Anda di halaman 1dari 8

BAB 12

AKUNTANSI MULTINASIONAL:
TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING

1.1.  PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI


Metode-metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi berbeda-beda di seluruh
dunia.kondisi perekonomian suatu negara, masalah hukum, pndidikan dan sistem politk,
perkembangan teknologi, budaya dan tradisi, serta berbgai fakto-faktor sosial ekonomi
lainya, merupakan faktor yang  mempengaruhi perkembangan standar akutansidan profesi di
suatu negara. Perbedaan ini akan menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan antara
standar-standar akutansi di berbagai negara. Ketidakseragaman standar di berbagai negara
akan menimbulkan berbagai masalah bagi perusahaan, pihak penyusun dan pengguna laporan
keuangan. Beberapa negara mengembangkan prinsip akutansinya berdasarkan kebutuhan
informasi dan otoritas pajak. Negara lain mempunyai prinsip akutansi yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan dari pemerintah pusoat sebagai perencana ekonomi. Model di
Indonesia berfokus pada kebutuhan informasi pemegang saham biasa ataun pihak pemberi
kredit melalui penerapan prinsip akutansi yang berlaku umum.
Standar pelaporan akutansi yang utama saat ini sedang dalam proses penyusunan
oleh International Accounting standard Board (IASB). IASB adalah sebuah badan yang
memeperoleh mandat untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan international
dan mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang berlaku secara international
tersebut. IASB mengatur susunan keanggotaan, dengan komposisi 5 anggota sebagai auditor,
3 anggota berlatar belakang penyusunan laporan keuangan (dari manajemen),  3 anggota
berlatar belakang pengguna laporan keuangan dan 1 anggota berlatar belakang akademi,
sedangkan 2 anggota lainya dapat berlatar belakang dari bidan lainya.
ISAB mengumumkan sebuah standar pelaporan yang disebut sebagai Setandar Pelaporan Keuangan
Internasional (International Financial Reporting Standards-IFRSs). Sebelum terbentuknya ISAB, International
Accounting Standard Committe telah menerbitkan International Accountig Standard (IASs). IASs di terbitkan
dari tahun 1973 hingga tahun 2001. IASB mengadopsi IASs secara keseluruhan dan sekaligus
mengembangkanya, yang disebut IFRSs. Walaupun tidak diterbitkan , IASs masih berpengaruh kecuali yang
telah diganti oleh IFRS, IFRSs digunakan di banyak negara di seluruh dunia, termasuk Singapura, Hongkong,
Rusia, Australia dan Afrika Selatan. Komisi Eropa (European Committe) mengharuskan semua perusahaan
publik di Uni Eropa (European Union - EU) untuk menerbitkan laporan keuangan konsolidasi menggunkaan
IFRS yang dimulai sejak tahun 2005. Sebelum tahun 2005 terdapat lebih kurang 350 perusahaan publik yang
telah menggunkaan IFRSs tersebut, sedang pada tahun 2005 jumlah itu meningkat menjadi 7.000 perusahaan.
Situs IASB menyajikan daftar negara negara yang mewajibkan atau mengizinkan IFRS untuk mendaftarkan
efeknya di negara negara tersebut.
IFRS sekarang realtif lebioh digunakan di banyak negara, termasuk telah diadopsi oleh negara Uni Eropa dan
lainnya. Banyak pihak yang berpendapat bahwa jika hnya ada satu set standar akuntansi yang berlaku secara
internasioanal akan meningkatkan kepercayaan diri invesor di pasar dan meningkatkan efisiensi pasar karena
memudahkan investor untuk memandingkan berbagai pilihan investasi diberbagai negara.
Bentuk pelaporan keuangan yang juga berpengaruh adalah GAAP Amerika Serikat. Jika dihitung bedasarkan
kapitaliusasi pasar, GAAP Amerika Serikat digunakan lebih dari separuh perusahaan di dunia ini.
Keberadaan berbagai bentuk standar akuntansi ini memliki pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan
indonesia dan juga perusahaan multinasioanal yang beoperasi di Indonesia. Ha\l ini disebabkan karena
penyusunan laporan keuangan harus menggunakan standar akuntansi di mana mereka berlokasi, kemudian
mentranslasikannya agar sesuai dengan GAAP indonesia untuk memudahkan penyusunan laporan konsolidasi.
Hal yang sama terjadi jika perusahaan indonesia memilih untuk mendaftarkan sahamnya pada bursa efek di luar
Indonesia, maka perusahaannya itu harus menyesuaikan dengan standar negaranya diman mperusahaan tersebut
menginvestasikan sahamnya. Oleh karena itulah, maka meminimalisasi perbedaan diantara berbagai standar di
dunia ini, khususnya GAAP Amerika Serikat dan IFRS, menjadi perhatian utama. Konvergensi akan
mengurangiu biaya bagi penerbit laporan keuangan, karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untkuk
menyiapkan laporan keuangan dalam berbagai standar.
FASB terus berkerja sama dengan IASB untuk meningkatkan kualitas standar pelaporan internasioanal dan
