Anda di halaman 1dari 4

Bank  

syariah  terdiri  dari  dua  kata,  bank  yang  berarti  suatu  lebaga keuangan  yang  berfungsi  sebagai  perantara  keuangan
dari  dua  pihak.  Kata syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk
menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai hukum Islam. 

Penggabungan kedua kata yang dimaksud, menjadi “bank syariah.” Bank syariah adalah lembaga keuangan  yang  berfungsi
sebagai  perantara bagi pihak bank uang berlebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha  dan
kegiatan lainnya  sesuai  hukum islam.  Selain  itu, bank  syariah  biasa disebut  Islamic  banking,  yaitu  suatu  sistem
operasional  tidak  menggunakan sistem  bunga  (riba),  apekulasi  (maisir),  dan  ketidakpastian  atau  ketidakjelasan (gharar). 

Menurut  Esiklopedia,  Bank  Islam  atau  Bank  Syariah  adalah  lembaga keuangan  yang  usaha  pokoknya  memberikan  kredit
dan  jasa-jasa  dalam  lalu lintas pembayaran serta peredaran  uang yang pengoperasiannya  sesuai  dengan prinsip-prinsip
syariah. Jadi pengetian hukum perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang memenuhi prinsip-
prinsip syariah dan memiliki peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan. 

Peraturan yang mengatur mengenai bank syariah di Indonesia pertama kali adalah UU No. 7 Tahun
1992. Bank syariah pada masa ini masih berbentuk bank pengkreditan rakyat. ... Landasan hukum bank
syariah selanjutnya yang masih juga digunakan hingga saat ini adalah UU No. 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah

Perbedaan bank syariah dan bank konvensional

Secara garis besar, perbedaan bank konvensional dan bank syariah adalah sebagai berikut:
1. Bank konvensional menggunakan prinsip bebas nilai, sementara bank syariah
berinvestasi pada usaha yang halal
2. Bank konvensional menggunakan sistem bunga, bank syariah berdasarkan asas bagi hasil,
margin keuntungan, dan fee
3. Besaran bunga di bank konvensional tetap, sementara bagi hasil di bank syariah berubah-
ubah tergantung kinerja usaha
4. Bank konvensional berorientasi laba, sementara bank syariah berorientasi profit dan falat
(kebahagiaan dunia dan akhirat.
5. Pola hubungan bank konvensional debitur dan kreditur, sementara bank syariah pola
hubungan yang digunakan kemitraan (musyarakah dan mudharabah), penjual – pembeli
(murabahah, salam dan istishna), sewa menyewa (ijarah), debitur – kreditur; dalam pengertian
equity holder (qard)
6. Di dalam bank konvensional tidak ada lembaga sejenis dengan Dewan Pengawas Syariah
(DPS), sementara ada DPS pada bank syariah.

fungsi bank syariah adalah sebagai berikut:


1. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya
dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf
(wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tiga kegiatan utama bank syariah itu adalah:

1) Penghimpun Dana
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), ada dua prinsip penghimpunan dana, yaitu:
(a) Penghimpunan Dana dengan Prinsip Wadiah
Wadiah berarti titipan dari suatu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus
dijaga dan dikembalikan oleh penerima titipan, kapan pun pihak yang menitipkan menghendaki. Wadiah
dibagi menjadi dua, yaitu wadiah yad dhamanah dan wadiah yad amanah. Wadiah yad dhamanah yaitu
titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan.
Adapun wadiah yad amanah adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut
sampai pihak yang menitipkan mengambil kembali titipannya. Prinsip wadiah yang lazim digunakan
adalah wadiah yad dhamanah, dapat diterapkan pada kegiatan penghimpun dana berupa giro dan
tabungan.

(b) Penghimpunan Dana dengan Prinsip Mudharabah

Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha di mana pihak pertama menyediakan
dana (shahibul maal) dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan usaha (mudharib).
Mudharabah terbagi menjadi tiga yaitu mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan
mudharabah musyatarakah. Mudharabah muthlaqah adalah salah satu jenis mudharabah yang memberi
kuasa kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan usaha tanpa batasan apapun yang berkaitan
dengan usaha tersebut. Mudharabah muqayyadah merupakan salah satu jenis mudharabah di mana
pemilik dana memberi batasan kepada pengelola dalam pengelolaan dana berupa jenis usaha, tempat,
pemasok, maupun konsumen. Adapun mudharabah musytarakah merupakan bentuk mudharabah di
mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.

2) Penyaluran Dana (Langsung dan Tidak Langsung)

Dalam penyaluran dana oleh bank syariah, terdapat beberapa prinsip, yaitu prinsip jual beli, prinsip
investasi, dan prinsip sewa. Ini adalah hal yang membedakan dengan bank konvensional yang
menerapkan prinsip hutang.

