Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DALAM MATA UANG ASING – PERLAKUAN SELISIH KURS DARI
TRANSLASI DAN PENGUKURAN KEMBALI.

Dosen Pengampu :
(Dedy Khushariady, S.E, M.Ak.)

Disusun Oleh :

1. Ivva Ayunda Rukmana (190302008)


2. Alviona Rizka Amalia (190302021)
3. Alfiqhul Ersa Ramadini (190302053)

Akuntansi A-Sore/V

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................2


A. TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING .......................................................................3
B. PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI ....................................................................................3
C. PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL ......................................................................................3
D. TRANSLASI VERSUS PENGUKURAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN ASING ................................5
E. TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG FUNGSIONAL MENJADI MATA UANG
PELAPORAN PERUSAHAAN INDONESIA ................................................................................................7
F. ILUSTRASI KASUS .........................................................................................................................11
G. MULTIPLE CHOICE ........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................15

2
A. TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING
Pada saat menyusun laporan keuangan, akuntan harus mempertimbangkan perbedaan
dalam prinsip-prinsip akuntansi dan perbedaan dalam mata uang yang digunakan untuk
mengukur operasi entitas luar negeri. Sebagai contoh, anak perusahaan Indonesia di Inggris
memberikan laporan keuangan ke induk perusahaan yang dinyatakan dalam poundsterling,
menggunakan sistem akuntansi Inggris yang berbeda dengan metode akuntansi dan
pengukuran di Indonesia. Induk perusahaan di Indonesia secara umum harus melakukan
langkah-langkah berikut dalam proses translasi dan konsolidasi anak perusahaan di Inggris
tersebut :
1. Menerima laporan keuangan anak perusahaan Inggris yang dilaporkan dalam
poundsterling
2. Menyajikan kembali laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia
3. Mentranslasikan laporan keuangan yang diukur dalam poundsterling menjadi nilai
setara dalam rupiah.Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-masing harus
ditranslasikan menjadi nilai setara rupiah. Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-
masing harus ditranslasikan menjadi nilai rupiah sebagai berikut :
Akun yang diukur dalam unit mata uang asing × Nilai tukar yang sesuai = Akun yang
diukur dalam nilai setara rupiah
4. Mengonsolidasi akun-akun anak perusahaan yang telah ditranslasikan , yang sudah
diukur dalam rupiah dengan akun-akun induk perusahaan.

B. PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI


Perbedaan dalam prinsip akuntansi karena antara lain :
1. Kondisi Perekonomian suatu negara
2. Masalah Hukum
3. Pendidikan dan Sistem Politik
4. Perkembangan Teknologi
5. Budaya dan Trandisi
6. Faktor Ekonomi lainnya

Standar pelaporan keuangan yang utama saat ini yang sedang dalam penyusunan oleh
International Accounting Standards Board (IASB). IASB adalah sebuah badan ang
memperoleh mandat untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan internasional
dan mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang berlaku secara internasional
tersebut.

C. PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL


Ada dua isu utama yang ditujukan pada laporan keuangan yang ditranslasikan dari mata
uang asing pada rupiah Indonesia, yaitu :
1. Nilai tukar manakah yang harus digunakan untuk mentranslasi nilai mata uang asing
menjadi mata uang domistik ?
2. Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian tersebut ? .Haruskah
hal itu dimasukkan dalam laba rugi ?
Ada tiga kemungkinan nilai tukar yang digunakan dalam mengkonversi nilai mata uang
asing menjadi rupiah :

3
1. Nilai Tukar Sekarang merupakan nilai tukar pada akhir hari tanggal neraca
2. Nilai Tukar Historis merupakan nilai tukar yang ada pada saat transaksi awal terjadi seperti
nilai tukar pada saat aset diterima atau kewajiban diakui.
3. Nilai Tukar Rata-rata merupakan nilai tukar rata-rata selama suatu periode.
PSAK No.11 tentang Translasi Mata uang asing. (PSAK11) memberikan panduan khusus
untuk mentranslasikan laporan keuangan dari mata uang asing menjadi mata uang rupiah.
Tujuan dari PSAK1 adalah menyajikan hasil yang secara langsung memperlihatkan pengaruh
perubahan ekonomi dari pergerakan nilai tukar. PSAK11 juga menjelaskan tentang
pencapaian keuangan dan hubungannya dalam laporan keuangan dengan mata uang asing
melalui translasi.
Perusahaan Indonesia dapat saja memiliki afiliasi asing di beberapa negara
berbeda.Setiap afiliasi tersebut harus dianalisis untuk menentukan mata uang fungsional
masing-masing.

