Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

TENTANG:
KONSEP DAN PERSPEKTIF KEPERILAKUAN : PSIOKOLOGI DAN SOSIOLOGI
SERTA PERILAKU MANUSIA

DISUSUN OLEH:
-MUHAMAD UMAR ASSALIKY (P2C320007)
-WINDAYANI (P2C320010)
-RYKE ADRIANY (P2C320017)
-LADY PERMATA (P2C320021)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSI


UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting
untuk memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi. Sejak meningkatnya orang yang
sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi terdapat suatu
kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih
subtansial. Perspektif perilaku menurut pandangan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga
membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para
manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada
puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai
yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti mengubah dari tugas
akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati
beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada
organisasi (Arfan Ikhsan, 2010).
Manusia dan faktor sosial diikut sertakan secara jelas dalam aspek-aspek operasional
utama dari seluruh sistem akuntansi, karena para akuntan membuat asumsi mengenai
bagaimana mereka termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan
informasi akuntansi, dan bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan
manusia dan mempengaruhi organisasi (Arfan Iksan, 2010).
Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang berarti
mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan demikian,
dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain, konstruksi,
serta penggunaan suatu system informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi keperilakuan,
dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi,
mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi. Stainer juga
menjelaskan secara singkat mengenai definisi keperilakuan, yaitu sebagai suatu riset ilmiah
yang berhadapan secara langsung dengan perilaku manusia. Definisi ini menangkap
permasalahan inti dari ilmu keperilakuan, yaitu riset ilmiah dan perilaku manusia (Arfan
Ikhsan, 2010).
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang akuntansi yang
mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan system akuntansi yang mempelajari
hubungan antara perilaku manusia dengan system akuntansi (Siegel, G. et all. 1989), istilah
system akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti yang uas yang meliputi system
pengendalian, system penganggaran, desain akuntansi pertanggung jawaban, desain
organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian
kinerja serta serta pelaporan keuangan.
Secara lebih rinci ruang lingkup akuntansi keperilakuan meliputi (Siegel, G. et all.
1989) :
1. Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap desain, konstruksi dan
penggunaan system akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan, yang berarti bagaimana
sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan
desain organisasi.
2. Mempelajari pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia, yang berarti
bagaimana system akuntansi mempengaruhi motivasi, produktifitas, pengambilan keputusan,
kepuasan kerja dan kerja sama.
3.Metode untuk memprediksi perilaku dan strategi untuk mengubahnya, yang berarti
bagaimana system akuntansi dapat dipergunakan untuk mempengaruhi perilaku.
Cakupan dan Tujuan Akuntansi Keperilakuan. Fokus akuntan keperilakuan adalah
pada hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi. Proses akuntansi melibatkan
ringkasan sejumlah besar peristiwa ekonomi yang merupakan hasil dari perilaku manusia dan
bahwa pengukuran akuntansi itu sendiri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku. Akuntan keperilakuan percaya bahwa tujuan utama dari laporan akuntansi adalah
untuk mempengaruhi perilaku dalam rangka memotivasi atau mengarahkan ke tindakan yang
diinginkan
dalam Perilaku Manusia: Psikologi, Sosiologi, dan Sosial Psikologi. Ketiga
kontributor utama d. Prof. Belverd E. Needles, Jr. menyatakan “aktivitas bisnis adalah input
dalam sistem akuntansi, dan informasi yang bermanfaat untuk para pembuat keputusan
adalah output-nya”.
Perspektif alam ilmu keperilakuan tersebut berusaha untuk menggambarkan dan
menjelaskan perilaku manusia, tetapi mereka berbeda dalam perspektif mereka secara
keseluruhan pada kondisi manusia. Psikologi fokus pada bagaimana individu berperilaku,
penekanannya pada orang sebagai suatu organisme. Sosiologi dan Sosial Psikologi fokus
pada kelompok atau sosial, perilaku. Penekanannya pada interaksi antara manusia, manusia
sebagai bagian dari sistem sosial.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu
(Siegel, G. et all. 1989) :
1. sikap (attitudes) adalah kecenderungan belajar untuk bereaksi dengan cara yang
menguntungkan atau tidak secara konsisten terhadap orang, benda, ide, atau situasi.
2. motivasi (motivation) adalah proses untuk melakukan tindakan dengan sadar dan
terarah.
3. persepsi (perception) adalah bagaimana seseorang melihat atau
menginterpretasikan kejadian, objek, dan orang.
4. pembelajaran (learning) adalah proses dimana perilaku baru terbentuk.
5. kepribadian (personality) mengacu pada karakteristik psikologi yang menentukan
bagaimana seseorang merespon lingkungannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dan perspektif keperilakuan dari segi psiokologi ?
2. bagaimana konsep dan perspektif keperilakuan dari segi Sosiologi ?
3. Bagaimana konsep dan perspektif keperilakuan dari segi perilaku manusia ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan perspektif keperilakuan dari segi
psikologi.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan perspektif keperilakuan dari segi
sosiologi
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan perspektif keperilakuan dari segi
perilaku manusia ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Sikap/Perilaku

