Anda di halaman 1dari 23

Dosen Pengampuh:

Ahmad Mansur AM, SE., M.Ak

PERKEMBANGAN DAN KLASIFIKASI AKUNTANSI

OLEH:
KELOMPOK III (TIGA)
AKUNTANSI INTERNASIONAL 2019

IKA JUSNIAR
IRA WULANDARI
ICA CAHYANI
HIJRANA
JULIA
HARTINA
MULIANA HAERUL

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri dan syaitan yang selalu menghembuskan kebatilan pada
diri kita.

Alhamdulillah dengan rahmat dan pertolongan-Nya, makalah yang berjudul


“Perkembangan Dan Klasifikasi Akuntansi” ini dapat di selesaikan dengan baik. Makalah
ini kami susun dengan tujuan sebagai salah satu sumber referensi.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Terlebih kami ucapkan terima kasih
kepada:

1. Bapak Ahmad Mansur AM, SE., M.Ak elaku dosen pengampuh mata kuliah Akuntansi
Internasional .
2. Teman-teman yang selalu memberikan masukan dalam menyelesaikan makalah ini.
Selama Pembuatan makalah ini kami sudah berusaha dengan maksimal, namun
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk
kedepannya.

Majene, 15 Maret
2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
D. Manfaat......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Akuntansi Internasional....................................................3
B. Klasifikasi Akuntansi Internasional..........................................................9
C. Perbandingan Klasifikasi Sistem Akuntansi Internasional........................14
D. Pengaruh-Pengaruh Terhadap Perkembangan Dunia Akuntansi..............15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Akuntansi harus memberikan respons terhadap kebutuhan masyarakat akan


informasi yang terus berubah dan mencerminkan kondisi budaya, ekonomi, hukum,
sosial, dan politik yang ada dalam lingkungan operasinya. Sejarah akuntansi dan
para akuntan memperlihatkan perubahan secaraterus-menerus. Pada awalnya,
akuntans itidak lebih dari sistem pencatatan untuk jasa perbankan tertentu dan
skema pemungutan pajak. Sistem pencatatan berpasangan kemudian dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan sejumlah perusahaan dagang. Industrialisasi dan
pembagian kerja memerlukan adanya analisis biaya dan akuntansi manajemen.
Timbulnya perusahaan modern mendorong pelaporan keuangan dan auditing secara
periodik. Agar dapat mengikuti perhatian masyarakat terhadap lingkungan yang
makin meningkat dan perhatian terhadap integritas perusahaan, akuntan telah
menemukan cara untuk mengukur dan melaporkan kewajiban pemulihan kondisi
lingkungan dan mengungkapkan praktik pencucian uang dan hal-hal sejenis yang
berkaitan dengan kejahatan kerah putih. Akuntansi memberikan informasi
pengambilan keputusan kepada pasar surat berharga umum domestik dan
internasional yang sangat besar. Akuntansi telah memperluas lingkupnya terhadap
konsultasi manajemen dan menggabungkan teknologi informasi yang makin
berkembang kedalam sistem dan prosedurnya.

Mengapa kita harus mengetahui bagaimana dan mengapa akuntansi


berkembang? Jawabannya adalah sama seperti mengapa mempelajari
perkembangan dalam bidang yang lain. Kita akan dapat memahami dengan lebih
baik sistem akuntansi suatu negara dengan mengetahui faktor-faktor dasar yang
memengaruhi perkembangannya. Tentu saja akuntansi berbeda dari satu tempat
ketempat lain di seluruh dunia dan pengetahuan mengenai faktor perkembangan
membantu untuk memahami mengapa hal itu terjadi. Dengan kata lain, perbedaan-
perbedaan yang terlihat serta persamaan-persamaan dapat dijelaskan melalui faktor-
faktor tersebut. Oleh, karena akuntansi bereaksi terhadap lingkungannya,
lingkungan budaya, ekonomi, hukum, dan politik yang berbeda-beda menghasilkan
sistem yang serupa pula.

Hal ini membawa kita untuk melakukan klasifikasi. Mengapa kita harus
melakukan klasifikasi (perbandingan) sistem akuntansi keuangan nasional atau
regional? Klasifikas imerupakan dasar untuk memahami dan menganalisis mengapa

1
dan bagaimana sistem akuntansi nasional berbeda-beda. Kita juga dapat
menganalisis apakah sistem-sistem tersebut cenderung menyatu atau berbeda.
Tujuan klasifikasi adalah untuk mengelompokkan sistem akuntansi keuangan
menurut karakteristik khususnya. Klasifikasi mengungkapkan struktur dasar di
mana anggota-anggota kelompok memiliki kesamaan dan apa yang membedakan
kelompok-kelompok yang beranekaragam satu sama lain. Dengan mengenali
kesamaan dan perbedaan, pemahaman kita mengenai sistem akuntansi akan lebih
baik. Klasifikasi merupakan cara untuk melihat dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Akuntansi Internasional ?
2. Bagaimana Klasifikasi Akuntansi Internasional ?
3. Bagaimana Perbandingan Klasifikasi Sistem Akuntansi Internasional ?
4. Bagaimana Pengaruh-Pengaruh Terhadap Perkembangan Dunia Akuntansi ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Perkembangan Akuntansi Internasional
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Akuntansi Internasional
3. Untuk Mengetahui Perbandingan Klasifikasi Sistem Akuntansi Internasional
4. Untuk Mengetahui Pengaruh-Pengaruh Terhadap Perkembangan Dunia Akuntansi
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah agar dapat menambah
pengetahuan dan wawasan yang lebih tentang Perkembangan Dan Klasifikasi Akuntansi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Akuntansi Internasional
Standar dan praktik akuntansi di setiap negara merupakan hasil dari interaksi
yang kompleks di antara faktor ekonomi, sejarah, kelembagaan, dan budaya. Dapat
diduga akan terjadinya perbedaan antar negara. Faktor-faktor yang memengaruhi
perkembangan akuntansi internasional juga membantu menjelaskan perbedaan
akuntansi antar-bangsa. Kami meyakini bahwa delapan faktor berikut ini memiliki
pengaruh yang signifikan dalam perkembangan akuntansi. Tujuh faktor pertama
berupa ekonomi, sejarah sosial, dan/atau kelembagaan dan merupakan faktor yang
sering disebutkan oleh para penulis akuntansi. Akhir-akhir ini, hubungan antara
budaya (faktor kedelapan berikut ini) dan perkembangan akuntansi mulai di gali
lebih lanjut.