Indikator-indikator mata uang fungsional :

Mata uang sebagai mata uang fungsional jika memenuhi indikator di bawah
Indikator
ini

Arus kas Arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didomonasi
oleh mata uang tersebut.

Harga
Harga jual dalam jangka pendek sangat terpengaru dengan perubahan nilai
jual
mata uang tersebut atau produksi perusahaan sebagian besar di ekspor.

Beban
Beban dipengaruhi oleh perubahan nilai mata uang.

Akan tetapi, beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional yang berbeda
dengan mata uang lokalnya. Sebagai contoh, sebuah anak perusahaan dari Induk perusahaan
di Indonesia yang berlokasi di Venezuela dapat melakukan hampir semua bisnisnya di Brazil
atau sebuah cabang atau anak perusahaan dari Induk PerusahaanIndonesia yang beroperasi
di Inggeris dapat menggunakan dolar sebagai mata uang utamanya walaupun ia
menggunakan poundsterling untuk pencatatan akuntansinya. Faktor-faktor yang berikut
mengindikasikan apakah mata uang rupiah sebagai mata uang fungsional dari anak
perusahaan Inggris sebagian besar transaksi kas dalam rupiah, pasar penjualan utama di
Indonesia, komponen produksi umumnya diperoleh dari Indonesia dan Induk perusahaan di
Indonesia yang paling bertanggung jawab dalam pendanaan anak perusahaan di Inggris
tersebut.

Penentuan Mata uang Fungsional di Lingkungan dengan Tingkat Inflasi Tinggi

Inflasi yang sangat tinggi didefenisikan sebagai inflasi melebihi 100% selama periode tiga
tahun, contoh Argentina dan Peru. PSAK memutuskan bahwa volatilitas dalam mata uang

4
asing dengan hiperinflasi mendistorsi laporan keuangan jika mata uang lokal dipergunakan
sebagai mata uang fungsional entitas asing. Untuk kondisi seperti ini maka mata uang
pelaporan dari Induk Indonesia- rupiah- harus digunakan sebagai mata uang fungsional
entitas asing. Pengecualian ini mencegah nilai aset dan perubahan laporan laba rugi yang
tidak realistis jika keadaan hiperinflasi tersebut diabaikan dan prosedur translasi yang normal
digunakan.

Nilai translasi setelah hiperinflasi tidak mencerminkan nilai pasar atau biayaa perolehan
historis dari gedung tersebut. Oleh karena itu PSAK mengharuskan penggunaan rupiah
sebagai mata uang fungsional dalam kasus hiperinflasi untuk memberikan stabilitas dalam
laporan keuangan.

Setelah penentuan mata uang asing dari afiliasi asing, mata uang tersebut harus
digunakan secara konsisten.Seandainya ada perubahan dalam konsisi perekonomian
mengharuskan perubahan dalam penentuan mata uang fungsional afiliasi asing maka
perubahan akuntansi tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan dalam estimasi hanya
perlakuan saat itu dan prospektif saja, tidak diperlakukan penyajian kembali laporan dari
periode-periode sebelumnya.

D. TRANSLASI VERSUS PENGUKURAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN ASING


Untuk menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing ke dalam rupiah, terdapat dua
metode yang berbeda :
1. translasi laporan keuangan entitas asing ke rupiah, dan
2. pengukuran kembali laporaan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional entitas
tersebut , selanjutnya ditranslasi jika bukan dalam rupiah.
Translasi adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata uang lokal
adalah mata uang fungsional entitas asing ,contoh, anak perusahaan Indonesia di Prancis
menggunakan uero untuk catatan dan mata uang fungsionalnya. Laporan keuangan anak
perusahaan harus ditranslasi dari uero ke rupiah dan selieih dimasukkan dalam komponen
Laba Komprehensif.Metode translasi sering disebut metode nilai tukar sekarang (current
rate methods).
Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing dari
mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas asing.Pengukuran
kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata uang yang
digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing. Contoh, Perusahaan Indonesia
mempunyai cabang penjualan di Singapura yang relatif independen dapat menggunakan
mata uang rupiah sebagai mata uang fungsionalnya tetapi memilih menggunakan dolar
Singapura sebagai mata uang pencatatan dan pelaporan. Jika menggunakan mata uang
rupiah, tentu langsung siap digabung dengan laporan induknya di Indonesia.
Metode yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari mata uang
lokal kepada mata uang fungsional disebut metode temporal (temporal methods). Aset dan
kewajiban moneter menunjukkan adanya hak untuk menerima atau memenuhi pembayaran
dalam sejumlah tertentu mata uang asing dimasa yang akan datang. Berdasarkan metode
temporal, nilai tukar sekarang untuk mentranslasikan jumlah uang dalam mata uang
fungsionalnya pos nonmoneter seperti aset tetap, investasi jangka panjang dan persediaan ,
biasanya ditranslasi dengan menggunakan nilai tukar historis yaitu nilai tukar dimana aset