“mengonversikan” kedua set standar tersebut. Pada bulan September 2002, FASB menerbitkan “The Notwork
Agreement” di mana baik FASB dan IASB sepakat berkerja sama untuk meningkatakan kualitas standar
pelaporan keuangan dengan meminimalisasi perbedaan diantara mereka. Usaha konvergensi ini berfokus pada
evaluasi standar yang telah ada dan mengawasi implementasi standar tersebut saat ini serta standar baru yang
kedua kelompok itu kembangkan.
Beberapa negara lain telah melakuakan konvergensi standar akuntasi pada IFRS. Sebagai contoh adalah Jepang,
dimana Nippon Keidanren (Federasi Bisnis Jepang) sebuah organisasi ekonomi yang komperhensif pada bulan
Mei 2002 menyusun kerja sama yang didukung oleh Keidanren (Organisasi Federasi Ekonomi Jepang) dengan
Nikkeiren (Asosiasi Federasi Jepang) yang memiliki anggota 1.306 anggiota termasuk 91 perusahaan yang
memiliki kepemiolikan asing, 129 organisasi industri, dan 47 asosiasi pekerja wilayah mendukung upaya jepang
untuk mempercepat konvergensi standar akuntansi dan mencari bentuk standar yang diakui Jepang, Amerika
Serikat dan Eropa.
1.2.  PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL
 Ada dua isu yang ditunjukan pada laporan keuangan yang ditranslasikan dari mata uang
asing pada rupiah Indonesia yaitu:
1.      Nilai tukar manakah yang harus digunakan untuk mentraslasikan nilai mata uang asing
menjadi mata uang domestik?
2.       Bagaimanakah seharusnya perlkuan atas keuntungan atau kerugian tersebut?Haruskah hal itu
dimasukan dalam laba rugi?
Ada tiga kemungkinan nilai tukar  yang digunakandalam mengonversi nilai mata uang asing
menjadi rupiah yaitu:
1.     Nilai tukar sekarang, merupakan nilai tukar pada akhir tanggal neraca
2.     Nilai tukar historis, merupakan nilai tukar yang pada saat transakasi awal terjadi, seperti nilai
tukar pada tanggal saat aset diterima atau kewajiban diakui.
3.     Nilai tukar rata-rata, merupakan nilai tukar rata-rata selama suatu periode.
PSAK No 11 tentang “translasi mata uang asing” (PSAK 11) memberikan panduan khusus
untuk mentranslasi laporan euangan dari mata uang asing menjadi mata uang rupiah. Tujuan
dari PSAK 11 menyajikan hasi secara langsung memeperlihatkan pengaruh perubahan
ekonomi dari pergerakan nilai tukar. PSAK 11 juga menjelaskan tentang pencapaian
keuangan dan hubunganya dalam laporan keuangan dengan mata uang asing melalui proses
translasi. PSAK mengadopsi konsep mata kuang fungsional (functional currency) yang
definisikan sebagai mata uang dari lingkungan ekonomi primer kauntuk memebedakan antara
dua jenis kegiatan operasional luar negeri yaitu:
1.      Kegiatan dikelola sendiri dan terintegrasi dengan lingkunga lokal dimana entitas asing itu
beroprasi.
2.       Kegiatan terpisah dari lingkungan lokal dan terintegrasi dengan induknya.
Indikator-indikator Mata Uang fungsional
Indikator Mata uang sebagai mata uang fungsional jika memenuhi indikator di
bawah ini
Arus kas Arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didomonasi
oleh mata uang tersebut.
Harga jual Harga jual dalam jangka pendek sangat terpengaru dengan perubahan nilai
mata uang tersebut atau produksi perusahaan sebagian besar di ekspor.
Beban Beban dipengaruhi oleh perubahan nilai mata uang.
Akan tetapi, beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional yang berbeda dengan
mata uang lokalnya. DSAK telah mengadopsi pendekatan mata uang fungsional setelah
mempertimbangkan tujuan dari prosestranslasi berikut.
1.     Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi yang diharapkan
dari perubahan nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas perusahaan.
2.      Mencerminkan laporan keuangan konsolidasi hasil keuangan dan hubungan antara masing-
masing entitas konsolidasi dalam mata uang fungsional yang sesuai dengan prinsip akutansi
yang berlaku secara umum di Indonesia.
Pendekatan mata uang fungsional mengharuskan entitas asing untuk mentranslasikan seluruh
transaksinya ke dalam mata uang fungsioanal. Jika suatu entitas mempunyai transaksi yang
dinyatakan dalam mata uang selaian mata uang fiungsioanal, maka transaksi asing hafrus
disesuaikan menjadi nilai setara mata uang fungsioanal sebelum perusahaan menyusun
laporan keuangan konsolidasi.
a.    Penentuan Mata Uang Fungsional di Lingkungan dengan Tingkat Inflasi Tinggi
Pengecualian atas kriteria pemilihan mata uang asing dikhususkan jika entitas asing berlokasi
di negara seperti Argentina dan Peru yang mengalami inflasi yang sangat tinggi. Inflasi yang
sangat tinggi didevinisikan sebagai inflasi yang melibihi 100% selama periode 3 tahun.
PSAK memutuskan bahwa volativitas dalam mata uang asing dengan hiperinflasi mendistorsi
laporan keuangan jika mata uang lokal dipergunakan sebagai mata uang fungsional entitas
