Anda di halaman 1dari 12

AKUNTANSI SUMBER DANA GIRO

Disusun oleh:

1. Khoirunnisa
2. Ardiansyah putra
3. Mahil furqon
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar belakang

Berdasarkan Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah bahwa


Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.

Dan sebagaimana diketahui bahwa Bank Syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu
menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk titipan dan investasi,
menyalurkan dana (financing) kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan
juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah (service).

Dalam makalah ini akan dibahas produk penyaluran dana Bank Syariah yang ditawarkan
kepada masyarakat yaitu terdiri dari giro, tabungan, dan deposito yang kesemuanya
dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Yaitu berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kepada penulis, semoga
menjadi investasi penulis kelak di akhirat. Amien…. 

B.       Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian giro, landasan hukum giro, macam-macam giro serta prakteknya
dalam bank syariah?

2.      Apakah pengertian tabungan, landasan hukum tabungan, macam-macam tabungan serta


prakteknya dalam bank syariah?

3.      Apakah pengertian deposito, landasan hukum deposito, macam-macam deposito serta


prakteknya dalam bank syariah?

C.      Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian giro, landasan hukum giro, macam-macam giro serta
prakteknya dalam bank syariah.

2.      Untuk mengetahui pengertian tabungan, landasan hukum tabungan, macam-macam


tabungan serta prakteknya dalam bank syariah.
3.      Untuk mengetahui pengertian deposito, landasan hukum deposito, macam-macam
deposito serta prakteknya dalam bank syariah.

BAB II

PEMBAHASAN

Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang salah satu fungsinya adalah menghimpun dana
masyarakat harus memiliki suatu sumber penghimpunan dana sebelum disalurkan ke
masyarakat kembali. Dalam bank syariah, sumber dana berasal dari modal inti (core capital)
dan dana pihak ketiga, yang terdiri dari dana titipan (wadi’ah) dan kuasi ekuitas
(mudharabah account)

Pengertian penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk
mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak kreditur
dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak deposan dengan
pihak kreditur.

Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional prinsip penghimpunan dana yang digunakan
dalam bank syariah ada dua yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah.  Prinsip wadiah
dalam perbankan syariah dapat diterapkan pada kegiatan penghimpunan dana berupa giro dan
tabungan. Di Indonesia, hampir semua Bank Syariah menerapkan prinsip wadiah pada
tabungan giro.

Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni
sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang mengerahkan dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat
yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya
terletak dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang
dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga,
maka Bank Syariah dari apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base
income) maupun mark-up atau profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing)
[3] tergantung dari produk yang dipilih nasabah.

A.  Pengertian Giro, Landasan Hukum Giro, Macam-macam Giro dan Prakteknya


dalam Bank Syariah

      Pengertian Giro

Giro adalah Simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan  setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.
Adapun yang dimaksud dengan giro syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip-
prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa giro yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankan
berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah

 Landasan Hukum Giro

1.    Fatwa dewan syariah nasional No: 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro

2.     Firman allah Qs. an-Nisa 58

 ‫ت ِإلَى َأ ْهلِهَا‬


ِ ‫ِإ َّن هللاَ يَأ ُم ُر ُك ْم َأ ْن تَُؤ ُّدوا األ َمانَا‬

“Sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak”

3.    Hadist riwayat Abu Daud

“ Abu Hurairah meriwayatkan bahwa rasulullah SAW bersabda, sampaikanlah/ tunaikanlah


amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang
telah menghianatimu”

4.    Ijma’

Bahwa telah terjadi kesepakatan dari para ulama terhadap legitimasi wadiah, mengingat
kebutuhan manusia mengenai hal ini sudah jelas terlihat.

 Macam-macam Giro serta Prakteknya dalam Bank Syariah

1.      Giro Wadiah

Yang dimaksud dengan giro wadiah adalah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad
wadiah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki.
Dalam konsep wadiah yad al-dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan
atau memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Hal ini berarti bahwa wadiah yad
dhamanah mempunyai implikasi hukum yang sama dengan qardh, yakni nasabah bertindak
sebagai pihak yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak yang dipinjami.
Dengan demikian, pemilik dana dan tidak boleh saling menjanjikan untuk memberikan
imbalan atas penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang titipan tersebut.