a. Sumber Pendanaan
Di negara-negara dengan pasar ekuitas yang kuat, seperti Amerika Serikat dan
Inggris, akuntansi memiliki fokus atas seberapa baik manajemen menjalankan perusahaan
(profitabilitas) dan dirancang untuk membantu investor menganalisi sarus kas masa depan
dan risiko terkait. Pengungkapan dilakukan sangat lengkap untuk memenuhi ketentuan
kepemilikan publik yang luas. Sebaliknya, dalam sistem berbasis kredit di mana bank
merupakan sumber utama pendanaan, akuntansi memiliki fokus pada perlindungan kreditor
melalui pengukuran akuntansi yang konservatif dalam meminimumkan pembayaran
dividen dan menjaga pendanaan yang mencukupi dalam rangka perlindungan bagi para
peminjam. Oleh karena lembaga keuangan memilik akses langsung terhadap informasi apa
saja yang di inginkan, pengungkapan publik yang luas dianggap tidak perlu. Contohnya
adalah Jepang dan Swiss.
b. Sistem Hukum
Sistem hukum menentukan bagaimana individu dan lembaga berinteraksi. Dunia
barat memiliki dua orientasi dasar: kodifikasi hukum (sipil) dan hukum umum (kasus).
Kodifikasi hukum utamanya diambil dari hukum Romawi dan kode Napoleon. Dalam
negara-negara yang menganut sistem kodifikasi hukum Latin-Romawi, hukum merupakan
satu kelompok lengkap yang mencakup ketentuan dan prosedur. Kodifikasi standar dan
prosedur akuntansi merupakan hal yang wajar dan sesuai di sana. Dengan demikian, di

3
negara-negara yang menganut kodifikasi hukum, aturan akuntansi digabungkan dalam
hukum nasional dan cenderung sangat lengkap dan mencakupi banyakprosedur.
Sebaliknya, hukum umum berkembang atas dasar kasus per kasus tanpa adanya usaha
untuk mencakup seluruh kasus dalam kode lengkap. Tentu saja, terdapat hukum dasar,
tetapi cenderung tidak terlalu detail dan lebih fleksibel bila dibandingkan dengan sistem
kodifikasi hukum. Hal ini mendorong usaha coba-coba dan memungkinkan penerapan
pertimbangan. Hukum umum diambil dari kasus hukum Inggris. Pada kebanyakan negara
hukum umum, aturan akuntansi ditetapkan oleh organisasi profesional sektor swasta. Hal
ini memungkinkan aturan akuntansi menjadi lebih adaptif dan inovatif. Kecuali untuk
ketentuan dasar yang luas, kebanyakan aturan akuntansi tidak digabungkan secara langsung
kedalam hukum dasar. Kodifikasi hukum (kode hukum) akuntansi cenderung terpaku pada
bentuk (formal) legalnya saja, sementara hukum akuntansi yang lebih umum cenderung
terpaku pada muatan (isi) ekonominya. Sebagai contoh, sewa guna usaha di bawah aturan
hukum umum biasanya tidak dikapitalisasi. Sebaliknya, sewa guna usaha di bawah hukum
umum pada dasarnya dapat dikapitalisasi jika ia menjadi bagian dari pembelian
properti.Tampilan di bawah ini menunjukkan daftar negara-negara yang menganut
kodifikasi hukum dan hukum umum.

Negara-negara yang Menganut Kodifikasi Hukum dan Hukum Umum.

4
c. Perpajakan
Di kebanyakan negara, peraturan pajak secara efektif menentukan standar akuntansi
karena perusahaan harus mencatat pendapatan dan beban dalam akun mereka untuk
mengklaimnya dalam keperluan pajak. Dengan kata lain, pajak keuangan dan pajak
akuntansi adalah sama. Dalam kasus ini, sebagai contoh adalah kasus yang terjadi di
Jerman dan Swedia. Di negara lain seperti Belanda, akuntansi keuangan dan pajak
berbeda: laba kena pajak pada dasarnya adalah laba akuntansi keuangan yang disesuaikan
terhadap perbedaan-perbedaan dengan hukum pajak. Tentu saja, ketika akuntansi
keuangan dan pajak terpisah, kadang-kadang aturan pajak mengharuskan penerapan
prinsip akuntansi tertentu. Penlaian persediaan menurut Masuk Terakhir Keluar Pertama
(last-in, firstout–LIFO) di Amerika Serikat merupakan satu contoh.
d. Ikatan Politik dan Ekonomi
Ide dan teknologi akuntansi dialihkan melalui penaklukan, perdagangan, dan
kekuatan sejenis. Sistem pencatatan berpasangan (double-entry) yang berawal di Italia
pada tahun 1400-an secara perlahan-lahan menyebar luas di Eropa bersamaan dengan
gagasan gagasan pembaruan (ranaissance) lainnya. Kolonialisme Inggris mengekspor
akuntan dan konsep akuntansi di seluruh wilayah kekuasaan Inggris. Pendudukan Jerman
selama Perang Dunia II menyebabkan Prancis menerapkan Plan Comptable. Amerika
Serikat memaksa rezim pengatur akuntansi bergaya AS di Jepang setelah berakhirnya
Perang Dunia II. Banyak negara-negara berkembang rmenggunakan sistem akuntansi
yang dikembangkan di tempat lain, entah karena dipaksakan kepada negara-negara
tersebut (seperti India) atau karena pilihan mereka sendiri (seperti negara-negara Eropa
Timur sekarang meniru sistem akuntansi menurut aturan Uni Eropa [EU]. Integrasi
ekonomi melalui pertumbuhan perdagangan dan arus modal internasional merupakan
pendorong kuat akan konvergensi standar akuntansi.
e. Inflasi.
Inflasi mengaburkan biaya historis akuntansi melalui penurunan berlebihan terhadap
nilai-nilai aset dan beban-beban terkait, sementara di sisi lain melakukan peningkatan
berlebihan terhadap pendapatan. Negara-negara dengan inflasi tinggi sering kali menuntut
perusahaan-perusahaan melakukan berbagai perubahan harga kedalam penghitungan
keuangan mereka. Meksiko dan beberapa negara Amerika Selatan menggunakan
akuntansi tingkat umum karena pengalaman mereka dengan hiperinflasi. Pada akhirtahun
1970-an, sehubungan dengan tingkat inflasi yang tidak biasanya tinggi, AS dan Inggris
melakukan eksperimen dengan pelaporan pengaruh perubahan harga.
f. Tingkat Perkembangan Ekonomi

