Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Jika menilik dari awal pendirian Bank Syariah di Indonesia, secara


nasional perkembangan ekonomi Islam diwarnai oleh perkembangan
pemikiran ekonomi Syariah dunia dan pemikiran tentang perbankan syariah,
pendirian bank syariah diawali dengan berdirinya 3 BPRS di Bandung pada
tahun 1991. Selain itu juga berdiri PT BPRS Hareukatdi NAD. Prakarsa
pendirian bank syariah di Indonesia oleh MUI melalui lokakarya Bunga Bank
dan Perbankan di Cisarua, Bogor, 18-20Agustus 1990.
Hasil ini dibahas mendalamdalam Munas IV MUI di Hotel Sahid Jaya,
Jakarta 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanatmunas IV MUI dibentuk tim
kerja untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia sehingga PTBMI berdiri
tahun 1991 dan beroperasi pada tahun 1992.Diantara manfaat dari pendirian
Bank Syariah adalah sebagai pelengkap keberadaan Bank Konvensional, bank
syariah digunakan sebagai alternatif transaksi perbankan konvensional, yang
kedua adalah sebagai pengakomodasi kelompok masyrakat yang
antipastiterhadap dunia perbankan konvensional, dan yang terakhir sebagai
salah satu upaya peningkatan mobilisasi dana masyarakat.
Lebih jauh lagi kami akan membahas prinsip operasi Bank Syariah
untuk lebih mengetahui apa saja syarat beroperasinya Bank Syariah,
perkembangan Bank Syariah, danIdentifikasi transaksi yang dilarang, serta
bagaimana proses pembiayaan yang diberikan Bank Syariah.
 
BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN PRINSIP SYARIAH


Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
(penyimpanandana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya). Berdasarkan fatwa yangdikeluarkan oleh lembaga Dewan Syariah
Nasional (DSN) yang memiliki kewenangan dalampenetapan fatwa di bidang
syariah.Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan PrinsipSyariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan RakyatSyariah.Bank Umum Syariah adalah
Bank Syariah yang dalamkegiatannya memberikan jasadalam lalu lintas
pembayaran.(UU No. 21 tahun 2008 tentang PerbankanSyariah)

PRINSIP OPERASIONAL BANK SYARIAH


Mengawali pembahasan tentang prinsip operasional Bank Syariah,
Sistem keuangan danperbankan Islam sendiri adalah merupakan bagian dari
konsep yang lebih luas tentang ekonomiIslam, yang tujuannya
memperkenalkan sistem nilai dan etika Islam ke dalam lingkunganekonomi.
Karena dasar etika ini maka keuangan dan perbankan Islam bagi kebanyakan
muslimadalah bukan sekedar sistem transaksi komersial, tapi juga merupakan
wadah masyarakat muslimuntuk menerapkan prinsip keislaman
disemua aspek kehidupan termasukdalam kegiatan ekonomi mereka.
Dibawah ini beberapa prinsip dari operasional Bank Syariah.Prinsip Utama
yang ada dalam Bank Syariah diantaranya :
A. Prinsip Al Ta’awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama
diantara anggotamasyarakat untuk kebaikan.
B. Prinsip menghindari Al Iktinaz, yaitu menahan uang (dana)
dan membiarkannyamenganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang
bermanfaat bagi masyarakat umum
C.Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk
transaksid.Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang
berbasis pada memperoleh keuntungan yang sah menurut syariah serta
memberikan zakat.
Dalam artian tidak diperkenankan dalam system syariah
seseorangmelakukan sesuatuyang bersifat spekulatif, dengan keuntungan
besar serta risiko yang besar.

1.Bebas dari hal-hal meragukan (gharar)


a.Menjual barang yang belum ditangan penjual,
b.Penjualan barang yang sulit dipindah tangankan,
c.Penjualan yang belum ditentukan harga, jumlah dan
kualitasnya,
d.Penjualan yang menguntungkan satu pihak saja.
2.Bebas dari hal-hal rusak (batil)
a.Jual beli barang-barang psikotropika,
b.Produk-produk yang merusak lingkungan.

SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH


Prinsip utama operasional bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah
hukum Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist. Kegiatan
operasional bank harus memperhatikaN perintah dan larangan kedua sumber
tersebut. Larangan terutama berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat
diklasifikasikan sebagai riba. Perbedaan utama antara kegiatan bank
berdasarkan prinsip syariah dengan bank konvensional pada dasarnya terletak
pada sistem pemberian imbalanatau jasa atas dana.Dalam menjalankan
operasionalnya, bank berdasarkan Prinsip Syariah tidak menggunakan sistem
bunga dalam menentukan sitem imbalan atas dana yang digunakan
atauditipkan oleh suatu pihak.
Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun danayang
disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum
Islam. Perludiakui bahwa ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa
sistem bunga yang ditetapkanoleh bank konvensional merupakan pelanggaran
terhadap prinsip syariah.
Dalam hukum Islam, bunga adalah riba dan diharamkan. Ditinjau dari
sisi pelayananterhadap masyarakat danpemasaran, adanya bank atas dasar
prinsip Syariah merupakan usahauntuk melayani dan mendayagunakan
segmen pasar perbankan yang tidak setuju atau tidak menyukai sistem bunga.

a. Penghimpunan Dana
Metode penghimpunan dana yang ada pada Bank-bank konvensionaldidasari
teori yangdiungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang
membutuhkan uang untuk tigaKegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan,
dan investasi. Oleh karena itu, produk penghimpunan dana pun disesuaikan
dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan, dan deposito.
Berbeda dengan hal berikut, bank syariah tidak melakukan pendekatan
tunggal dalammenyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya.
Pada dasarnya, dilihat darisumbernya, dana bank syariah terdiri atas:
1.Sumber Dana

Sebagai salah satu lembaga yang berfungsi untuk mengimpun dana


masyarakat, bank syariah harus memiliki sumber dana optimal sebelum
disalurkan kembali ke masyarakat.Disamping itu, sebagai bang syariah yang
di tuntut untuk mempraktikan kaidah Islam,maka perlu dipahami terlebih
dahulu dana masyarakat dan transaksi-transaksinya yangtidak bertentangan
dengan syariat Islam. Sumber dana yang dapat dihimpun darimasyarakat
terdiri dari (3) tiga jenis dana, yaitu dana modal yaitu dana dari pendiri
bank dan dari para pemegang saham tersebut , dana titipan masyarakat baik
yang dikelola oleh bank dalam sistem Wadi’ah, maupun yang diinvestasikan
melelui bank dalam bentuk dana investasi khusus (Mudhrabah Muqayyadah)
atau investasi terbatas (MudhrabahMuqayyadah) sertadana zakat, infak,
dan sadaqah. 1 ) M o d a l Modal merupakan dana (dalam bentuk
pembeliaan saham) yang disediakan olehpemilik yang mempunyai hak untuk
memperoleh dividen dan penggunaan modalyang disertakan tersebut. Dalam
perbankan syariah, mekanisme penyertaan modalpemegang saham dapat
dilakukan melalui musyawarah fi sahm asy-syariqah atauequity partcipation
pada saham perseroan bank 2 ) D a n a t i t i p a n m a s y a r a k a t 3 ) D a n a
dari Z I S Dana ini peruntukannya jelas satu dari ciri khas bank syariah
selain mengelola danauntuk kepentingan komersial bank juga harus berfungsi
sebagai pengelola dana untuk kepentingan sosial. Dalam pelaksanaannya,
bank syariah dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga sosial lainnya yang
bergerak di bidang pemberdayaan perekonomian masyarakat seperti Dompet
Dhuafa, Forum Zakat (FOZ), dan BadanAmil Zakat (BAZ)

 
2 . T i t i p a n ( A l - W a d i a h )
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam penghimpunan dana adalah
dengan menggunakan prinsip titipan. Adapun akad yang sesuai dengan prinsip ini
adalahAl-Wadiah. Al-Wadiah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil
jika pemiliknyamenghendaki. Secara umum terdapat dua jenis Al-Wadiah, yaitu:
1. Wadi’ah yad al -amanah
Pihak yang pertama menerima titipan tidak boleh menggunakan dan
memanfaatkanuang atau barang yang dititipkan. Pihak yang memberikan titipan
dapatmembebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan. Jenis ini
mempunyaikarakteristik sebagai berikut: a.Harta atau benda yg dititipkan
tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh penerima titipanb.Penerima
titipan (bank) hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang
bertugasdan berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa
mengambilmanfaatnyac.Sebagai kompensasi, penerima titipan
diperkenankan untuk membebankan biaya (Fee) kepada yang menitipkan.
Adapun bentuk aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit
box.
2. Wadi’ah yad adh-dhamanah
Pihak yang pertama menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan
uangatau barang yang dititipkan tanpa izin pemilik barang atau uang dan
harusbertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan. Semua
manfaat dankeuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang atau uang
tersebut menjadi hak penerima titpan, dalam hal ini bank sebagai penerima titipan
dapat memberikaninsenstif berupa bonus kepada si penitip.
Wadiah jenis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a.Harta atau benda yang
dititipkan diperbolehkan untuk dimanfaatkan oleh penyimpanb.Apabila ada
hasil dari pemanfaatan benda titipan, maka hasil tersebut menjadi
hak dari penyimpanan. Tidak ada kewajiban dari penyimpan untuk memberikan
hasiltersebut kepada penitip sebagai pemilik bendaPrinsip ini di aplikasikan dalam
bentuk giro dan tabungan. Namun perluditekankan disini bahwa bank tidak
memperjanjikanhasil dari benda titipan yang di manfaatkan tersebut kepada
nasabah. Pemberian hasil hanya sebagai bonus darikebijakan bank dan tidak
ditentukan atau disebutkan dalam akad.

