Anda di halaman 1dari 12

1.

Pengertian Riba dan Bank

= Secara leksikal, kata riba berarti tambah dan tumbuh. Yakni segala sesuatu yang
tumbuh dan bertambah itu dinamakan riba. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
“riba” diartikan dengan “pelepas uang: lintah darat, bunga uang dan rente”. Menurut
Sayyid Sabiq, kata riba berarti al-ziyadah (tambahan). Tambahan dimaksud adalah
tambahan atas modal, baik tambahan itu sedikit ataupun banyak. Pengertian “riba”
menurut istilah syara‘ (agama) adalah tambahan yang disyaratkan kepada seseorang
dalam suatu transaksi jual beli, utang piutang dari semua jenis barang, baik berupa
perhiasan, makanan, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, maupun benda-benda tertentu
yang bisa dipertukarkan dengan cara tertentu.

Ulama fiqh mendefinisikan riba dengan kelebihan harta dalam suatu muamalah
dengan tidak ada imbalan/gantinya. Al-Jurjani mengatakan, bahwa yang dimaksud riba
adalah “kelebihan tambahan pembayaran tanpa ada ganti/imbalan, disyaratkan bagi salah
seorang dari dua orang yang membuat akad. Secara letterlijk, kata riba sama artinya
dengan kata zakat. Keduanya diartikan dengan tumbuh dan bertambah. Tambahan yang
dimaksud pada kata zakat, ialah tambahan yang berkonotasi pada rezeki seseorang yang
diberi berkah bagi yang menerimanya, dan untuk riba dinamai al-zhulm. Ibn Juraij
mengemukakan, bahwa yang dimaksud dengan riba ialah semua jual beli yang hukumnya
diharamkan dalam agama.

Bank adalah salah satu jenis usaha yang berhubungan dengan menabung,
perputaran uang, deposito dan lainnya. Menurut Sigit dan Totok (2006:5) bank adalah
lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan dan. Penghimpunan dana secara
langsung berupa simpanan dana masyarakat yaitu tabungan, giro dan deposito dan secara
tidak langsung berupa pinjaman. Penyaluran dana dilakukan dengan tujuan modal kerja,
investasi dan deposito dan untuk jangka panjang dan jangka menengah. Kegiatan usaha
dari bank meliputi tiga kegiatan utama yaitu Banyaknya jasa yang diberikan bank sangat
beragam, hal ini tergantung dari kemampuan masing – masing bank. Semakin mampu
dan baik bank tersebut maka akan semakin banyak jasa – jasa yang ditawarkan.
Kemampuan bank dapat dilihat dari sisi permodalan, aset, manajemen, rentabilitas,
likuiditas, dan sensitifitas bank terhadap resiko pasar yang dimiliki oleh masing – masing
bank.

Menurut Kasmir (2016 : 3) menyatakan Bank adalah lembaga keuangan yang


kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya. Berdasarkan
UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan menyebutkan Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Sedangkan pengertian
Bank berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 yang menyempurnakan UU No. 7 tahun 1992,
adalah : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

2. Dasar hukum Riba dan Bank

= Riba dalam syariat Islam secara tegas dinyatakan haram. Bahkan semua agama
samawi melarang praktik riba karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi pemberi
dan penerima hutang. Di samping berpotensi menghilangkan sikap tolong menolong, riba
juga dapat menimbulkan permusuhan antara kedua belah pihak yang melakukan
transaksi. Hukum haram dari riba berdasarkan al-Qur’an, hadis dan ijmak ulama sebagai
berikut:

 Al-Qur’an

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah


[2]: 275).

 Hadis Rasulullah

Artinya: “Dari Jabir Ra. ia berkata: “Rasulullah Saw. telah melaknat orang- orang yang
memakan riba, orang yang menjadi wakilnya (orang yang memberi makan hasil riba),
orang yang menuliskan, orang yang menyaksikannya, (dan selanjutnya), Nabi bersabda,
mereka itu semua sama saja.” (HR. Muttafaq Alaih).

