cc
c
c
1. Akuntansi, c
c Akuntansi
Perdebatan mengenai definisi akunansi dimulai sejak tahun 1930 sampai dengan 1970
(FASB). Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam
menguraikan perbedaan - . Pandangan-pandangan tersebut adalah akuntansi sebagai
bahasa, akuntansi sebagai catatan peristiwa yang lalu, akuntansi sebagai realitas saat
ini, akuntansi sebagai sistem informasi, akuntansi sebagai komoditas,
akhirnya akuntansi
sebagai sebuah ideology.
Definisi di atas lebih menekankan akuntansi sebagai seni bukannya akuntansi sebagai
. Artinya penerapan prosedur akuntansi dalam menghasilkan laporan
keuangan, sangat tergantung pada lingkungannya
dipengaruhi berbagai faktor pertimbangan
(
) tertentu.
Akuntansi tidak memiliki sifat-sifat sebagai ilmu murni, sehingga tidak memerlukan
akuntansi dalam arti hipotesis-hipotesis. Menurut Sudibyo (1987) akuntansi merupakan
teknologi, sehingga harus diperlakukan sebagai teknologi. Teknologi digunakan untuk
mengendalikan variabel-variabel alam
sosial untuk mencapai kehidupan tertentu yang lebih
baik. Apabila akuntansi diarahkan menjadi , maka seharusnya akuntansi, bebas dari
nilai sosial
tidak bersifat normatif. c semestinya tidak mempengaruhi secara langsung
terhadap praktik-praktik akuntansi, karena tidak mengendalikan variabel-variabel yang
diteorikan.
(1940) juga mendefinisikan akuntansi sebagai teknologi.
Meskipun demikian, terdapat pendapat yang menyatakan akuntansi diarahkan ke dalam ilmu
murni.
Akuntansi pada dasarnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan praktik. Perumusan
akuntansi timbul karena adanya kebutuhan untuk memberikan logika penalaran tentang aktivitas
akuntan atau apa yang akan dilakukan oleh akuntan. Dengan kata lain, perubahan prinsip
akuntansi terjadi terutama karena adanya berbagai upaya yang dilakukan untuk memecahkan
berbagai masalah akuntansi
merumuskan rerangka teoritis untuk praktek akuntansi
(Belkaoui, 1993).
c
Berikut ini merupakan definisi menurut para ahli.
1. Zimmerman (1986) mendefinisikan sebagai kumpulan variabel-variabel yang saling
terkait
hipotesis untuk menjelaskan
memprediksi fenomena-fenomena yang terjadi
di dunia nyata.
2. Suwardjono (1989) mendefinisikan sebagai berikut:
a. Sebagai lawan dari praktek.
b. Sebagai pembenaran (
).
c. Sebagai penjelasan ilmiah (
).
d. Sebagai model.
3. c menurut Hendriksen
Van Breda (1992) sebagai berikut: ³.... Seperangkat prinsip-
prinsip yang saling terkait (
), yang bersifat hipotesis, konseptual
pragmatis yang
membentuk rerangka referensi umum untuk bidang pengetahuan tertentu (
).
ãc
Hendriksen
Van Breda (1992) mendefinisikan akuntansi sebagai
berikut:´....penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip-prinsip yang luas (
) yang memberikan rerangka referensi umum untuk mengevaluasi praktek akuntansi
memberikan pedoman dalam mengembangkan praktek
prosedur akuntansi yang baru´.
Definisi tersebut dapat dilihat bahwa ³ akuntansi´ tidak lepas dari praktek akuntansi karena
tujuan utamanya adalah menjelaskan praktek akuntansi berjalan
memberikan dasar bagi
pengembangan praktek tersebut.
Asumsi dasar merupakan basis dalam proses keseluruhan akuntansi. Asumsi dasar
akan digunakan untuk menyusun konsep akuntansi. Konsep akuntansi yang baik akan
menghasilkan standar yang baik. Dari standar selanjutnya diturunkan menjadi metode, kemudian
praktik akuntansi yang harus mengacu kepada standar yang dibuat.