5
Faktor ini memengaruhi jenis transaksi usaha yang dilaksanakan dalam suatu
perekonomian dan menentukan manakah yang paling utama. Pada gilirannya, jenis
transaksi menentukan masalah akuntansi yang dihadapi. Sebagai contoh, kompensasi
eksekutif perusahaan berbasis saham atau sekuritisasi aset merupakan sesuatu yang jarang
terjadi dalam perekonomian dengan pasar modal yang kurang berkembang. Saat ini,
banyak perekonomian industri berubah menjadi perekonomian jasa. Masalah akuntansi
seperti penilaian aset tetap dan pencatatan depresiasi yang sangat relevan dalam sektor
manufaktur menjadi semakin kurang penting. Tantangan-tantangan akuntansi yang baru,
seperti penilaian aset tidak berwujud dan sumberdaya manusia, semakin berkembang.
g. Tingkat Pendidikan
Standar dan praktik akuntansi yang sangat rumit (sophisticated) akan menjadi tidak
berguna jika disalah artikan dan disalah gunakan. Sebagai contoh pelaporan teknis yang
kompleks mengenai varian perilaku biaya tidak akan berarti apa-apa, kecuali para
pembaca memahami akuntansi biaya. Pengungkapan mengenai risiko efek derivatif tidak
akan informatif kecuali jika dibaca oleh pihak yang berkompeten. Pendidikan akuntansi
yang profesional sulit dicapai jika taraf pendidikan di suatu negara secara umum juga
rendah. Meksiko adalah salah situ contoh negara di mana permasalahan ini telah berhasil
ditanggulangi. Pada situasi lainnya, sebuah negara harus mengimportenaga pelatihan atau
mengirim warganya ke negara lain untuk memperoleh kualifikasi yang layak. Hal terakhir
inilah yang saat ini sedang diterapkan oleh Cina.
Beberapa dari tujuh variabel pertama ini sangat berhubungan. Sebagai contoh,
sistem hukum umum berawal di Inggris dan kemudian diekspor ke negara-negara seperti
Australia, Kanada, dan Amerika Serikat. Keempat negara ini seluruhnya memiliki pasar
modal yang sangat maju, yang mendominasi orientasi pelaporan keuangan di negara-
negara tersebut. Akuntansi keuangan dan pajak bersifat terpisah. Sebaliknya, kebanyakan
negara-negara Eropa Kontinental dan Jepang memilik isistem kodifikasi hukum dan
bergantung pada perbankan atau pemerintah untuk memperoleh kebanyakan pendanaan.
Aturan akuntansi di sana pada umumnya sesuai dengan hukum pajak.
Sangatlah sulit untuk menentukan mana yang penyebab dan mana yang akibat. Jenis
sistem hukum mungkin terlebih dahulu memengaruhi sistem keuangan di suatu negara.
Sistem hukum umum menekankan hak pemegang saham dan menawarkan perlindungan
investor yang lebih baik dibandingkan kodifikasi hukum. Hasilnya adalah pasar ekuitas
yang kuat berkembang di negara-negara hukum umum dan pasar ekuitas yang lemah
berkembang di negara-negara yang menganut kodifikasi hukum. Perpajakan merupakan
fungsi akuntansi yang penting di setiap negara yang mengenakan pajak penghasilan
perusahaan. Apakah pajak mendominasi orientasi akuntansi bergantung pada apakah
akuntansi memilik itujuan kompetisi, yaitu memberikan informasi kepada pemegang

6
saham luar. (Akuntansi pajak tidak cocok untuk tujuan ini). Dengan demikian, jika hukum
umum menghasilkan pasar ekuitas yang kuat, perpajakan tidak akan mendominasi. Akan
terdapat dua jenis aturan akuntansi: yang satu untuk perpajakan dan yang lain untuk
pelaporan keuangan. Aturan pajak akan mendominasi di negara-negara yang menganut
kodifikasi hukum atau yang berbasis kredit, di mana akuntansi untuk perpajakan dan
pelaporan keuangan akan sama. Dua orientasi akuntansi yang berkembang ditimbulkan
oleh keadaan-keadaan ini. Hal yang satu berorientasi pada penyajian wajar posisi
keuangan dan hasil operasi, sedangkan yang satu lagi dirancang untuk memenuhi
ketentuan hukum dan hukum pajak. Perbedaan antara penyajian wajar versus kepatuhan
hukum akandi bahas lebih lanjut pada akhir bab ini.
h. Budaya
Di sini budaya berarti nilai-nilai dan perilaku yang dibagi oleh suatu masyarakat.
Variabel budaya mendasari pengaturan kelembagaan di suatu negara (seperti sistem
hukum,). Hofstede mendasari empat dimensi budaya nasional (nilai sosial) :
1. Individualisme
2. Jarak kekuasaan
3. Penghindaran ketidak pastian
4. Maskulinitas
Analisis yang dilakukannya didasarkan pada data yang berasal dari para karyawan
sebuah perusahaan multinasional besardari AS yang beroperasi di 40 negara yang
berbeda. Secaras ingkat, individualisme (versus kolektivisme) merupakan kecenderungan
terhadap suatu tatanan sosial yang tersusun longgar dibandingkan terhadap tatanan yang
tersusun ketat dan saling tergantung (saya versus kita). Jarak kekuasaan adalah sejauh
mana hierarki dan pembagian kekuasaan dalam suatu lembaga dan organisasi secara tidak
adil dapat diterima. Penghindaran ketidakpastian adalah sejauh mana masyarakat tidak
merasa nyaman dengan ambiguitas dan suatu masa depan yang tidak pasti. Maskulinitas
(versus feminitas) adalah sejauh mana peran gender dibedakan serta kinerja dan
pencapaian yang dapat dilihat (nilai-nilai maskulin yang tradisional) ditekankan dari pada
hubungan dan perhatian (nilai-nilai feminin yang tradisional). Beberapa ahli sekarang
menyebutnya orientasi pencapalan.
Berdasarkan hasil analisis Hofstede, Gray mengusulkan suatu kerangka kerja yang
menghubungkan budaya dan akuntansi. Ia mengusulkan empat dimensi nilai akuntansi
yang memengaruhi praktik pelaporan keuangan suatu negara, yaitu:
1. Profesionalisme versus ketetapan wajib pengendalian, preferensi terhadap
pertimbangan profesional individu dan regulasi sendiri kalangan professional
dibandingkan terhadap kepatuhan dengan ketentuan hukum yang telah ditentukan.
Preferensi terhadap pertimbangan profesional yang independen merupakan hal yang