 Ijmak ulama

Para ulama sepakat bahwa seluruh umat Islam mengutuk dan mengharamkan riba. Riba
adalah salah satu usaha mencari rezeki dengan cara yang tidak benar dan dibenci oleh
Allah Swt. Praktik riba lebih mengutamakan keuntungan pribadi dan mengorbankan
orang lain. Riba akan menyebabkan kesulitan hidup bagi manusia, terutama mereka yang
memerlukan pertolongan. Riba juga dapat menimbulkan kesenjangan sosial yang semakin
besar antara “yang kaya dan yang miskin”, serta dapat menghilangkan rasa kemanusiaan
untuk saling membantu. Oleh karena itu, agama Islam mengharamkan riba.
3. Macam-macam Riba dan Bank
= A. Riba
Pada umumnya para ulama membagi riba menjadi dua yakni, riba nasi‟ah dan riba
fadhl.

a). Riba Nasi‟ah merupakan tambahan pokok pinjaman yang diisyaratkan dan diambil
oleh pemberi pinjaman dari yang berhutang sebagai kompensasi atas tangguhan pinjaman
yang diberikannya tersebut. Allah melarang dan mengharamkan kegiatan demikian,
sebagaimana firman Allah Swt dalam surah al-Baqarah ayat 280 yang berbunyi:

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai
Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui.” (Al-Baqarah : 280).

b). Riba Fadhl, merupakan yang sejenis yang disertai tambahan baik berupa uang maupun
berupa makanan. 5 Istilah dari riba Fadhl diambil dari kata al- fadhl, yang artinya
tambahan dari salah satu jenis barang yang dipertukarkan dalam proses transaksi. Di
dalam keharamannya syariat telah menetapkan dalam enam hal terhadap barang ini, yaitu:
emas, perak, gandum putih, gandum merah, kurma, dan garam. Jika dari enam jenis
barang tersebut ditransaksikan seara sejenis disertai tambahan, maka hukumnya haram.
Sebagaimana hadits Rasul Saw:

“Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum putih dengan gandum putih,
gandum merah dengan gandum merah, kurma dengan kurma, (dalam memperjual-
belikannya), harus dengan ukuran yang sama, dan diterima secara langsung”(HR Ahmad
dan Muslim).

B. Bank
A. Jenis bank menurut kegiatan usaha

a). Bank Umum

Bank Umum didefinisikan oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan / atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum secara lengkap adalah :

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan / atau bentuk lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu
2. Memberikan kredit
3. Menerbitkan surat pengakuan utang
4. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan
atas perintah nasabahnya
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah
(transfer)
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada pihak
lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel
tunjuk, cek, atau sarana lainnya.
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan atau antarpihak ketiga
8. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga (safe deposit box)
9. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat
berharga yang tidak tercatat di bursa efek
11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat
12. menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip
syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
13. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia
14. melakukan kegiataan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang
keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta
lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia
15. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau
kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
16. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku
17. Membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan
berdasarkan penyerahan secara suka rela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk
menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitor tidak memenuhi
kewajibannya pada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
secepatnya
18. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang dan peraturan perundangan lain yang berlaku. Disamping kegiatan-kegiatan
yang dapat dilaksanakan oleh bank umum di atas, terdapat juga kegiatan yang merupakan
larangan bagi bank umum sebagai berikut :
a. Melakukan penyertaan modal kecuali pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan serta
kecuali penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
b. Melakukan usaha perasuransian 3) Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana
diuraikan di atas

b). Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998


sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan / atau
berdasarkan syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas
pembayaran. Kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan
Rakyat secara lengkap adalah :

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan / atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
2) Memberikan kredit
3) Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
4) Menempatkan dananya dalam bentuk Serifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, dan /
atau tabungan pada bank lain

B. Jenis bank menurut badan usaha

Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank
Perkreditan Rakyat dari pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun
dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan undang-undang tersendiri. Untuk
memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat, suatu
lembaga keuangan wajib memenuhi persyaratan mengenai :

a. Susunan organisasi dan permodalan


b. Permodalan
c. Kepemilikan
d. Keahlian di bidang perbankan
e. Kelayakan rencana kerja
Badan hukum suatu Bank Umum dapat berupa :

a. Perseroan terbatas
b. Koperasi
c. Perusahaan Daerah
Sedangkan badan hukum Bank Perkreditan rakyat dapat berupa :
a. Perusahaan Daerah
b. Koperasi
c. Perseroan Terbatas
d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
C. Jenis bank menurut pendirian dan kepemilikanya

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Surat Keputusan Direktur BI Nomor


32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum menetapkan
ketentuanketentuan tentang pendirian dan kepemilikan bank seperti diuraikan di bawah
ini.