Sikap adalah suatu hal mengenai kecenderunagn bereaksi baik dengan cara yang
menguntungkan maupun tidak menguntungkan secara konsisten pada orang,
objek,ide/gagasan, atau situasi. Istilah objek sikap digunakan untuk menggabungkan seluruh
objekterhadap seseorang yang mungkin bereaksi. Sikap dipelajari, dibangun dengan baik, dan
sulituntuk diubah. Seseorang belajar tentang/ mendapat sikap dari pengalaman pribadi, orang
tua,teman sebaya, dan kelompok sosial.Akuntansi keperilakuan harus tahu tentang sikap
untuk memahami dan memprediksi perilakuseseorang. Akuntansi keperilakuan mungkin juga
berkepentingsn dalam sikap para karyawan terhadap sebuah paket kompensasi yang
diusulkan, sikap auditor internal terhadap pengenalan paket perangkat lunak yang baru , dan
sikap pelanggan (Arfan Ikhsan, 2010).
a. Komponen Sikap
Sikap memiliki komponen kognitif, emosional dan perilaku. Komponen kognitif
disempurnakan dari gagasan, pandangan, dan kepercayaan salah satunya mengenai objek
sikap komponen emosional atau efekif mengarah pada perasaan terhadap objek sikap.
Perasaan positif meliputi rasa suka , hormat atau empati. Perasaan negative meliputi perasaan
tidak suka, rasa takut atau benci. Komponen perilaku mengarah kepada bagaimana seseorang
bereaksi terhadap objek sikap.
b. Kepercayaan, pendapat, nilai dan kebiasaan
Yang berhubungan dekat dengan sikap adalah konsep kepercayaan, pendapat, nilai,
dankebiasaan. Secara luas, kepercayan mungkin didefenisikan sebagai komponen kognitif
atassikap. Kepercayaan mungkin didasarkan pada dugaan bukti ilmiah, atas prasangka
atausebaih intuisi.
Opini atau pendapat kadang-kadang didefenisikan sebagai sinonim untuk sikap dan
kepercayaan. Secara umum, opini dipandang sebagai konsep yang lebih sempit dari
sikap.Seperti halnya kepercayaan, pendapat dihubungkan dengan komponen kognitif atas
sikap dandikaitkan dengan bagaimana seseorang menilai atau mengevaluasi sebuah objek.
Nilai adalah sasaran hidup yang penting dan standar keperilakuan. Nilai adalah dan
perasaandasar yang mana orang-orang mengorientasikan diri mereka ke arah sasaran yang
lebih tinggidan mereka membedakan apa yang bermanfaat dan indah dari apa yang jorok dan
tidaksopan. Nilai ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku.Kebiasaan adalah pola yang
tanpa disadari, otomatis, dan berulang dari tanggapan perilaku.(Siegel;1989:29)
c. Fungsi sikap
Sikap memberikan emapat fungai utama :
1. Pemahaman/pengetahuan/fungsi membantu seseorang memberi arti, menyusun pen
gertian dari, informasi atau kejadian baru.
2. Kebutuhan akan kepuasan. Misalnya, orang cenderung untuk membentuk sikap pos
itifterhadap objek saat memperoleh apa yang mereka inginkan dan bersifat negative
terhadapobjek saat dihalangi untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
3. Pembelaan diri melalui pengembangan atau perubahan untuk melindungi orang dari
dasar pengakuan kebenaran tentang diri mereka atau dunia.
4. Ekspresi nilai, orang-orang memperoleh kepuasan dengan mengekspresikan diri me
rekamelalui sikapnya.
2.1.2 SOSIOLOGI
Sosiologi adalah ilmu yang membahas tentang berbagai aspek dalam masyarakat serta
pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Istilah sosiologi pertama kali digunakan oleh Auguste
