Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERKEMBANGAN DAN KLASIFIKASI

AKUNTANSI INTERNASIONAL

Dosen Pengampu:
Saifudin, SE, MSi

DISUSUN OLEH :
Rizki Oktavia Ningrum Putri (B.231.17.0355) (Ketua)
Devi Putma Saputri (B.231.17.0297) (Anggota)
Yuniar Mega Mentari (B.231.17.0304) (Anggota)
Wuni Prahasti (B.231.17.0334) (Anggota)
Rika Fathika Sari (B.231.17.0357) (Anggota)
Novan Ayudha S (B.231.17.0375) (Anggota)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUTANSI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi akuntansi yang demikian penting dalam kehidupan bisnis


dan keuangan, menunjukkan bahwa akuntansi dalam masyarakat
bisnis atau internasional melakukan fungsi jasa. Akuntansi harus
tanggap terhadap kebutuhan masyarakat yang terus berubah dan
harus mencerminkan kondisi budaya, ekonomi, hukum, sosial dan
politik dari masyarakat tempat dia beroperasi. Dengan demikian
akuntansi harus berada tetap dalam kedudukannya yang berguna
secara teknis dan sosial.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Akuntansi Internasional?


2. Bagaimana perkembangan standar akuntansi di Indonesia?
3. Apakah maksud dan tujuan klasifikasi akuntansi internasional?

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AKUNTANSI INTERNASIONAL

Akuntansi Internasional adalah akuntansi untuk transaksi


internasional, perbandingan prinsip akuntansi antar negara yang berbeda
dan harmonisasi Fungsi akuntansi yang demikian penting dalam
kehidupan bisnis dan keuangan, menunjukkan bahwa akuntansi berbagai
standar akuntansi dalam bidang kewenangan pajak, auditing dan bidang
akuntansi lainnya. Akuntansi harus berkembang agar mampu memberikan
informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan di perusahaan
pada setiap perubahan lingkungan bisnis.

2.2 PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA

Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada


US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Standard),
namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya
harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum
menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Di era globalisasi saat ini
menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat
diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan
adanya harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional. Namun
proses harmonisasi ini memiliki hambatan antaralain nasionalisme dan
budaya tiap-tiap negara, perbedaan system pemerintahan pada tiap-tiap
negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan
perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi
antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi.

Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak


investor untuk memasuki pasar modal di seluruh dunia, Kebutuhan ini
tidak bisa terpenuhi apabila perusahaan-perusahaan masih memakai
prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda. Amerika memakai FASB
dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa memakai IAS
dan IASB. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini.

Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar


akuntansi domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang
memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item item
pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan
semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi
dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan
menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan
keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi
yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban
perusahaan.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar


akuntansi internasional (IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada
tahun 2012 secara keseluruhan atau full adoption. Diharapkan Indonesia
sudah mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untuk
perbankan diharapkan tahun 2010. Dengan pencanangan tersebut timbul
permasalahan mengenai sejauh mana adopsi IFRS dapat diterapkan
dalam Laporan Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat adopsi yang
cocok apakah adopsi seluruh atau sebagian (harmonisasi), dan manfaat
bagi perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian
Indonesia pada umumnya, serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk
mengadopsi IFRS.

IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu


upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi
jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan.
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan interim
perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan
keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:

1. Menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan dapat


dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang
berdasarkan pada IFRS.
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk
para pengguna.

Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses


konvergensi secara penuh dengan International Financial Reporting
Standards(IFRS) yang dikeluarkan oleh IASB (International Accounting
Standards Board). Oleh karena itu, arah penyusunan dan pengembangan
standar akuntansi keuangan ke depan akan selalu mengacu pada standar
akuntansi internasional (IFRS) tersebut.
Peranan dan keuntungan harmonisasi atau adopsi IFRS sebagai standar
akuntansi domestik : Keuntungan harmonisasi menurut Lecturer Ph. Diaconu
Paul (2002) adalah:
1. Informasi keuangan yang dapat diperbandingkan,
2. Harmonisasi dapat menghemat waktu dan uang,
3. Mempermudah transfer informasi kepada karyawan serta
mempermudah dalam melakukan training pada karyawan,
4. Meningkatkan perkembangan pasar modal domestik menuju pasar
modal internasional,
5. Mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan
operasional yang berguna untuk menjalankan bisnis serta
mempermudah dalam pengelolaan hubungan baik dengan
pelanggan, supplier, dan pihak lain.
Dengan mengadopsi IFRS berarti laporan keuangan berbicara dengan
bahasa akuntansi yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan
multinasional dalam berkomunikasi dengan cabang cabang
perusahaannya yang berada dalam negara yang berbeda, meningkatkan
kualitas pelaporan manajemen dan pengambilan keputusan. Dengan
mengadopsi IFRS juga berarti meningkatkan kepastian dan konsistensi
dalam interpretasi akuntansi, sehingga memudahkan proses akuisisi dan
divestasi. Dengan mengadopsi IFRS kinerja perusahaan dapat
diperbandingkan dengan pesaing lainnya secara global, apalagi dengan
semakin meningkatnya persaingan global saat ini. Akan menjadi suatu
kelemahan bagi suatu perusahaan jika tidak dapat diperbandingkan
secara global, yang berarti kurang mampu dalam menarik modal dan
menghasilkan keuntungan di masa depan.

Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi internasional untuk


memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini
atau sebaliknya. Namun demikian, untuk mengadopsi standar
internasional itu bukan perkara mudah karena memerlukan pemahaman
dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah melakukannya namun
sifatnya baru harmonisasi, dan selanjutnya akan dilakukan full adoption
atas standar internasional tersebut. Adopsi standar akuntansi
internasional tersebut terutama untuk perusahaan publik. Hal ini
dikarenakan perusahaan publik merupakan perusahaan yang melakukan
transaksi bukan hanya nasional tetapi juga secara internasional. Jika ada
perusahaan dari luar negeri ingin menjual saham di Indonesia atau
sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan perbedaan standar akuntansi
yang dipergunakan dalam menyusun laporan.

Bagi banyak negara, akuntansi merupakan masalah nasional dengan


standar dan praktik nasional yang melekat erat dengan hukum nasional
dan aturan profesional.
Ada 8 delapan faktor yang mempengaruhi perkembangan akuntansi
internasional:

1. Sumber pendanaan. Di Negara-negara dengan pasar ekuitas yang


kuat, akuntansi memiliki focus atas seberapa baik manajemen
menjalankan perusahaan (profitabilitas), dan dirancang untuk
membantu investor menganalisis arus kas masa depan dan resiko
terkait. Sebaliknya, dalam system berbasis kredit di mana bank
merupakan sumber utama pendanaan, akuntansi memiliki focus
atas perlindungan kreditor melalui pengukuran akuntansi yang
konservatif.
2. Sistem Hukum. Dunia barat memiliki dua orientasi dasar: hukum
kode (sipil) dan hukum umum (kasus). Dalam negara-negara
hukum kode, hukum merupakan satu kelompok lengkap yang
mencakup ketentuan dan prosedur sehingga aturan akuntansi
digabungkan dalam hukum nasional dan cenderung sangat
lengkap. Sebaliknya, hukum umum berkembang atas dasar kasus
per kasus tanpa adanya usaha untuk mencakup seluruh kasus
dalam kode yang lengkap.
3. Di kebanyakan negara, peraturan pajak secara efektif menentukan
standar karena perusahaan harus mencatat pendapatan dan beban
dalam akun mereka untuk mengklaimnya untuk keperluan pajak.
Ketika akuntansi keuangan dan pajak terpisah, kadang-kadang
aturan pajak mengharuskan penerapan prinsip akuntansi tertentu.
4. Ikatan Politik dan Ekonomi, ide dan teknologi akuntansi dialihkan
melalui penaklukan, perdagangan, dan kekuatan sejenis. Sistem
pencatatan berpasangan (double-entry) yang berawal di italia pada
tahun 1400-an secara perlahan-lahan menyebar luas di eropa
bersamaan dengan gagasan-gagasan pembaruan (ranaissance)
lainnya. Kolonialisme inggris mengekspor akuntan dan konsep
akuntansi di seluruh wilayah kekuasaan inggris, pendudukan
jerman selama perang dunia II menyebabkan Prancis menerapkan
Plan Comptable. Amerika serikat memaksa rezim pengatur
akuntansi bergaya AS di jepang setelah berakhirnya Perang Dunia
II. Banyak negara-negara berkembang menggunakan sistem
akutansi yang dikembangkan di tempat lain, entah karena
dipaksakan kepada negara-negara tersebut (seperti india) atau
karena pilihan mereka sendiri (seperti negara-negara Eropa Timur
sekarang meniru sistem akuntansi menurut aturan Uni Eropa (EU).
seperti dijelasskan secara lebih umum, integrasi ekonomi memlalui
pertumbuhan perdagangan dan arus modal internasional
merupakan pendorong kuat akan konvergensi standar akuntansi.
5. Inflasi menyebabkan distorsi terhadap akuntansi biaya histories dan
mempengaruhi kecenderungan (tendensi) suatu Negara untuk
menerapkan perubahan terhadap akun-akun perusahaan.
6. Tingkat Perkembangan Ekonomi.Faktor ini mempengaruhi jenis
transaksi usaha yang dilaksanakan dalam suatu perekonomian dan
menentukan manakah yang paling utama.
7. Tingkat Pendidikan. Standar praktik akuntansi yang sangat rumit
akan menjadi tidak berguna jika disalahartikan dan disalahgunakan.
Pengungkapan mengenai resiko efek derivative tidak akan
informative kecuali jika dibaca oleh pihak yang berkompeten.
8. Empat dimensi budaya nasional, menurut Hofstede adalah
individualisme, jarak kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, dan
maskulinitas.

