Pengertian perspektif secara harfiah adalah sudut pandang manusia dalam memilih
opini, kepercayaan, dan lain-lain. Dalam akuntansi, perspektif merupakan cara
pandang tertentu dalam memahami, mempelajari, dan mempraktikkan akuntansi.
Tujuan utama akuntansi adalah mengukur dan melaporkan kegiatan ekonomi suatu
entitas. Namun, akhir-akhir ini tujuan tersebut diperluas pada kegiatan-kegiatan
entitas yang mempengaruhi masyarakat dan lingkungan. Pelaporan suatu organisasi
dibuat lebih dari sekedar melaporkan transaksi-transaksi ekonomi serta nilai aset dan
kewajiban. Hal ini menghasilkan perubahan-perubahan yang signifikan dalam
pelaporan suatu entitas, baik sektor publik maupun swasta. Perubahan-perubahan
atas fungsi pembuatan laporan menyebabkan munculnya beberapa sudut pandang
akuntansi. Hal tersebut disebabkan banyaknya pengguna laporan keuangan,
sehingga menghasilkan pertanyaan : Sudut pandang mana yang harus digunakan
dalam proses akuntansi?
SAC 2 menyebutkan tiga ketegori pengguna, antara lain:
1. Penyedia sumber daya (pemegang saham dan pemberi pinjaman)
2. Penerima barang dan jasa (konsumen)
3. Pihak pengawas entitas (auditor independen, manajemen, pemerintah)
Banyaknya pengguna laporan keuangan telah menyebabkan banyaknya perspektif
dalam pembuatan laporan keuangan.
Perspektif akuntansi yang diadopsi oleh entitas mengharuskan adanya asumsi-
asumsi dan prinsip-prinsip mengenai batasan mengenai konsep entitas. Batasan ini
dimaknai sebagai aktifitas-aktifitas yang diukur dan dilaporkan oleh suatu entitas.
Pada dasarnya, untuk mengukur dan melaporkan sebuah informasi, aktifitas sebuah
entitas harus didefinisikan.
Perumusan mengenai batasan sebuah entitas pelaporan telah berkembang luas
untuk menyampaikan informasi kepada pihak pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam jangkauan yang luas. Informasi ini tidak hanya sekedar informasi keuangan
tetapi juga informasi kualitatif mengenai dampak aktifitas suatu entitas terhadap
masyarakat dan lingkungan. Pendekatan umum dalam perumusan batasan ini
disebut dengan triple bottom-line reporting, yaitu pelaporan untuk mengukur
kesuksesan sebuah entitas/perusahaan dilihat dari tiga kriteria, antara lain ekonomi,
lingkungan, dan sosial. Konsep triple bottom-line dikembangkan oleh John Elkington,
yang berargumen bahwa seharusnya sebuah bisnis juga mempertimbangkan
kemakmuran ekonomi, kualitas lingkungan, dan keadilan sosial. Konsep ini juga
disebut dengan konsep 3P (people, planet, profit). People (orang) berfokus pada
pentingnya praktik bisnis suatu perusahaan yang mendukung kepentingan tenaga
kerja. Planet (planet) berfokus pada pengelolaan yang baik atas penggunaan energi
yang berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Profit (keuntungan)
menekankan bahwa keuntungan tidak sekedar perusahaan mendapatkan
keuntungan setinggi-tingginya dengan biaya serendah-rendahnya, tetapi lebih pada
penciptaan fair trade dan ethical trade.
Perkembangan teori-teori dalam akuntansi menimbulkan banyaknya perspektif dalam
pelaksanaan akuntansi sebuah entitas. Berikut adalah teori-teori yang mendukung
berkembangnya persepektif akuntansi:
AL=P
A = Asset (aset)
L = Liability (kewajiban)
P = proprietorship (kepemilikan) yang mencerminkan kekayaan bersih pemilik
bisnis
Charles Sprague menyimpulkan bahwa seluruh tujuan dari kegiatan bisnis adalah
untuk meningkatkan kekayaan, yaitu meningkatkan kepemilikan. Aset merupakan hak
pemilik dan kewajiban menjadi beban pemilik. Sehingga, tujuan akuntansi adalah
menentukan kekayaan bersih pemilik bisnis. Kesimpulan tersebut menyebabkan
beberapa akuntan meyakini bahwa nilai saat ini lebih relevan daripada biaya historis.
Keuntungan (Profit)
Prinsip kepemilikan (proprietorship) mencakup pendapatan (income) dan biaya
(expense). Pendapatan merupakan kenaikan dalam kepemilikan dan biaya
merupakan penurunan dalam kepemilikan. Sehingga, keuntungan merupakan
peningkatan kekayaan pemilik yang berasal dari operasi bisnis selama periode
tertentu. Jika keuntungan ditunjukkan dengan penjelasan tersebut, maka seluruh
aspek yang mempengaruhi perubahan kekayaan pemilik dimasukkan sebagai
keuntungan. Pertanyaan yang muncul dalam konsep keuntungan adalah apakah
seluruh peningkatan nilai tetap dicatat walaupun tidak ada transaksi eksternal yang
terjadi? Saat Teori Pemilik diterapkan, maka peningkatan tersebut harus dicatat.
