Disusun oleh:
1. Khoirunnisa
2. Ardiansyah putra
3. Mahil furqon
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dan sebagaimana diketahui bahwa Bank Syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu
menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk titipan dan investasi,
menyalurkan dana (financing) kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan
juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah (service).
Dalam makalah ini akan dibahas produk penyaluran dana Bank Syariah yang ditawarkan
kepada masyarakat yaitu terdiri dari giro, tabungan, dan deposito yang kesemuanya
dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Yaitu berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kepada penulis, semoga
menjadi investasi penulis kelak di akhirat. Amien….
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian giro, landasan hukum giro, macam-macam giro serta prakteknya
dalam bank syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian giro, landasan hukum giro, macam-macam giro serta
prakteknya dalam bank syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang salah satu fungsinya adalah menghimpun dana
masyarakat harus memiliki suatu sumber penghimpunan dana sebelum disalurkan ke
masyarakat kembali. Dalam bank syariah, sumber dana berasal dari modal inti (core capital)
dan dana pihak ketiga, yang terdiri dari dana titipan (wadi’ah) dan kuasi ekuitas
(mudharabah account)
Pengertian penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk
mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak kreditur
dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak deposan dengan
pihak kreditur.
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional prinsip penghimpunan dana yang digunakan
dalam bank syariah ada dua yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Prinsip wadiah
dalam perbankan syariah dapat diterapkan pada kegiatan penghimpunan dana berupa giro dan
tabungan. Di Indonesia, hampir semua Bank Syariah menerapkan prinsip wadiah pada
tabungan giro.
Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni
sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang mengerahkan dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat
yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya
terletak dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang
dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga,
maka Bank Syariah dari apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base
income) maupun mark-up atau profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing)
[3] tergantung dari produk yang dipilih nasabah.
Pengertian Giro
Giro adalah Simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.
Adapun yang dimaksud dengan giro syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip-
prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa giro yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankan
berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah
3. Hadist riwayat Abu Daud
4. Ijma’
Bahwa telah terjadi kesepakatan dari para ulama terhadap legitimasi wadiah, mengingat
kebutuhan manusia mengenai hal ini sudah jelas terlihat.
1. Giro Wadiah
Yang dimaksud dengan giro wadiah adalah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad
wadiah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki.
Dalam konsep wadiah yad al-dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan
atau memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Hal ini berarti bahwa wadiah yad
dhamanah mempunyai implikasi hukum yang sama dengan qardh, yakni nasabah bertindak
sebagai pihak yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak yang dipinjami.
Dengan demikian, pemilik dana dan tidak boleh saling menjanjikan untuk memberikan
imbalan atas penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang titipan tersebut.
Dalam kaitannya dengan produk giro, Bank Syariah menerapkan prinsip wadiah yad
dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada Bank
Syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan
Bank Syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi yang disertai hak untuk mengelola dana
titipan dengan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan
pengelolaan dana tersebut. Namun demikian Bank Syariah diperkenankan memberikan
insentif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya.
Dari pemaparan diatas, dapat dinyatakan beberapa ketentuan umum Giro Wadiah sebagai
berikut:
· Dana wadiah dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dengan syarat bank
harus menjamin pembayaran kembali nominal dana wadiah tersebut.
· Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung
bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank
dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik
dana masyarakat tapi tidak boleh diperjanjikan di muka.
· Pemilik dana wadiah dapat menarik kembali dananya sewaktu-waktu (on call), baik
sebagian maupun seluruhnya.
2. Giro Mudharabah
Yang dimaksud dengan giro adalah giro yang dijalankan berdasarkan
akad mudharabah
Dalam hal ini, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana),
sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya
sebagai mudharib, Bank Syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad
mudharabah dengan pihak lain.
Dengan demikian, Bank Syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat
sebagai wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hati atau bijaksana serta beriktikad baik
dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalainnya.
Disamping itu, Bank Syariah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana
yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar
berbagai aturan syariah.
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan membagihasilkan
kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab
terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian
tersebut.
B. Pengertian Tabungan, Landasan Hukum Tabungan, Macam-macam Tabungan dan
Prakteknya dalam Bank Syariah
Pengertian Tabungan
Tabungan adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi dana berdasarkan Akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
Adapun yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah
mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan
yang berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.