Comte dan kemudian diperluas menjadi suatu disiplin ilmiah oleh Émile Durkheim Social
Psychology” ditulis oleh William McDougall - seorang psikolog - dan ”Social Psychology :
An Outline and Source Book , ditulis oleh E.A. Ross - seorang sosiolog. Berdasarkan latar
belakang Penulisnya maka dapat dipahami bahwa psikologi sosial bisa di”claim” sebagai
bagian dari psikologi, dan bisa juga sebagai bagian dari sosiologi. Psikologi sosial juga
merupakan pokok bahasan dalam sosiologi karena dalam sosiologi dikenal ada dua perspektif
utama, yaitu perspektif struktural makro yang menekankan kajian struktur sosial, dan
perspektif mikro yang menekankan pada kajian individualistik dan psikologi sosial dalam
menjelaskan variasi perilaku manusia.
Di Amerika disiplin ini banyak dibina oleh jurusan sosiologi - di American
Sociological Association terdapat satu bagian yang dinamakan ”social psychological
section”, sedangkan di Indonesia, secara formal disiplin psikologi sosial di bawah binaan
fakultas psikologi, namun dalam prakteknya tidak sedikit para pakar sosiologi yang juga
menguasai disiplin ini sehingga dalam berbagai tulisannya, cara pandang psikologi sosial ikut
mewarnainya.
Pada awalnya, manusia menyatukan segala bidang pengetahuan sebagai bagian dari
filsafat alam. Kemudian filsafat alam berkembang menjadi berbagai cabang ilmu, salah
satunya ialah filsafat sosial. Filsafat sosial membahas tentang etika yang perlu ada dan
diiterapkan di dalam masyarakat. Tokoh-tokohnya yaitu Plato (429–347 SM) dan Aristoteles
(384-322 SM). Plato membahas tentang unsur sosiologi dalam bernegara, sedangkan
Aristoteles membahas tentang etika sosial. Dalam perkembangannya, sosiologi menjadi
pengetahuan yang berbeda dengan filsafat sosial. Sosiologi lebih mengutamakan pengetahuan
tentang realitas sosial di dalam masyarakat, dibandingkan dengan pengetahuan tentang cara
masyarakat dalam menerapkan etika.[5] Konsep sosiologi kemudian dikembangkan oleh
Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean Jaques Rousseau melalui pemikiran tentang kontak
sosial. Konsep pemikiran sosiologi ini belum dianggap sebagai ilmu hingga awal tahun 1800-
an.
Istilah sosiologi digunakan pertama kali oleh Auguste Comte dalam bukunya yang
berjudul “Cours De Philosophie Positive” yang diterbitkan pada tahun 1838 M dan kemudian
dipopulerkan oleh Herbert Spencer pada tahun 1876 melalui penerbitan bukunya yang
berjudul Principles of Sociology. Istilah sosiologi diperoleh dari dua kata dalam bahasa Latin
yaitu Socius dan Logos. Kata Socius berarti kawan, sedangkan kata Logos berarti ilmu
pengetahuan.
Masyarakat Eropa merupakan pencetus sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmiah. Sosiologi
sebagai ilmu tentang masyarakat memiliki batasan-batasan yang membedakannya dengan
disiplin ilmiah lainnya Berikut beberapa definisi sosiologi menurut para ahli:
Albert J. Reiss, Jr : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kelompok-kelompok
sosial yang membentuk organisasi sosial atau lembaga sosial, dan pranata sosial serta dampak
yang ditimbulkannya.
Pitirim Sorokin : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh
timbal balik antara beragam gejala sosial, gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan ciri-ciri
umum dari semua jenis gejala-gejala sosial lain.