5
tersebut dibeli atau saat kewajibannya diakui. Pendapatan dan beban dalam laporan laba
rugi ditranslasikan dengan menggunakan nilai rata-rata sepenjang periode pelaporan. Setiap
selisih yang timbul akibat ketidakseimbangan pada metode temporal akan disajikan sebagai
bagian dari laporan laba rugi.
Penerapan metode temporal mengonversikan sebuah mata uang asing menjadi mata
uang fungsionalnya namun jika mata uang rupiah menjadi mata ang fungsional tidak
diperlukan lagi penyesuaian.
Tabel berikut menyajikan metode yang dapat digunakan oleh perusahaan Indonesia
untuk menyatakan kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi rupiah.

Mata Uang Pembukuan dan


Pencatatan Afiliasi Luar
Negeri. Mata Uang Fungsional Metode Pernyataan Kembali

Mata uang lokal ( yaitu mata Mata uang lokal Translasi ke rupiah
uang negara tempat afiliasi menggunakan nilai tukar
berlokasi ) sekarang

Mata uang lokal Rupiah Indonesia ( seperti Diukur kembali dari mata uang
yang diharuskan dalam lokal ke rupiah
perekonomian hiperinflasi

Mata uang lokal Mata uang negara ketiga ( Pertama, diukur kembali dari
bukan mata uang lokal mata uang lokal ke mata uang
atau rupiah ) fungsional, kemudian
ditranslasikan dari mata uang
fungsional ke rupiah

Rupiah Indonesia Rupiah Indonesia Tidak diperlukan pernyataan


kembali, sudah dinyatakan
dalam rupiah.

Afiliasi asing dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah
afiliasi yang menghasilkan dan membelanjakan dalam unit mata ang lokal. mata uang lokal
merpakan mata uang fungsional dari entitas tersebut. Afiliasi asing inidapat mereinvestasi
mata uang yang mereka hasilkan atau mendistribusiakan dana ke kantor pusat ata ke induk
perusahaan dalam bentuk dividen. Perubahan nilai tkar tidak secara langsung memengaruhi
arus kas induk perusahaan Indonesia. Perubahan nilai tukar memengaruhi aset neto (aset
dikuurangi kewajiban ) afiliasi asing dan karena itu , memengaruhi investasi neto induk
perusahaan dientitas tersebut.

Kelompok ke dua afiliasi asing terdiri dari entitas yang merupakan perpanjangan dari
perusahaan Indonesia. Afiliasi ini beroperasi di negara asing tetspi secara langsung
dipengaruhi oleh perubahan dalam nilai tukar, karena mereka tergantung pada
perekonomian Indonesia untuk pasar penjualan, komponen produksi atau pendanaan. Untuk

6
kelompok ini rupiah adalah mata uang fungsional. Diasumsiakan bahwa pangaruh dari nilai
tukar terhadap aset neto afiliasi asing memengaruhi langsung arus kas induk perusahaan
Indonesia, sehingga selisih nilai tukar dilaporkan dalam laba untuk perusahaan Indonesia.

E. TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG FUNGSIONAL MENJADI MATA UANG


PELAPORAN PERUSAHAAN INDONESIA
Translasi laporan keuangan entitas asing dari mata uang fungsional ke mata uang
pelaporan perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut :

Akun laporan laba rugi :

Pendapatan dan beban Umumnya, nilai tukar rata-rata tertimbang untuk


periode laporan.