asing. Oleh karna itu, dalam kasus oprasi entitas asing ang berbeda dengan perekonomian
dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi, mata uang pelaporan dari indu perusahaan
Indonesia-rupiah-harus digunakan sebagai mata uang fungsional entitas asing. Pengecualian
ini menyegah nilai aset dan perubahan laporan laba rugi yang tidak realistis jika keadaan
hiperinflasi tersebut diabaikan dan presedur translasi yang normal digunakan. 
 contoh, asumsikan bahwa anak perusahaan di luar negeri membangun gedung dengan biaya
1.000.000 peso pada saat nilai tukar adalah Rp500 = 1 peso. Kemudian diasumsikan bahwa
karna adanya hiperinflasi dinegara anak perusahaan luar negeri trsebut, maka nilai tukar
menjadi Rp0,05 = 1 peso. Nilai gedung hasil translasi pada saat dibangun dan setelah
hiperinflasi adalah sebagai berikut.
Jumlah Tanggal Pembangunan Setelah Hiperinflasi
(peso) Nilai Tukar Jumlah hasil Translasi Nilai Tukar Jumlah Hasil Traslasi
1.000.000 Rp500 Rp500.000.000 Rp0,05 Rp50.000
Nilai translasi setelah hiperinflasi tidak mencerminkan nilai pasar atau biaya prolehan historis
dari gedung tersebut. Oleh karna itu, PSAK mengharuskan penggunaan rupiah sebagai mata
uang fungsional dalam kasus hiperinflasi untuk memeberikan stabilitas dalam laporan
keuangan.
1.3.TRANSLASI VS PRNGUKURAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN ASING
Terdapat dua metode yang berbeda untuk menyajikan kembali laporan keuangan entitas sing
kedalam rupiah yaitu;
1.     Tranlasi laporan keuangan entitas asing kerupiah.
2.      Pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing kemata uang fungsional entitas
tersebut.Setelah penguuran kembali, keuangan tersebut harus ditranslasikan jika mata uang
fungsionalnya bukan rupiah. Jika mata uang fungsionalnya adalah rupiah maka tidak
diperlukan translasi lagi.
Translasi adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata uang lokal adalah
mata uang fungsional entitas asing. Inin merupakam kasus normal dimana, sebagai contoh,
anak perusahaan Indonesia di Prancis menggunakan euro ke rupiah. Setiap selisih translasi
yang terjadi akan dimasukan srbagai komponen laba komprensif. Oleh karna pendapatan dan
beban laba rugi ditranslasikan dengan mengguakan nilai tukar rata-rata sepanjang periode
pelaoran. Metode translasi sering disebut sebagai metode nilai tukar sekarang (current rate
methods).
Pertukaran kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing dari mata
uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsioanal entitas asing. Pengukuran
kembali hanya diaruskan jika mata uang fungsioanal berbeda dengan mata uang yang
digyunakan untuk pembukuan dan penctatan entitas asing.
Metode yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari mata uang lokal
kepada mata uang fungsional disebut metode temporal (temporal methods). Aset dan
kewajiban moneter menunjukan adanya hak untuk menerima atau memenuhi pembayaran
dalam sejulah tertentu mata uang asing di masa yang akan datang. Berdasrkan metode
temporal, nilai tukar sekarang digunakan untuk mentranslasikan jumlah uang dalam mata
uang fungsionalnya. Pos nonmoneter seperti aset tetap, investasi jangka panjang, persediaan,
biasanya ditranslsikan dengan menggunkan nilai tukar historis yaitu nilai tukar di mana aset
tersebut dibeli atau saat kewajibannya diakui. Pendapatan dan beban pada laporan laba rugi
ditranslasikan dengan menggunkaan niali rata rata sepanjang periode pelaporan. Setiap selisih
yang timbul akibat ketidakseimbangan pada metode temporal akan disajikan sebagai bagian
dari laporan laba rugi.
Penerapan metode temporal mengoversikan sebuah mata uang asing menjadi mata uang
fungsional. Jika mata uang rupiah adalah mata uang fungsional, maka digunakan metode
penyesuian. Jika mata uang fungsional adalah mata uang selain rupiah, maka digunakan
metode nilai tukar sekarang untuk menyajikan informasi keuangan dalam bentuk mata uang
rupiah.
Tabel berikutmenyajikan metode-metode yang dapat diguakan oleh perusahaan Indonesia
untuk menyatakn kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi rupiah.
Mata uang pembukaan dan
Mata uang fungsional Metode penyataan kembali
Pencatatan afiliasi luar negri
Mata uang lokal (yaitu mata uang Mata uang lokal Translasi ke rupiah menggunakan
negara tempat afiliasi berlokasi) mata nilai tukar sekarang.
uang lokal Rupiah indonesia (seperti yang Diukur kembali dari mata uang
diharuskan dalam perekonomian lokal kerupiah
hiperinflasi)
Mata uang negara ketiga (bukan  Pertama, diukur kembali dari mata
Mata uang lokal
matauang lokal atau rupiah uang lokal kemata uang fungsional,
kemudian di translasikan dari mata
uang fungsional ke rupiah.
Tidak diperlukan pernyataan
Rupiah indonesia Rupiah indonesia
kembali; suadah dinyatakan dalam
rupiah