Meskipun berbagai pendapat akuntansi telah banyak dikembangkan, namun tidak
satupun dari tersebut yang mampu menjelaskan secara tuntas
menyeluruh tentang apa
yang dinamakan ³ ´ akuntansi. Belkaoui (1993) juga mengakui pendapat tersebut. Dia
mengatakan ³harus diakui bahwa sampai saat ini tidak ada akuntansi yang bersifat
komprehensif´ (p 56). c yang sekarang muncul dari pemakaian pendekatan yang berbeda,
bukannya dihasilkan dari satu tunggal yang komprehensif. Komite dari Y
Y
Y
(AAA, 1997 : 1-2) juga menyatakan hal yang sama yaitu tidak
akuntansi tunggal yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan pemakai, yang ada dalam literatur
akuntansi keuangan bukanlah akuntansi, tetapi koleksi yang digambaran sesuai
dengan perbedaan pemakainnya.
Peranan dalam akuntansi sangat berbeda dengan peranan yang digunakan
dalam ilmu pasti (
), dimana dalam ilmu pasti dikembangkan dari hasil
observasi empiris. Akuntansi cenderung dikembangkan atas dasar pertimbangan nilai (
), yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat akuntansi dipraktekkan. c
tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk kebijakan sebagai landasan dalam praktek
akuntansi.
Perlunya
praktek dapat dilihat dari praktek berikut. Berlawanan dengan
bidang bahasa, meteorologi atau kimia, akuntan dapat mengubah praktek relatif lebih mudah.
Oleh karena itu, masalah yang dihadapi akuntan adala mengetahui bagaimana praktek akuntansi
seharusnya dikembangkan di masa mendatang. Sanksi yang berkaitan dengan implementasi
kebijakan akuntansi menjadi sangat penting dalam memahami bidang akuntansi, karena praktek
memungkinkan untuk diubah agar sesuai (cocok) dengan .
Hal inilah yang tidak terpikirkan oleh ilmuwan dari bidang lain sebaik apapun
yang dihasilkan, jika tersebut tidak sesuai dengan fenomena empiris, maka tersebut
akan diganti oleh lain yang lebih cocok dengan fenomena tersebut (Ijiri, 1971).c
akuntansi dapat dikatakan sebagai suatu konsep modern jika dibandingkan dengan -
lain seperti matematika atau fisik. Asasannya, bahwa akuntansi dikembangkan dari model yang
spesifik bukannya dikembangkan secara sistematik dari yang terstruktur (Chambers,
1994).
c akuntansi yang dihasilkan pada periode Pacioli sampai awal abad sembilan belas.
Berbagai usulan tentang muncul, tetapi tidak satupun yang menempatkan akuntansi pada
cara-cara yang sistematis (Goldberg, 1949). Meskipun akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai
ilmu pengetahuan murni, akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai ilmu sosial (
). Seperti halnya ilmu sosial lainnya, konsep akuntansi tidak didasarkan pada kebenaran
yang sifatnya universal. Konsep akuntansi mengakar pada sistem nilai masyarakat dimana
akuntansi dipraktekkan (Glautier and Underdown, 1994).
Jadi jelas bahwa yang selama ini dikembangkan memiliki sudut pandang yang
berbeda
kadang bertolak belakang. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan sejarah
perkembangan akuntansi.
ï
c
c
Atas dasar metode penalaran yang digunakan, akuntansi dapat dirumuskan dari
berbagai pendekatan yang berbeda yaitu: a) deduktifA b) induktifA etikalA c) sosiologiA d)
A
elektik (Belkaoui, 1993). Pada pembahsan ini lebih ditekankan pada pendekatan
dedukif
induktif dengan alasan bahwa pendekatan ini sering digunakan dibanding dengan
empat pendekatan yang lain.
1. Pendekatan Deduktif
Validitas yang dikembangkan melalui pendekatan ini, sangat tergantung pada
kemampuan peneliti untuk mengidentifikasi
menghubungkan dengan tepat berbagai
komponen proses akuntansi dalam urutan yang logis. Kesalahan dalam menentukan tujuan
kemampuan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut, akan menghasilkan konklusi yang salah.