6. Kaidah fiqh “ pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkanya”.
Secara umum terdapat dua jenis wadiah: wadiah yad al-amanah dan wadiah yad adh-
dhamanah.
· Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh
penerima titipan.
· Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan
berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh memanfaatkannya.
· Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima
titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis ini adalah jasa penitipan
atau safe deposit box
1. Titip barang
Keterangan:
· Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang menerima
titipan.
· Karena dapat dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu dapat
mengahasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan bagi penerima titipan
untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip.
· Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini yaitu giro dan tabungan.
· Bank konvensional memberikan jasa giro sebagai imbalan yang dihitung berdasarkan
presentase yang telah ditetapkan. Adapun pada Bank Syariah, pemberian bonus (semacam
giro) tidak boleh disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan dalam akad, tetapi benar-benar
pemberian sepihak sebagai tanda terimakasih dari pihak bank.
· Produk tabungan juga menggunakan akad wadiah karena pada prinsipnya tabungan mirip
dengan giro, yaitu simpanan yang bias diambil setiaap saat. Perbedaannya, tabungan tidak
dapat ditarik dengan cek atau alat lain yang dipersamakan[14].
Keterangan:
2. Tabungan Mudharabah
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan membagihasilkan
kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab
terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian
tersebut.
Selain giro dan tabungan, produk perbankan syariah yang termasuk dalam kategori
penghimpunan dana (funding) adalah deposito.
Pengertian Deposito
Deposito adalah Investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan atau UUS.
Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan
prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah.
“ ... dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah...”
3. Al-Hadits
Diantara hadist yang berkaitan dengan dengan mudharabah adalah hadist yang
diiriwayatkan oleh Ibn Majah dari Shuhaib bahwa Nabi SAW bersabda:
"Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual beli yang ditangguhkan, melakukan
qiradh (memberi modal kepada orang lain), dan yang mencampurkan gandum dengan jelas
untuk keluarga, bukan untuk diperjualbelikan. (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
4. Ijma’
Diantara ijma’ dalam mudharabah, adanya riwayat yang menyatakan bahwa jamaah dari
sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah. Perbuatan itu tidak ditantang
oleh sahabat lainnya.
5. Qiyas
Dalam prinsip ini hal utama yang menjadi cirinya adalah Shahibul Mal tidak memberikan
batasan-batasan atas dana yang diinvestasikannya atau dengan kata lain, Mudharib diberi
wewenang penuh mengelola tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis
pelayanannnya. Aplikasi perbankan yang sesuai dengan akad ini adalah tabungan dan
deposito berjangka. Namun menurut Syafie Antonio, aplikasi perbankan yang sesuai dengan
akad ini adalah time deposit biasa.
· Bank memiliki dua fungsi: kepada deposan atau penabung, ia bertindak sebagai
pengelola (mudharib), sedangkan kepada dunia usaha, ia berfungsi sebagai pemilik dana
(shahibul mal). Dengan demikian, baik ke kiri maupun ke kanan, bank harus sharing risk dan
return.
· Dunia usaha berfungsi sebagai pengguna dan pengelola dana yang harus berbagi hasil
dengan pemilik dana, yaitu bank. Dalam pengembangannya, nasabah pengguna dana dapat
juga menjalin hubungan dengan bank dalam bentuk jual beli, sewa, dan fee based services.
Keterangan
· Jenis investasi,
BAB III
KESIMPULAN
Dalam melakukan penghimpunan dana, bank syariah menjalankan tiga kegiatan yaitu giro,
tabungan dan deposito syariah.
1. Giro adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.
3. Deposito adalah Investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan atau UUS.
Landasan hukumnya berdasarkan Fatwa dewan syariah nasional No: 03/DSN-MUI/IV/2000
tentang Deposito. Ada 2 deposito dalam perbankan syariah yaitu Mudharabah Muthlaqah
(Unrestricted Investment Account, URIA) dan Mudharabah Muqayyadah (Resticted
Investment Account, RIA).
DAFTAR PUSTAKA
Karim A. Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2013.
Mahmud Amir dan Rukmana, BANK SYARIAH Teori Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010.
http://enyiesaibani.blogspot.com/2013/03/produk-perbankan-syariah-di-bidang.html
http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/Penerapan%20prinsip%20syariah%20di%20bank
%20syariah.pd