Alasan konseptual dari dua metode yang berbeda tersebut-translasi dan pengukuran kembali-
berasal dari pertimbangan atas tujuan utama dari proses translasi, yaitu untuk memberikan
informasi yang menunjukan pengaruh yang diterapkan dari perbahan nilai tukar terhadap arus
kas dan ekuitas perusahaan indonesia. Afiliasi asing dikategorikan menjadi dua kelompok:
1.      Afiliasi yang relatif merupakan entitas yang berdiri sendiri yang menghasilkan dan
membelanjakan dalam unit mata uang lokal. Mata uang lokal merupakan mata uang
fungsional dari kelompok entitas tersebut. Afiliasi asing ini dapat mereinvestasikan mata
uang yang mereka hasilkan atau mendistribusikan dana ke kantor pusat atau ke induk
perusahaan dalam bentuk dividen. Perubahan nilai tukar memengaruhi arus kas induk
perusahaan indonesia. Perubahan nilai tukar memengaruhi aset bersih (aset dikurangi
kewajiban) afiliasi asing karena itu, memengaruhi investasi bersih induk perusahaan entitas
tersebut.
2.      Afiliasi asing terdiri dari entitas yang merupakan perpanjangan dari perusahaan indinesia.
Afiliasi beroperasi din negara asing tetapi secara langsung dipengaruhi olrh perubahan nilai
tukar, karena mereka tergantung pada perekonomian indonesia untuk pasar penjualan,
komponen produksi atau pendanaan. Untuk kelompok ini, rupiah adalah mata uang
fungsional. Diasumsikan bahwa pengaruh dari perubahan nilai tukar terhadap aset bersih
afiliasi asing memengaruhi langsung arus kas induk perusahaan indonesia, sehingga selisih
nilai tukar dilaporkan dalam laba induk perusahaan indonesia.

