuan terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan nilai-

nilai moral dan spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk menyebut nama

Allah sebelum makan dan menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah

makan. Dengan demikian ia akan merasakan kehadiran Ilahi pada waktu

memenuhi keinginan-keinginan fisiknya. Hal ini penting artinya karena

Islam menghendaki perpaduan nilai-nilai hidup material dan spiritual yang

berbahagia.

8
‫مِن نَّ ْف ِع ِه َم ۗا‬
ْ ‫اس َواِثْ ُم ُه َما ٓ اَ ْكبَ ُر‬ ِ ۗ ‫ع ِن ْالخ َْم ِر َو ْال َمي‬
ِۖ ِ َّ‫ْسِر قُلْ فِ ْي ِه َما ٓ اِثْ ٌم َكبِي ٌْر َّو َمنَافِ ُع لِلن‬ َ َ‫۞ يَسْـَٔلُ ْونَك‬

َ‫ت لَعَلَّكُ ْم تَتَفَ َّك ُر ْون‬


ِ ‫اَل ٰي‬ ُ ‫َويَسْـَٔلُ ْونَكَ َماذَا يُ ْن ِفقُ ْونَ ەۗ قُ ِل ْالعَ ْف ۗ َو ك َٰذلِكَ يُبَيِنُ ه‬
ٰ ْ ‫ّٰللا لَكُ ُم‬

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.

Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa

manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".

dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "

yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

kepadamu supaya kamu berfikir,” (QS. Al Baqarah : 219).

C. Tujuan Konsumsi

Tujuan konsumsi adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia.

Beberapa hal yang melandasi perilaku seseorang konsumen muslim adalah

keterkaitan dengan tujuan konsumsi. Perekonomian Islam berlandaskan kepada al-

Qur’an dan al-Hadits sebagai panduan yang memberikan petunjuk-petunjuk yang

sangat jelas kepada umat Islam. Dengan berdasar pada petunjuk-petunjuk tersebut,

maka kegiatan ekonomi dalam Islam mempunyai tujuan agar manusia mencapai

kejayaan (falah) didunia dan akhirat. Segala sesuatu sumber daya yang ada di bumi

ini diciptakan untuk manusia. Allah swt berfirman:

َ‫ض ُم ْختَ ِلفًا أَ ْل َوانُهُ ۗ إِنَّ فِي ٰذَلِكَ ََليَةً ِلقَ ْو ٍم يَذَّ َّك ُرون‬
ِ ْ‫َو َما ذَ َرأَ لَكُ ْم فِي ْاْلَر‬

Artinya : “Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi

ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-

benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. (Q.S

An-Nahl:13)

9
Tujuan konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk ibadah

kepada Allah swt. Dalam hal ini konsumsi bagi seorang muslim hanya sekedar

perantara untuk menambah kekuatan dalam menaati Allah swt, yang ini memiliki

indikasi positif dalam kehidupannya. Seorang muslim tidak akan merugikan dirinya

sendiri di dunia maupun di akhirat, karena memberikan kesempatan pada dirinya

untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya pada tingkat melampaui batas,

membuatnya sibuk mengejar dan menikmati kesenangan dunia dan melalaikan

tugas utamanya dalam hidupnya. Sedangkan dalam konsumsi konvensional,

konsumsi diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility). Oleh

karena itu, konsumen diasumsikan selalu menginginkan tingkat kepuasan yang

tinggi. Sementara dalam ekonomi Islam, konsumsi yang Islami selalu berpedoman

pada ajaran Islam. Seorang muslim akan memperhatikan maslahah dalam kegiatan

konsumsinya daripada utilitas. Karena dalam Islam, tujuan konsumsi bukanlah

konsep utilitas melainkan kemaslahatan (maslahah).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori konsumsi lahir karena adanya teori permintaan akan barang dan jasa.

Sedangkan permintaan akan barang dan jasa timbul karena adanya keinginan dan

kebutuhan oleh konsumen. Secara garis besar ada empat teori konsumsi, yaitu:

Teori Konsumsi Keynes, Hipotesis Pendapatan Permanen,Hipotesis Pendapatan

Relatif, Hipotesis Siklus Hidup.

Teori konsumsi dalam Islam adalah untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani

maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai

hamba Allah swt. Untuk mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan

akhirat (falah). Dalam melakukan konsumsi maka prilaku konsumen terutama

muslim selalu dan harus di dasarkan pada syariah Islam.

Tujuan konsumsi dalam islam bertujuan mencari kemaslahatan yang

berlandaskan Al-Qur’an dan hadits. Sedangkan dalam konsumsi konvensional

bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility). Pada dasarnya teori konsumsi dari

kedua pandangan tersebut selalu berbeda, baik ekonomi konvensional maupun

ekonomi Islam setuju bahwa masyarakat dalam berkonsumsi adalah semata-mata

untuk mempertahankan hidup.

B. Saran

Sebagai makhluk Tuhan manusia diwajibkan untuk bekerja dan berusaha dalam

rangka memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupannya. Untuk itu, hendaknya setiap

11
usahanya dalam memenuhi konsumsi sesuai dengan apa yang diajarkan di dalam

al-Qur’an maupun hadis. Memperhatikan kemaslahatan dalam kegiatan

konsumsinya daripada utility.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, karena

keterbatasan ilmu pengetahuan dan teori yang dikuasai. Namun demikian, Kami

jadikan semua itu sebagai pemicu untuk meningkatkan pada taraf yang lebih baik.

12
Daftar Pustaka

Azziz, Abdul, Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islam Untuk Dunia

Usaha (Bandung: Al-Beta, 2013)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Bandung: Syaamil Cipta Media,

2005)

Furqon, Imahda Khoiri, “Teori Konsumsi Dalam Islam”, Dalam Jurnal Hukum dan
Ekonomi Syariah, Vol.2 No.1

Idri, Hadis Ekonomi; Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi (Jakarta: Kencana, 2015)

Marthon, Said As’ad, Ekonomi Islam (Ditengah Krisis Global) (Jakarta: Zikrul Hakim,

2007)

Salwa, Dina Kurnia, “Teori Konsumsi Dalam Ekonomi Islam dan Implementasinya”,

Dalam Jurnal Imu Ekonomi Islam, Vol.3 No.1, Desember 2019

13

Anda mungkin juga menyukai