(a) Prinsip Jual Beli

Dalam melakukan jual beli, dapat digunakan tiga skema yang meliputi jual beli dengan skema
murabahah, jual beli dengan skema salam, dan jual beli dengan skema istishna’. Jual beli dengan skema
murabahah penjual menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan
pembeli, bank syariah bertindak sebagai penjual, sedangkan nasabah yang membutuhkan barang
bertindak sebagai pembeli. Dalam jual beli dengan skema salam pelunasannya dilakukan terlebih dahulu
oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima.

Adapun dalam jual beli dengan skema istishna’, jual beli didasarkan atas penugasan oleh pembeli
kepada penjual yang juga produsen untuk menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati.
Jenis bank syariah
Perlu diketahui bahwa secara umum terdapat dua bentuk usaha dari bank syariah itu sendiri.
Pertama adalah bank umum syariah dan yang kedua adalah bank pembiayaan rakyat syariah
(BPRS). Kedua jenis usaha bank syariah tersebut memiliki fungsi dasar yang sama dalam
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Namun ada perbedaan dalam sistem operasi
yang ditawarkan kepada nasabah.

Fungsi sosial

Fungsi sosial merupakan aspek pertama yang memperlihatkan perbedaan antara bank umum
syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah secara signifikan. Dalam pelaksanaan aktivitas
perbankan syariah, bank umum syariah dapat menjalankan fungsi sosial sebagai lembaga baitul
mal. Dalam hal ini adalah penerimaan dana yang bersumber dari zakat, infak, sedekah, hibah,
atau dana sosial lainnya. Dana yang diterima tersebut nantinya bisa disalurkan kepada organisasi
pengelola zakat untuk keperluan sosial. Sedangkan bank pembiayaan rakyat syariah tidak
memiliki fungsi sosial tersebut. 

Penghimpunan dana

Dalam sistem penghimpunan dana, bank umum syariah diperbolehkan untuk menghimpun dana
sosial yang berasal dari wakaf berbentuk uang. Wakaf uang yang diterima tersebut akan
disalurkan kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
Sedangkan untuk bank pembiayaan rakyat syariah, bank hanya bisa melakukan penghimpunan
dana nasabah melalui rekening bank pembiayaan rakyat syariah.

Penyaluran dana

Bank pembiayaan rakyat syariah hanya bisa menyalurkan dana masyarakat dalam bentuk
pembiayaan bagi hasil dan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah yang didasari oleh akad ijarah. Selain itu pembiayaan yang boleh dilakukan oleh bank
pembiayaan rakyat syariah juga bisa dilakukan dengan cara sewa beli serta pengambil alihan
utang berdasarkan akad hawalah. 

Untuk produk perbankan sendiri, bank pembiayaan rakyat syariah menawarkan simpanan berupa
tabungan dan juga investasi dalam bentuk deposito. Manfaat yang bisa dirasakan oleh nasabah
harus didapatkan melalui akad wadi'ah dan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah.

(b) Prinsip Investasi

Dalam melakukan investasi, dapat dilakukan dengan skema mudharabah dan skema musyarakah.
Mudharabah adalah persetujuan antara pemilik modal dengan seorang pekerja untuk mengelola uang
dari pemilik modal dalam perdagangan tertentu, yang keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan
bersama, sedangkan kerugian yang diderita menjadi tanggungan pemilik modal. Sedangakan
musyarakah memiliki arti secara luas sebagai akad kerjasama atau percampuran antara dua pihak atau
lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa
keuntungan akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati dan risiko akan ditanggung sesuai
dengan porsi kerjasama.

(c) Prinsip Sewa

Sewa secara prinsip dapat dilakukan dengan dua skema yaitu skema ijarah dan skema ijarah muntahiya
bittamlik. Sewa dengan skema ijarah didefinisikan sebagai transaksi perpindahan hak guna (manfaat)
suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah tanpa melalui
pemindahan kepemilikan. Adapun ijarah muntahiya bittamlik merupakan kombinasi antara sewa
menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah. Dalam hal ini pihak yang menyewakan berjanji akan menjual
atau menghibahkan barang yang disewakan pada akhir periode sewa.

3) Jasa Pelayanan

Bank syariah dapat menyediakan jasa pelayanan perbankan dengan berdasarkan akad wakalah,
hawalah, kafalah, dan rahn. Transaksi wakalah timbul karena salah satu pihak memberikan suatu objek
perikatan yang berbentuk jasa atau dapat juga disebut sebagai meminjamkan dirinya untuk melakukan
sesuatu atas nama diri pihak lain. Transaksi hawalah timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu
objek perikatan yang berbentuk uang untuk mengambil alih piutang atau utang dari pihak lain.
Selanjutnya, transaksi kafalah timbul jika salah satu pihak memberikan suatu objek yang berbentuk
jaminan atas kejadian tertentu di masa yang akan datang. Transaksi rahn timbul karena salah satu pihak
meminjamkan suatu objek perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lainnya yang disertai dengan
jaminan.

Anda mungkin juga menyukai