1.4.  TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG FUNGSIONAL MENJADI


MATA UANG PELAPORAN PERUSAHAAN INDONESIA
Sebagian besar entitas bisnis melakukan transaksi dan mencatat aktivitas bisnisnya dalam
mata uang lokal. Oleh karna itu, mata uang lokal dari entitas asing dalah matauang
fungsionalnya. Translasi laporan keuangan entitas asing kedalam rupiah merupakan proses
yang relatif sederhana.
            DSAK menyakini bahwa hubungan ekonomi yang mendasari disajkanya laporan
keuangan entitas asing tidak boleh terdistori atau berubah selama proses translasi dari mata
uang fungsional entitas asing menjadi mata uang asing induk perusahaan. Sebagai contoh,
jika laporan keuangan mata uang fngsional melaorka rasio laancar 2:1 dan laba kotor 60%
dari penjualan, maka hubungan in harus tetap dalam proses traslasi menjadi mata uang
pelaporan induk perusahaan Indonesia. Merupakan hal yang penting untuk dapat
mengevaluasi kinerja dari manajemen afiliasi asing dengan menggunakn ukuran ekonomi
yang sama dengan yang digunakan dalam operasi entitas asing. Untuk memepertahankan
hubungan ekonomi tersebut dalam laporan keuangan mata uag fungsional, saldo akun harus
ditranslasikan dengan nilai tukar yang sebanding.
Secara ringkas, translasi laporan keuangan entitas asing dari mata uang fungsional kemata
uang pelaporan perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut;
Akun laporan laba rugi: Umumnya, nilai tukar rata-rata tertimbang untuk periode laporan
       Pendapatan dan beban
Akan neraca:
       Aset dan kewajban Nilai tukar sekarang pada tanggal neraca
       Ekuitas pemegang saham Nilai tukar historis

Oleh karna untuk translasi masing-masing aun entitas asing digunakan kurs yang berbeda-
beda, maka umumnya debit dan kredit dalam neraca percobaan setelah translasi tidak sama.
Pos penyeimbang debit percobaan translasi dengan kreditnya disebut selisih translasi.
a.      Penyajian Laporan Keuangan dari selisih Translasi.
Selisih transasi dari prises translasi adalah bagian dari pendapatan komprehensif untuk
periode terseut. Pendapatn kompreensif termasuk emua perubahan dalam ekuitas selama
tahun berjalan kecuali perubahan yang timbul daru investasi pemilik dan pembagian ke
pemilik. Pemdapatan komprehensif termasu laba bersih dan “pendapat komperensif lainya”
yang merupakan bagian dari perubahan aset bersih perusahaan dari sumber selain pemilik
(yaitu bukan investasi modal tambahan dan deviden) selma periode berjalan. PSAK
mengharuskan pelaporan pendapatan komperensif sebagai bagian dari laporan keuangan
utama entitas. Pos utama yang menjadi bagian dari pendapatan komperensif lainya adalah
perubahan selisih translasi selama periode berjalan., nilai arus kas, dan penyesuaian dalam
kewajibana pensiun minimum.
Terdapat beberapa alternatif format penyajian untuk pendapatan komprehensif. Laporan
tunggal, pendekatan laporan gabungan, pertama menyajikan pos-pos dalam laporan laba rugi
dankemudian mempunyai bagiann yang menyajikan pos pendapatan komprenhesif lainya.
Sebagai alternatif, yaitu penyajian dua laporan, pertama menyajikan perhitungan laba bersih
dalam satu laporan dan kemudian laporan terkait yang dimulai dengan laba bersih dan
merekonsiliasi menadi pendapatan komprehensif dengan melaporkan pos pendapatan
komprehensif secara terpisah. Alternatif ketiga, yang sring banyak digunakan oleh
perusahaan, adalah hanya menyajikan pos yang merupakan bagian dari pendapatan
komprehensif lainya dalam skedul akumulasi pendapatan komprehensif lainya dalam laporan
perubahan ekuitas konsolidasi. Suatu entitas dapat menyajikan komponen dari pos
pendapatan kpmprehensif lainya bersih dari pajak atau dapat menyajikan pengaruh agregat
pajak terkait dengan total pendapatan komprehensif lainya dalam suatu angka.
b.      Kepemilikan Minoritas pada Anak Perusahaan Luar Negeri
Sebagian besar perusahan di Indonesia suka memiliki 100% anak perusahaan luar negerinya.
Denagan demikian akan memungkinkan manajemen lebih efesien atas anak perusahaan dan
tidaka ada keharusan untuk menyusun laporan keuangan anak perusahaan untuk kepemilikan
minoritas harus dihitung dan diperlakukan sebagaimana yang sudah dilelaskan sebelumnya.
Satu-satunya perbedaan adalah alokasi selisih translasi akan neraca percobaan anak
perusahaan luar negeri. Oleh karna itu, sebagai contih, jika PT. Induk memiliki 80%
kepemilikan di German Cempanydan investor lain memiliki kepemilikan minaritos akan
mendapat alokasi sebasar presentase kepemilikan dari selisih dari translasi melalui proses
ayat jurnal eliminasi.

