Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


SEKILAS BANK SYARIAH

Dosen Pengampu :
(Nyimas Wardatul Afiqoh, S.E., M.S.A)

Disusun oleh :
Yuni Atikah Sari 190302014
Alviona Rizka Amalia 190302021

KELAS AKUNTANSI A SORE SEMESTER V


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmannirahim
Segala puja puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah
memberikan limpahan karunia-Nya kepada kita semua sehingga pada hari ini kita
masih dapat membaca makalah ini, dan telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan tepat pada waktunya.
Selama menulis makalah ini pasti ada hambatan dan kesalahan dikarenakan
sedikitnya pengetahuan penulis terhadap materi yang diangkat, karena campur tangan
dari beberapa pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, maka dari itu
dengan kerendahan hati penulis ucapakan banyak terima kasih kepada seluruh
pembimbing yang telah membimbing selama proses penyusunan, dan akhirnya
tersusunlah makalah yang diberi judul “SEKILAS BANK SYARIAH”.
Penulis hanyalah manusia biasa yang pastinya memiliki segala kekurangan
karena kesempurnaan hanya milik Allah swt, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan, semoga
makalah ini berguna bagi pembaca dan berguna bagi generasi yang akan datang.
Terima kasih.

Gresik, 25 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bank Syariah ........................................................................................ 2
2.2 Prinsip Bank Syariah .............................................................................................. 2
2.3 Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah ................................................................... 3
2.4 Jenis Bank Syariah ................................................................................................. 4
2.5 Produk Perbankan Syariah ..................................................................................... 5
2.6 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah ................................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bank adalah lembaga keuangan yang akrab dengan keseharian masyarakat. Pada
sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem operasional perbankan, yakni bank
konvensional dan bank syariah.
Dalam hukum Islam, bunga adalah riba dan diharamkan. Oleh karenanya dalam bank
syariah penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun yang disimpan akan
ditetapkan berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum islam.
Sebenarnya apa itu bank syariah? Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
pengertian bank syariah hingga perbedaannya dengan bank konvensional yang ada di Indonesia

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian bank syariah?
2. Apa saja prinsip dari bank syariah ?
3. Apa tujuan dan fungsi perbankan syariah?
4. Apa saja jenis bank syariah?
5. Apa saja produk dalam perbankan syariah?
6. Apa perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank Syariah


Bank syariah adalah bank yang aktivitas atau kegiatan keuangannya mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalah secara Islam. Bank syariah berdiri atas prakarsa oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) sekitar tahun 18-20 Agustus 1990.
Menurut UU No 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum Islam yang diatur
dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia. Prinsip tersebut, seperti prinsip keadilan dan
keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah),
serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.
Bank syariah ada bukan untuk memaksimalkan keuntungannya, melainkan
untuk memberikan keuntungan sosial ekonomi bagi orang-orang muslim.

2.2 Prinsip Bank Syariah


Prinsip utama bank syariah adalah hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran
dan Alhadis. Kegiatan bank syariah harus memperhatikan perintah dan larangan dalam
Al-Quran dan sunnah Rasul Muhammad SAW. Beberapa prinsip atau hukum yang
dianut oleh bank syariah, yaitu:
 Pemberi dana wajib untuk berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat
hasil usaha institusi yang meminjamkan dana.
 Islam melarang konsep ”menghasilkan uang dari uang”. Uang hanyalah media
pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai instrinsik.
 Unsur gharar (ketidakpastian) tidak diperbolehkan. Kedua belah pihak harus
mengetahui secara pasti hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.

2
 Investasi hanya boleh diberikan kepada usaha-usaha yang tidak diharamkan
oleh Islam. Usaha minuman keras contohnya, tidak boleh didanai oleh
perbankan syariah.
 Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman
dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperkenankan.
Prinsip syariah lebih terang dijelaskan pada pasal 1 butir 13 UU menyebutkan:
“Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah antara lain pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyertaan
modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihal bank oleh pihal lain (ijarah wa iqtina).”

2.3 Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah


Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan
rakyat. Sementara itu, ada empat fungsi perbankan syariah, yakni:
 Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
 Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah,
atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola
zakat.
 Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf
uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif).
 Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3
2.4 Jenis Bank Syariah
Bank Syariah terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha Bank Umum Syariah
meliputi:
 Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
 Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
 Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
 Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad
istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
 Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
 Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
 Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah


Bank Pembiayaan Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah meliputi:

4
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
 Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad wadi'ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah; dan
 Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
 Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah;
 Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna';
 Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;
 Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik dan pengambilalihan utang berdasarkan Akad
hawalah;
 Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan Akad wadi'ah atau Investasi berdasarkan Akad mudharabah
dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
 Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS;
dan
 Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya
yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank
Indonesia (Sekarang OJK).

2.5 Produk Perbankan Syariah


Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara lain:
 Titipan atau simpanan

5
1. Al-Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana di mana penitip
dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah
bank tidak berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus
kepada nasabah. Bank Muamalat Indonesia- Shahibul Maal.
2. Deposito Mudharabah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun
waktu yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah
yang dilakukan bank akan dibagikan antarabank dan nasabah dengan
nisbah bagi hasil tertentu.