2.1.3 DAMPAKNYA DALAM MELIHAT AKUNTANSI SEBAGAI FENOMENA


SOSIAL
Akuntansi sebagai salah satu ilmu yang menyajikan informasi kuantitatif, khususnya
berupa keuangan dari suatu organisasi dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan-
keputusan ekonomi merupakan suatu produk sosial. Karena akuntansi saat ini berkembang
lebih komprehensif, tidak lagi berdasarkan kalkulasi keuangan, namun juga menyajikan
keterkaitan dengan sosial, bahkan lingkungan. Akuntansi berusaha untuk dikembangkan
untuk menyajikan informasi yang lebih seimbang dan memenuhi unsur keadilan, tidak
terbatas kepada pemegang saham, investor, kreditor dan manajer, tetapi juga tenaga kerja,
masyarakat sosial, dan kelestarian lingkungan. Sebagai ilmu sosial, relevansi akuntansi dapat
dilihat dari tingkat manfaat yang mampu diberikan kepada lingkungannya (masyarakat dan
alam). Fenomena di atas mengindikasikan bahwa akuntansi tidak dapat dipisahkan dari
lingkungan tempat diterapkannya dan tidak bisa netral dari kepentingan. Akuntansi
dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkungan yang kemudian memengaruhi lingkungan. Dengan
demikian akuntansi memiliki dua arah, yaitu dipegaruhi dan memengaruhi lingkungannya
(Triyuwono,2012; 19).
Dengan kata lain, akuntansi merupakan suatu ilmu yang tidak bebas dari nilai (value
laden), merefleksikan nilai, ideologi, dan budaya yang ada dalam masyarakat. Pada saat
bervalue laden, maka akuntansi tidak bisa dipandang hanya dari satu perspektif saja, tetapi
lebih dari itu. Sebagai contoh, ketika akuntansi diterapkan dalam suatu lingkungan, maka
secara tidak langsung memengaruhi dan membentuk perilakumanajemen, pemegang saham,
karyawan, dan individu-individu yang terkait dengan organisasi lingkungan tersebut. Namun,
faktor-faktor lainnya juga berperan seperti sistem ekonomi, sosial, politik, peraturan, budaya,
dan nilai masyarakat juga memengaruhi bentuk akuntansi.Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Alagiah, Ratnatunga, & Gaffikin (1998: 2) bahwa “accounting is not only
a socialconstruction but at the same time constructs a particular kind of society, the
consequences of which are in need of investigation”.Kesadaran berakuntansi ini selaras
dengan perkembangan klasifikasi perspektif sosiologi di atas.
Akuntansi tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang konstan. Miller dan Napier
(1993) menyebutkan bahwa “accounting changes in both content and form over time; it is
neither solid nor immutable.'' In its earliest manifestation, accounting gave clear, transparent
signs of a physical and social reality in pace and time” (Macintosh, Shearer, Thornton, &
Welker, 2000: 16).

2.1.4 RELEVANSI AKUNTANSI DAN SOSIOLOGI


Akuntansi berfungsi seperti pedang bermata dua, yaitu tidak hanya dibentuk oleh
lingkungan tetapi juga mampu membentuk realitas baru. Hines (1988) menyebutkan bahwa
realitas diciptakan, dibentuk, dan dibatasi manusia berdasarkan persepsi dan kepentingan
masingmasing. Begitu pun akuntansi, dapat membentuk realitas sendiri yang mampu
memengaruhi aspek sosial kemasyarakatan. Sebagai contoh, laporan keuangan selama ini
berfokus pada peningkatan laba. Pandangan ini tidak lepas dari pengaruh lingkungan yang
kapitalistik, laba merupakan representasi dari pemegang saham. Sehingga operasional
perusahaan digunakan untuk tujuan maksimalisasi laba (Cho, 1999). Dengan memasukkan
nilai-nilai kapitalistik, maka masyarakat sosial yang terbentuk nantinya akhirnya akan
berbentuk kapitalis. Masyarakat kapitalis membentuk kekhawatiran tersendiri, seperti yang
diungkapkan oleh (Norman Belding Macintosh, 2002: 125):
“Meskipun ini mungkin semua untuk kebaikan bagi akuntan individu, ada sisi gelap.
Ini menyangkut konsekuensi dari tindakan tersebut bagi masyarakat luas. Di sebagian besar
negara saat ini, profesi akuntansi telah diberikan monopoli dekat pada layanan akuntansi dan
audit, sah atas dasar bahwa akuntan akan bertindak secara objektif, tidak bias, dan profesional
sehingga masyarakat luas dapat "mengandalkan" informasi keuangan yang dihasilkan untuk
konsumsi publik. Tetapi jika data ini tercemar oleh manajemen pendapatan, maka
kepercayaan publik dilanggar, dan jika fiddles anggaran dapat sangat menyesatkan
manajemen atas yang memiliki kepentingan perusahaan secara keseluruhan dalam pikiran,
apa yang menebus akuntan secara pribadi tidak selalu membawa keadilan kepada publik.
Begitu pula yang dikatakan oleh (Alagiah et al.,1998: 29) bahwa:"... bahwa ilmu-ilmu
manusia adalah instrumen kontrol sosial dan berperan penting untuk terpinggirkan,
dikategorikan dan dikecualikan masyarakat. Hal ini lebih lanjut divalidasi dengan analisis di
atas di mana akuntansi dan untuk sebagian besar ekonomi, telah disiplin yang membangun
wacana tentang objek pendapatan yang kemudian digunakan untuk menundukkan manusia.”
Hal ini juga menunjukkan bahwa realitas sosial bukanlah sesuatu yang given, obyektif