Dalam kaitannya dengan produk giro, Bank Syariah menerapkan prinsip wadiah yad
dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada Bank
Syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan
Bank Syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi yang disertai hak untuk mengelola dana
titipan dengan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan
pengelolaan dana tersebut. Namun demikian Bank Syariah diperkenankan memberikan
insentif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya.

Dari pemaparan diatas, dapat dinyatakan beberapa ketentuan umum Giro Wadiah sebagai
berikut:

·      Dana wadiah dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dengan syarat bank
harus menjamin pembayaran kembali nominal dana wadiah tersebut.

·      Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung
bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank
dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik
dana masyarakat tapi tidak boleh diperjanjikan di muka.

·      Pemilik dana wadiah dapat menarik kembali dananya sewaktu-waktu (on call), baik
sebagian maupun seluruhnya.

2. Giro Mudharabah

             Yang dimaksud dengan giro adalah giro yang dijalankan berdasarkan
akad mudharabah

             Dalam hal ini, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana),
sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya
sebagai mudharib, Bank Syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad
mudharabah dengan pihak lain.

            Dengan demikian, Bank Syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat
sebagai wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hati atau bijaksana serta beriktikad baik
dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalainnya.
Disamping itu, Bank Syariah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana
yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar
berbagai aturan syariah.

            Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan membagihasilkan
kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab
terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian
tersebut.
B. Pengertian Tabungan, Landasan Hukum Tabungan, Macam-macam Tabungan dan
Prakteknya dalam Bank Syariah

Selain giro, produk perbankan syariah di bidang penghimpunan dana (founding) adalah


tabungan.

      Pengertian Tabungan

Tabungan adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi dana berdasarkan Akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu.

Adapun yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah
mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan
yang berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.

      Landasan Hukum Tabungan

1.      Fatwa dewan syariah nasional No: 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan

2.      Firman allah Qs. an-Nisa 58

 ‫ت ِإلَى َأ ْهلِهَا‬


ِ ‫ِإ َّن هللاَ يَأ ُم ُر ُك ْم َأ ْن تَُؤ ُّدوا األ َمانَا‬

“Sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak”

3.      Hadist diantaranya: “Abbas bin Abdul muthalib jika menyerahkan harta sebagai


mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengarungi mengarungi lautan
dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyartan di langgar, ia
(mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan oleh Abbas itu
di dengar Rasulullah, beliau membenarkanya” (HR. Tabrani dari ibnu abbas)

4.      Ijma’ diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta


anak yatim sebagai mudharabah dan tidak ada seorangpun mengingkari mereka. Karenanya
halitu dipandang sebagai ijma”.

5.      Qiyas, transaksi mudharabah di qiyaskan sebagai transaksi musyaqoh

6.      Kaidah fiqh “ pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkanya”.

  Macam-macam Tabungan dan Prakteknya dalam Bank Syariah


1.      Tabungan Wadiah
Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni 
titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setia saat sesuai dengan kehendak
pemiliknya

Secara umum terdapat dua jenis wadiah: wadiah yad al-amanah dan wadiah yad adh-
dhamanah.

a.      Wadiah Yad al-Amanah (Trustee Depository)

Wadiah jenis memiliki karakteristik sebagai berikut:

·      Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh
penerima titipan.

·      Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan
berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh memanfaatkannya.

·      Sebagai konsepsi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya


kepada yang menitipkan.

·      Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima
titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis ini adalah jasa penitipan
atau safe deposit box

1. Titip barang

2.    Bebankan biaya penitipan

Keterangan:

Dengan konsep wadiah yad al-amanah, pihak yang menerima titipan tidak boleh


menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak penerima titipan
dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.

b.      Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarante Depository)

Wadiah jenis ini memiliki karakteristik berikut ini:

·      Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang menerima
titipan.

·      Karena dapat dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu dapat
mengahasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan bagi penerima titipan
untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip.