Akun neraca:

Aset dan kewajiban Nilai tukar sekarang pada tanggal neraca

Ekuitas pemegang saham Nilai tukar historis

Penyajian Laporan Keuangan dari Selisih Translasi


Selisih translasi dari proses translasi adalah bagian dari pendapatan komprehnsif untuk
periode tersebut. Pendapatan komprehensif termasuk semua perubahan dalam ekuitas
selama tahun berjalan kecuali perubahan yang timbul dari investasi pemilik dan bagian ke
pemilik. Pendapatan komprehensif termasuk laba neto dan "pendapatan komprehensif
lainnya" yang merupakan bagian dari perubahan aset neto perusahaan dari sumber selain
pemilik ( yaitu bukan investasi modal tambahan dan dividen) selama periode berjalan. PSAK
mengharuskan laporan pendapatan komprehensif sebagai bagian dari laporan keuangan
utama entitas. Pos utama yang menjadi bagian dari pendapatan komprehensif lainnya adalah
perubahan selisih translasi selama periode berjalan , keuntungan atau kerugian belum
direalisasi dari efek tersedia untuk dijual, penilaian kembali lindung nilai arus kas, dan
penyesuaian dalam kewajiban pensiun minimum.
Akun akumulasi Pendapan Komprehensif lainnya – Selisih Translasi mempunyai saldo
kredit karena kurs tunai pada akhir periode pertama kepemilikan lebih tinggi dari kurs pada
awal periode atau kurs rata-rata periode tersebut.
Ayat Jurnal pada Pembukuan Induk Perusahaan. Ayat jurnal perusahaan induk
perusahaan dibuat untuk mengakui nilai setara rupiah dari bagian induk perusahaan atas
laba anak perusahaan, amortisasi selisih biaya perolehan dengan nilai buku, selisih translasi
kumulatif dari diferensial dan dividen yang dierima drai anak perusahaan luar negeri. Selain
itu, induk perusahaan harus mengakui bagiannya atas selisih translasi yang timbul dari
translasi laporan keuangan anak perusahaan. Beban periodik dalam selisih translasi induk
perusahaan dari investasi luar negeri dilaporkan sebagai komponen pendapatan
komprehensif lainnya induk perusahaan.
PSAK 11 mengharuskan alokasi dan amortisasi dari diferensial antara investasi dan nilai
bukunya dilakukan dalam konteks mata uang fungsional anak perusahaan dan jumlah

7
tersebut kemudian ditranslasi menggunakan kurs yang sesuai dalam kertas kerja pada
tanggal neraca.
Amortisasi periodik mempengaruhi laporan laba rugi dan karenanya diukur
menggunakan kurs rata-rata yang digunakan untuk mentranslasi akun laporan laba rugi. Di
lain pihak, sisa saldo diferensial yang belum diamortisasi dilaporkan dalam neraca dan
ditranslasi menggunakan kurs sekarang yang digunakan untuk akun neraca. Pengaruh dari
perbedaan kurs tersebut disajikan dalam selisih translasi induk perusahaan sebagai revisi dari
bagian investasi awal induk perusahaan di anak perusahaan.
Kertas kerja konsolidasi setelah akuisisi. Kertas kerja konsolidasi disusun setelah proses
translasi selesai. Proses konsolidasi sama dengan anak perusahaan domestik, kecuali untuk
dua perbedaan utama : (a) induk perusahaan akan mencatat bagian selisih translasi yang
timbul dari translasi akun anak perusahaan luar negeri. Maka kepemilikan minoritas akan
mendapat alokasi sebesar bagian persentasenya atas selisih translasi. (b) amortisasi paten
untuk periode berjalan ditranslasikan menggunakan menggunakan kurs laba rugi, sedangkan
saldo akhir paten ditranslasikan menggunakan kurs neraca.

Kepemilikan Minoritas pada Anak Perusahaan Luar Negeri

Sebagian besar perusahaan Indonesia lebihsukauntukmemiliki 100% anak perusahaan


luar negerinya. Dengan demikian akan memungkinkan manajemen yang lebih efisien atas
anak perusahaan dan tidak ada keharusan untuk menyusun laporan keuangan anak
perusahaan untuk kepemilikan minoritas. Akan tetapi jika anak perusahaan luar negeri tidak
memliki sepenuhnya, maka kepemilikan minoritas harus dihitung dan diperlakukan. Satu-
satunya perbedaan alokasi selisih translasi yang timbul dari translasi akun neraca percobaan
anak perusahaan luar negeri.

Pengukuran kembali pembukuan ke dalam mata uang Fungsional

Metode kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri ke rupiah
adalah pengukuran kembali.Walaupun pengukuran kembali tidak umum sebagaimana
translasi, terdapat beberap asituasi di mana mata uang fungsional dari afiliasi asing bukan
mata uang lokal. Pengukuran kembali sama seperti translasi dimana tujuannya adalah untuk
mendapatkan nilai setara rupiah dari akun-akun afiliasi asing sehingga dapat digabungkan
atau dikondisikan dengan laporan keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi, kurs yang
digunakan untuk pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang digunakan dalam translasi
yang menghasilkan nilai rupiah yang berbeda untuk akun-akun afiliasi asing.