2.1.5 SOSIOLOGI DALAM AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Untuk melengkapi pemahaman mengenai keterkaitan sosiologi dan akuntansi, artikel
ini akan mencoba untuk mengangkat beberapa penelitian yang telah dilakukan di bidang
akuntansi sektor publik.
Perspektif Interpretif
Pada perspektif ini, penelitian dari Djamhuri (2009), mencoba diangkat sebagai
contoh aplikasi. Penelitian ini dilakukan pada daerah yang dinamai sebagai Ratan Ombo
Regencey ( ROR) yang melakukan reformasi akuntansi. Metode New Instituitionalism
Sosiolgy digunakan untuk memahami Performance Based Budgeting (PBB) dan akuntansi
double entry untuk pemerintahan daerah. Penerapan PBB tidak sama dengan implementasi
dari Negara asalnya yaitu, United Kingdom. Karena adanya desentralisasi dan penentuan
LAKIP. Karena perbedaan tersebut maka pastinya menimbulkan gejolak dan konflik dalam
penerapan PBB yang mempunyai budaya, karakteristik, dan ideology berbeda antara negara
asalnya dan Indonesia dalam menerapkan New Public Management (NPM).
Hasilnya menyatakan bahwa penerapan NPM seperti „big bang‟ bagi pelaku sector
publik, akibatnya banyak peraturan yang tumpang tindih. Namun, karena adanya bantuan
teknologi, peneliti beranggapan bahwa ini hanya merupakan masalah waktu karena
membutuhkan sosialisasi lebih intensif. Dari penelitian ini, peneliti menyarikan bahwa
akuntansi bukan hanya sekedar alat teknis, tetapi juga sebagai instrumen sosial yang sarat
nilai yang terkandung didalamnya aspek ekonomi, sosial, dan budaya dari pihak-pihak
terkait.
Perspektif Kritis
Pada perspektif ini peneltian Pujiningsih (2013) digunakan sebagai contoh aplikasi
perspektif kritis. Perubahan Badan Hukum Pendidikan menjadi Badan Layanan Umum
merupakan salah satu model dari penerapan New Public Management (NPM). NPM dianggap
sebagai praktik terbaik yang mampu mengefisiensikan alokasi sumber daya yang terbatas
pada sector publik. Permasalahannya adalah apakah benar dengan diterapkannya BLU
sebagai aplikasi NPM mampu menjadikan universitas menjadi lebih efisien. Penelitian ini
menggunakan pemikiran Habermas tentang kolonisasi sebagai alat analisis. Dari hasil
penelitian, didapatkan bahwa memang implementasi BLU belum diikuti dengan kesiapan
sumber daya manusia yang dimiliki oleh universitas. Hal ini menyebabkan berbagai benturan
dalam melakukan interpretasi peraturan. Kritik yang dilakukan disertai dengan solusi melalui
anggaran partisipatif yang merefleksikan diri berkeTuhanan. Diharapkan dengan
implementasi anggaran partisipatif ini, akuntansi dapat menjadikan individu-individu di
universitas meningkat dalam hal kesadaran berkeTuhanan.