1. Bank Umum

a. Pendirian

Bank Umum hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin Direksi
Bank Indonesia oleh :

 Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia

 Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing
dan atau badan hukum asing secara kemitraan Modal disetor untuk mendirikan bank
ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar Rp. 3.000.000.000.000 (tiga triliun rupiah).
Modal disetor bagi bank yang berbadan hukum koperasi adalah simpanan pokok,
simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang
Perkoperasian. Sedangkan modal disetor yang berasal dari warga negara asing dan / atau
badan hukum asing sebagaimana dimaksud diatas setinggi-tingginya sebesar 99%
(sembilan puluh sembilan perseratus) dari modal distpetor bank. Pemberian izin kepada
Bank Umum dilakukan dua tahap. Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk
melakukan persiapan pendirian bank, dan kemudian izin usaha, yaitu izin yang diberikan
untuk melakukan kegiatan usaha setelah persiapan selesai dilakukan.

b. Kepemilikan

Kepemilikan bank oleh badan hukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar modal sendiri
bersih badan hukum yang bersangkutan. Modal sendiri bersih merupakan :

 Penjumlahan dari modal disetor, cadangan dan laba, dikurangi penyertaan dan kerugian,
bagi badan hukum Perseroan Terbatas / Perusahaan Daerah

 Penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, modal penyertaan, dana
cadangan, dan sisa hasil usaha, dikurangi penyertaan dan kerugian, bagi badan hukum
koperasi Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan bank dilarang
 Berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apa pun dari bank dan /
atau pihak lain di Indonesia

 Berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang Yang dapat menjadi pemilik bank adalah
pihak-pihak yang

 Tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia

 Menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas yang baik
Perubahan komposisi kepemilikan yang tidak mengakibatkan penggantian dan / atau
penambahan pemilik bank, wajib dilaporkan oleh direksi bank kepada Bank Indonesia
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah perubahan dilakukan.

1. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan hukum
Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah daerah, atau
dapat dimiliki bersama di antara ketiganya. Bank Umum dan BPR yang bentuk badan
hukumnya Perseroan Terbatas sangat dimungkinkan untuk mengalami perubahan
kepemilikan. Perubahan kepemilikan ini terutama karena Bank Umum dan BPR yang
bentuk hukumnya Perseroan Terbatas dapat menerbitkan saham, meskipun hanya saham
atas nama. Khusus untuk Bank Umum dapat menjual sahamnya melalui emisi saham di
bursa efek. Saham yang harus diterbitkan berupa saham atas nama agar Bank Indonesia
tetap dapat memonitor perubahan kepemilikan bank. Meskipun kepemilikan sangat
mungkin terjadi dengan cara jual beli saham di bursa efek, tetapi mengingat sahamnya
atas nama maka perubahan tersebut dapat terus dipantau oleh Bank Indonesia untuk
tujuan pengawasan dan pembinaan.

D. Jenis bank menurut target pasar

Sebagian bank memfokuskan pelayanan dan transaksinya pada jenis-jenis nasabah


tertentu. Dengan pemfokusan ini diharapkan bank-bank tersebut dapat lebih mengusai
karakteristik nasabahnya sehingga kegiatan usahanya dapat dilaksanakan dengan lebih
efesien antara lain karena :

 Pelayanan, jasa-jasa, dan iklan yang diberikan oleh bank lebih sesuai dengan
karateristik nasabah

 Proporsi kredit bermasalah lebih sedikit

 Manajemen dan karyawan lebih terbiasa dan berpengalaman berinteraksi dengan


nasabahnya
Secara umum, jenis bank atas dasar target pasarnya dapat digolongkan menjadi tiga :

1.Retail Bank

Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah retail.
Pengertian retail di sini adalah nasabah-nasabah individual, perusahaan, dan lembaga lain
yang skalanya kecil. Meskipun pengertian dari kata ’kecil’ atau ’retil’ (retail) adalah
relatif, namun biasanya apabila ditinjau dari jasa kredit yang diberikan, nasabah debitor
yang dilayani adalah yang memerlukan fasilitas kredit tidak lebih besar daripada Rp 20
miliar. Angka tersebut bukan merupakan angka yang standar atau baku, tapi setidaknya
dapat memberikan gambaran tentang kelompok nasabah yang dilayani oleh bank jenis ini.

2.Corporate Bank

Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah yang
berskala besar. Mengingat nasabah yang berskala besar ini biasanya berbentuk korporasi,
maka bank kelompok ini disebut corporate bank.meskipun namanya adalah bank korporat
(corporate bank) tidak berarti seluruh nasabahnya berbentuk suatu perusahaan. Pelayanan
dan transaksi yang diberikan kepada suatu perusahaan sering kali membawa konsekuensi
berupa pelayanan yang harus diberikan juga kepada karyawan, direksi dan komisaris dari
perusahaan tersebut secara individual. Pelayanan yang diberikan secara perorangan di sini
diarahkan untuk menjalin kerja sama yang lebih baik dengan nasabah-nasabah korporasi.