3 . I n v e s t a s i ( M u d h a r a b a h ) Prinsip lain yang digunakan adalah prinsip


investasi.Akad yang sesuai denganprinsip investasi adalah mudharabbah yang
mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola
dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan dibank
syariah berperan sebagai investormurni yang menanggungaspek sharing risk dan
return dari bank. Dengan demikian deposan bukanlah lander ataukreditor bagi bank
seperti halnya pada bank konvensional. Tujuan dari mudharabahadalah kerja sama
antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib)dalam hal ini
bank. Jika terjadi kerugian maka bank bertanggung jawab atas kerugianyang terjadi.
Secara garis besar mudharabbah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a.Mudharabah Muthlaqah
Dalam prinsip ini hal utama yang menjadi cirinya adalah shahibul maal
tidak memberikan batasan-batasan atas dana yang diinvestasikannya atau dengan
kata lain,mudharib di beri wewenang penuh mengelola tanpa terikat waktu, tempat,
jenis,usaha, dan jenis pelayanannya. Aplikasi perbankan yang sesuai
dengan akadiniadalah tabungan dan deposito berjangka.
b.Mudharabah Muqayyadah
Pada jenis akad ini, shahibul maal memberikan batasan atas dana
yangdiinvestasikannya. Mudharib hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai
denganbatasan jenis usaha, tempat, dan waktu tertentu saja. Aplikasinya dalam
perbankanadalah special investment based on restricted mudharabah. Model ini
dirasa sanagtcocok pada saat krisis dimana sektor perbankan mengalami kerugian
meyeluruh.Dengan special investmen, investor tertentu tidak perlumenanggung
over head bank yang terlalu besar karena seluruh dananya masuk ke proyek khusus
dengan return dancost yang dihitung khusu pula.

2.Penyaluran Dana (Financing)


Bank syariah sebagai suatu lembaga keuangan akanterlibat dengan
berbagai jeniskontrak perdagangan syariah. Semua elemen kontrak sudah pasti
mempunyai asas dan prinsipyang jelas secara syariah. Penyakluran dana perbankan
syariah dapat dikategorikan menjadi duabentuk, yaitu;A . E q u i t y
F i n a n c i n g Bentuk ini terbagi pula dalam pilihan skim mudharabah
muthalaqah/muqayyadah ataudalam bentuk musyarakah.

1.Al-Mudharabah
Dari segi konsep dasar, mudharabah yang akan dijelaskan disini sama
denganmudharabah yang telah dijelaskan sebelumnya dalam penghimpunan
dana bank (depositnasabah), namun ada yang membedakannya. Al-
Mudharabah pada pelaksanaan depositnasabah, maka nasabah sebagai
penyandang dana bertindak sebagai shahibul maal danbank sebagai
mudharib (pengelola dana). Sedangkan pada skim
pembiayaan,bank bertindak sebagai shahibul maal dan pengelola usaha
bertindak sebagai mudharib.Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu
tertentu, sedangkan bagi hasil dibagisecara periodik dengan nisbah yang
disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabahmengembalikan jumlah dana
tersebut beserta porsi bagi hasil yang menjadi bagian bank.
Dalam pelaksanaaan kontrak AL-Murabahah, bank tidak dibenarkan
meletakkankolateral (jaminan) kepada nasabah, karena ia bukan bersifat
utang, ia bersifat kerja samadengan modalkepercayaan antara bank
dan nasabah. Dengan kata lain, masing-masing pihak mempunyai
bagian atas hasil usaha bersama tersebut dan juga beban risikonya
(fullinvestment).