2.1.6 PERILAKU MANUSIA


Dalam salah satu cabang ilmu akuntansi ini, pengambilan keputusan harus melibatkan
bagaimana perilaku seseorang sebagai sebuah pertimbangan. Dengan mempertimbangkan
perilaku manusia tersebut, membuat munculnya aspek sosial dalam bidang ilmu akuntansi.
Ruang lingkup akuntansi yang berkaitan dengan perilaku manusia ini antara lain:
1. Mengkaji tentang tingkah dan perilaku manusia terhadap konstruksi, bangunan, dan
pemakan sistem informasi akuntansi yang diterapkan dalam sebuah perusahaan atau
organisasi. Maksudnya, ruang lingkup akuntansi dapat melihat bagaimana gaya
kepemimpinan dapat mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan desain dalam
perusahaan atau organisasinya tersebut.
2. Mengkaji pengaruh dari adanya sistem informasi akuntansi terhadap segala tindakan
manusia yang berarti melihat pengaruh sistem akuntansi terhadap kinerja,
produktivitas, kerja sama, hingga pengambilan keputusan.

Sebuah metode yang menjelaskan dan memprediksi tindakan dan perilaku manusia
dan membuat sebuah strategi untuk mengubah tindakan tersebut. Maksudnya adalah
memanfaatkan Akuntansi untuk mempengaruhi perilaku manusia dan mengatasi resistensi
perilaku manusia tersebut.
2.1.7 Aspek Akuntansi Keperilakuan
Salah satu cabang ilmu akuntansi ini juga memiliki berbagai aspek penting seperti
cabang-cabang ilmu lainnya. Oleh Schiff dan Lewin (1974) mengatakan, ada lima aspek
penting yang ada pada salah satu bidang ilmu akuntansi ini. Kelima aspek tersebut adalah :
1. Teori Organisasi dan Keperilakuan Manajemen
Pembahasan tentang perilaku komponen entitas perusahaan dibahas dengan cukup
dalam dalam teori organisasi modern ini. Perhatian teori organisasi modern ini
menjelaskan tentang perilaku mereka sebagai dasar untuk melihat motif atas berbagai
tindakan yang mereka lakukan.
Dalam teori organisasi modern melihat bahwa ada pengaruh dari interaksi antar
masing-masing elemen dalam upaya untuk mendukung tujuan sebuah organisasi atau
perusahaan.
Lebih spesifik lagi, teori organisasi modern sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
Schiff dan Lewin menitikberatkan pada perilaku masing-masing komponen dalam
mengarahkan tujuan organisasi, memberikan motivasi, hingga menampilkan karakteristik
dalam penyelesaian masalahnya.
Karena dalam kondisi tertentu, motivasi memegang peranan penting terhadap
komitmen yang berpengaruh pada kepuasan kerja. Tujuan dari sebuah organisasi atau
perusahaan ini dilihat dari kacamata teori organisasi modern, merupakan hasil proses
mempengaruhi setiap elemen.
Pengaruh pada masing-masing elemen ini menghasilkan motivasi dan komitmen
organisasi. Sehingga bila dilihat lebih jauh, terdapat hubungan yang bersifat resiprokal
antara komitmen organisasi dengan kepuasan kerja.
2. Penganggaran dan Perencanaan
Selain itu, tujuan organisasi atau perusahaan juga harus diformulasikan dan
menjadikannya sebagai fokus dari penganggaran dan perencanaan. Selain tujuan,
penganggaran dan perencanaan juga harus difokuskan untuk melihat adanya interaksi
perilaku dari masing-masing individu. Penganggaran, level kesulitan dalam mencapai
tujuan, hingga konflik antar tujuan merupakan bagian dari dimensi yang dimaksud dalam
area ini. Semua dimensi tersebut harus diperhatikan sehingga bisa menciptakan
keselarasan antara tujuan organisasi atau perusahaan dengan tujuan masing-masing
individu. Keselarasan antara dua bagian penting ini nantinya bisa menjadi pondasi
pengembangan organisasi atau perusahaan oleh tim manajemen.
3. Pengambilan Keputusan
Aspek lainnya yang termasuk adalah tentang pengambilan keputusan yang menjadi
fokus dari teori organisasi modern. Dalam teori tersebut, ada tiga model yang dikenalkan
sebagai metode pengambilan keputusan yakni: model normatif, paradoks, dan model
deskriptif. Model Normatif merupakan sebuah keadaan pengambilan keputusan oleh
seseorang sesuai keadaan seharusnya. Sementara model normatif membahas tentang hal
yang berkebalikan dengan model normatif. Model Deskriptif pada teori pengambilan
keputusan melihat kondisi seseorang saat melakukan pengambilan keputusan dengan
melihat fakta yang ada. Informasi yang digunakan ketika pengambilan keputusan ini
merupakan informasi akuntansi.
4. Pengendalian
Aspek lainnya yang tidak kalah penting dalam sebuah organisasi atau perusahaan
adalah aspek pengendalian. Besarnya tingkat pengendalian berbanding lurus dengan besarnya
sebuah organisasi atau perusahaan. Sehingga tingkat pengendalian akan semakin insentif
seiring dengan semakin berkembangnya suatu organisasi atau perusahaan. Aspek ini banyak
menghubungkan kinerja dan kemampuan adaptasi individu terhadap lingkungan sekitarnya.
Bagian yang penting dalam aspek pengendalian adalah adanya struktur organisasi yang jelas,
hierarki administrasi, hingga pengendalian internal. Dalam perkembangan terbaru dalam
aspek pengendalian, lingkungan menjadi kunci yang berperan dalam pengendalian
operasional organisasi atau perusahaan. Sebelumnya, lingkungan tidak tergolong dalam aspek
pengendalian ini.