 Bagi hasil
1. Al-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model
partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam
rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio
ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan
mudharabah ialah dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan
manajemennya sedangkan mudharabah tidak ada campur tangan.
2. Al-Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan
pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio
tertentu yang disepakati diawal. Risiko kerugian ditanggung penuh oleh
pihak bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan,
kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan,
kecurangan, dan penyalahgunaan.
3. Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang
bergerak dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil
panen.
4. Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana
nasabah hanya bertanggung jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan
sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

6
 Jual beli
1. Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank
akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian
menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai
margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat
mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan
besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh:
harga rumah 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang
dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang
disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.
2. Bai' As-Salam, Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di
kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang yang
dibeli harus diukur dan ditimbang secara jelas dan spesifik, dan penetapan
harga beli berdasarkan keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak.
Contoh: Pembiayaan bagi petani dalam jangka waktu yang pendek (2-6
bulan). Karena barang yang dibeli (misalnya padi, jagung, cabai) tidak
dimaksudkan sebagai inventori, maka bank melakukan akad bai' as-salam
kepada pembeli kedua (misalnya Bulog, pedagang pasar induk, grosir).
Contoh lain misalnya pada produk garmen, yaitu antara penjual, bank, dan
rekanan yang direkomendasikan penjual.
3. Bai' Al-Istishna', merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang
bisa dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di
kemudian hari. Bank mengikat masing-masing kepada pembeli dan penjual
secara terpisah, tidak seperti As-Salam di mana semua pihak diikat secara
bersama sejak semula. Dengan demikian, bank sebagai pihak yang
mengadakan barang bertanggung-jawab kepada nasabah atas kesalahan
pelaksanaan pekerjaan dan jaminan yang timbul dari transaksi tersebut.
4. Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalu
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri.

7
5. Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik sama dengan ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa,
namun dimasa akhir sewa terjadi pemindahan kepemilikan atas barang
sewa.

 Jasa
1. Al-Wakalah adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang
merupakan akad (perwakilan) yang sesuai dengan prinsip prinsip yang
diterapkan dalam syariat Islam.
2. Al-Kafalah adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung, atau dengan kata lain mengalihkan tanggung jawab seorang
yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai
jaminan.
3. Al-Hawalah adalah akad perpindahan di mana dalam praktiknya
memindahkan hutang dari tanggungan orang yang berhutang menjadi
tanggungan orang yang berkewajiban membayar hutang (contoh: lembaga
pengambilalihan hutang).
4. Ar-Rahn, adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang
merupakan akad gadai yang sesuai dengan syariah.
5. Al-Qardh adalah salah satu akad yang terdapat pada sistem perbankan
syariah yang tidak lain adalah memberikan pinjaman, baik berupa uang
ataupun lainnya tanpa mengharapkan imbalan atau bunga (riba), atau secara
tidak langsung berniat untuk tolong menolong, bukan komersial.

 Sistem pinjaman di Bank Syariah yang tidak menggunakan bunga membuat


bank memiliki berbagai produk pinjaman yang berbeda dengan bank
konvensional, salah satunya adalah Murabahah. Murabahah adalah proses
peminjaman dana berupa jual beli barang dengan keuntungan pihak bank
berupa margin dari barang yang telah dibeli untuk dijual kepada peminjam yang

8
dibutuhkannya. Proses ini dilakukan secara transparan atau dengan kata lain
pihak peminjam mengetahui berapa margin yang dikenakan pihak bank Syariah
kepada mereka. Adapun, berdasarkan pada jenis barang pengganti, jenis jual
beli barang yang terjadi meliputi:
1. Al muqayadhah: bentuk awal dari transaksi, dimana barang ditukar dengan
barang (barter).
2. Al mutlaq: bentuk jual beli biasa, dimana barang di tukar dengan uang.
3. Ash sharf: jual beli suatu mata uang dengan mata uang lainya.

2.6 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah


Pada sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem operasional
perbankan, yakni bank konvensional dan bank syariah. Secara garis besar, perbedaan
bank konvensional dan bank syariah adalah sebagai berikut:
1. Bank konvensional menggunakan prinsip bebas nilai, sementara bank syariah
berinvestasi pada usaha yang halal.
2. Bank konvensional menggunakan sistem bunga, bank syariah berdasarkan asas
bagi hasil, margin keuntungan, dan fee.
3. Besaran bunga di bank konvensional tetap, sementara bagi hasil di bank syariah
berubah-ubah tergantung kinerja usaha.
4. Bank konvensional berorientasi laba, sementara bank syariah berorientasi profit
dan falat (kebahagiaan dunia dan akhirat.
5. Pola hubungan bank konvensional debitur dan kreditur, sementara bank syariah
pola hubungan yang digunakan kemitraan (musyarakah dan mudharabah),
penjual – pembeli (murabahah, salam dan istishna), sewa menyewa (ijarah),
debitur – kreditur; dalam pengertian equity holder (qard).
6. Di dalam bank konvensional tidak ada lembaga sejenis dengan Dewan
Pengawas Syariah (DPS), sementara ada DPS pada bank syariah.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau prinsip hukum Islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama
Indonesia. Prinsip utama bank syariah adalah hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran
dan Alhadis. Dan masih ada beberapa prinsip dan hukum lain yang dianut oleh bank syariah.
Tujuan dari bank syariah adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Ada dua jenis bank syariah yaitu bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.
Dalam bank syariah terdapat beberapa produk yang disediakan untuk nasabah bank syariah
yang tentunya sesuai dengan syariat agama Islam.

10

Anda mungkin juga menyukai