Membahas Terminologi Riba, Dalil, Hukum Riba, Macam-macam Riba, Hikmah dari Pengharaman Riba, Hukum Bunga Bank, Perbandingan Antara Bank Konvensional dan Syariah, Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil.
Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA
Macam-macam RIBA
Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah riba utang-piutang dan riba jual beli. Riba utang-piutang terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyah. Sedangkan riba jual beli terbagi lagi menjadi riba fadhl dan riba nas`ah. Riba Qardh yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang. Riba Jhiliyyah yaitu utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan. Riba Fadhl ialah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan termasuk dalam jenis barang ribawi (meliputi emas dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya; serta bahan makanan pokok seperti beras, gandum, jagung, dan bahan makanan tambahan, seperti sayur-sayuran, buah-buahan). Riba Nas`ah ialah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nas`ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian. Ada beragam kriteria riba yang berkembang di masyarakat. Sebagian berpandangan bahwa yang dimaksud riba adalah dengan kriteria berlipat ganda seperti yang dinukil dalam Al-Quran. Konsekuensinya jika yang diminta hanya kelebihan kecil dari pinjaman yang disalurkan berarti belum masuk kategori riba. Kelompok ini membedakan istilah riba dengan usuri. Ada pula kriteria penggolongan riba berdasarkan tujuan peminjaman. Sebagian masyarakat menganggap, bila peminjaman itu untuk tujuan konsumtif maka pengenaan bunga bisa dikategorikan riba. Namun bila peminjamannya untuk tujuan produktif, pengenaan bunga dikategorikan bukan riba. Sesungguhnya pendapat semacam ini tidak ada dalilnya dalam Islam. Untuk pinjaman produktif, terdapat dua kemungkinan: memperoleh keuntungan atau menderita kerugian. Jika dalam menjalankan bisnisnya peminjam mengalami kerugian atau mungkin sejumlah keuntungan tertentu, dasar apa yang dapat membenarkan kreditor menarik keuntungan tetap secara bulanan atau tahunan dari peminjam? Kreditor bisa saja menginvestasikan modalnya pada usahausaha yang baik agar ia menuai keuntungan. Bila itu yang menjadi tujuan, cara yang wajar dan praktis baginya adalah dengan kerjasama usaha dan berbagi keuntungan, bukan meminjamkan modal dengan menarik keuntungan tanpa menghiraukan apa yang terjadi di sektor riil.
1.
2. 3.
4.
5.
Bank syariah Melakukan investasi-investasi yang halal saja. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa. Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran serta kebahagian dunia akhirat (falah) Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah (DPS)
1.
2. 3. 4. 5.
Bank Konvensional Melakukan investasi yang halal dan haram. Memakai perangkat bunga. Profit oriented Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur. Tidak terdapat dewan sejenis (DPS).
BAGI HASIL
Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yg diperoleh. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. Tidak ada yang meragukan kebsahan bagi hasil.
Captured from
islamic Banking
Captured from
PRODUK PEMBIAYAAN 1. Pembiayaan berdasar prinsip bagi hasil musyarakah. Dalam pembiayaan musyarakah, nasabah dan bank sama-sama menyetorkan modal untuk membuat usaha. Tetapi, bank tidak ikut serta dalam kepengelolaan usaha tersebut. Mengenai bagi hasil, ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu profit sharing (bagi laba) dan revenue sharing (bagi pendapatan). Jika BS memakai metode revenue sharing, berarti yang dibagi hasil antara BS dan nasabah pembiayaan adalah pendapatan tanpa dikurangi dengan biaya-biaya. Sedangkan apabila menggunakan metode profit sharing, maka yang dibagi hasil antara BS dan nasabah pembiayaan adalah pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya (laba). 2. Pembiayaan berdasar prinsip bagi hasil mudharabah. BS sebagai pemilik modal 100% dan nasabah sebagai pengelola 100%. Keduanya sepakat untuk bekerja sama membuat suatu usaha. Jika terdapat keuntungan, maka dibagi berdua sesuai nisbah. Jika terjadi kerugian akibat kesalahan pengelola, maka pengelola sendiri yang harus menanggungnya. Tapi jika kesalahan itu bukan karena kesalahan pengelola, maka pemilik dana (BS) yang harus menanggungnya. 