1.5.  PENGUKURAN KEMBALI PEMBUKUAN DALAM MATA UANG FUNGSIONAL


Metode kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri ke rupiah
adalah pengukuran kembali. Walaupaun pengukuran kembali untuk umum sebagaiman
translasi, terdapat beberapa situasi dimana mata uang fungsional dari afiliasi asing bukan
mata uang uang lokal. Pengukuran kembali sama sperti translasi di mana tujuanya adalah
untuk mendapatkan nilai setar rupiah dariakun-akun afiliasi asing sehingga dapat
digabungkan atau dikonsolidasi dengan laporan keuangan perusahaan Indonesia. Akan tatapi,
kurs yang digunakan untuk pengukuran kenbali berbeda dengan kurs yang digunakan dalam
traslasi, yang menghasilkan nilai rupiah yang berbeda untuk akun-akun afiliasi asing.
Dalam sebagian besar kasus, afiliasi asing dapat dianggap sebagai alat produksi atau
penjualan langsung dari perusahaan indonesia, tetapi menggunakan mata uang lokal untuk
mencatat dan mealaporkan hasil operasinya. Selain itu, entitas luar negri yang beralokasi di
negara dengan tingkat inflasai yang sangat tinggi, yang didefinisikan sebagai negara dengan
tingkat inflasi kumulatif lebih dari 100% harus menggunakan rupiah sebagai mata uang
fungsiona dan laporan keuangannya diukur kembali menjadi rupiah.
Proses pengukuran kembali harus memeberian hasil akhir yang sama seakan-akan transaksi
entitas luar negeri sejak awal telah dicatat dalam rupiah. Oleh karna itu , beberapa transaksi
dan saldo akun disajikan kembali menjadi nilai setara rupiah menggunakan kus historis.yaitu
kus tunai pada saat transaksi awal terjadi. Proses pengukuran kembali memebagi neraca
menjadi akun moneter dan non moneter. Aset dan kewajiban moneter seperti kas, piutang
jangka pendeek dan jangka panjang,dan utang jangka pendek dan jangka panjang,
memepunyai jumlah yang tetap dalam unit mata uang. Akun-akun ini dapat mengalami
keuntungan atau kerugian dari perubahab kurs. Aset non moneter adalah akun-akun seperti
persediaan dan aset tetap, yang nilainya tidak tetap dalam unit moneter.
Oleh karna igunakan berbagai kers untuk mengukur kembali neraca percobaan mata uang
asing, maka debit dan kredit dalam neraca percobaan setar rupiah tidak akan sma. Dalam
kasus ini, pos penyeimbang adalah keuntungana atau kerugian pengukurana kembali, yang
dimasukan dalam laporan laba rugi peride berjalan.
a.    Penyajian Laporan Keuangan Dari Keuntungan atau Kerugian Pengukuran Kembali
 Setiap keuntungan atau kerugian yang timbul dari proses pengukuran kembali dimasukan
dalam laporan laba rugi periode berjalan, umumnya dalam “pendapatan lain-lain”. Digunakan
beberpa nama akun, seperti keuntungan (kerugian) mata uang asing, keuntungan (kerugian)
mata uang, keuntungan  (kerugian) nilai tukar, atau keuntungan (kerugian) pengukuran
kembali. Pos keuntungan (kerugian) pengukuran kembali digunakan disini karena nama ini
yang paling mengambarkan sumber pos tersebut. Keuntungan atau kerugian pengukuran
kembali dimasukan dalam laporan laba rigi periode berjalan karena jika transksi sejal awal
dicatat dalam rupiah , maka keuntungan atau kerugian nilai tukar akan diakui dalam periode
berjalan sebagian dari pentyesuaian yang diharuskan untuk penlaian transaksi luar negeri
yang di dominasi dalam mata uang asing.