2.Al-Musyarakah
Yang dimaksud dengan musyarakah adalah akad antara dua orang
atau lebihdenganmenyertakan modal dan dengan keuntungan dibagi
sesama mereka menurut porsi yangdisepakati. Musyarakah lebih dikenal
dengan sebutan syarikat merupakan gabunganpemegang saham untuk
membiayai suatu proyek, keuntungan dan proyek tersebut dibagimenurut
presentse yang disetujui, dan seandainya proyek tersebut mengalami
kerugian,maka beban kerugian tersebut ditanggung bersama oleh pemegang
saham secaraproporsional.
Bank syariah dalam aplikasinya hanya menggunakan instrumen syarikat Al-
Man, karena jenis syarikat inilah yang lebih sesuai dengan keadaan
perdagangan saat ini. produk-produk yangdikeluarkan melalui syarikat
biasanya beraneka ragam, diantaranya modal ventura, dimana bank ikut
memberi modal terhadap suatu perusahaan dan dalam jangka waktu tertentu
akan melepaskembali saham perusahaan tersebut kepad rekan kongsi dan
kemungkinan juga tetap bermitrauntuk jangka panjang.
Di Indonesia, sudah ada banyak bank syariah yang melakukan
produk seperti ini, dan jenis usaha yang dibiayai antara lain perdagangan,
industri (manufacturing),usaha atas dasr kontrak dan lain sebagainya.dalam
kontrak Al-Musyarakah, bank juga tidak boleh memberatkan nasabah
dengan persyaratan agunan atau kolateral, karena kontrak iniberbentuk
kerja sama dan bukan utang-piutang.Kesalahan pada pembebanan
jaminanmenyebabkan kontrak menjadi fasad.
 
B.Debt F i n a n c i n g . Debt Financing adalah dalam teori meliputi
objek-objek berupa pertukaran antara barangdengan barang (barter), barang
dengan uang, uang dengan barang, dan uang dengan uang.Mengenai objek
pertama dan terakhir terdapat permasalahan pertukaran antara barang
denganbarang dipertimbangkan dapat menimbulkan ribah fadhal. Sedangkan
pertukaran antara uangdengan uang pun demikian, di khawatirkan dapat
menimbulkan ribah nasiah.Pertukaran antaruang dengan uang (sharf) dalam
perbankan syariah dimasukkan dalam bidang jasa pertukaranuang, yang
mensyaratkan pertukaran langsung tanpa penundaan pembayaran. Oleh
karena itudalam operasional perbankan syariah hanya digunakan dua
objeklainnya, yaitu pertukaran antarabarang dengan barang dan uang dengan
uang.1 . B a r a n g d e n g a n u a n g (Jual beli/ Ba’i)Transaksi barang
dengan uang yang dapat di lakukan dengan skim jual beli (ba’i) ataupun
sewamenyewa (Ijrah). Yangtermasuk skim jual beli adalah:
a. Ba’i Al -Murabahah
Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan
segera danpembayaran dilakukan secara tangguh. Prinsip ini umumnya
diterapkan dalampembiayaan pengadaan barang investasi. Adapun syarat-
syarat tersebut adalah: 1.Pembeli hendaklah betul-betul mengetahui
modal sebenarnya dari suatu barang yang hendak dibeli 2.Penjual dan
pembeli hendaklah setuju dengan kadar untung atau tambahan
hargayang ditetapkan tanpa ada sedikit pun paksaan 3.Barang yang
dijualbelikan bukanlah barang barang ribawi 4.Sekiranya barang
tersebut telah dibeli dari pihak lain, jual beli yang pertama
itumestilah sah menurut perundangan Islam. Sedangkan rukun jual beli
murabahah adalah:
1. Penjual (ba’i)
2.Pembeli (musytariy)
3.Barang (mabi’)
4.Sighat dalam bentukijab kabul.
b. Bai’ As-Salam
Adalah pembelian barang untuk penghantaran yang ditangguhkan dengan pembayaran
dimuka. Bank sebagai pembeli, dan nasabah sebagai penjual. Dalam transaksi ini
adakepastian tentang kualitas, harga dan waktu peyerahan. Prinsip ini biasanya
diterapkanpada pembiayaan berjangka pendek untuk produksi agribisnis atau industri
sejenislainnya.
C. Bai’ Istishna’ 
Prinsip ini menyerupai salam, namun pada prinsip ini pembayran dapat di muka, dicicil
atau di belakang. Istishna’ umumnya diterapkan dalam pembiayaan manufaktur,
industrikecil-menengah dan kontruksi.Sedangkan yang termasuk skim sewa-menyewa
(Ijrah):
A. Al-Ijrah (operasional Lease) Konsep ini secara etimologi erarti upah atau
sewa. Ahli sewa islammendefinisikan dengan menjual manfaat, kegunaan, jasa
dengan bayaran yang ditetapkan. Konsep initidak sama dan tidak dapat dikaitkan
dengan jual-beli, sebab akad jal beli adalah kekal(muabbadan), sedangkan al-ijarah
akad ini dalam masa teertentu (muaqqatan). Bank syariah mengaplikasikan elemen ini
dengan berbagi bentuk produk yang diletakkanpadaskim pembiayaan, diantara caranya
adalah:1.Bank dapat memberi pembiayaan kepada nasabah untuk tujuan
mendapatkanpenggunaan manfaat sesuatu harta dibawah elemen al-ijarah.