7
konsisten dengan preferensi atas kerangka sosial yang terkait secara longgar di mana
lebih banyak penekanan terhadap kebebasan, kepercayaan dalam bermain secara adil,
dan aturan sedikit mungkin di mana pertimbangan profesional yang berbeda-beda
cenderung lebih mudah untuk ditoleransi. Profesionalisme lebih mungkin diterima di
suatu masyarakat dengan jarak kekuasaan yang lebih kecil di mana terdapat perhatian
atas hak yang sama, di mana orang pada berbagai tingkat kekuasaan merasa tidak
terlalu terancam dan lebih siap untuk memercayai orang, di mana terdapat
kepercayaan akan adanya kebutuhan untuk membenarkan penegakan hukum dan
aturan.
2. Keseragaman versus fleksibilitas, preferensi terhadap keseragaman dan konsistensi
dibandingkan fleksibilitas dalam bereaksi terhadap suatu keadaan tertentu. Preferensi
terhadap keseragaman bersifat konsisten dengan preferensi terhadap penghindaran
ketidakpastian kuat yang menimbulkan perhatian terhadap hukum dan aturan dan
kodeetik yang kaku, kebutuhan terhadap aturan dan regulasi tertulis, penghormatan
terhadap kesesuaian dan pencarian kebenaran dan nilai yang absolut dan utama.
Keseragaman juga konsisten dengan preferensi terhadap kolektivisme dengan
kerangka sosial yang terkait dengan ketat, kepercayaan pada organisasi dan tatanan,
dan penghormatan terhadap norma-norma kelompok. Keseragaman juga lebih mudah
difasilitasi oleh suatu masyarakat dengan jarak kekuasaan yang besar di mana
penerapan hukum dan kodekarakter yang seragam lebihm udah untuk diterima.
3. Konservatisme versus optimisme, suatu preferensi dalam memilih pendekatan yang
lebih bijak untuk mengukur dan mengatasi segala ketidakpastian di masa depan dari
pada memilih pendekatan yang sekadar optimis namun berisiko. Preferensi terhadap
ukuran-ukuran laba yang lebih konservatif merupakan hal yang konsisten dengan
penghindaran ketidakpastian yang kuat berasal dari perhatian terhadap keamanan dan
kebutuhan yang dipersepsikan untuk mengadopsi pendekatan yang hati-hati untuk
menangani ketidakpastian peristiwa masa depan. Penekanan terhadap pencapaian dan
kinerja individu dapat mendorong pendekatan atas pengukuran yang relatif kurang
konservatif.
4. Kerahasiaan versus transparansi, preferensi atas kerahasiaan dan pembatasan
informasi usaha menurut dasar kebutuhan untuk tahu dibandingkan dengan kesediaan
untuk mengungkapkan informasi kepada publik. Preferensi terhadap kerahasiaan
merupakan hal yang konsisten dengan penghindaran ketidakpastian yang kuat dan
timbul dari kebutuhan untuk membatasi pengungkapan informasi dengan maksud
untuk menghindari terjadinya konflik dari kompetisi dan untuk mempertahankan
keamanan. Masyarakat dengan karakter kekuasaan yang tertinggi akan sangat
mungkin berkarakter membatasi informasi untuk mempertahankan ketidaksetaraan

8
dalam kekuasaan. Kerahasiaan juga konsisten dengan preferensiatas kolektivisme
dengan perhatiannya terhadap hal-hal yang sangat terkait dengan perusahaan
dibandingkan dengan pihak luar. Masyarakat yang lebih menekankan pada kualitas
hidup, masyarakat, dan lingkungan, akan cenderung untuk lebih terbuka khususnya
informasi yang berkaitan dengan sosial. Tampilan di bawah ini memperlihatkan
bagaimana nilai-nilai akuntansi Gray berhubungan dengan dimensi budaya Hofstede.

Tampilan Hubungan antara Nilai-nilai Akuntansi dan Dimensi Budaya

Catatan: “+” menunjukkan hubungan langsung antara variable terkait “–”


menunjukkan hubungan yang berkebalikan, “•” menunjukkan bahwa sifat hubungan tidak
dapat ditemukan. Gray membuat hipotesis bahwa individualisme dan penghindaran
ketidakpastian akan sangat memengaruhi akuntansi, diikuti oleh jarak kekuasaan dan
maskulinitas.

B. Klasifikasi Akuntansi Internasional

Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dalam dua kategori


dengan pertimbangan dan secara empiris. Klasifikasi dengan pertimbangan
bergantung pada pengetahuan, intuisi, dan pengalaman. Klasifikasi secara empiris
menggunakan metode statistik untuk mengumpulkan basis data prinsip dan praktik
akuntansi seluruh dunia.

1. Empat Pendekatan terhadap Perkembangan Akuntansi


 Klasifikasi awal yang dilakukan adalah yang diusulkan oleh Mueller pertengahan
tahun 1960-an. Ia mengidentifikasikan empat pendekatan terhadap perkembangan
akuntansi di negara-negara Barat dengan sistem ekonomi berorientasi pasar.
Berdasarkan pendekatan makro ekonomi, praktik akuntansi didapatkan dari dan
dirancang untuk meningkatkan tujuan makro ekonomi nasional. Tujuan perusahaan
umumnya mengikuti dan bukan memimpin kebijakan nasional, karena perusahaan
bisnis mengoordinasikan kegiatan mereka dengan kebijakan nasional. Oleh
karenanya, sebagai contoh, suatu kebijakan nasional berupa lapangan kerja yang
stabil dengan menghindari perubahan besar dalam siklus bisnis akan menghasilkan