1.6.  INVESTASI LUAR NEGRI DAN ANAK PERUSAHAAN TIDAK


DIKONSOLIDASIKAN
Sebagian besar perusahaan mengkonsolidasi anak perusahaan luar negri sesuai dengan PSAK
No.4, “Laporan Keuangan Konsolidasi” . Dalam beberapa kasus anak perusahaan tersebut
tidak dikonsolidasikan, karena kriteria yang ditetapkan untuk anak perusahaan luar negri.
Umumnya, induk perusahaan mengonsolidasikan anak perusahaan luar negri, kecuali bjika
salah satu kondisi berikut sangat ketat sehingga perusahaan indonesia yang memiliki
perusahaan luar negri tidak dapat melaksanakan tingkat pengendalian ekonomis atas sumber
daya dan operasi keuangan anak perusahaan luar negri yang merupakan syarat konsolidasi,
seperti berikut ini,
1.      Pembatasan pertiukaran mata uang
2.      Pembatasan transfer poperti di negara asing
3.      Ketidakpastian lain yang ditetapkan oleh pemerintah
Anak perusahaan luar negri yang tidak dikonsolidasi dilporkan sebagai investasi alam neraca
perusahaan indonesia. Perusahaan inverstor indonesia harus menggunkan metode ekuitas jika
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan “pengaruh signifikan” atas kebijakan keuangan
dan operasional investor. Jika metode ekuitas tidak dapat diterapkan, maka digunakan metode
biaya untuk mencari investasi luar negri, mengakui pendapatan jika hanya dari dividen yang
diterima.
Likuidasi Investasi Luar Negri
Akun selisih translasi terkait langsung dengan investasi perusahaan di entitas luar negri. Jika
investor menjual sebagian besar dari investasi sahamnya, PSAK 11 mengharuskan porsi pro
rata dari akun akumulasi selisih gtranslasi yang dialokasikan ke investasi, dimasukan dalam
penghitungan keuntunganj atau kerugian pelepasan investasi. Contoh, jika induk perusahaan
menjual 30% dari investasi pada anak perusahaan, 30% dari selisih translasi kumulatif harus
dikeluarkan dari akun selisih translasi dan dimasukan dalam perhitungan keuantungan atau
kerugian dari pelepasan investasi luar negri.

1.7.LINDUNG NILAI INVESTASI BERSIH DI ANAK PERUSAHAAN LUAR NEGRI


PSAK 55 memperbolehkan lindung nilai investasi bersih anak perusahaan di entitas luar
negri. Contoh, PT induk mempunyai investasi besih €50.000 di anak perusahaan Geman,
yang dibayar seharga Rp600.000.000. Pt Induk dapat memuy=tuskan untuk melindung nilai
investasi aset bersih dengan melakukan kontrak kurs di muka untuk menjual euro, atau
perusahaan dapat mengeluarklan kewajiban berbasis euro. PSAK 55 menetapka bahwa
keuntungan atau kerugian dari bagaian efektif lindung nilai investasi bersih dimasukan dlam
pendapatan komperhensif lainnya sebagai bagian dari selisih translasi. Akan tetapi, jumlah
penggatian kerugian untuk pendapatan konferhensif dibatasi sebesar selisih translasi untuk
investasi bersih. Sebagai contoh, jika digunakan nilai tukar di muka untuk mengukur
efektivitas, jumlah penggantian kerugian dibatasi sebesar perubahan kurs tunas periode
tersebut. Selisih lebih atas bagian tidak efektif dari lindung nilai harus diakui dalasm laba
periode berjalan.

Anda mungkin juga menyukai