Berdasarkan hasil analisis Hofstede, Gray mengusulkan suatu


kerangka kerja yang menghubungkan budaya dan akutansi. Ia
mengusulkan empat dimensi nilai akutansi yang mempengaruhi praktik
pelaporan keuangan suatu negara, yaitu :
1. Profesionalisme Vesus ketetapan kewajiban pengendalian :
preferensi terhadap pertimbangan profesional individu dan
regulasi sendiri kalangan profesional dibandingkan terhadap
kepatuhan dengan ketentuan hukum yang telah ditentukan.
Preferensi terhadap pertimbangan profesional yang
independen merupakan hal yang konsisten atas kerangka
sosial yang terkait secara longgar dimana lebih banyak
penekanan terhadap kebebasan, kepercayaan dalam
bermain secara adil, dan aturan sedikit pertimbangan
profesional yang berbeda – beda cenderung lebih mudah
untuk ditoleransi.
2. Keragaman Versus Fleksibilitas : preferensi terhadap
keseragaman dan konsistensi dibandingkan fleksibilitas
dalam berkreasi terhadap suatu keadaan tertentu.
Konsisten dengan preferensi terhadap penghindaran
ketidakpastian yang menimbulkan perhatian terhadap hukum
dan aturan dan kode etik yang kaku, kebutuhan terhadap
aturan dan regulasi tertulis, penghormatan terhadap
kesesuaiaan dan pencarian kebenaran dan nilai yang
absolut dan utama.
3. Konservatisme Versus Optimisme : suatu preferensi dalam
memilih pendekatan yang lebih bijak untuk mengukur dan
mengatasi segala ketidakpastian dimasa depan, daripada
memilih pendekatan yang sekedar optimis namun beresiko.
Preferensi yang lebih konservatif merupakan hal yang
konsisten dengan menghimdarkan ketidak pastian yang
kuat, berasal dari perhatian terhadap keamanandan
kebutuhan yang di persepsikan untuk mengadopsi
pendekatan yang hati – hati di masa depan.
4. Kerahasiaan Versus Transparansi :preferensi atas
kerahasiaan atas pembatasan informasi usaha menurut
dasar kebutuhan untuk tahu dibandingkan dengan
kesediaan untuk mengungkapkan informasi kepada publik.
Preferensi terhadap kerahasiaan merupakan hal yang
konsisten dengan penghindaran ketidakpastian yang kuat
dan timbul dari kebutuhan untuk membatasi pengungkapan
informasi dengan maksud untuk menghindari konflik dan
kompetisi untuk mempertahankan keamanan masyarakat

2.3 MAKSUD DAN TUJUAN KLASIFIKASI AKUNTANSI


INTERNASIONAL

Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dengan dua


kategori : dengan pertimbangan dan secara empiris. Klasifikasi dengan
pertimbangan bergantung pada pengetahuan, intuisi, dan pengalaman.
Klasifikasi secara empiris menggunakan metode statistik untuk
mengumpulkan basis data prinsip dan praktik akuntansi seluruh dunia.