9
praktik akuntansi yang meratakan laba. Atau, untuk mendorong perkembangan
industri tertentu, suatu negara dapat mengizinkan penghapusan pengeluaran modal
secara cepat pada beberapa industri tersebut. Akuntansi di Swedia berkembang dari
pendekatan makro ekonomi.
 Berdasarkan pendekatan mikro ekonomi, akuntansi berkembang dari prinsip-prinsip
mikro ekonomi. Fokusnya terletak pada perusahaan secara individu yang memiliki
tujuan untuk bertahan hidup. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan harus
mempertahankan modal fisik yang dimiliki. Juga sama pentingnya bahwa perusahaan
memisahkan secara jelas modal dari laba untuk mengevaluasi dan mengendalik
anaktivitas usaha. Pengukuran akuntansi yang didasarkan pada biaya penggantian
sangat didukung karena paling sesuai dengan pendekatan ini. Akuntansi di Belanda
berkembang dari mikro ekonomi.
 Berdasarkan pendekatan disiplin independen, akuntansi berasal dari praktik bisnis
dan berkembang secara ad hoc, dengan dasar perlahan-lahan dari pertimbangan,
coba-coba, dan kesalahan. Akuntansi dianggap sebagai fungsi jasa yang konsep dan
prinsipnya diambil dari proses bisnis yang dijalankan, dan bukan dari cabang
keilmuan seperti ekonomi. Bisnis menghadapi kerumitan dunia nyata dan
ketidakpastian yang senantiasa terjadi melalui pengalaman, praktik, dan intuisi.
Akuntansi berkembang dengan cara yang sama. Sebagai contoh, laba secara
sederhana merupakan hal yang paling bermanfaat dalam praktik dan pengungkapan
secara pragmatis dalam menjawab kebutuhan para pengguna. Akuntansi berkembang
secara independen di Inggris dan Amerika Serikat.
 Berdasarkan pendekatan yang seragam, akuntansi distandardisasi dan digunakan
sebagai alas untuk kendali administratif oleh pemerintah pusat. Keseragaman dalam
pengukuran, pengungkapan, dan penyajian akan memudahkan informasi akuntansi
dalam mengendalikan seluruh jenis bisnis. Secara umum, pendekatan seragam
digunakan di negara-negara dengan keterlibatan pemerintah yang besar dalam
perencanaan ekonomi di mana akuntansi digunakan antara lain untuk mengukur
kinerja, mengalokasikan sumberdaya, mengumpulkan pajak, dan mengendalikan
harga. Prancis, dengan bagan akuntansi nasional yang seragam, merupakan
pendukung utama pendekatan akuntansi secara seragam.
2. Sistem Hukum (Akuntansi Hukum Umum versus Kodifikasi Hukum)

Akuntansi juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan sistem hukum suatu


negara. Pandangan ini telah mendominasi pemikiran akuntansi selama kurang lebih
25 tahun terakhir.

10
 Akuntansi dalam negara-negara hukum umum memiliki karakter berorientasi
terhadap “penyajian wajar”, transparansi dan pengungkapan penuh dan pemisahan
antara akuntansi keuangan dan pajak. Pasar saham mendominasi sumber-sumber
keuangan dan pelaporan keuangar ditujukan untuk kebutuhan informasi investor luar.
Penentuan standar akuntansi cenderung merupakan aktivitas sektor swasta dengan
peranan penting yang dimainkan oleh profesi akuntansi. Akuntansi hukum umum
sering disebut “Anglo Saxon”, “Inggris-Amerika”, atau “berdasarkan mikro”.
Akuntansi hukum umum berawal dari Inggris dan kemudian diekspor ke negara-
negara seperti Australia, Kanada, Hong Kong, India, Malaysia, Pakistan, dan
Amerika Serikat.
 Akuntansi dalam negara-negara yang menganut kodifikasi hukum memiliki
karakteristik berorientasi legalistik, tidak membiarkan pengungkapan dalam jumlah
kurang, dan kesesuaian antara akuntansi keuangan dan pajak. Bank atau pemerintah
(“orang dalam”) mendominasi sumber keuangan dan pelaporan keuangan ditujukan
untuk perlindungan kreditor. Penentuan standar akuntansi cenderung merupakan
aktivitas sektor publik, dengan relatif sedikit pengaruh dari profesi akuntansi.
Akuntansi kodifikasi hukum sering disebut “continental”, “legalistik”, atau “seragam
secara makro”. Ini ditemukan di kebanyakan negara-negara Eropa kontinental dan
bekas koloni mereka di Afrika, Asia, dan Amerika.
Pemberian karakter akuntansi memaralelkan hal yang disebut sebagai model
“pemegang saham” dan “pihak berkepentingan” tata kelola perusahaan dalam negara
hukum umum dan kodifikasi hukum. Seperti yang disebutkan terdahulu dalam bab ini,
sistem hukum suatu negara dan sistem keuangannya dapat dikaitkan dalam hubungan
sebab-akibat. Suatu sistem legal dalam hukum umum menekankan hak pemegang saham
dan menawarkan perlindungan yang lebih kuat kepada investor daripada sistem kodifikasi
hukum. Hukum melindungi investor luar dan secara hukum sangat ditegakkan. Hasilnya
adalah pasar modal yang kuat berkembang di negara-negara hukum umum dan pasar
modal yang lemah berkembang di negara-negara kodifikas ihukum. Perusahaan-
perusahaan di negara hukum umum memperoleh modal dalam jumlah yang besar melalui
penawaran publik saham kepada sejumlah investor, dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan di negara yang menganut kodifikasi hukum. Oleh karena investor memiliki
posisi wajar terhadap perusahaan, terhadap permintaan akan informasi akuntansi yang
mencerminkan kinerja operasi dan posisi keuangan dengan akurat. Pengungkapan publik
menyelesaikan masalah informasi yang tidak seimbang (asimetris) antara perusahaan dan
investor.
Sebaliknya, kepemilikan perusahaan dalam negara yang menganut kodifikasi
hukum cenderung terkonsentrasi di tangan para keluarga, perusahaan lain dan bank

11
komersial yang besar. Perusahaan memperoleh sebagian besar kebutuhan modalnya dari
pemerintah atau melalui pinjaman bank. Utang sebagai sumber pendanaan relatif lebih
penting di negara-negara yang menganut kodifikasi hukum bila dibandingkan negara-
negara hukum umum. Pengukuran akuntansi yang konservatif memberikan perlindungan
kepada para kreditor bilater jadi gagal bayar. Kreditor utama dan investor ekuitas yang
penting dapat memperoleh kursi dalam dewan direktur bersama dengan pihak
berkepentingan lainnya, seperti buruh dan pemasok dan pelanggan yang penting. Oleh
karena permintaan informasi dipenuhi melalui komunikasi pribadi, permintaan terhadap
pengungkapan publik relatif lebih sedikit. Laba akuntansi merupakan dasar penentuan
pajak penghasilan terutang dan sering kali merupakan dasar penentuan dividen dan bonus
karyawan, sehingga menimbulkan tekanan untuk melakukan perataan jumlah laba dari
tahun ketahun.