Contohnya adalah saat aset disimpan untuk jangka waktu yang lama, maka akan ada
kenaikan nilainya walaupun belum terealisasi (dijual). Argumentasinya adalah
kenaikan kekayaan bersih pemilik harus diperhitungkan, walaupun kenaikan ini masih
belum pasti sampai aset tersebut dijual kepada pihak lain.
Efek terhadap Praktik (Effect on Practice)
Praktik akuntansi saat ini didasarkan pada Teori Pemilik. Contohnya adalah dividen
dipertimbangkan sebagai distribusi keuntungan daripada biaya karena merupakan
pembayaran kepada pemilik. Sebaliknya, bunga utang dan pajak penghasilan
dipertimbangkan sebagai biaya karena keduanya mengurangi kekayaan pemilik.
Dalam laporan keuangan konsolidasi, metode perusahaan induk didasarkan pada
teori pemilik. Perusahaan induk dilihat sebagai pemilik anak perusahaan, sehingga
dengan pendekatan kepemilikan, tindakan logis apabila mempertimbangkan
penurunan nilai utang anak perusahaan sebagai keuntungan perusahaan induk.
Konsep Modal Keuangan (Financial Capital Concept)
Teori pemilik melihat tidak adanya perbedaan antara aset pemilik dengan aset
entitas. Oleh karena itu, seluruh keuntungan entitas dapat didistribusikan kepada
pemilik perusahaan. Jika entitas membutuhkan tambahan sumber daya, dana yang
diperlukan disediakan oleh pemilik. Sudut pandang teori pemilik memelihara nilai
keuangan dari modal entitas dengan memperhatikan perubahan akun-akun modal.
Dari sudut pandang ini, modal merepresentasikan kas yang diinvestasikan oleh
pemilik ditambah keuntungan yang diinvestasikan kembali pada bisnis. Kebanyakan
orang mengadopsi sudut pandang modal keuangan dan ini merupakan posisi yang
diambil dalam praktik akuntansi tradisional.
Untuk beberapa orang yang mempercayai pemeliharaan modal keuangan, modal
berhubungan dengan kemampuan untuk menginvestasikan sejumlah uang pada akhir
periode pelaporan dalam jumlah yang sama dengan yang diinvestasikan pada awal
periode pelaporan. Keuntungan merupakan kas yang diterima perusahaan melebihi
kas yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan.
Secara ringkas, sudut pandang kepemilikan memelihara nilai keuangan modal entitas
dengan memperhatikan perubahan akun.
Pembatasan-pembatasan (Limitations)
Sudut pandang teori pemilik dikembangkan saat bisnis masih sederhana, kebanyakan
masih berbentuk perusahaan perorangan dan persekutuan komanditer (partnership).
Tetapi, dalam perkembangan lebih lanjut terbukti bahwa teori ini tidak memadai
sebagai basis untuk menjelaskan akuntansi perusahaan. Secara hukum, perusahaan
merupakan entitas yang berbeda dari pemilik, baik hak maupun kewajibannya.
Perusahaanlah yang menguasai aset dan terbebani utang-utang, bukannya
pemilik/pemegang saham.
Namun, perusahaan-perusahaan besar secara tidak langsung sering dihubungkan
dengan satu atau beberapa individu kunci atau organisasi pengendali. Sebagai
contoh, adalah penguasaan mayoritas saham Telstra oleh Pemerintah Australia dan
aktifitas-aktifitas korporasi dari keluarga Murdoch dan Parker. Untuk kasus-kasus
tertentu, teori kepemilikan/sudut pandang pemilik tidak bisa secara langsung
dianggap tidak relevan.
Laba
untuk teori entitas, penekanan ada pada penentuan keuntungan dan karena itu
laporan laba rugi adalah lebih relevan daripada neraca. Laba ditekankan untuk dua
alasan:
Pemegang saham tertarik pada laba, karena jumlah ini menunjukan hasil dari
investasi pada suatu periode.
Alasan kenapa perusahaan tetap ada adalah untuk menciptakan laba. Ini
penting bagi kelangsungan perusahaan.
Laba adalah sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan. Sesungguhnya laba pada
teori entitas harus di definisikan dari perubahan dari asset bersih dari perusahaan dari
pada "modal". penekanannya adalah pada pendapatan dan biaya: keuntungan
hanyalah perbedaan.
Fund theori diusulkan oleh William Vatter karena dia menganggap teori pemilik dan
entitas tidak relevan karena mengambil pandangan pribadi orang sehingga bisa
menjadi bias. Teori Dana berupaya meninggalkan hubungan pribadi yang dianjurkan
oleh Teori Pemilik dan personalisasi entitas yang dianjurkan Teori Entitas.
Konsep teori ini menganggap bahwa entitas merupakan sebuah unit dana, di mana
kewajiban tertentu ditetapkan sebagai batasan-batasan terhadap pengguna aset.