·      Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini yaitu giro dan tabungan.
·      Bank konvensional memberikan jasa giro sebagai imbalan yang dihitung berdasarkan
presentase yang telah ditetapkan. Adapun pada Bank Syariah, pemberian bonus (semacam
giro) tidak boleh disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan dalam akad, tetapi benar-benar
pemberian sepihak sebagai tanda terimakasih dari pihak bank.

·      Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan manajemen bank syariah


karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan.

·      Produk tabungan juga menggunakan akad wadiah karena pada prinsipnya tabungan mirip
dengan giro, yaitu simpanan yang bias diambil setiaap saat. Perbedaannya, tabungan tidak
dapat ditarik dengan cek atau alat lain yang dipersamakan[14].

Keterangan:

Dengan konsep al-wadiah yad adh-dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh


menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentu, pihak bank dalam
hal ini mendapatkan hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada
penitip dalam bentuk bonus.

2.    Tabungan Mudharabah

Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan


akad mudharabah. Seperti yang telah dikemukakan bahwa mudharabah mempunyai 2 bentuk
yaitu, mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah, yang perbedaan utama diantara
keduanya terletak pada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank
dalam mengelola hartanya. Dalam hal ini, bank syariah bertindak
sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul
mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank Syariah dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta
mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. Namun di
sisi lain, Bank Syariah juga memiliki sifat sebagai wali amanah (trustee), yakni harus berhati-
hati atau bijaksana serta beriktikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
timbul akibat kesalahan atau kelalainnya. Disamping itu, Bank Syariah juga bertindak
sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan
seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai aturan syariah.

                   Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan membagihasilkan
kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab
terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian
tersebut.

C.  Pengertian Deposito, Landasan Hukum Deposito, Macam-macam Deposito dan


Prakteknya dalam Bank Syariah

Selain giro dan tabungan, produk perbankan syariah yang termasuk dalam kategori
penghimpunan dana (funding) adalah deposito.

      Pengertian Deposito

Deposito adalah Investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan atau UUS.

Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan
prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah.

      Landasan Hukum Deposito

1.    Fatwa dewan syariah nasional No: 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang Deposito

2.    Firman Allah SWT

ِ ْ‫َوأخَ رُوْ نَ يَضْ ِربُوْ نَ فِى اَألر‬


)20 : ‫ض يَ ْبتَ ُغوْ نَ ِم ْن فَضْ ِل هللاِ (المزمل‬

“ ... dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah...”

3.    Al-Hadits

Diantara hadist yang berkaitan dengan dengan mudharabah adalah hadist yang
diiriwayatkan oleh Ibn Majah dari Shuhaib bahwa Nabi SAW bersabda:

‫ت اَل لِ ْلبَي ِْع‬


ِ ‫ضةُ َوخَ ْلطُ البُ َّر بِال َّش ِعي ِْر لِ ْلبَ ْي‬
َ ‫ البَ ْي ُع ِإلَى َأ َج ٍل َوال ُمقَا َر‬: ُ‫ث فِ ْي ِه َّن البَ َر َكة‬
ٌ ‫ثَاَل‬

 (‫)رواه ابن ماجه عى صهيب‬

"Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual beli yang ditangguhkan, melakukan
qiradh (memberi modal kepada orang lain), dan yang mencampurkan gandum dengan jelas
untuk keluarga, bukan untuk diperjualbelikan. (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

4.      Ijma’
Diantara ijma’ dalam mudharabah, adanya riwayat yang menyatakan bahwa jamaah dari
sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah. Perbuatan itu tidak ditantang
oleh sahabat lainnya.

5.      Qiyas

Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqah (menyuruh seseorang untuk mengelola kebun).


Selain diantara manusia, ada yang miskin dan ada pula yang kaya. Di satu sisi, banyak orang
kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang
mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya mudharabah ditujukan
antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan diatas, yakni untuk kemaslahatan
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.

      Macam-macam Deposito dan Praktiknya dalam Bank Syariah

1.      Mudharabah Muthlaqah (Unrestricted Investment Account, URIA)

Dalam prinsip ini hal utama yang menjadi cirinya adalah Shahibul Mal tidak memberikan
batasan-batasan atas dana yang diinvestasikannya atau dengan kata lain, Mudharib diberi
wewenang penuh mengelola tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis
pelayanannnya. Aplikasi perbankan yang sesuai dengan akad ini adalah tabungan dan
deposito berjangka. Namun menurut Syafie Antonio, aplikasi perbankan yang sesuai dengan
akad ini adalah time deposit biasa.