3. Pembiayaan berdasar prinsip jual beli murabahah. Murabahah ialah menjual barang sebesar harga pokok ditambah marjin keuntungan, dimana pembayarannya dapat dilakukan secara tunai atau angsuran. Pembeli dan penjual harus sama-sama tahu mengenai harga pokok dan menyepakati marjin. Sekali harga disepakati, harga tersebut yang berlaku sampai akad berakhir, artinya, harga kesepakatan tidak akan berubah sampai akad selesai. Dalam produk ini, BS bertindak sebagai penjual. 4. Pembiayaan berdasar prinsip jual beli salam. Yaitu prinsip jual beli, dimana pembayaran dilakukan di muka, dan barang diserahkan dikemudian hari. Biasanya diaplikasikan dalam sektor pertanian. Dalam salam, spesifikasi barang, kuantifikasi dan kualifikasi barang diketahui dan diukur secara jelas dan spesifik. 5. Pembiayaan berdasar prinsip jual beli istishna. Biasanya ini diaplikasikan dalam sektor manufaktur. Penjual harus terlebih dulu membuat barang yang diinginkan pembeli. Cara pembayaran bisa di muka (seperti salam), bisa diangsur atau ditangguhkan sampai waktu yang ditentukan. Seperti salam, istishna juga dapat dilakukan secara paralel. Yaitu antara nasabah pembuat dengan BS, di sini BS bertindak sebagai pembeli. Dan antara BS dengan nasabah pembeli, di sini BS bertindak sebagai penjual. 6. Pembiayaan berdasar prinsip sewa ijarah. Ijarah adalah prinsip sewa-menyewa barang, dalam jangka waktu tertentu barang harus dikembalikan kepada pemilik dalam keadaan seperti semula. Ada pula ijarah muntahiya bittamlik, yaitu akad sewa yang pada akhir masa sewa, terjadi perpindahan kepemilikan barang. Barang menjadi milik penyewa. Perpindahan ini, dapat dikarenakan hibah atau beli (sewa-beli).
Teknis Perbankan:
2. Bayar
3a. Petani kirim barang & dokumen kepada pembeli. 3b. Petani juga kirim dokumen kepada bank. 4. Pembeli membayar kewajibannya kepada bank.
Designed by
Perbankan Syariah
Al-Shulhu (Perdamaian)
Secara bahasa berarti artinya memutus perselisihan Secara istilah syara, dalam kitab Kifayat al-Akhyar Akad yang memutuskan perselisihan dua pihak yang bertengkar (berselisih). Akad yang disepakati dua orang yang bertengkar dalam hak untuk melaksanakan sesuatu, dengan akad itu dapat hilang perselisihan. Kesimpulan: al-Shulh adalah akad yang bertujuan untuk mengakhiri perselisihan atau persengketaan. Dasar Hukum al-Shulh: QS. Al-Hujurat: 9, al-Nisa: 114 dan 128. Hadis riwayat Ibnu Hibban dan Tirmizi dari Umar bin Auf al-Muzanni
Perdamaian dibolehkan di kalangan muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan sesuatu yang halal atau menghalalkan yang haram. Dan orangorang Islam (yang mengadakan perdamaian itu) bergantung pada syarat-syarat mereka (yang telah disepakati), selain syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.
1.
2. 3.
RUKUN SHULHU: Mushalih, yaitu dua belah pihak yang melakukan akad shulhu untuk mengakhiri pertengkaran atau perselisihan. Mushalih anhu, yaitu persoalan yang diperselisihkan. Mushalih bih, sesuatu yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap lawannya untuk memutuskan perselisihan. Disebut badal al-shulh. Shighat ijab qabul. Jika akad telah diikrarkan, maka konsekuensinya kedua belah pihak harus melaksanakannya. Masing-masing pihak tidak dibenarkan mengundurkan diri dengan jalan memfasakhnya, kecuali disepakati oleh kedua belah pihak. SYARAT-SYARAT SHULHU: Syarat yang berhubungan dengan mushalih (orang yang berdamai) yaitu disyaratkan mereka adalah orang yang tindakannya dinyatakan sah secara hukum (bukan anak kecil, orang gila, dsb.) Syarat yg berhubungan dengan mushalih bih: (a) berbentuk harta yang dapat dinilai, dapat diserahterimakan, berguna. (b) Diketahui secara jelas sehingga tidak ada kesamaran yang menimbulkan perselisihan. Syarat yang berhubungan dengan mushalih anhu, yaitu sesuatu yang diperkarakan termasuk hak manusia yang boleh di iwadh-kan (diganti). Jika berkaitan dengan hak-hak Allah maka tidak dapat bershulhu.
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1431 H. Dan Selamat Ujian, Semoga Sukses.
Next Week
Penyerahan Softcopy Kumpulan Materi Makalah dan Presentasi Fiqh Siyasah dan Muamalah dalam format CD (Insya Allah)