3.Retail-Corporate Bank

Disamping kedua jenis bank di atas, terdapat juga bank yang tidak memfokuskan pada
kedua pilihan jenis nasabah di atas. Bank jenis ini memberikan pelayanannya tidak hanya
kepada nasabah retail juga kepada nasabah korporasi. Penyebab munculnya bank jenis ini
tidaklah seragam. Ada bank yang sejak awal sudah menentukan untuk menjadi bank yang
melayani baik nasabah retail maupun korporasi. Bank jenis ini memandang bahwa
potensi baik pasar ritel dan korporasi harus dimanfaatkan untuk mengoptimalkan
keuntungan maksimal, meskipun terdapat kemungkinan penurunan efisiensi. Ada juga
bank yang semula memfokuskan pada nasabah korporasi, tapi kemudian juga
memberikan pelayanan kepada nasabah ritel atau sebaliknya karena berbagai alasan. Hal
tersebut bisa terjadi karena manajemen memandang telah terjadi perubahan kondisi pasar
atau karena terjadi penggantian manajemen sehingga terjadi perubahan strategi
pemasaran. Hal tersebut bisa juga terjadi karena adanya program pemerintah yang
menghendaki agar bank-bank tertentu melaksanakan program pemerintah tertentu

4. Apa itu Bank Konvensional dan Bank Syariah

= a). Bank Konvensional


Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkanya kepada masyarakat dalam bentuk berupa kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan ekonomi rakyat.Pierson,
seorang ahli ekonomi dari Belanda, menyatakan “Bank merupakan badan yang menerima
kredit”, maksudnya adalah badan yang menerima simpanan dari masyarakat berupa
giro,deposito berjangka dan tabungan.

Untuk mengelolah simpanan dari masyarakat dan membayar biaya operasional bank,
maka bank menyalurkan dana tersebut dalam bentuk investasi, untuk keperluan spekulasi,
dan memberikan kredit secara besar-besaran kepada bank-bank lain atau pemerintah
dengan investasi yang termasuk dalam bagian kegiatan perusahaan, dengan demikian
memperoleh bagian keuntungan berupa dividen, atau tingkat bunga.Dimana bunga bank
dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip
konvesional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bagi bank
juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki
simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang
memperoleh pinjaman).

b). Bank Syariah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan


Syariah pada Bab 1 pasal 1 dan ayat 7 di sebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri
atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank syariah adalah
usaha yang menjalankan kegiatan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dalam Al-Qur‟an
dan Hadits, Salah satunya yaitu prinsip “Mudharabah” yaitu akad yang dilakukan oleh
pemilik modal dengan pengelola dana atau dengan kata lain keuntunganya berdasarkan
bagi hasil.

Sudarsono (2004) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Bank Syariah ialah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam alur
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi pada prinsip-prinsip syariah yang
sesuai dengan isi Al Qur‟an dan Hadist.

Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia karena mayoritas
masyarakat belum mengetahui keberaaan dari bank syariah, namun seiring dengan
perkembanganya sudah menunjukkan tanda-tanda yang mengembirakan sejak hadirnya
baank syariah saat ini yang berjumlah sekitar empat ratussan lebih kantornya. Keluarnya
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan bunga bank konvensional
tahun 2003 lalu memperkuata kedudukan bank syariah. Bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank
berdasarkan prinsip konvensional.

Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam
antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau
kegiatan perbankan lainya. Sedangkan bank konvensional aturan perjanjianya dibuat
hanya berdasarkan hukum positif.

Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah adalah sebagai berikut :

1). Pembiayaan berdasarkan bagi hasil (mudarabah)


2). Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musaraha)
3). Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabaha)
4). Pemiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
5). Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak
bank ataau pihak lain (ijarah wa iqtina).
Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah hukum Islam
yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-hadist. Kegiatan operasional bank harus
memperhatikan perintah dan larangan dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul Muhammad
SAW. Larangan terutama yang berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat
diklasifikasikan sebagai riba, riba merupakan salah satu dosa yang besar karena
merupakan kegiatan yang meminta kelebihan dari nilai atau tambahan dari kesepakatan
awal. namun kenyataannya masih banyak masyarakat yang menerapkan sistem riba tanpa
mereka sadari khususnya dalam kegiatan sehari-hari yang bertentangan dengan nilai nilai
keislaman. Perbedaan utama antara kegiatan bank berdasarkan prinsip syariah dengan
bank konvesional pada dasarnya terletak pada sistem pemberian imbalan atau jasa dari
dana.

5. Macam-macam lembaga keuangan non Bank

= Lembaga keuangan non bank adalah lembaga yang memiliki perizinan resmi dalam


menghimpun dana masyarakat. Dana yang terkumpul kemudian dikelola untuk disalurkan
menjadi surat berharga dan ataupun sebagai pendukung aktivitas ekonomi yang berkaitan
dengan investasi.