3. Sistem Praktik (Akuntansi Penyajian Wajar versus Kepatuhan Hukum)

Banyak perbedaan akuntansi pada tingkat nasional menjadi semakin hilang.


Terdapat beberapa alasan untuk hal ini.

a. Pentingnya pasar saham sebagai sumber keuangan terasa semakin berkembang di


seluruh dunia. Modal sifatnya makin menjadi makin gobal, sehingga menuntut adanya
standar laporan keuangan perusahaan yang juga diakui secara mendunia. Bagi banyak
perusahaan, penyamaan standar laporan keuangan dalam tingkat global akan
mengurangi juga biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk melakukan
penyesuaian terhadap aturan keuangan yang berbeda-beda, sehingga modal yang
dibutuhkan untuk pengeluaran juga dapat berkurang. Penyatuan pasar modal dunia
dapat juga dikatakan sebagai alasan terpenting yang menjadikan Dewan Standar
Akuntansi Internasional memainkan peran utama dalam menerapkan standar keuangan
di negara-negara seperti Australia, Jepang, Eropa, Singapura, Afrika Selatan, Amerika
Serikat, dan negara-negara lainnya. Perkembangan pasar saham merupakan prioritas
utama di beberapa negara, khususnya negara-negara yang berkembang dari
perekonomian yang direncanakan secara terpusat menjadi yang berorientasi pasar. Dua
negara itu antara lain Republik Ceko dan Cina.
b. Pelaporan keuangan ganda kini menjadi hal yang umum. Satu set laporan sesuai
dengan ketentuan pelaporan keuangan domestik lokal, sedangkan yang satu lagi
menggunakan prinsip akuntansi dan berisi pengungkapan yang ditujukan kepada
investor Internasional. Dimulai pada 2005, seluruh perusahaan Eropa yang terdaftar
diwajibkan untuk mengadopsi standar Pelaporan Keuangan Internasional dalam setiap

12
laporan keuangan mereka yang telah terkonsolidasi. Bagaimanapun, beberapa kode
hukum negara-negara anggota Uni Eropa seperti Prancis, dan Jerman, tidak
mengizinkan adanya laporan ganda bagi perusahaan-perusahaan tertentu yang
menerapkan laporan keuangan dengan standar hukum nasional, namun pada saat yang
bersamaan juga menerapkan laporan keuangan dengan standar IFRS (International
Financial Reporting Standard). Dengan kata lain, adalah niscaya untuk membedakan
antara praktik akuntansi di tingkat nasional dengan praktik di tingkat trans-nasional.
c. Beberapa negara yang menganut kodifikasi hukum, secara khusus Jerman dan Jepang,
mengalihkan tanggungjawab pembentukan standar akuntansi dari pemerintah kepada
kelompok sektor swasta yang profesional dan independen.
Perubahan ini membuat proses penetapan standar menjadi mirip dengan proses di
negara-negara hukum umum seperti Australia, Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat, dan
hal ini dilihat sebagai suatu cara untuk secara lebih aktif memengaruhi agenda-agenda
IASB. Poin ini menunjukkan bahwa kerangka kerja yang lain selain sistem hukum
diperlukan untuk mengklasifikasikan akuntansi di seluruh dunia. Kita percaya bahwa
klasifikasi yang didasarkan pada penyajian wajar versus kepatuhan hukum menjelaskan
akuntansi di dunia sekarang ini. Pembedaan antara penyajian wajar dan kesesuaian hukum
menimbulkan pengaruh yang besar terhadap banyak permasalahan akuntansi, seperti :
 Depresiasi, di mana beban ditentukan berdasarkan penurunan kegunaan suatu aset
selama masa manfaat ekonomi (penyajian wajar) atau jumlah yang ditentukan untuk
tujuan pajak (kepatuhan hukum);
 Sewa guna usaha yang memiliki substansi pembelian aset tetap (properti) diperlakukan
seperti sewa operasi yang biasa (kepatuhan hukum); dan
 Pensiun dengan biaya yang diakui pada saat dihasilkan oleh karyawan (penyajian
wajar) atau dibebankan menurut dasar dibayar pada saat Anda berhenti bekerja
(kepatuhan hukum). Lagi pula, masalah pajak penghasilan tangguhan tidak pernah
timbul jika akuntansi pajak dan keuangan merupakan hal yang sama.
Masalah lain adalah penggunaan cadangan secara bijak untuk meratakan laba dari
satu periode keperiode yang lain. Umumnya, cadangan tersebut digunakan sebagai berikut.
Pada tahun-tahun yang baik, beban tambahan dicatat, dengan kredit terhadap akun
cadangan dalam ekuitas pemegang saham. Pada tahun-tahun yang kurang baik, cadangan
dihapuskan untuk meningkatkan laba. Proses ini meratakan fluktuasi laba dari satu tahun
ketahun yang lain. Oleh karena praktik ini bertentangan dengan penyajian wajar, praktik ini
lebih jarang dilakukan di negara-negara dengan penyajian wajar dibandingkan dengan di
negara-negara yang menganut kepatuhan hukum. Tentu raja, jika manipulasi semacam ini
diungkapkan, investor dapat mengubah pengaruh terhadap laba. Hal ini mungkin tidak
dapat terjadi, cadangan sering kali merupakan suatu rahasia.