Dalam sebagian besar kasus afiliasi asing dapat dianggap alat produksi atau penjual
langsung dari perusahaan Indonesia, tetapi menggunakan mata uang lokal untuk mencatat
dan melaporkan hasil operasinya. Selain itu, entitas luar negeri yang berlokasi di Negara
dengan tingkat inflasi yang sangattinggi, yang didefinisikan sebagai negara dengan tingkat
inflasi kumulatif lebih dari 100%, harus menggunakan rupiah dengan mata uang fungsional.
Dan laporan keuangannya diukur kembali menjadi rupiah.

Proses pengukuran kembali harus memberikan hasil akhir yang sama seakan-akan
transaksi entitas luar negeri sejak awal telah dicatat dalam rupiah. Oleh karena itu, beberapa
transaksi dan saldo akun disajikan kembali menjadi nilai setara rupiah menggunakan kurs

8
historis, yaitu kurs tunai pada saat transaksi awal terjadi. Proses pengukuran kembali
membagi neraca menjadi akun moneter dan non moneter. Asset dan kewajiban moneter
seperti kas, piutang jangka pendek dan jangka panjang, dan utang jangka pendek dan jangka
panjang mempunyai jumlah yang tetap dalam unit mata uang adalah akun-akun seperti
persediaan dan asset tetap yang nilainya tidak tetap dalam unit moneter.

Oleh karena digunakan berbagai kurs untuk mengukur kembali neraca percobaan
matauang asing, maka debit dan kredit dalam neraca percobaan setara rupiah tidak akan
sama. Dalam kasus ini, pos penyeimbang adalah keuntungan atau kerugian pengukuran
kembali, yang dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan.

Penyajian Laporan Keuangan dari Keuntungan atau Kerugian Pengukuran Kembali.

Setiap keuntungan atau kerugian yang timbul dalam proses pengukuran kembali
dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan, umumnya dalam ”Pendapatan lain –
lain”. Digunakan beberapa nama akun, seperti Keunutngan (Kerugian) Mata Uang Asing,
Keuntungan (Kerugian) Mata Uang, Keuntungan (Kerugian) Nilai Tukar, atau Keuntungan
(Kerugian) Pengukuran Kembali. Pos “Keuntungan (Kerugian) Pengukuran Kembali”
digunakan di sini karena nama ini yang paling menggambarkan sumber pos tersebut.
Keuntungan atau kerugian pengukuran kembali dimasukkan dalam laporan laba rugi periode
berjalan karena jika transaksi sejak awal dicatat dalam rupiah, maka keuntungan atau
kerugian nilai tukar akan diakui dalam periode berjalan sebagai bagian dari penyesuaian yang
diharuskan untuk penilaian transaksi luar negeri yang didenominasi dalam mata uang asing.
Setelah menyelesaikan proses pengukuran kembali, laporan keuangan entitas luar negeri
akan disajikan seakan – akan rupiah telah digunakan untuk mencatat transaksi dalam mata
uang lokal pada saat terjadinya.

Ilustrasi Pengukuran Kembali Anak Perusahaan Luar Negeri

Untuk menyajikan pengukuran kembali laporan keuangan, akan digunakan lagi contoh
German Company. Satu – satunya perbedaan dengan contoh transaksi sebelumnya dan
contoh sekarang adalah mata uang fungsional anak perusahaan luar negeri sekarang
diasumsikan sebagai rupih bukan euro Eropa. German Company dalam pembukuan dan
pencatatannya menggunakan euro untuk menghasilkan laporan yang diharuskan pemerintah
Jerman. Oleh karena rupiah adalah mata uang fungsioanl, maka laporan keuangan German
Company akan diukur kembali dalam rupiah. Setelah laporan keuangan afiliasi luar negeri
diukur kembali, maka proses konsolidasi akan sama dengan anak perusahaan domestik.