2.Bank terlebih dahulu membeli harta yang akan digunakan oleh


nasabah,kemudian bank menyewakan kepada nasabah menurut tempo yang
dikehendaki,kadar sewaan, dan syarat-syarat lain yang disetujui kedua belah pihak.
B.Ijarah wa iqtina (finansial lease) Skim ini merupakan bentuk lain dari ijarah di mana
persewaan berakhir denganperpindahan hak milik dan objek sewa. Skim ini lebih
banyak dipakai pada perbankankarenalebih sederhana dari sisi pembukuan dan bank
sendiri tidak direpotkan untuk pemeliharanaset, baik pada saat leasing maupun
sesudahnya.
2 . U a n g d e n g a n B a r a n g Pertukaran ini dapat dilakukan dengan skim:
a. Ba’i as-Salam (In-front Payment Sale) Skim ini secara terminologi berarti menjual
suatu barang yang penyerahannya ditunda,atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya
disebutkan secara jelas dengan pembayaranmodal terlebih dahulu,
sedangkan barangnya diserahkan kemudian hari. Di dalammasyarakat, skim ini lebih
dikenal dengan jual beli pesanan atau inden. Dalam transaksi ba’i as-salam
mengharuskan adanya pengukuran atau spesifikasi barang yang jelas
dankeridhaan para pihak. Dalam teknis perbankan syariah, salam berarti pembelian
yangdilakukan oleh bank dan nasabah dengan pembayaran di muka dengan jangka
waktupenyerahan yang disepakati bersama. Harga yang dibayarkan dalam salam tidak
bolehdalam bentuk utang melainkan dalam bentuk tunai yang dibayar segera.

b. Ba’i al -Istishna(istisna sale)


Skim ini adalah akad jual beli antara pemesan/pembeli dengan produsen atau penjual
dimana barang yang akandiperjualbelikan harus dibuat lebih dahulu dengan kriteria
yang jelas. Dalam literatur fikih klasik disebutkan istishna sebagai lanjutan dari ba’i as-
salam, sehinggaa ketentuan dan aturannya mengikuti akad ba’i as-salam. Adapun
yangmembedakannya dengan as-salam adaah pada metode pembayaran sifat
kontraknya. Pada ba’i as-salam, pembayaran lebih bersifat fleksibel di mana tidak
dilakukan secara lunas tetapi bertahap sesuai dengan barang yang diterima pada termin
waktu tertentu. Sifatkontrak pada skim baikas-salam adalah mengikat secara asli
(thabi’i) pada semua pihak dari semula, sedangkan pada istishna, bersifat mengikat
ecara ikutan untuk melindungiprodusen sehingga tidak ditinggalkan begitu saja oleh
konsumen.