2.3.1 Empat Pendekatan terhadap Perkembangan Akuntansi

Klasifikasi awal yang dilakukan adalah yang diusulkan oleh Mueller


pertengahan tahun 1960-an. 1a mengidentifikasikan empat pendekatan
terhadap perkembangan akuntansi di negara-negara Barat dengaii sistem
ekonomi berorientasi pasar.

(1) Berdasarkan pendekatan makroekonomi


Praktik akuntansi didapatkan dan dirancang untuk
meningkatkan tujuan makroekonomi nasional. Tujuan perusahaan
umumnya mengikuti dan bukan memimpin kebijn nasional, karena
perusahaan bisnis mengoordinasikan kegiatan mereka dengan
kebijakan oasional. Karenanya, sebagai contoh, suatu kebijakan
nasional berupa lapangan kerja yangstabil dengan menghindari
perubahan besardalam siklusbisnisakan menghasilkan praktik
akuntansi yang meratakan laba. Atau, untuk mendorong
perkembangan industri tertentu, suatu negara dapat mengizinkan
penghapusan pengeluaran modal secara cepat pada beberapa
industri tersebut. Akuntansi di Swedia berkembang dan
pendekatan makroekonomi.
(2) Berdasarkan pendekatan mikroekonomi
Akuntansi berkembang dari prinsip-prinsip mikroekonomi.
Fokusnya terletak pada perusahaan secara individu yang memiliki
tujuan untuk bertahan hidup. Untuk mencapai tujuan ini,
perusahaan harus memperlahankan modal fisik yang dimiliki. Juga
sama pentingnya bahwa perusahaan memisahkan secara jelas
modal dari laba untuk mengevaluasi dan mengendalikan aktivitas
usaha. Pengukuran akuntansi yang didasarkan pada biaya
penggañtian sangat didukung karena paling sesuai dengan
pendekatan ini. Akuntansi di Belanda berkembang dari
mikroekonorni.

(3) Berdasarkan pendekatan independen


Akuntansi berasal dan praktik bisnis dan berkembang secara
ad hoc, dengan dasar perlahan-lahan dan pertimbangan, coba-
coba, dan kesalahan. Akuntansi dipandang sebagai Fungsi jasa
yang konsep dan prinsipnya di ambi1 dan proses bisnis yang
dijalankan, diambilkan dari cabang keilmuan seperti ekonomi.
Bisnis menghadapi kerumitan dunia nyata dan ketidakpastian
yang senantiasa terjadi melalui pengalaman, praktik, dan intuisi.
Akuntansi berkembang dengan cara yang sama. Sebagai contoh,
laba secara sederhana merupakan hal yang paling bermanfaat
dalam praktik dan pengungkapan secara pragmatis menjawab
kebutuhan para pengguna. Akuntansi berkembang secara
independen di lnggris dan Amerika Serikat.

(4) Berdasarkan pendekatan yang seragam


Akuntansi distandardisasi dan digunakan sebagai alat untuk
kendali administrasi oleh pemerintah pusat. Keragaman dalam
pengukuran, pengungkapan, dan penyajian akan memudahkan
perancang pemerintah, otoritas pajak dan bahkan manajer untuk
menggunakan informasi akuntansi dalam mengendalikan seluruh
jenis bisnis. Secara umum, pendekatan seragam digunakan di
negara-negara dengan keterlibatan pemerintah yang besar dalam
perencanaan ekonomi di mana akuntansi digunakan antara lain
untuk mengukur kinerja, mengalokasikan sumber daya,
mengumpulkan pajak dan mengendalikan harga. Prancis, dengan
bagan akuntansi nasional yang seragam.