Akun – Akun Yang Diukur Kembali Menggunakan Kurs Historis

Efek Berharga

a. Efek ekuitas

b. Efek Utang yang tidak niatkan untuk dipegang sampai jatuh tempo

c. Persediaan

9
d. Biaya Dibayar di Muka seperti asuransi, iklan, dan sewa

e. Aset Tetap

f. Akumulasi depresiasi atau Aset Tetap

g. Paten, merek dagang, lisensi, dan formula

h. Goodwill

i. Aset Tak Berwujud Lainnya

j. Beban dan kredit ditangguhkan, kecuali pajak ditangguhkan dan biaya perolehan
polis untuk perusahaan asuransi jiwa

k. Pendapatan ditangguhkan

l. Saham Biasa

m. Saham Preferen yang dicatat pada harga dikeluarkan

Pendapatan dan Beban terkait dengan pos nonmoneter, sebagai contoh ;

a. Harga Pokok Penjualan

b. Depresiasi aset tetap

c. Amortisasi aset tak berwujud seperti paten, lisensi, dan lain – lain

d. Amortisasi beban dan kredit ditangguhkan kecuali pajak ditangguhkan dan biaya
perolehan polis untuk perusahaan asuransi jiwa

Pengukuran Kembali Neraca Percobaan Anak Perusahaan Luar Negeri Setelah Akuisisi

Neraca percobaan anak perusahaan harus diukur kembali dari euro Eropa menjadi
rupiah. Kurs sekarang yang digunakan untuk mengukur kembali akun – akun nonmoneter,
dan kurs historis yang sesuai digunakan untuk tiap akun nonmoneter.

Tiga pos memerlukan perhatian khusus. Pertama, aset tetap diukur kembali
menggunakan kurs historis pada tanggal induk perusahaan mengakuisisi anak perusahaan
luar negeri. Jika anak perusahaan membeli aset tetap tambahan aset tetap tersebut akan
diukur kembali menggunakan kurs pada tanggal pembelian aset tetap tambahan tersebut.
Hal yang sama berlaku untuk pos nonmoneter lainnya. Penting untuk memunyai catatan
perolehan atau pelepasan aset nonmoneter dan ekuitas anak perusahaan setelah akuisisi
saham anak perusahaan luar negeri, untuk memastikan penggunaan kurs yang sesuai untuk
mengukur kembali pos – pos tersebut. Ingat kembali bahwa penggabungan usaha
diperlakukan sebagai pembelian; karena itu, kurs historis yang sesuai adalah kurs tunai pada
tanggal induk perusahaan membeli saham anak perusahaan luar negeri. Jika penggabungan
usaha diperlukan sebagai penyatuan kepemilikan, maka kurs historis yang sesuai adalah kurs

10
pada tanggal anak perusahaan mengeluarkan saham awal dan dan memeroleh aset
nonmoneter, bukan tanggal induk perusahaan mengakuisisi saham anak perusahaan.

Kedua, harga pokok penjualan terdiri dari transaksi yang terjadi pada berbagai kurs.
Persediaan awal diperoleh pada saat kurs Rp. 16.000 = € 1. Pembelian persediaan dilakukan
pada beberapa waktu selama setahun, sehingga kurs rata – rata Rp. 17.000 = € 1 digunakan
sebagai kurs pengukuran kembali. Untuk tujuan ilustrasi, contoh ini mengasumsikan
persediaan akhir dibeli pada saat kurs langsung adalah Rp. 17.800 = € 1 dan digunakan
metode persediaan FIFO.

Ketiga, beban operasi juga terjadi pada kurs yang berbeda. Beban depresiasi diukur
kembali pada kurs Rp. 16.000 = € 1 karena terkait dengan akun nonmoneter, Aset Tetap,
yang diukur kembali menggunakan kurs historis Rp. 16.000 = € 1. Kurs rata – rata digunakan
untuk mengukur kembali beban operasi lainnya, karena diasumsikan terjadi merata
sepanjang tahun.

F. ILUSTRASI KASUS
1. [Pertanyaan] Selisih kurs mata uang asing terjadi pada CV Staff Accounting yang membeli
mesin dengan nilai CIF sebesar $110.000. Kurs BI sebesar Rp 1.500 dan kurs KMK sebesar
Rp 1.400. Diakhir periode akuntansi nilai kurs BI sebesar Rp 1.600 dan kurs kmk sebesar
Rp 1550. Bagaimana cara menghitung laba rugi pertukaran valuta asing tersebut?
[Jawaban]
Nilai CIF $110.000
Kurs Bank Indonesia ketika Pembelian Rp. 1.500
Nilai Transaksi Rp. 165.000.000
Kurs Bank Indonesia ketika Akhir Periode Rp. 1.600
Nilai Transaksi Rp. 176.000.000
Rugi Selisih Kurs (Rp. 11.000.000)