Dalam skema mudharabah muthlaqah terdapat beberapa hal yang sangat berbeda secara


fundamental dalam hal nature of relationship between bank and customers pada bank
konvensional:

·      Penabung atau deposan di bank syariah adalah investor dengan sepenuh-penuhnya


makna investor. Dia bukan lender atau creditoe bagi bank bukan seperti halnya di bank
umum. Dengan demikian, secara prinsip, penabung entitled untuk risk dan return dari hasil
usaha bank.

·      Bank memiliki dua fungsi: kepada deposan atau penabung, ia bertindak sebagai
pengelola (mudharib), sedangkan kepada dunia usaha, ia berfungsi sebagai pemilik dana
(shahibul mal). Dengan demikian, baik ke kiri maupun ke kanan, bank harus sharing risk dan
return.

·      Dunia usaha berfungsi sebagai pengguna dan pengelola dana yang harus berbagi hasil
dengan pemilik dana, yaitu bank. Dalam pengembangannya, nasabah pengguna dana dapat
juga menjalin hubungan dengan bank dalam bentuk jual beli, sewa, dan fee based services.
           

2.      Mudharabah Muqayyadah (Resticted Investment Account, RIA)

Berbeda halnya dengan deposito Mudharabah Muthlaqah (URIA), dalam


deposito Mudharabah Muqayyadah (RIA), pemilik dana memberikan batasan atau
persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan
dengan tempat, cara, maupun objek investasinya. Dengan kata lain, Bank Syariah tidak
mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam meginvestasikan dana RIA ini ke berbagai
sector bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan.

      Aplikasinya dalam perbankan adalah special investment based on restricted mudharabah.


Model ini dirasa sangat cocok pada saat krisis dimana sector perbankan mengalami kerugian
menyeluruh. Dengan special investment, investor tertentu tidak perlu
menanggung overhead bank yang terlalu besar karena seluruh dananya masuk ke proyek
khusus dengan return dan cost yang dihitung khusus pula.

  

Keterangan

Dalam investasi dengan menggunakan konsep mudharabah muqayyadah, pihak bank terikat


dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh shahibul maal, misalnya:

·      Jenis investasi,

·      Waktu dan tempat.

  

BAB III

KESIMPULAN

Dalam melakukan penghimpunan dana, bank syariah menjalankan tiga kegiatan yaitu giro,
tabungan dan deposito syariah.

1.      Giro adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan  setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.

Landasan hukumnya berdasarkan Fatwa dewan syariah nasional No: 01/DSN-MUI/IV/2000


tentang Giro. Ada 2 macam giro dalam perbankan syariah yaitu giro wadiah dan giro
mudharabah.
2.      Tabungan adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi dana berdasarkan
Akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu.

Landasan hukumnya berdasarkan Fatwa dewan syariah nasional No: 02/DSN-MUI/IV/2000


tentang Tabungan. Ada 2 macam tabungan dalam perbankan syariah yaitu tabungan wadiah
dan tabungan mudharabah.

3.      Deposito adalah Investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan atau UUS.
Landasan hukumnya berdasarkan Fatwa dewan syariah nasional No: 03/DSN-MUI/IV/2000
tentang Deposito. Ada 2 deposito dalam perbankan syariah yaitu Mudharabah Muthlaqah
(Unrestricted Investment Account, URIA) dan Mudharabah Muqayyadah (Resticted
Investment Account, RIA).

DAFTAR PUSTAKA

Antonio Syafi’I Muhammad, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani,


2001.

Dewi Gamala, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di


Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.

Karim A. Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan,  Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2013.

Mahmud Amir dan Rukmana, BANK SYARIAH Teori Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010.

Syafei Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia,2001.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

http://enyiesaibani.blogspot.com/2013/03/produk-perbankan-syariah-di-bidang.html

http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/Penerapan%20prinsip%20syariah%20di%20bank
%20syariah.pd

Anda mungkin juga menyukai