3.Jasa Layanan Perbankan


a. Al-Wakalah(Deputyship) Adalah akad perwakilan antara dua pihak, dimana pihak
pertama mewakilkan suatuurusan kepada pihak kedua untuk bertindak atas nama pihak
pertama. Dalamaplikasinya dalam perbankan syariah, wakalah biasanya diterapkan
dalam penerbitanLetter OfCredit(L/C) atau penerusan permintaan akan barang dalam
negeri dari bank di Luar Negeri(L/C Ekspor). Wakalah juga diterapkan untuk
mentransfer dananasabah kepada pihak lain.
b.Kafalah(Gauranty) Menurut Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali, kafalah adalah
menjadikan seseorang(penjamin)ikut bertanggung jawab atas tanggung jawab
seseorang dalampelunasan/pembayaran utang. Aplikasinya dalam dunia perbankan
adalah penerbitangaransi bank (Bank Guarantee). Ada beberapa jenis wakalah,
yaitu:1)Kafalah bin Nafs, yaitu akad memberikan jaminan atas diri si
penjamin (personalguarantee).2)Kafalah bil-Maal, yaitu jaminan pembayaran
atau pelunasan utang. Dalam aplikasinya di perbankan dapat berbentuk jaminan
uang muka (Advance PaymentBond) atau jaminan pembayaran
(PaymentBond).3)Kafalah Mualaqah dan Munjazah, yaitu jaminan mutlak
yang dibatasi oleh kurunwaktu dan untuk tujuan tertentu. Dalam perbankan modern
hal ini diterapkanuntuk pelaksanaan suatu proyek (Performence Bond) atau jaminan
penawaran(Bid Bond).
Kafalah BitTaslim, yaitu penjaminan atas pengembalian atas barang sewa
padasaat jangka waktu habis.c.
 Hawalah (Transfer Service)
Hawalah akad pemindahan utang atau piutang suatu pihak kepada pihak lain. Dalamhal
ini ada tiga pihak, yaitu pihak yang berutang (muhil atau madin), pihak yang
memberi utang(muhal atau da’iin) dan pihak yang menerima pemindahan
(muhal‘alaih). Akad hawalah diterapkan pada hal
-hal berikut:1)Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang
memiliki piutang kepadapihak ketiga memindahkanpiutang itu kepada
bank.2)Post-dated Check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa
membayarterlebih dahulu piutang tersebut.3)Bill Discounting, dimana pada
prinsipnya sama dengan pelaksanaan konsep hawalah, hanya saja dalam bill
discounting, nasabah harus membayar fee yangtidak dikenal pada hawalah lainnnya.d.
 Ju’alah
Jualah adalah suatu kontrak dimana pihak pertama menjanjikan imbalan tertentukepada
pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas/pelayanan yang dilakukan olehpihak kedua
untuk kepentingan pihak pertama. Prinsip ini dapat diterapkan oleh bank dalam
menawarkan berbagai pelayanan dengan mengambil fee dari nasabah, sepertireferensi
bank, informasi usaha dan lain sebagainya.e.
 Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan
yangditerimanya. Barang yang dithan tersebut harus memiliki nilai ekonomis.
Dengandemikian, pihak yang menahan dapat memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil
 
kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Aplikasinya dapat berupa lembaga gadaidan
pada bank diterapkan sebagai collateral atas suatu pembiayaan/pinjaman.f.
 Al-Qardh (Soft and Benevolent Loan)
Al-Qardh adalah pembelian harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali
ataudengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalamliteratur
fikihklasik, ard dikategorikan dalam akad tathawwui atau akad saling membantu
danbukan transaksi komersial. Sedangkan aplikasinya dalam dunia perbankan
syariahdapat berupa al-Qard al-Hasan sebagai bentuk sumbangsih kepada dunia usaha
kecil.Diindonesia sendiri, dana untuk skim ini berasal dari dana Badan Amil Zakat,
Infaqdan Sedekah (BAZIS). Pada prinsipnya qardhul hasan merupakan pinjaman
dengantujuan kebajikan, dimana peminjam hanya perlu membayar jumlah uang
yangdipinjamkan tanpa membayar tambahan.g.
Sharf 
Sharf adalah transaksi pertukaran antara uang dengan uang. Pengertian pertukaranuang
yang dimaksud disini yaitu pertukaran valuta asing , dimana mata uang asing
dipertukarkan dengan mata uang domestik atau mata uang lainnya.
e.Terjadi distribusi pendapatan, artinya: masyarakat usaha produktif
mampumelakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari
hasilusahanya.

Fungsi Pembiayaan
Fungsi dari pembiayaan Bank syariah adalah :a . M e n i n g k a t k a n d a y a g u n a
u a n g b.Meningkatkan daya guna barangc. Meningkatkan
p e r e d a r a n u a n g d.Menimbulkan kegairahan berusaha . S t a b i l i t a s
e k o n o m i f.Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan
n a s i o n a l Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitaspenyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan
defisit unit.
Menurut sifat pengguna-annya, pembiayaan dapat dibagai menjadi:a.Pembiayaan
produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usahaproduksi,perdagangan,maupunainvestasi.b.Pembiayaan konsumtif, yaitu
pembiayaan yang digunakan untuk memenuhikebutuhan konsumsi, yang
akan habisdiguna-kan untuk dipakai memenuhi kebutuhan. Kebutuhan konsumsi
dapat dibedakan atas 2 (dua), yaitu diantaranya :
Kebutuhan primer, adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, sepertimakanan,
minuman, pakaian dan tempat tinggal maupun berupa jasa,seperti pendidikan dasar dan
pengoba
Kebutuhan sekunder, adalah kebutuhan tambahan yang secara kwantitatif maupun
kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer,baik berupa barang,
seperti bangunan rumah, kendaraan, perhiasanmaupun jasa seperti pendidikan,
pariwisata, hiburan dan sebagainya.Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat
dibagi menjadi:1.Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan:
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi,maupun
secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi
untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place
darisuatuabarang.2.Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
barang-barang modal(capital goods) sertafasilitas-fasilitas yang erat kaitannya
dengan itu.