2.3.2 Sistem Hukum Akuntansi Hukum Umum Versus Kodifikasi


Hukum

Akuntansi juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan sistem


hukum suatu Negara menjadi:
1. Akuntansi dalam negara-negara hukum umum memiliki
karakter berorientasi terhadap “penyajian wajar”, transparansi
dan pengungkapan penuh dan pemisahan antara akuntansi
keuangan dan pajak. Pasar saham mendominasi sumber-
sumber keuangan dan pelaporan keuangan ditujukan untuk
keseluruhan informasi investor luar.
2. Akuntansi dalam negara-negara yang menganut kondifikasi
hukum memiliki karakteristik berorientasi legalistik, tidak
membiarkan pengungkapan dalam jumlah kurang, dan
kesesuaian antara akuntansi keuangan dan pajak. Bank atau
pemerintah mendominasi sumber keuangan dan pelaporan
keuangan ditujukan untuk perlindungan kreditor. Penentuan
standar akuntansi cenderung merupakan aktivitas sektor
publik, dengan relatif sedikit pengaruh dari profesi akuntansi.

Pemberian karakter akuntansi memaralelkan hal yang


disebut sebagai model “pemegang saham” dan “pihak
berkepentingan” tata kelola perusahaan dalam negara hukum
umum dan kodifikasi hukum. Seperti yang disebutkan
terdahulu dalam bab ini, sistem hukum suatu negara dan
sistem keuangannya dapat dikaitkan dalam hubungan sebab-
akibat. Suatu sistem legal dalam hukum umum menekankan
hak pemegang saham dan menawarkan perlindungan yang
lebih kuat kepada investor daripada sistem kodifikasi hukum.
Hukum melindungi investor luar dan secara hukum sangat
ditegakkan. Hasilnya adalah pasar modal yang kuat
berkembang di negara-negara hukum umum dan pasar modal
yang lemah berkembang di negara-negara kodifikasi hukum.
Perusahaan-perusahaan di negara hukum umum memperoleh
modal dalam jumlah yang besar melalui penawaran publik
saham kepada sejumlah investor, dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan di negara yang menganut kodifikasi
hukum. Oleh karena investor memiliki posisi wajar terhadap
perusahaan, terhadap permintaan akan informasi akuntansi
yang mencerminkan kinerja operasi dan posisi keuangan
dengan akurat. Pengungkapan publik menyelesaikan masalah
informasi yang tidak seimbang (asimetris) antara perusahaan
dan investor .

Sebaliknya, kepemilikan perusahaan dalam negara yang


menganut kodifikasi hukum cenderung terkonsentrasi di
tangan para keluarga, perusahaan lain dan bank komersial
yang besar, perusahaan memperoleh sebagian besar
kebutuhan modalnya dari pemerintah atau melalui pinjaman
bank. Utang sebagai sumber pendanaan relatif lebih penting
di negara-negara yang menganut kodifikasi hukum bila
dibandingkan negara-negara hukum umum. Pengukuran
akuntansi yang konservatif memberikan perlindungan kepada
para kreditor bila terjadi gagal bayar. Kreditor utama dan
investor ekuitas yang penting dapat memperoleh kursi dalam
dewan direktur, bersama dengan pihak berkepentingan
lainnya, seperti buruh dan pemasok dan pelanggan yang
penting. Oleh karena permintaan informasi dipenuhi melalui
komunikassi pribadi, permintaan terhadap pengungkapan
publik relatif lebiih sedikit. Laba akuntansi merupakan dasar
penentuan pajak penghasilan terutang dan sering kali
merupakan dasar penentuan dividen dan bonus karyawan,
sehingga menimbulkan tekanan untuk melakukan perataan
jumlah laba dari tahun ke tahun.

2.3.3 Sistem Praktik Akuntansi Penyajian Wajar versus


Kepatuhan Hukum

Banyak perbedaan akuntansi pada tingkat nasional menjadi


semakin hilang. Terdapat beberapa alasan untuk
mengklasifikasikan perbedaaan system praktik yakni:

1. Pentingnya pasar saham sebagai sumber keuangan terasa


semakin berkembang di seluruh dunia. Modal sifatnya makin
menjadi makin global, sehingga menuntut adanya standar
laporan keuangan perusahaan yang juga diakui secara
mendunia. Bagi banyak perusahaan, penyamaan standar
laporan keuangan dalam tingkat global akan mengurangi
juga biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
melakukan penyesuaian terhadap aturan keuangan yang
berbeda-beda, sehingga modal yang dibutuhkan untuk
pengeluaran juga dapat berkurang.

