Kelompok 5
Asnidar Wulandari
Diah Alfitriana
Endyra Nur Enggitawati
Erika Wana Maharani Zein
Frincelia Amalia
Nurhayatun Fadilah
Pita Cahyati Annur
Sari Buana
Riba berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan
persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam.
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga
berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari
harta pokok atau modal secara bathil.
Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu :
1) Bertambah, karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari sesuatu yang dihutangkan.
2) Berkembang, berbunga, karena salah satu perbuatan riba adalah membungakan harta uang atau yang
lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain.
Namun secara umum ditegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi
jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil dan bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.
Adapun beberapa ahli fiqih memberikan pendapat mereka mengenai arti dari riba
1) Menurut Al-Mali yang artinya adalah “akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang
tidak diketahui perimbangannya menurut ukuran syara’, ketika berakad atau dengan
mengakhirkan tukaran kedua belah pihak atau salah satu keduanya”.
2) Menurut Abdurrahman al-Jaiziri, yang dimaksud dengan riba ialah akad yang terjadi dengan
penukaran tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut aturan syara’ atau terlambat
salah satunya.
3) Abu Ja'far at-Thabari,Imam Tabari menilai riba sebagai sesuatu yang melebihi apa yang
seharusnya ada, dengan jumlah yang semakin besar. Orang yang mengambil riba disebut
dengan murbin.
4) Pengertian riba menurut Syeikh Muhammad Abduh adalah penambahan-penambahan yang
disyaratkan oleh pemilik harta untuk orang lain yang meminjamkan hartanya
Dasar Hukum
1) Al Qur'an
a. QS. Al Baqarah ayat 278
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman”
Artinya: ”Dalam salah satu hadis Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Dari Jabir Ra. ia berkata: “Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam telah melaknat
orang-orang yang memakan riba, orang yang menjadi wakilnya (orang yang memberi
makan hasil riba), orang yang menuliskan, orang yang menyaksikannya, (dan selanjutnya),
Nabi bersabda, mereka itu semua sama saja.” (HR. Muslim).
Artinya: ”Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sesungguhnya satu dirham yang didapatkan seorang Iaki-laki dari hasil riba Iebih besar dosanya di sisi
Allah daripada berzina 36 kali."
(HR. Ibnu Abi Dunya)
Jenis-jenis Riba
Sejak zaman jahiliyah hingga sekarang, riba adalah sebagian dari aktivitas ekonomi yang tak
pernah berhenti berkembang. Dalam pandangan Islam, riba dikhususkan berada dalam kelebihan, mulai
dari kelebihan dalam bentuk barang atau uang. Arti riba sendiri adalah kelebihan atau tambahan. Dalam
bahasa Indonesia sendiri riba dikenal dengan bunga. Sistem pinjam meminjam yang berlandaskan riba
ini bisa membuat untung bagi pemilik modal namun bisa menjerumuskan kaum dhuafa pada kesusahan
dan kemelaratan.
Oleh karena itu, agama Islam melarang kegiatan yang berhubungan dengan
riba serta menumbuhkan tradisi shodaqoh supaya tidak ada yang Merasa
terbebani atau teraniaya akibat dari riba atau bunga. Permasalahan
mengenai kesamaan antara praktek bunga dengan limbah
mutlak diharamkan dalam Al-Qur'an dan alhadis yang
sulit dibantah jika ditinjau dari kecil besarnya
mudhorot yang ditimbulkan.
Sumber hukum larangan Riba
Riba berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian
berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan
kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sedangkan
menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau
modal secara bathil. Macam-macam riba yaitu: Riba Yad, Riba Jahiliyah, Riba
Qardhi, Riba Fadli, dan Riba Nasi’ah.Di masa sekarang ini riba banyak di temukan di
bank konvensional. Faktor-faktor yang melatar belakangi perbuatan memakan hasil
riba yaitu: Nafsu dunia kepada harta benda, serakah harta, tidak pernah merasa
bersyukur dengan apa yang telah Allah SWT berikan, imannya lemah, serta selalu
ingin menambah harta dengan berbagai cara termasuk riba.