Sistem Pembiayaan Bank Syariah


A . P e m b i a y a a n M o d a l K e r j a
Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-komponen alat likuid (cash),piutang
dagang (receivable), dan persediaan (inventory) yang umumnya terdiri daripersediaan
bahan baku (raw material), persediaan barang dalam proses (work in process),dan
persediaan barang jadi (finished goods).
Oleh karena itu, pem-biayaan modal kerjamerupakan salah satu atau kombinasi dari
pembiayaan likuiditas (cash financing),pembiayaan piutang (receivable financing),
dan pembiayaan persediaan (inventoryfinancing).Bank konvensional memberikan
kredit modal kerja tersebut, dengan caramemberikan pinjaman sejumlah uang yang
dibutuhkan untuk mendanai seluruhkebutuhan yang merupakan kombinasi dari
komponen-komponen modal kerja tersebut,baik untuk keperluan produksi maupun
perdagangan untuk jangka waktu tertentu, denganimbalan berupa bunga. Bank syariah
dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhanmodal kerja tersebut, bukan dengan
meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin
 
hubungan partnership dengan nasabah, di mana bank bertindak sebagai penyandang
dana(shahibul maal), sedang-kan nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Skema
pembiayaansemacam ini disebut dengan mudharanah (trust financing). Fasilitas ini
dapat diberikanuntuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara
periodik dengan nisbahyang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan
jumlah dana tersebutbeserta porsi bagi hasil (yang belum dibagikan) yang menjadi
bagian bank.1 . P e m b i a y a a n L i k u i d i t a s ( C a s h F i n a n c i n g ) Pembiayaan ini
pada umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang timbulakibat terjadinya
ketidaksesuaian (mismatched) antara cash inflow dan cash outflow padaper-usahaan
nasabah. Fasilitas yang biasanya diberikan oleh bank konvensional adalahfasilitas
cerukan (overdraft facilities)atau yang biasa disebut kredit rekening koran.
Ataspemberian fasilitas ini bank memperoleh imbalan manfaat berupa bunga atas
jumlah rata-rata pemakaian dana yang disediakan dalam fasilitas tersebut.
Bank syariah dapat menyediakan fasilitas semacam itu dalam bentuk qardh timbal
balik atau yang disebut compensating balance. Melalui fasilitas ini nasabah harus
membukarekening giro, dan bank tidak memberikan bonus atas giro tersebut. Bila
nasabahmangalami situasi mismatched, nasabah dapat menarik dana melebihi saldo
yang tersediasehingga menjadi negatif sampai maksimum jumlah yang disepakati
dalam akad. Atasfasilitas ini, bank tidak dibenarkan meminta imbalan apa pun, kecuali
sebatas biayaadministrasi pengelolaan fasilitas tersebut.
2 . P e m b i a y a a n P i u t a n g ( R e c e i v a b l e F i n a n c i n g ) Kebutuhan pembiayaan ini
timbul pada perusahaan yang men-jual barangnya dengankredit, tetapi baik jumlah
maupun jangka waktunya melebihi kapasitas modal kerja yangdimilikinya. Bank
konvensional biasanya memberikan fasilitas berupa: a . P e m b i a y a a n P i u t a n g
( R e c e i v a b l e F i n a n c i n g ) Bank memberikan pinjaman dana kepada nasabah untuk
mengatasi kekurangan danakarena masih tertanam dalam piutang. Atas pinjaman itu
bank meminta cessie atas ataupun al murabahah. Dalam hal al wakalah, bank syariah
hanya memperolehpendapatan berupa fee atas jasa yang diberikannya.

