Anda di halaman 1dari 7

Vikha Suryo Kharismawan

F1319061

BAB V
Bank Umum Syariah

A. Pengertian Bank Syariah


Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti
prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah),
universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek
yang haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk
menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).

B. Sejarah Perbankan Syariah


Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, kegiatan muamalah seperti menerima
titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis,
serta melakukan pengiriman uang, yang dilakukan dengan akad-akad yang sesuai syariah
telah lazim dilakukan umat Islam sejak zaman Rasulullah Saw. Rasulullah Saw, yang
dikenal dengan julukan Al-amin, dipercaya oleh masyarakat Mekah menerima simpanan
harta, sehingga pada saat terakhir sebelum hijrah ke Madinah, ia meminta Ali bin abi
Thalib r.a untuk mengembalikan semua titipan itu kepada para pemiliknya. Seorang
sahabat Rasulullah SAW, Zubair bin al-Awwam r.a., memilih tidak menerima titipan harta.
Ia lebih suka menerimanya dalam bentuk pinjaman. Tindakan Zubair ini menimbulkan
implikasi yang berbeda, yakni yang pertama, dengan mengambil uang itu sebagai
pinjaman, Ia memiliki hak untuk memanfaatkannya; kedua, karena bentuknya pinjaman,
ia berkewajiban untuk mengembalikannya secara utuh. Dalam riwayat lain disebutkan,
Ibnu Abbas r.a. juga pernah melakukan pengiriman barang ke Kuffah dan Abdullah bin
Zubair r.a. melakukan pengiriman uang dari Mekkah ke adiknya Mis'ab bin Zubair r.a.
yang tinggal di Irak. Penggunaan cek juga telah dikenal luas sejalan dengan meningkatnya
perdagangan antara negeri Syam dengan Yaman, yang paling tidak berlangsung dua kali
dalam setahun. Bahkan, dalam masa pemerintahannya, Khalifah Umar bin Khattab r.a.
menggunakan cek untuk membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan
menggunakan cek ini, mereka mengambil gandum di Baitul mal yang ketika itu diimpor
dari Mesir. Di samping itu, pemberian modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil, seperti
mudharabah, muzara'ah, musaqah, telah dikenal sejak awal diantara kamu Muhajirin dan
kaum Anshar. Dengan demikian, jelas bahwa terdapat individu-individu yang telah
melakukan fungsi perbankan di zaman Rasulullah Saw., meskipun individu tersebut tidak
melakukan seluruh fungsi perbankan. Namun fungsi-fungsi utama perbankan modern,
yaitu menerima simpanan uang (deposit), menyaluran dana, dan melakukan transfer dana
telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam.

C. Fungsi, Peran, Tujuan, dan Ciri-Ciri Bank Syariah

Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan
standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (accounting and Auditing Organization
For Islamic Financial Institution), sebagai berikut:

1. Manajer investasi, bank syariah dapat meneglola investasi dana nasabah


2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana
nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan
kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagimana lazimnya.
4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah,
bank islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola
(menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial
lainnnya.

Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut :


1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam, khususnya
muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktek-praktek
riba atau jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam islam, juga telah menimbulkan
dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
2. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar
antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membutuhkan peluang
berusaha yang lebih besar tertama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan
usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program
utama dari negara-negara yang sedang berkembangan. Upaya bank syariah di dalam
mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat
kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan penguusaha
produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program
pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.
5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah akan
mampu manghindari pemanasan ekonomi diakibatkan adanya inflasi, menghindari
persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.
6. Untuk menyelematkan ketergantungan ummat Islam terhadap bank non-syariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang sesuai dengan syariah. Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem
perbankan syariah antara lain :

1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan
nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha
institusi yang meminjam dana.
3. Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya merupakan
media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.
4. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak
harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
5. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam.
Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-ciri
bank syariah adalah :

1. Beban yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk
jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan
untuk tawar-menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan
sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.
2. Penggunaan presentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihindari, karena presentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu
perjanjian telah berakhir.
3. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan
perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka, karena pada
hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah
Allah semata.
4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan
dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan
yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpan tidak
dijanjikan imbalan yang pasti.
5. Dewan pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari
sulut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-
dasar muamalah Islam.
6. Fungsi kelembangaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal
dengan pihak yang membutuhkan dana, artinya berkewajiban menjaga dan
bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila
dana diambil pemiliknya.
D. Pengembangan Bank Syariah
Program pengembangan perbankan syariah selalu mempertimbangkan kondisi-kondisi
serta lingkungan yang menyertainya. Oleh karena itu dalam pengembangan bank syariah
diterapkan sejumlah prinsip-prinsip pokok kebijakan pengembangan yang antara lain sebagai
berikut :