Menurut konsep teori ini, persamaan akuntansi adalah sebagai berikut:
Aktiva = Pembatasan
Konsep teori ini berorientasi pada laporan sumber dana dan penggunaan dana, yaitu
laporan yang menggambarkan dari mana saja sumber dana diperoleh dan untuk apa
saja dana dikeluarkan.
Dalam Teori Dana, neraca dianggap sebagai 'inventory statement' dari aset dan
batasan-batasan yang berlaku untuk aset. Penyusunan informasi dan metode
penilaian akan bervariasi tergantung pada tujuan digunakannya neraca. Sebagai
contoh, sebuah neraca untuk tujuan kredit akan berbeda dari yang disajikan kepada
pemegang saham.
Pendapatan merupakan kenaikan aset pada dana yang benar-benar bebas dari
pembatasan ekuitas selain pembatasan akhir yang dikenakan oleh ekuitas residual.
Beban adalah pemberian layanan untuk tujuan tertentu yang ditentukan dalam tujuan
dana. Definisi ini mencakup konsep 'biaya yang menghasilkan pendapatan', dalam
pengertian yang lebih luas juga berlaku bagi organisasi nirlaba juga.
Arus Kas
Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa:
Arus kas kurang berkorelasi dengan laba yang dilaporkan daripada dana dari
operasi
Arus kas lebih baik dalam memprediksikan arus kas yang sebenarnya daripada
yang melaporkan laba atau dana dari operasi
Sebagai bukti empiris tersebut menunjukkan bahwa meskipun merupakan argumen
Vatter benar, konsep dana yang paling tepat adalah konsep kas.
Prinsip utama yang ditetapkan untuk penyusunan laporan arus kas adalah sebagai
berikut:
Aktifitas Operasi (Operating Activities)
Arus kas (masuk/keluar) yang berasal dari kegiatan utama perusahaan (yang biasa
disebut operasional perusahaan), yang tercermin dari Laporan Laba/Rugi
perusahaan.
Aktifitas Investasi (Investing Activities)
Arus kas (masuk/keluar) yang berasal dari aktivitas-aktivitas investasi. Kegiatan yang
digolongkan ke dalam kelompok ini adalah semua kegiatan kas yang terkait dengan
aktifitas pembelian/penjualan aset perusahaan
Aktifitas Pendanaan (Financing Activities)
Arus kas yang berasal dari transaksi utang (kewajiban) perusahaan, baik yang berupa
penambahan maupun pelunasan utang. Arus kas yang berasal dari penerbitan saham
atau instrument sekuritas lainnya pun dimasukkan ke dalam kelompok ini.
V. Investor Theory
Berdasarkan tujuan akuntansi yaitu memberikan informasi kepada pemasok modal,
Staubus berpendapat bahwa fungsi akuntansi dan laporan keuangan harus
mengambil sudut pandang investor. Investor adalah pemegang saham dan kreditur.
Persamaan akuntansi dalam teori ini adalah:
Aset = Ekuitas spesifik + Ekuitas residual
Ekuitas spesifik adalah kewajiban dan saham preferen. Dalam kebanyakan kasus,
untuk perusahaan, ekuitas residual setara dengan ekuitas saham biasa. Hanya
dalam hal ekuitas saham biasa dihapuskan ekuitas saham preferen akan menjadi
ekuitas residual. Persamaan akuntansi ini mengungkapkan ketergantungan ekuitas
residual pada nilai-nilai aset dan ekuitas spesifik.
Investor menginginkan informasi untuk memprediksi penerimaan kas masa depan
sebagai hasil dari hubungan mereka dengan perusahaan tertentu. Staubus
menyatakan bahwa penerimaan kas masa depan investor bergantung pada:
1. Kapasitas moneter perusahaan mengucurkan uang tunai. Ini berkaitan dengan
kepemilikan perusahaan akan uang tunai pada saat invesors berharap untuk
dibayar. Laporan keuangan dapat memberikan dasar untuk memprediksi
jumlah kas masa depan
2. Kesediaan manajemen untuk membayar investor. Informasi tentang hal ini
dapat diperoleh secara tidak langsung dengan pengetahuan mengenai
kebutuhan kas perusahaan untuk penggantian maupun ekspansi, persyaratan
utang, dll. Laporan keuangan membantu investor memastikan kesediaan
perusahaan untuk mengucurkan uang tunai kepada mereka.
3. Prioritas hukum atas klaim investor. Informasi pada faktor ketiga dapat
diperoleh oleh investor di luar laporan keuangan.
Teori Investor menekankan kebutuhan pengguna eksternal, khususnya, pemegang
saham. Meskipun teori kepemilikan juga termasuk pemegang saham, mereka
dipandang sebagai pemilik yang memiliki kekuatan lebih dari yang benar untuk
perusahaan. Teori Staubus melihat pemegang saham sebagai investor dengan sedikit
kekuasaan untuk menentukan apa yang terjadi di perusahaan, dan oleh karena itu,
harus bergantung pada laporan keuangan. Karena fokus terhadap investor,
kebutuhan akan informasi arus kas menjadi tepat.