1. Pegadaian
Suatu lembaga keuangan bukan bank yang menyediakan penawaran layanan
peminjaman uang kepada masyarakat dengan menyertakan barang atau surat berharga
sebagai jaminan disebut dengan pegadaian. Apabila kamu ingin meminjam uang ke
lembaga ini, kamu wajib menyerahkan suatu barang untuk jadi jaminan (barang gadai).
Baru kemudian setelah kamu menerima uang pinjaman, kamu boleh menebus kembali
barang yang kamu gadaikan. Tentunya dengan bunga sebagai tambahan biaya. Bunga
inilah yang menjadi sumber keuntungan pihak pegadaian.
Beberapa jenis barang yang bisa kamu gadaikan agar bisa mendapat pinjaman
antara lain sertifikat rumah, kendaraan bermotor, barang elektronik (ponsel, laptop,
televisi, kulkas, dan lain-lain), dan emas.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kesimpulannya bahwa fungsi utama pegadaian
adalah melakukan aktivitas pembayaran berupa penyaluran dana kepada masyarakat
dengan sistem kredit. Dalam menjalankan perannya, pegadaian termasuk salah satu
lembaga yang ada di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

2. Koperasi Simpan Pinjam


Koperasi simpan pinjam merupakan institusi keuangan yang menjalankan usaha
berupa penerimaan simpanan maupun pinjaman. Sebagaimana jenis koperasi lainnya,
koperasi simpan pinjam juga menerapkan asas kekeluargaan dalam melakukan segala
kegiatan usahanya.
Dari mana sumber modal koperasi simpan pinjam dalam menjalankan usahanya?
Pertama, berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela dari
setiap anggota koperasi. Dan sumber yang kedua yakni berasal dari modal pinjaman
kepada koperasi atau badan usaha lainnya.

3. Lembaga Asuransi
Yang dinamakan lembaga asuransi adalah lembaga jasa keuangan yang
menawarkan produk-produk asuransi, seperti asuransi jiwa, asuransi pendidikan, dan
sebagainya. Dengan adanya lembaga asuransi, masyarakat dapat memperoleh jaminan
atau proteksi berupa ganti rugi finansial jika resiko yang diasuransikan betul-betul terjadi.

4. Leasing
Leasing merupakan lembaga pembiayaan yang menyewakan barang kepada
masyarakat yang ingin menyewa dalam jangka waktu yang telah disepakati. Apabila di
tengah jalan penyewa tidak lagi mampu membayar, maka pihak perusahaan leasing
selaku lessor berhak untuk mengambil kembali bawang sewa.

5. Pasar Modal
Pasar modal adalah sarana atau tempat bertemunya lembaga seperti perusahaan
atau institusi lain yang memerlukan dana dari masyarakat dengan masyarakat yang
memiliki dana untuk diinvestasikan.Dana investasi tersebut biasanya digunakan untuk
keperluan pengembangan bisnis, ekspansi, penambahan modal usaha, dan sebagainya.
Kegiatan usaha yang dilakukan di pasar modal meliputi perdagangan atau jual
beli saham dan surat berharga lainnya seperti obligasi, reksadana, waran, right, surat
pernyataan hutang, serta produk derivatif lainnya.

Perbedaan Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank

Perbedaan utama dari kedua lembaga ini ialah terletak pada peran dan fungsinya.
Lembaga finansial bank berfungsi untuk menerima atau menghimpun dana dan memberi
pinjaman kepada masyarakat dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan.Sementara itu,
fungsi dari lembaga finansial bukan bank adalah menghimpun dan menyalurkan dana
kepada masyarakat tidak dalam bentuk tabungan, melainkan berupa surat-surat berharga.

Perbedaan selanjutnya adalah terletak pada kegiatan usahanya. Lembaga finansial bank
melakukan kegiatan-kegiatan usaha seperti pembukaan rekening tabungan, deposito, giro,
pembayaran kartu kredit, dan sebagainya. Sedangkan, kegiatan usaha lembaga bukan
bank meliputi penjualan surat-surat berharga, seperti saham.Tak hanya itu, kedua
lembaga ini juga berbeda dalam hal tujuan pemberian pinjaman. Lembaga finansial bank
memberi pinjaman dengan tujuan untuk digunakan sebagai biaya pendidikan, usaha, dan
lain-lain. sedangkan lembaga non-bank memberikan pinjaman supaya pemilik bisnis
dapat mengembangkan bisnisnya.

Anda mungkin juga menyukai