1. Pengembangan jaringan kantor perbankan syariah diserahkan sepenhnya pada mekanise


pasar (market driven) yaitu interaksi antara masyarakat yang membutuhkan jasa perbankan
syariah dengan investor atau lembaga perbankan yang menyediakan pelayanan jasa
perbankan syariah. Dalam hal ini peran otoritas perbankan (BI) lebih di tekankan pada
penciptaan perangkat ketentuan perbankan yang dapat mendukung terlaksananya kegiatan
usaha bank syariah yang sehat, efesien dan sejalan dengan prinsip syariah.
2. Pengaturan dan pengembangan perbankan syariah dilaksanakan dengan tidak menerapkan
infant industry agrument yaitu memberikan perlakuan-perlakuan khusus. Perlakuan yang
sama (equal tretment) antara bank syariah dan bank konvensional. Perbedaan pengaturan
dan ketentuan yang diharapkan pada perbankan syariah dilaksanakan dalam rangka
memenuhi prinsip syariah dan/atau karena perbedaan nature bisnisnya.
3. Pengembangan perbankan syariah baik dari sisi kelembagaan maupun pengaturan
dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan (gradual and sustainnable apporoachi).
Berkaitan dengan hal ini, kita tidak dapat mengharap satu kesempurnaan baik dari aspek
operassional maupun dari aspek syariah dari suatu sistem perbankan syariah yang
berkembang. Penyempurnaan ketentuan dan infrastruktur pendukung perbankan syariah
dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan urgensi dan prioritas dari sejumlah
tugas yang harus dilaksanakan.
4. Peraturan dan pengembangan perbankan syariah menerapkan prinsip universalitas sesuai
dengan nilai dasar Islam yang rahmat bagi sekalian alam. Sejalan dengan hal itu
pengembangan perbankan syariah diarahkan bahwa jasa bank syariah dapat digunakan dan
dikembangkan oleh semua lapisan masyarakat tidak hanya masyarakat muslim. Namun
penyediaan dan pengguna jasa perbankan syariah tersebut harus taat terhadap prinsip-
prinsip syariah dalam pelaksanaan kegiatan dan akad perbaikan.
5. Mengingat bahwa perbankan syraiah adalah sistem perbankan yang mengedepankan
moralitas dan etika, maka nilai-nilai yang menjadi dasar dalam pengeaturan dan
pengembangan serta nilai-nilai yang harus diterapkan dalam operasi perbankan siddiqi,
istiqomqh, tabliq, amanah, fathtonah. Selain itu adalah penerapan nilai-nilai kerja sama
(ta’awun), pengelolaan yang profesional (ri’ayah) dan tanggung jawab (masuliyah) dan
upaya bersama-sama dan terus menerus untuk melakukan perbaikan (fastabiqhul khairat).

E. Kendala Pengembangan Bank Syariah


Dalam perkembangannya bank syariah menghadapi berbagai kendala, kendala tersebut
diantaranya sebagai berikut :

 Sumber daya manusia, maraknya bank syariah di indonesia tidak diimbangi dengan
sumber daya manusia yang memadai. Terutama sumber daya manusia yang memiliki latar
belakang disiplin keilmuan bidang perbankan syariah. Sebagian besar sumber daya
manusia di perbankan syariah terutama bank konvensional yang membuka Islamic
Windows berlatar belakang disiplin ilmu ekonomi konvensional. Keadaan ini
mengakibatkan akselerasi hukum islam dalam praktek perbankan kurang cepat dapat
diakomodasikan dalam sistem perbankan, sehingga kemampuan pengembangan bank
menjadi lambat.
 Belum terpenuhinya peraturan pemerintah dibidang perbankan syariah yang memadai.
Walaupun pasca krisis berlangsung pembahasan Undang-undang (UU) bank dan lembaga
keuangan syariah tren-nya meningkat dari BI dan pemerintah. Namun upaya untuk
merealisasikan UU mampu menginterprestasikan perkembangan bank syariah di masa
depan dimana perkembangan bank syariah membutuhkan proses perbaikan secara
bertahap.
 Kurangnya akademisi perbankan syariah. Hal ini diakibatkan lingkungan akademisi lebih
memperkenalkan kajian-kajian perbankan yang berbasis pada instrument konvensional.
Kondisi ini lebih disebabkan lingkungan pendidikan kita lebih familiar dengan literatur-
literatur ekonomi konvensional dibanding literatur ekonomi Islam / syariah. Sehingga
kajian-kajian ilmiah mengenai keberadaan bank syariah dan instrumen-instrumen
keuangan syariah kurang mendapat perhatian. Hal ini yang mengakibatkan keberadaan
bank syariah kurang mendapat legimitasi secara ilmiah di masyarakat
 Kurangnya sosialisasi kemasyarakat ke masyarakat tentang keberadaan bank syariah.
Sosialisasi tidak sekedar memperkenalkan keberadaan bank syariah disuatu tempat, tetapi
juga memperkenalkan mekanisme, produk bank syariah dan instrumen-instrumen
keuangan bank syariah kepada masyarakat.

D.

Anda mungkin juga menyukai