5. Pelaporan Keuangan
Aspek perilaku dalam bidang akuntansi ini juga meliputi bagaimana pelaporan
keuangan yang mencakup perataan laba, keandalan informasi akuntansi, hingga kaitannya
informasi akuntansi kepada investor. Dalam hal ini, perataan laba disebabkan adanya
informasi khusus yang dimiliki oleh pihak manajemen untuk mewujudkan kepentingannya
dalam bagian untuk melakukan manajemen laba.

2.1.8 Manfaat Akuntansi Keperilakuan


Bidang ilmu akuntansi keperilakuan ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi
para manajer atau pihak manajemen suatu organisasi atau perusahaan dalam mengambil
keputusan. Dalam bidang ilmu ini dapat melihat bagaimana proses pengambilan keputusan
yang dilihat dari sistem akuntansi yang ada. Bidang ilmu ini memiliki kaitan yang sangat erat
terhadap sektor ekonomi. Bidang ilmu ini menjadi ilmu yang paling dibutuhkan ketika terjadi
proses pengambilan keputusan.
Manfaat paling besar memang bisa dirasakan oleh para manajer saat mengambil
keputusan. Karena kondisi emosi sang manajer melihat data akuntansi akan memberikan
dampak terhadap keputusan yang akan diambil oleh mereka.
1. Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective)
Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919). Pendekatan
ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi di antara tahun 1920-an s/d 1960-an.
Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agar pendekatannya ini tidak
sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalam memahami perilaku sosial, tetapi juga
merupakan alternatif lain yang memfokuskan pada pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi.
Watson menolak informasi instinktif semacam itu, yang menurutnya bersifat ”mistik”,
”mentalistik”, dan ”subyektif”. Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus pada sesuatu
yang ”dapat diamati” (observable), yaitu pada ”apa yang dikatakan (sayings) dan apa yang
dilakukan (doings)”. Dalam hal ini pandangan Watson berbeda dengan James dan Dewey,
karena keduanya percaya bahwa proses mental dan juga perilaku yang teramati berperan
dalam menyelaskan perilaku sosial.
Para ”behaviorist” memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan
”tanggapan” (responses), dan lingkungan ke dalam unit ”rangsangan” (stimuli). Menurut
penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama
lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuah rangsangan
” seorang teman datang ”, lalu memunculkan tanggapan misalnya, ”tersenyum”. Jadi
seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Para behavioris tadi percaya
bahwa rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan
mental yang ada dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu mengejutkan jika para behaviorisme
tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan pendekatan ”kotak hitam (black-
box)” . Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme
di dalam kotak hitam tadi - srtuktur internal atau proses mental yang mengolah rangsangan
dan tanggapan - karena tidak dapat dilihat secara langsung (not directly observable),
bukanlah bidang kajian para behavioris tradisional.
Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus behaviorisme
melalui percobaan yang dinamakan ”operant behavior” dan ”reinforcement”. Yang dimaksud
dengan ”operant condition” adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatu lingkungan
dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan dalam lingkungan tersebut.
BAB III
Kesimpulan
Manusia mempunyai berbagai perspektif dalam melihat realitas sosial. Sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat beserta perilakunya perlu dikaji
lebih mendalam. Telah kita bahas empat perspektif dalam psikologi sosial. Yang dimaksud dengan