13
Penyajian wajar dan substansi mengungguli bentuk (substance over form)
merupakan ciri utama akuntansi hukum umum yang dijelaskan di atas. Akuntansi umum
berorientasi terhadap kebutuhan pengambilan keputusan oleh investor luar. Laporan
keuangan dirancang untuk membantu para investor dalam menilai kinerja manajemen dan
memperkirakan arus kas dan keuntungan di masa depan. Pengungkapan yang ekstensif
memberikan informasi tambahan yang relevan untuk tujuan tersebut. IFRS juga ditujukan
pada penyajian wajar. Secara khusus, IFRS relevan bagi perusahaan-perusahaan yang
mengandalkan pasar modal internasional untuk memperoleh pendanaan. Akuntansi
penyajian wajar ditemukan di Inggris, Amerika Serikat, Belanda, dan negara-negara lain
yang dipengaruhi dengan ikatan politik dan ekonomi dengan negara-negara yang
sebelumnya disebutkan itu (seperti Inggris memengaruhi bekas wilayah kekuasaan Inggris
dan AS memengaruhi Kanada, Meksiko, dan Filipina). Seluruh perusahaan Eropa yang
terdaftar mengikuti penyajian keuangan wajar dalam berbagai laporannya yang telah
terkonsolidasikan. Hal ini karena mereka saat ini telah beralih mengikuti standar IFRS.
Lagi pula, IFRS merupakan standar acuan yang sekarang sedang dikembangkan di Cina
dan Jepang.
Akuntansi kepatuhan hukum dirancang untuk memenuhi ketentuan yang dikenakan
pemerintah seperti perhitungan laba kena pajak atau mematuhi rencana makro ekonomi
pemerintah nasional. Jumlah laba dapat juga menjadi dasar pembayaran dividen kepada
para pemegang saham dan bonus yang dibayarkan kepada para manajer dan karyawan.
Pengukuran dengan standar konservatif memastikan bahwa jumlah nilai yang dibagikan
tersebut terbagi secara bijaksana dan sepadan. Pola yang rata dalam laba dari tahun ketahun
berartipajak, dividen, dan pembayaran bonus, akan menjadi lebih stabil. Akuntansi
kepatuhan hukum akan terus digunakan dalam laporan keuangan perusahaan secara
individu yang ada di negara-negara yang menganut kodifikasi hukum di mana laporan
konsolidasi menerapkan pelaporan dengan penyajian wajar. Dengan cara ini, laporan
konsolidasi dapat memberikan informasi kepada investor, sedangkan laporan keuangan
perusahaan individual untuk memenuhi ketentuan hukum. Kami percaya bahwa integrasi
pasar modal di dunia akan menjadi pengaruh yang paling signifikan yang membentuk
perkembangan akuntansi di masa depan. Perkembangan ini merupakan alasan di balik tren
yang mengarah pada akuntansi penyajian wajar, setidaknya untuk laporan konsolidasi.
Perkembangan ini juga merupakan pendorong utama di balik aktivitas Dewan Standar
Akuntansi Internasional dan Keputusan Uni Eropaatas “IFRS 2005” dan ini merupakan
jawaban mengapa analisis laporan keuangan semakin bersifat global.
C. Perbandingan Klasifikasi Sistem Akuntansi Internasional
1. Sistem Hukum :

14
a) Akuntansi dalam negara-negara hukum umum memiliki karakter berorientasi
terhadap “penyajian wajar“, transparansi dan pengungkapan penuh dan
pemisahan antara akuntansi keuangan dan pajak. Pasar saham mendominasi
sumber-sumber keuangan dan pelaporan keuangan ditunjukkan untuk
kebutuhan informasi investor luar. Penentuan standar akunatansi cenderung
merupakan aktivitas sektor swasta dengan peranan penting yang di mainkan oleh
profesi akuntansi.
b) Akuntansi dalam negara-negara yang menganut kodefikasi hukum memiliki
karakteristik berorientasi legalistik, tidak membiarkan pengungkapan dalam
jumlah kurang, dan kesesuaian antara akuntansi keuangan dan pajak. Akuntansi
kodifikasi hukum sering disebut “kontinental”, “legalistik”, atau “seragam
secara makro”. Ini ditemukan di kebanyakan negara-negara eropa kontinental dan
bekas koloni mereka di Afrika, Asia, dan Amerika.

2. Sistem Praktik
a) Pentingnya pasar saham sebagai sumber keuangan terasa semakin berkembang
diseluruh dunia. Modal sifatnya semakin menjadi global, sehingga menuntut
adanya standar laporan keuangan perusahaan yang juga diakui secara
mendunia. Bagi banyak perusahaan, penyamaan standar laporan keuangan
dalam tingkat global akan mengurangi juga biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk melakukan penyesuaian terhadap aturan keuangan yang
berbeda-beda, sehingga modal yang dibutuhkan untuk pengeluaran juga dapat
berkurang.
b) Pelaporan keuangan ganda kini telah menjadi hal yang umum. Satu set laporan
sesuai dengan ketentuan pelaporan keuangan domestik lokal, sedangkan yang
satu lagi menggunakan prinsip akuntansi dan berisi pengungkapan yang
ditunjukkan kepada investor internasional.
D. Pengaruh-Pengaruh Terhadap Perkembangan Dunia Akuntansi
Kultur dan akar sejarah suatu negara merupakan langkah awal untuk mengenali
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap akuntasi. Kultur merupakan elemen penting yang
harus dipertimbangkan untuk mengetahui bagaimana sebuah sistem social berubah karena
pengaruh kultur yaitu :
a) Norma dan nilai suatu sistem dan
b) Perilaku kelompok dalam interaksinya di dalam dan di luar sistem.”

15
Elemen-elemen structural dan cultural yang mempengaruhi bisnis Hofstede
mencoba meneliti elemen-elemen structural dari budaya yang mempengaruhikuat perilaku
dalam situasi organisasi dan institusi. Ada 4 dimensi yang diidentifikasikan yaitu:
1. Individualisme vs Kolektivisme
Individualisme merupakan kecenderungan fungsi social yang relative bebas dan
individual berarti hanya mengurus diri sendiri dan keluarganya. Kebalikannya,
kolektivisme adalah kecenderungan fungsi-fungsi social yang relative ketat di mana
masing-masing individu mengidentifikasi diri sebagai kelompok dengan loyalitas yangtidak
perlu ditanyakan. Masalah utama dimensi ini adalah tingkat interdependensi individu dalam
sebuah masyarakat.
2. Large vs Small Power Distance
Power Distance adalah sejauh mana anggota menerima kekuasaan dalam institusi
dan organisasi didistribusikan tidak merata. Masyarakat dalam Small Power Distance
membutuhkan kesamaan kekuasaan dan justifikasi untuk ketidaksejahteraan kekuasaan.
Masyarakat di Large Power Distance menerima perintah hirarki di mana tiap-tiap orang
mempunyai tempat tanpa perlu justifikasi lagi. Masalah utaman dimensi ini
adalah bagaimana sebuah masyarakat menangani ketidaksetaraan di antara orang-orang jika
memang terjadi.
3. Strong vs Weak Uncertainly Avoidance
Uncertainly Avoidance adalah tingkat di mana anggota masyarakat merasa tidak
nyaman dengan ketidakpastian dan keraguan-keraguan. Strong Uncertainly Avoidance
berusaha mempertahankan suatu masyarakat yang begitu besar kepercayaannya dan
kurang toleran terhadap orang atau ide-ide alternative. Kebalikannya untuk Weak
Uncertainly Avoidance. Tema utama pada dimensi ini adalah bagaimana reaksi sebuah
masyarakat terhadap fakta bahwa waktu hanya berjalan satu arah dan masa depan tidak
diketahui serta apakah akan mencoba untuk mengontrol masa depan atau membiarkannya.
4. Maskulin vs Feminim
Maskulin cenderung pada suatu masyarakat yang memberikan parameter pada
keluarga, heroism dan sukses-sukses material. Sebaliknya, feminisme cenderung pada
hubungan personal, toleran pada kelemahan dan kualitas hidup. Tema utama pada dimensi 
ini adalah bagaimana masyarakat memberikan peran-peran social berhubungan dengan
masalah gender

