F1319061
BAB V
Bank Umum Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan
standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (accounting and Auditing Organization
For Islamic Financial Institution), sebagai berikut:
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang sesuai dengan syariah. Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem
perbankan syariah antara lain :
1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan
nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha
institusi yang meminjam dana.
3. Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya merupakan
media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.
4. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak
harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
5. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam.
Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.
Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-ciri
bank syariah adalah :
1. Beban yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk
jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan
untuk tawar-menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan
sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.
2. Penggunaan presentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihindari, karena presentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu
perjanjian telah berakhir.
3. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan
perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka, karena pada
hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah
Allah semata.
4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan
dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan
yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpan tidak
dijanjikan imbalan yang pasti.
5. Dewan pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari
sulut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-
dasar muamalah Islam.
6. Fungsi kelembangaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal
dengan pihak yang membutuhkan dana, artinya berkewajiban menjaga dan
bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila
dana diambil pemiliknya.
D. Pengembangan Bank Syariah
Program pengembangan perbankan syariah selalu mempertimbangkan kondisi-kondisi
serta lingkungan yang menyertainya. Oleh karena itu dalam pengembangan bank syariah
diterapkan sejumlah prinsip-prinsip pokok kebijakan pengembangan yang antara lain sebagai
berikut :
Sumber daya manusia, maraknya bank syariah di indonesia tidak diimbangi dengan
sumber daya manusia yang memadai. Terutama sumber daya manusia yang memiliki latar
belakang disiplin keilmuan bidang perbankan syariah. Sebagian besar sumber daya
manusia di perbankan syariah terutama bank konvensional yang membuka Islamic
Windows berlatar belakang disiplin ilmu ekonomi konvensional. Keadaan ini
mengakibatkan akselerasi hukum islam dalam praktek perbankan kurang cepat dapat
diakomodasikan dalam sistem perbankan, sehingga kemampuan pengembangan bank
menjadi lambat.
Belum terpenuhinya peraturan pemerintah dibidang perbankan syariah yang memadai.
Walaupun pasca krisis berlangsung pembahasan Undang-undang (UU) bank dan lembaga
keuangan syariah tren-nya meningkat dari BI dan pemerintah. Namun upaya untuk
merealisasikan UU mampu menginterprestasikan perkembangan bank syariah di masa
depan dimana perkembangan bank syariah membutuhkan proses perbaikan secara
bertahap.
Kurangnya akademisi perbankan syariah. Hal ini diakibatkan lingkungan akademisi lebih
memperkenalkan kajian-kajian perbankan yang berbasis pada instrument konvensional.
Kondisi ini lebih disebabkan lingkungan pendidikan kita lebih familiar dengan literatur-
literatur ekonomi konvensional dibanding literatur ekonomi Islam / syariah. Sehingga
kajian-kajian ilmiah mengenai keberadaan bank syariah dan instrumen-instrumen
keuangan syariah kurang mendapat perhatian. Hal ini yang mengakibatkan keberadaan
bank syariah kurang mendapat legimitasi secara ilmiah di masyarakat
Kurangnya sosialisasi kemasyarakat ke masyarakat tentang keberadaan bank syariah.
Sosialisasi tidak sekedar memperkenalkan keberadaan bank syariah disuatu tempat, tetapi
juga memperkenalkan mekanisme, produk bank syariah dan instrumen-instrumen
keuangan bank syariah kepada masyarakat.
D.