perspektif adalah asumsi-asumsi dasar yang paling banyak sumbangannya kepada pendekatan
psikologi sosial. Perspektif perilaku menyatakan bahwa perilaku sosial kita paling baik dijelaskan
melalui perilaku yang secara langsung dapat diamati dan lingkungan yang menyebabkan perilaku kita
berubah. Perspektif kognitif menjelaskan perilaku sosial kita dengan cara memusatkan pada
bagaimana kita menyusun mental (pikiran, perasaan) dan memproses informasi yang datangnya dari
lingkungan .
Kedua perspektif tersebut banyak dikemukakan oleh para psikolog sosial yang berlatar
belakang psikologi. Di samping kedua perspektif di atas, ada dua perspektif lain yang sebagian
besarnya diutarakan oleh para psikolog sosial yang berlatas belakang sosiologi. Perspektif struktural
memusatkan perhatian pada proses sosialisasi, yaitu proses di mana perilaku kita dibentuk oleh
peran yang beraneka ragam dan selalu berubah, yang dirancang oleh masyarakat kita.
Perspektif interaksionis memusatkan perhatiannya pada proses interaksi yang
mempengaruhi perilaku sosial kita. Perbedaan utama di antara kedua perspektif terakhir tadi adalah
pada pihak mana yang berpengaruh paling besar terhadap pembentukan perilaku. Kaum strukturalis
cenderung meletakan struktur sosial (makro) sebagai determinan perilaku sosial individu, sedangkan
kaum interaksionis lebih memandang individu (mikro) merupakan agen yang aktif dalam membentuk
perilakunya sendiri. Karena banyaknya teori yang dikemukakan untuk menjelaskan perilaku sosial
maka seringkali muncul pertanyaan : ”Teori mana yang paling benar ?” atau ”teori mana yang
terbaik?” .
Hampir seluruh psikolog sosial akan menjawab bahwa tidak ada teori yang salah atau yang
paling baik, atau paling jelek. Setiap teori mempunyai keterbatasan dalam aplikasinya. Misalnya
dalam mempelajari agresi (salah satu bentuk perilaku sosial), para behavioris bisa memusatkan pada
pengalaman belajar yang mendorong terjadinya perilaku agresif - pada bagaimana orang tua, guru,
dan pihakpihak lain yang memberi perlakuan positif pada perilaku agresif. Bagi yang tertarik pada
perspektif kognitif maka obyek kajiannya adalah pada bagaimana seseorang mempersepsi,
interpretasi, dan berpikir tentang perilaku agresif. Seorang psikolog sosial yang ingin menggunakan
teori medan akan mengkaji perilaku agresif dengan cara melihat hubungan antara karakteristik
individu dengan situasi di mana perilaku agresif tersebut ditampilkan. Para teoritisi pertukaran sosial
bisa memusatkan pada adanya imbalan sosial terhadap individu yang menampilkan perilaku agresif.
Jika memakai kacamata teori peran, perilaku agresif atau tidak agresif ditampilkan oleh
seseorang karena harapan-harapan sosial yang melekat pada posisi sosialnya harus dipenuhi.
Demikianlah, setiap teori bisa digunakan untuk menjadi pendekatan yang efektif tidak untuk semua
aspek perilaku. Teori peran lebih efektif untuk menjelaskan perilaku X dibanding dengan teori yang
berperspektif kognitif, misalnya.
Referensi
Akuntansi Keperilakuan; Arfan Ikhsan; Salemba 4

Siegel, Gary and Marconi-Ramanauskas, Helene, Behavioral Accounting, South Western,


1989.

(1998). Foucault, Accounting Income and The Economist Status Of Indigenous Australian
Families. In APIRA (pp. 1–30). OsakaBurrel, G., & Morgan, G. (1979).

Deaux, Kay, dan Lawrence S. Wrightsman. 1988. Social Psychology. Wadsworth,

Inc. Goldenberg, S. 1987. Thinking Sociologically. Wadsworth, Inc.

Shaw, Marvin E., dan Philip R. Costanzo. 1985. Theories of Social Psychology,

Second Edition. McGraw-Hill, Inc.

Cho, D. (1999). The Impact Of A Price Cut On Net Income And Profit Margin.Journal of
Financial and Strategic,12(2), 83–94.

Chua, W. F. (1986). Radical Development of Accounting Thought. The Accountin Review,


LXI(4), 601–632.

Anda mungkin juga menyukai