2. Pelaporan keuangan ganda kini menjadi hal hal yang umum.


Satu set laporan keuangan sesuai dengan ketentuan
pelaporan keuangan domestik local, sedangkan yang satu
lagi menggunakan prinsip akuntansi dan berisi
pengungkapan yang ditunjukkan kepada investor
internasional.

Beberapa negara yang menganut kodifikasi hukum,


secara khusus Jerman dan Jepang, mengalihkan tanggung
jawab pembentukan standar akuntansi dari pemerintah
kepada kelompok sektor swasta yang profesional dan
independen.
Proses ini membuat proses penetapan standar
menjadi mirip dengan proses di negara-negara hukum
umum seperti Australia, Kanada, Inggris, dan Amerika
Serikat, dan hal ini dilihat sebagai suatu cara untuk secara
lebih aktif memengaruhi agenda-agenda IASB. Poin ini
menunjukan bawa kerangka kerja yang lain selain sistem
hukum diperlukan untuk mengklasifikasikan akuntansi di
seluruh dunia. Masalah lain adalah penggunaan cadangan
secara bijak untuk meratakan laba dari satu periode ke
periode yang lain. Praktik ini bertentangan dengan penyajian
wajar, praktik ini lebih jarang dilakukan di negara-negara
dengan penyajian wajar dibandingkan dengan di negara-
negara yang menganut kepatuhan hukum. Tentu saja, jika
manipulasi semacam ini diungkapakan, investor dapat
mengubah pengaruh terhadap laba. Hal ini mungkin tidak
dapat terjadi; cadangan sering kali merupakan suatu
rahasia. 

3. Penyajian wajar dan subtansi mengungguli bentuk


merupakan ciri utama akuntansi hukum umum yang
dijelaskan. Akuntansi umum berorientasi terhadap kebutuhan
pengambilan keputusan oleh investor luar. Laporan
keuangan dibuat untuk membantu para investor dalam
menilai kinerja manajemen dan memperkirakan arus kas dan
keuntungan di masa depan. Akuntansi kepatuhan hukum
dirancang untuk memenuhi ketentuan yang dikenakan
pemerintah seperti perhitungan laba kena pajak atau
mematuhi rencana makroekonomi pemerintah nasional.
Jumlah laba dapat juga menjadi dasar pembayaran deviden
kepada para pemegang saham dan bonus yang dibayarkan
kepada para manajer dan karyawan. Pengukuran dengan
standar konservatif memastikan bahwa jumlah nilai yang
dibagikan tersebut terbagi secara bijaksana dan sepadan.
Pola yang rata dalam laba dari tahun ke tahun berarti pajak,
deviden, dan pembayaran bonus akan menjadi lebih stabil.
Akuntansi kepatuhan hukum akan terus digunaka dalam
laporan keuangan perusahaan secara individu yang ada di
negara-negara yang menganut kodifikasi hukum di mana
laporan konsolidasi menerapkan pelaporan dengan
penyajian wajar.
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pada intinya, perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari


awal sampai dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS
(Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2008).

1. Di Indonesia selama dalam penjajahan Belanda, tidak ada standar


Akuntansi yang dipakai. Indonesia memakai standar (Sound
Business Practices) gaya Belanda.
2. Sampai Tahun 1955 : Indonesia belum mempunyai undang –
undang resmi /peraturan tentang standar keuangan.
3. Tahun 1974 : Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang
dibuat oleh IAI yang disebut dengan prinsip Akuntansi.
4. Tahun 1984 : Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi
standar
5. Akhir Tahun 1984 : Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti
standar yang Bersumber dari IASC (International Accounting
Standart Committee)
6. Sejak Tahun 1994 : IAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS.
7. Tahun 2008 : diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan
dapat memberi perbaikan yang lebih baik.
8. 2012 : Ikut IFRS sepenuhnya.
DAFTAR REFERENSI:

Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek. International Accounting. Buku 1


Edisi 6. 2010: Salemba Empat

http://xsaelicia.blogspot.com/2013/03/bab-2-perkembangan-
klasifikasi_10.html

Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller, 2005., Akuntansi


Internasional – Buku 1,
Edisi 5., Salemba Empat, Jakarta

http://fadhilzs.blogspot.com/2012/04/resume-akuntansi-internasional.html
Tugas Kuliah 27

Anda mungkin juga menyukai