B . P e m b i a y a a n I n v e s t a s i
Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk keperluan investasi,
yaitukeperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha,
ataupunpendirianproyek baru.Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah: 1.Untuk
pengadaan barang-barang m o d a l ; 2.Mempunyai perencanaan alokasi
dana yang matang dan terarah; 3 . B e r j a n g k a waktu menengah dan
p a n j a n g Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar
danpengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas
(projected cashflow) yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehinga
akan dapat diketahuiberapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi.
Kemudian,barulah disusun jadwalamortisasi yang merupakan angsuran (pembayaran
kembali) pembiayaan.Penyusunan proyeksi arus kas ini harus disertai pula dengan
perkiraan keadaan-keadaanpada masa yang akandatang, me-ngingat pembiayaan
investasi memerlukan waktu yang cukuppanjang. Untuk memperkirakannya perlu
diadakan perhitungan dan penyusunan proyeksi neracadan rugi laba (projected balance
sheet and projected income statement) selama jangka waktupem-biayaan. Dari
perkiraan itu akan diketahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkanlaba (earning
power) dan kemampuan per-usahaan untuk memenuhi kewajibannya
(solvency).Melihat luasnya aspek yang harus dikelola dan dipantau, maka untuk
pembiayaan investasibank syariah menggunakan skema musyarakah mutanaqishah.
Dalam hal ini bank memberikanpembiayaan dengan prinsip penyertaan, dan secara
bertahap bank melepaskan penyertaannya,dan pemilik perusahaan akan mengam-bil
alih kembali, baik dengan menggunakan surplus cashflow yang tercipta maupun dengan
menambah modal, baik yang berasal dari setoran pemegangsaham yang ada ataupun
dengan mengundang pemegang saham baru.
 
Skema lain yang dapat digunakan oleh bank syariah adalah al ijarah al
muntahiabittamlik, yaitumenyewakan barang modal dengan opsi diakhiri
dengan pemilikan. Sumberperusahaan untuk pembayaran sewa ini adalah amortisasi
atas barang modal yang bersangkutan,surplus, dan sumber-sumber lain yang dapat
diper-oleh perusahaan.
C . P e m b i a y a a n K o n s u m t i f  
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi
kebutuhankonsumsi dan akan habis dipakai untuk me-menuhi kebutuhan tersebut.
Kebutuhan konsumsidapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan
kebutuhan sekunder. Kebutuhanprimer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang,
seperti makanan, minuman, pakaian, dantempat tinggal, maupun berupa jasa, seperti
pendidikan dasar dan pengobatan. Sedangkankebutuhan sekunder adalah kebutuhan
tambahan, yang secara kuan-titatif maupun kualitatif lebihtingi atau lebih mewah dari
kebutuhan primer, baik berupa barang, seperti makanan danminuman, pakaian/
perhiasan, bangunan rumah, kendaraan, dan sebagainya, maupun berupa jasaseperti
pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan, dan sebagainya.Pada umumnya,
bank konvensional membatasi pemberian kredit untuk pemenuhanbarang tertentu yang
dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang sah, seperti rumah dankendaraan
bermotor, yang kemudian menjadi barang jaminan utama (main collateral).Sedangkan
untuk pemenuhan kebutuhan jasa, bank meminta jaminan berupa barang lain yangdapat
diikat sebagai collateral. Sumber pembayaran kembali atas pembiayaan tersebut
berasaldari sumber pendapatan lain, dan bukan dari eksploitasi barang yang
dibiayaidari fasilitas ini.Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk
pemenuhan kebutuhanbarang konsumsi dengan menggunakan skema:1.
Al bai’ bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual
-beli dengan angsuran2 . A l i j a r a h a l m u n t a h i a b i t t a m l i k a t a u s e w a
b e l i 3.Al musyarakah mutanaqhishah atau descreasing participation, di mana
secarabertahap bank menurunkan jumlah partisipa-sinya4 . A r Rahn untuk
memenuhi kebutuhan jasa.
 
Pembiayaan konsumsi tersebut di atas lazim digunakan untuk pemenuhan
kebutuhansekunder. Sedangkan kebutuhan primer pada umumnya tidak dapat dipenuhi
dengan pembiayaankomersil. Seseorang yang belum mampu memenuhi kebutuhan
pokoknya tergolong fakir ataumiskin, dan oleh karena itu ia wajib diberikan zakat atau
shadaqah, atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan (al qardh al hasan), yaitu
pinjaman dengan kewajiban pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan apa
pun.
 

BAB 3

KESIMPULAN

Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan (penyimpanan dana dan/
atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya). Prinsip syariah yang dipakai sebagai
landasan operasional Bank Syariah diantaranya: Bebas daribunga (riba),bebas dari kegiatan
spekulatif non produktif (judi: maysir), bebas dari hal-hal meragukan (gharar), bebas dari hal-hal
rusak (batil).
DAFTAR PUSTAKA

Suherman. (2015). “Makalah Sistem Operasional & Pembiayaan Bank Syari’ah”


Tersedia : https://www.scribd.com/doc/265283537/Makalah-sistem-operasional-dan-
pembiayaan-Bank-Syariah

Anda mungkin juga menyukai