Perumusan akuntansi yang didasarkan pada pendekatan deduktif, dimulai dari
proposisi akuntansi dasar sampai dihasilkan prinsip akuntansi yang rasional sebagai pedoman
dasar untuk mengembangkan teknik-teknik akuntansi.
Secara umum, langkah yang digunakan dalam merumuskan akuntansi adalah
sebagai berikut: (a) menentukan tujuan pelaporan keuanganA (b) memilih
akuntansi
yang sesuai dengan kondisi , politik
sosiologi, (c) menentukan prinsip akuntansiA
(e) mengembangkan teknik akuntansi (Belkaoui, 1993).
Penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan hal yang paling penting karena tujuan
yang berbeda mungkin memerlukan struktur yang berbeda
akan menghasilkan prinsip yang
berbeda pula. Apabila tujuan telah ditetapkan, beberapa definisi
asumsi dapat dibuat.
Peneliti kemudian mengembangkan logika yang terstrukur untuk mencapai tujuan tersebut,
berdasarkan definisi
asumsi yang dibuat.
Keuntungan pendekatan deduktif adalah kemampuan untuk merumuskan struktur
yang konsisten, terkoordinasi, lengkap
setiap tahapan berjalan secara logis. Dengan cara
demikian, konsistensi internal (
) antar preposisi dapat tercapai. Lebih lanjut
dapat dikatakan bahwa setiap prinsip dapat diuji logika kebenarannya
dapat digunakan
untuk menentukan apakah digunakan sebagai standar dalam mengevaluasi berbagai praktek
akuntansi (Salmonson, 1969).
c dapat diekspresikan dalam wujud kata atau tanda ( ). Dalam filsafat
pengetahuan, studi tentang tanda dikenal dengan istilah . dibagi menjadi
tiga bagian, sintaktik (
), semantik ( ),
pragmatik (
).
Berhubungan dengan logika internal dari dunia abstrak, logika internal yang konsisten
dikemukakan dalam bentuk pernyataan terstrukur yang dapat berupa: pernyataan abstrak dengan
tata bahasa baku
pernyataan logika matematik. Pernyataan dalam bentuk bahasa yang
terstrukur, misalnya ³apabila permintaan suatu barang naik, maka harga barang itu akan
cenderung ikut naik´. Sedangkan pernyataan logika matematika atau dalam bentuk model-model
misalnya: Y = a + bX, atau persamaan dasar akuntansi A = K + E.
Keterangan:
Y = variabel dependen
a = bilangan konstan
b = koefisien
X = variabel independen
Semantik pada gambar di atas digambarkan dalam garis yang dihubungkan dengan kotak-
kotak persegi, hubungan ini memusatkan perhatiannya pada peristiwa, obyek atau gejala yang
sesungguhnya terjadi dengan semua karakteristiknya.
(a) Misalnya, memprediksikan jumlah penjualan (Y) pada tahun yang akan datang, berdasarkan
data historis penjualan yang tersedia di perusahaan dalam 5 tahun sebelumnya, maka
penjelasannya sebagai berikut:
Y = a + Bx
Keterangan:
a = Konstanta
b = Koefisien
Aspek pragmatik cukup berperan dalam bidang penelitian ilmu-ilmu sosial, seperti:
sosiologi, psikologi, antropologi,
akuntansi. Hubungan pragmatik, berkaitan dengan perilaku
individu atau kelompok kepentingan sebagai akibat dari adanya situasi tertentu, atau tersedianya
informasi keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan investasi. Apabila suatu
hipotesis pada tingkat sintaktik dilakukan pengujian (
) validitasnya dengan fakta empirik,
hasilnya bisa sama atau berbeda, bahkan bisa ditolak.