[Penjelasan] Cara menghitung selisih kurs mata uang asing dalam laporan keuangan
perlu mempertimbangkan kegunaan nilai tukar. Valuta asing untuk kegiatan operasional
perusahaan akan menggunakan kurs bank indonesia, valuta asing untuk kegiatan
perpajakan perusahaan menggunakan kurs menteri keuangan.
Tarif pajak atas keuntungan selisih kurs mata uang asing dipertimbangkan sebagai
penambah penghasilan entitas. Jurnal kurs valuta asing menjadi prioritas ketika entitas
melakukan perdagangan internasional.
[Referensi] Ricard E.Baker;Theodore E. Christense; David M Cottrel;Kurnia Irwansyah
Rais;Widhi Atono; Etty Retno Wulandari(Perspektif Indonesia Akuntansi Keuangan
Lanjutan Buku 2; Jakarta; Salemba Empat; Hal: 118)

2. [Pertanyaan] Standar akuntansi keuangan agrikultur mulai berlaku efektif untuk tahun
buku dimulai sejak 1 Januari 2X18. PT Hutan Akal telah beroperasi dalam hutan tanaman
industri dengan menanam pohon sengon sebagai bahan baku kertas. Keseluruhan pohon
sengon sampai usia tertentu akan ditebang dan disetorkan kepabrik pengolahan pulp.
Selain kegiatan tersebut perusahan juga memiliki areal milik sendiri yang ditanami kopi

11
dan lahan pertanian yang ditanami jagung dan kedelai yang dikelola dalam bisnis unit
yang berbeda.
Pada tahun 2X17, laporan keuangan PT Hutan Akal menunjukkan adanya asset hutan
dalam aset tidak lancar dengan total nilai Rp20.000.000.000 yang mencakup Hutan
tanaman kayu sengon sebesar Rp.15.000.000.000,Tanah lahan hutan dengan HGU senilai
Rp2.000.000.000, dan sisanya berupa infrastruktur jaringan jalan yang dibangun oleh
perusahaan di dalam hutan. Dalam persediaan terdapat biaya yang dikeluarkan untuk
menaman jagung dan kedelai Rp 900.000.000. Nilai wajar tanaman jagung dan kedelai
sebesar Rp 1.000.000.000. Tanaman kopi belum mulai berbuah dan memiliki saldo biaya
perolehan Rp3.000.000.000. Manajemen akan menerapkan standar baru.
Anda diminta untuk mengelompokkan akun tersebut didalam laporan keuangan pada
akhirtahun 2X18.
[Jawaban]

Aset tidak lancar:


Aset Biologis Rp 1M
Aset tidak lancar:
Tanaman produktif (belum menghasilkan) Rp3M
Ase tBiologis Rp15M
Tanah Lahan hutan Rp 2M
Prasarana jalan Rp 3M
[Referensi] Ricard E.Baker;Theodore E. Christense; David M Cottrel;Kurnia Irwansyah
Rais;Widhi Atono; Etty Retno Wulandari(Perspektif Indonesia Akuntansi Keuangan Lanjutan
Buku 2; Jakarta; Salemba Empat; Hal: 118)

3. [Pertanyaan] PT. Aster pada 31 Desember 2017 memiliki investasi di Anak Perusahaan
PT. Melati sebesar Rp3.000Miliar yang mencerminkan 60% kepemilikan di perusahaan
tersebut. Efektif tertanggal 2 Januari 2018 perusahaan menjual kepemilikan pada PT.
Melati sebanyak 35% dengan harga Rp2.800Miliar yang dibayar tunai. PT.Melati pada
tahun 2018 melaporkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp800miliar, penghasilan
komprehensif lain Rp200Miliar dan membagikan dividen tunai Rp400Miliar. Bagaimana
jurnal yang dibuat pada saat penjualan perusahaan tersebut. Bagaimana PT. Aster
mengakui hasil investasi dan saldo investasi selama tahun 2018?
[Jawaban]
Jurnal penjualan:
Investasi pada Asosiasi PT. Melati (25%) 2.000M
Kas 2.800M
Investasi pada Anak PT. Melati (60%) 3.000M
Keuntungan penjualan investasi 1.800M
Investasi pada Asosiasi PT. Melati (25%) 250M
Pendapatan investasi 200M
Pendapan investasi dari asosiasi OCI 50M
Kas 100M
Investasi pada Asosiasi PT. Melati (25%) 100M
Saldo investasi pada 31/12/2018 adalah 2.000 + 250 – 100 = 2.150M