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Standar dan praktik akuntansi di setiap negara merupakan hasil dari interaksi yang
kompleks di antara faktor ekonomi, sejarah, kelembagaan, dan budaya. Dapat
diduga akan terjadinya perbedaan antar negara.
2. Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dalam dua kategori dengan
pertimbangan dan secara empiris.
3. Perbandingan Klasifikasi Sistem Akuntansi Internasional ada dua yaitu sistem
hukum dan sistem praktik.
4. Kultur dan akar sejarah suatu negara merupakan langkah awal untuk mengenali
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap akuntasi.
B. Saran
Demikian makalah yang Kami buat, semoga dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membanguan terima kasih

17
DAFTAR PUSTAKA

Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller, Akuntansi Internasional – Buku 1, Edisi 5.,
Salemba Empat, Jakarta
Gary K. Meek, Akuntansi Internasional (International Accounting), Penerbit Salemba
Empat.
Ball, R., S. P. Kothari, dan A. Robin, “The effect of International Institutional Factors on
Properties of Accounting Earnings,” Journal of Accounting and Economics 29, no.
1 (2000), hal. 1-51.
Bartov, E., S. R. Goldberg, dan M-S Kim, “The Valuation-Relevance of Earnings and Cash
Flows: An International Perspective”, Journal of International Financial
Management and Accounting 12, no. 2 (MusimPanas, 2001), hal. 103-132.
Baydoun, N., dan R. Willett, “Cultural Relevance of Western Accounting Systems to
Developing Countries”, Abacus (Maret 1995), hal. 67-92.
Beck, T., A. Demirguc-Kunz, dan R. Levine, “Law and Finance: Why Does Legal Origin
Matter?” Journal of Comparative Economics 31 (2003), hal. 653- 675.
Bushman, R. M., dan J. D. Piotroski, “Financial Reporting Incentives for
Conservative, Accounting: The Influence of Legal and Political Institutions”,
Journal of Accounting and Economics 42, no. 1-2 (2006): 107- 148.

18
Bushman, R. M., J. D. Piotroski, dan A. J. Smith, “What Determines Corporate
Tranparancy?” Journal of Accounting Research 42, no. 2 (2004), hal. 207- 252.
Chanchani, S., dan A. MacGregor, “A Synthesis of Cultural Studies in Accounting”,
Journal of Accounting Literature 18 (1999), hal. 1-30.
Doupnik, T. S., dan G. T. Tsakumis, “A Critical Review of Test of Gray's Theory of
Cultural Relevance and Suggestions for Future Research”, Journal of Accounting
Literature 23 (2004), hal. 1-48.
Gray, S. J., “Towards a Theory of Cultural Influence on the Development of Accounting
Systems Internationally”, Abacus (Maret 1988), hal. 1-15.
Hope, O. -K., “Firm Level Disclosures and the Relative Roles of Culture and Legal
Origin,” Journal of International Financial Management and Accounting 14,
no. 3 (2003), hal. 218-248.
La Porta, R., E Lopez-de-Silanes, A. Shleifer, dan R.W. Vishny, “Law and Finance”,
Journal of Political Economy 106, no. 6 (1998), hal. 1113-1155.
Meek, G. K., dan S. M. Saudagaran, “A Survey of Research on Financial Reporting in a
Transnational Context,” Journal of Accounting Literature (1990), hat. 145-182.
Nobes, C. W. Development in International Accounting: General Issues and
Classifications, Cheltenham: Edward Elgar, 2004.
Nobes, C. W. Development in International Accounting: General Issues and
Classifications, Cheltenham: Edward Elgar, 1996.
Nobes, C. “Towards a General Model of Reasons for International Differences in Financial
Reporting,” Abacus (September 1998), hal. 162-187.
Nobes, C.dan A. Roberts, “Towards a Unifying Model of Systems of Law, Corporate
Financing, Accounting and Corporate Governance”, Australian Accounting Review
10, no. 1 (2000), hal. 26-34.
Parker, R. H., “European Languages of Account, European Accounting Review 10, no.1
(2001), hal. 133-147.
Roberts, A., “The Very Idea of Classification in International Accounting,” Accounting
Organizations and Society 20, nos. 7/8 (1995), hal. 639-664.
Saudagaran, S. M., dan J. G. Diga, “Evaluation of the Coptigency-Based Approach in
Comparaive International Accounting: A Case for Alterative Research Paradigms”,
Journal of Accounting Literature 18 (1999), hal. 57- 95.
Sellhorn, T., dan S. Gornik-Tomaszewski, “Implications of 'IAS Regulation’ for Research
into the International Differences in Accounting Systems”, Accounting in Europe 2
(2006), hal. 187-217.
Fitri Marisa. 2015. Perkembangan dan Klasifikasi Akuntansi.
https://marisafitri.blogspot.co.id/2015/03/perkembangan-

19
danklasifikasiakuntansi.html?m=1 [online]. diunduh pada Rabu18 Oktober 2017
pikul 16.15
https://www.jurnal.id/id/blog/perkembangan-dan-klasifikasi-akuntansi-internasional

20

Anda mungkin juga menyukai