Supaya lebih mudah dipahami selanjutnya akan diberikan contoh dalam aplikasi
akuntansi sebagai berikut:
Interpretasi akuntansi atas dasar sintaksis dapat digambarkan sebagai berikut: input
semantik dalam sistem tersebut adalah transaksi
pertukaran yang dicatat dalam jurnal
buku besar perusahaan. Tranaksi tersebut kemudian dimanipulasi (dibagi
dijumlah) atas
dasar alasan
asumsi-asumsi akuntansi kos historis. Contohnya akuntan menganggap bahwa
inflasi tidak perlu dicatat
nilai pasar (nilai wajar) aset
utang dihiraukan. Akuntan
kemudian menggunakan konsep pembukuan berpasangan (
)
prinsip-prinsip
akuntansi kos historis untuk menghitung laba
rugi
neraca saldo. Dalil atau prinsip
individu diverifikasi setiap saat laporan keuangan diaudit, dengan cara mengecek kebenaran
perhitungan
manipulasi. Dengan cara ini, akuntansi kos historis telah dipraktekkan sejak
dahulu sampai sekarang.
Ada beberapa kritik yang ditujukan pada pendekatan tersebut yaitu (1) tidak ada penilaian
yang logis terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan akuntan. Tidak alasan untuk
membenarkan bahwa akuntan mencatat rekening tertentu dengan cara yang seharusnya
dilakukan,
tidak ada pertimbangan analitis terhadap kualitas tindakan atau rekening yang
dibuatnyaA (2) metode tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan, karena
pendekatannya tidak berujung pangkal. Argumennya, teknik-teknik akuntansi tidak pernah
dipermasalahkan atau diragukan karena teknik-teknik tersebut terus-menerus digunakan oleh
para pendukung pragmatikA
(3) perhatian cenderung dipusatkan pada perilaku-perilaku
akuntan, bukan pada pengukuran atribut-atribut perusahaan seperti aset, utang, pendapatan
lain-lain.
Atas dasar kenyataan tersebut Sterling (1970) berkesimpulan bahwa pendekatan
pragmatik tidak sesuai untuk penyusunan akuntansi. Kesimpulan tersebut dikaitkan dengan
normatif tentang bagaimana akuntansi seharusnya dikerjakan, bukannya positif yang
menjelaskan atau memprediksi di dunia nyata.
Pendekatan pragmatis yang kedua adalah mengamati reaksi pemakai laporan keuangan.
Akuntan memanipulasi transaksi akuntansi menurut aturan-aturan sintaktik yang berbeda dengan
yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan (contoh: adanya sistem akuntansi inflasi
yang berbeda). Laporan tersebut kemudian disimpulkan oleh pemakai.
Dilihat dari aspek bahasa, rerangka teoritis akuntansi dapat saja terpusat pada salah satu
unsur tersebut: sintaktik (struktur), semantik (interpretasi)
pragmatik (perilaku).
Namun demikian, Hendriksen
Van Breda (1992) berpendapat bahwa rerangka
akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki tiga komponen di atas.
!
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Definisi akuntansi merupakan perdebatan panjang antara akademisi
praktisi. Para
ahli mendefinisikan akuntansi baik sebagai seni, komunikasi, aktivitas jasa maupun sebagai
teknologi.
2. Zimmerman (1986) mendefinisikan sebagai kumpulan variabel-variabel yang saling
terkait
hipotesis untuk menjelaskan
memprediksi fenomena-fenomena yang terjadi
di dunia nyata. Menurut Macfoedz (1996) akuntansi sebagai konsep, standar, model,
hipotesis
metoda yang saling terkait yang diekstraksi dari disiplin filosofi akademi
keilmuan untuk menjelaskan
memprediksi fenomena bisnis.
3. Peranan dalam akuntansi sangat berbeda dengan peranan yang digunakan dalam
ilmu pasti (
), dimana dalam ilmu pasti dikembangkan dari hasil
observasi empiris. Akuntansi cenderung dikembangkan atas dasar pertimbangan nilai (
), yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat akuntansi dipraktekkan. c
tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk kebijakan sebagai landasan dalam praktek
akuntansi.
4. c akuntansi diklasifikasikan berdasarkan metoda penalaran yang digunakan, sistem
bahasa yang digunakan
tujuan perumusan.
"c
c
Ahmed Riahi ± Belkaoui. 2001. c Y
. Jakarta : Salemba Empat
Suwarjono. 2006. c Y
. Yogyakarta : BPFE UGM
Harahap, Sofyan Safri. 2007. c Y
. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Watts and Zimmerman. 1982.
Y
. Alabama University