12
[Referensi] Ricard E.Baker;Theodore E. Christense; David M Cottrel;Kurnia Irwansyah
Rais;Widhi Atono; Etty Retno Wulandari(Perspektif Indonesia Akuntansi Keuangan Lanjutan
Buku 2; Jakarta; Salemba Empat; Hal: 119)

G. MULTIPLE CHOICE

1. [Pertanyaan] Pada saat mengukur kembali laporan keuangan mata uang asing menjadi mata
uang fungsional, mana pos berikut yang akan diukur kembali menggunakan kurs historis?
[Jawaban]

a. [Benar] Persediaan yang dicatat pada biaya perolehan


b. Efek diperdagangkan yang dicatat pada nilai pasar
c. Utang obligasi
d. Labilitas yang masih harus dibayar
e. Aset nonmoneter

[Penjelasan] Akun-Akun yang diukur kembali menggunakan kurs historis :

a. Efek yang dicatat sebesar biaya perolehannya


b. Persediaan yang dicatat sebesar biaya perolehannya
c. Biaya dibayar dimuka seperti asuransi, iklan, dan sewa
d. Aset tetap
e. Paten, merek dagang, lisensi, dan formula
f. Goodwill
g. Aset tak berwujud
h. dsb.

[Referensi] Ricard E.Baker;Theodore E. Christense; David M Cottrel;Kurnia Irwansyah


Rais;Widhi Atono; Etty Retno Wulandari(Perspektif Indonesia Akuntansi Keuangan Lanjutan
Buku 2; Jakarta; Salemba Empat; Hal: 102)

2. [Pertanyaan] Laporan Keuangan entitas asing harus dikonversikan ke dalam rupiah dengan
metode translasi dan pengukuran kembali berikut ini:
[Jawaban]

a. Metode kurs sekarang dan metode moneter-nonmoneter


b. Metode kurs sekarang dan metode temporal
c. Metode temporal dan metode lancar dan tidak lancar
d. [Benar] Metode temporal dan metode nonmoneter
e. Metode kurs sekarang dan metode lancar dan tidak lancar

[Penjelasan] Tujuan dari pengukuran kembali adalah untuk mendapatkan hasil yang sama
seakan-akan pembukuannya dilakukan dengan mata uang funsional. Dengan meode
temporal , aktiva moneter dan kewajiban moneter diukur kembali dengan kurs sekarang,
sedangkan aktiva lain dan ekuitas diukur dengan kurs historis. Sedangkan aktiva moneter dan
non moneter nilainya tetap dalam unit mata uang.

13
[Referensi] Floyd A.Beams;Amir Abadi Jusuf (Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia Buku
2; Jakarta; Salemba Empat; Hal:500)

3. [Pertanyaan] Perusahaan anak Jerman dan sebuah perusahaan Indonesia menggunakan


mata uang fungsional Franc Peranci, Maka Rupiahdari sudut pandang perusahaan anak ialah
[Jawaban]

a. Mata uang lokalnya


b. Mata uang pelaporannya
c. [Benar] Mata uang asing
d. Jawabana dan b Benar
e. Semua salah

[Penjelasan] Jika perusahaan anak Jerman dan pembukuan di perusahaan anak tersebut
menggunakan basis Mark Jerman, Jika mata uang fungsional dari perusahaan anak tsb Mar
Jerman, maka Rupiah menjadi mata uang asing dari sudut pandang perusahaan anak
tersebut.

[Referensi] Floyd A.Beams;Amir Abadi Jusuf (Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia Buku
2; Jakarta; Salemba Empat; Hal:468)

14
DAFTAR PUSTAKA

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 15 : “Akuntansi Untuk Investasi Dalam
Perusahaan Asosiasi”, Ikatan Akuntan Indonesia, 1994.

Floyd A.Beams;Amir Abadi Jusuf (Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia Buku 2; Jakarta;
Salemba Empat)

Ricard E.Baker;Theodore E. Christense; David M Cottrel;Kurnia Irwansyah Rais;Widhi Atono;


Etty Retno Wulandari(Perspektif Indonesia Akuntansi Keuangan Lanjutan Buku 2; Jakarta;
Salemba Empat)

Floyd A. Beams, Joseph H. Anthony, Robin P. Clement, Suzanne H. Lowenshon; Akuntansi


Lanjutan Jilid 1 Edisi 9; Erlangga; 2009

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai