Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSI KEPRILAKUAN

KONSEP KEPRILAKUAN DARI PSIKOLOG DAN PSIKOLOG SOSIAL

Dosen Pengampu:
Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, M.Si., Ak. CA

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2

I Kadek Yasa Astawa 2007531073/3


A. A. Sri Pramita 2007531077/4

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan paper tentang Pengambilan Keputusan.
Dengan baik meskipun mungkin masih ada kekurangan didalamnya. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Dr. Ida Bagus Putra Astika, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Dosen mata kuliah
Akuntansi Keperilakuan kelas D5 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap paper ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam rangkuman ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran
demi perbaikan rangkuman yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Semoga rangkuman ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun.

Denpasar, 14 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3. Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2
2.1. Sikap ...................................................................................................................... 2
2.2. Motivasi ................................................................................................................. 4
2.3. Persepsi .................................................................................................................. 6
2.4. Pembelajaran ......................................................................................................... 8
2.5. Kepribadian ........................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 12
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu keperilakuan merupakan “human side” dari ilmu social. Ilmu sosial
mencakup disiplin antropologi, ekonomi, sejarah, ilmu politik, psikologi, dan sosiologi.
Ilmu keperilakuan mencakup psikologi dan sosiologi, aspek keperilakuan ekonomi dan
ilmu politik, dan aspek keperilakuan antropologi. Istilah ilmu keperilakuan merupakan
istilah baru yang relative dan konsepnya yang luas sehingga memerlukan percobaan
untuk menggambarkan ruang lingkup dan kontennya. Ilmu keperilakuan mencakup
bidang riset manapun, melalui percobaan dan metode observasional, perilaku manusia
dari segi fisikal dan lingkungan social.
Aspek keperilakuan dalam akuntansi memberikan dampak dan dianggap penting
dalam pengoperasianya. Sehingga beberapa riset akuntansi mulai mencoba
menghubungkan keperilakuan dengan akuntansi. Akuntansi keperilakuan (behavioral
accounting) adalah cabang akuntansi yang mempelajari hubungan antara perilaku
manusia dengan sistem akuntansi yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia
dengan system akuntansi (Siegel, G. et all. 1989), istilah system akuntansi yang dimaksud
di sini dalam arti yang uas yang meliputi sistem pengendalian, sistem penganggaran,
desain akuntansi pertanggung jawaban, desain organisasi seperti desentralisasi atau
sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja serta serta pelaporan
keuangan. Sebagian besar dari teori-teori akuntansi keperilakuan, berasal dari ilmu
keperilakuan yang dikembangkan dari penelitian empiris atas perilaku manusia saat
berorganisasi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep-konsep keperilakuan dari psikologi dan psikologi sosial?
2. Bagaimana konsep-konsep itu berpengaruh bagi perilaku manusia saat
berorganisasi?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa saja konsep-konsep keperilakuan dari psikologi dan
psikologi sosial.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep-konsep itu berpengaruh bagi perilaku
manusia saat berorganisasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sikap
Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi
tindakan, baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan
manusia, objek, gagasan, atau situasi. Istilah objek dalam sikap digunakan untuk
memasukkan semua objek yang mengarah pada reaksi seseorang. Ketiga
komponen sikap yaitu pengertian (cognition), pengaruh (affect), dan perilaku (behavior).
Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut membantu
untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku.
Sikap disusun oleh komponen teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri atas
gagasan, persepsi, dan kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap. Komponen
emosional atau afektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada objek
sikap. Komponen perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap
objek/sikap.
Sikap memiliki empat fungsi utama yaitu pemahaman, kebutuhan akan
kepuasan, defensif ego, dan ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi
untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud atau memahami situasi atau
peristiwa baru. Sikap juga melayani suatu hal yang bermanfaat atau fungsi kebutuhan
yang memuaskan. Sikap juga melayani fungsi defensif ego dengan melakukan
pengembangan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang berlandaskan
kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani fungsi
nilai ekspresi.
Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara sikap
dan perilakunya. Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk menghubungkan
sikap-sikap mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap dengan perilaku mereka
sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten. Formasi sikap mengacu pada
pengembangan suatu sikap yang mengarah pada suatu objek yang tidak ada sebelumnya.
Perubahan sikap mengacu pada substitusi sikap baru untuk seseorang yang telah
ditangani sebelumnya. Sikap dibentuk berdasarkan karakter faktor psikologis, pribadi
dan sosial. Hal pokok yang paling fundamental mengenai cara sikap dibentuk
sepenuhnya berhubungan langsung dengan pengalaman pribadi terhadap suatu objek,

2
yaitu pengalaman yang menyenangkan maupun tidak, traumatis, frekuensi kejadian, dan
pengembangan sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru.
2.1.1. Teori Terkait Dengan Sikap
1) Teori Perubahan
Sikap teori perubahan sikap dapat membantu untuk
memprediksikan pendekatan yang paling efektif. Sikap mungkin
dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan. Teori
pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan
mengenai bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek
dan bukannya hasil perubahan dalam memercayai suatu objek.
Teori ini menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan
perubahan dalam sikap individu jika mau memahami struktur yang
menyangkut sikap orang lain dan membuat pendekatan setidaknya
untuk dapat mengubah ancaman.
2) Teori Pertimbangan Sosial
Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan
mengenai bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek dan
bukannya hasil perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori
ini menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan perubahan
dalam sikap individu jika mau memahami struktur yang
menyangkut sikap orang laindan membuat pendekatan setidaknya
untuk dapat mengubah ancaman. Asumsi yang mendasari teori ini
adalah bahwa usaha untuk menyebabkan suatu perubahan utama
di dalam sikap kemungkinan akan gagal, sebab perubahan tersebut
akan menghasilkan ketidaknyamanan bagi subjek.
3) Konsistensi dan Teori Perselisihan
Konsistensi dan teori perselisihan memandang perubahan sikap
sebagai hal yang masuk akal dan merupakan proses yang
mencerminkan orang-orang yang dibuat untuk menyadari
inkonsistensi antara sikap dan perilaku mereka, sehingga mereka
termotivasi untuk mengoreksi inkonsistensi tersebut dengan
mengubah sikap maupun perilakunya ke arah yang lebih baik.
Teori konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku
dalam ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan teori dalam

3
sistem. Teori ini menganggap bahwa perselisihan memotivasi
orang-orang untuk mengurangi atau menghapuskan perselisihan,
karena perselisihan secara psikologis merupakan hal yang tidak
menyenangkan sehingga orang-orang akan mencari cara untuk
menghindari itu.
4) Teori Disonasi Kognatif
Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori
Disonansi Kognitif. Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap
dan perilaku. Disonansi dalam hal ini berarti adanya suatu
inkonsistensi. Disonansi kognitif mengacu pada setiap
inkonsistensi yang dipersepsikan oleh seseorang terhadap dua atau
lebih sikapnya, atau terhadap perilaku dengan sikapnya.
5) Teori Persepsi Diri
Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang
mengembangkan sikap berdasarkan bagaimana mereka
mengamati dan menginterpretasikan perilaku mereka sendiri.
Teori ini mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan
perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna
menawarkan sikap yang konsisten dengan perilaku.
2.2. Motivasi
Motivasi adalah proses yang dimulai dengan definisi fisiologis atau psikologis
yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan insentif.
Motivasi juga berkaitan dengan reaksi subjektif yang terjadi sepanjang proses ini.
Motivasi adalah suatu konsep penting untuk perilaku akuntan karena efektivitas
organisasional bergantung pada orang yang membentuk sebagaimana karyawan
mengharapkan untuk dibentuk. Manajer dan akuntan keperilakuan harus memotivasi
orang ke arah kinerja yang diharapkan dalam rangka memenuhi tujuan organisasi.
2.2.1. Teori Terkait Motivasi
1) Teori Motivasi dan Aplikasinya
Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh
adanya motivasi. Dengan demikian, ada sesuatu yang mendorong
(memotivasi) seseorang untuk berbuat sesuatu.
2) Teori Motivasi Awal

4
Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an.
Ketiga teori ini adalah teori hierarki kebutuhan, teori X dan Y, dan
teori motivasi higiene. Teori-teori ini bersifat awal karena teori-
teori ini mewakili suatu dasar dari mana teori-teori kontemporer
berkembang dan para manajer mempraktikkan penggunaan teori
serta istilah-istilah ini untuk menjelaskan motivasi karyawan
secara teratur.
3) Teori Kebutuhan dan Kepuasan
Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas dimana masing-
masing individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang
dapat mempengaruhi perilaku mereka. Teori kebutuhan ini pada
praktiknya merupakan bagian-bagian dari teori kebutuhan
psikologis yang akan didominasi oleh kebutuhan-kebutuhan lain
jika tidak dijumpai. Secara psikologis, kebutuhan merupakan
syarat dasar untuk memenuhi kebutuhan sisik, seperti makan,
minum, perlindungan, dan sebagainya, yang disebut sebagai
kebutuhan dasar utama.
4) Teori Kebutuhan McClelland
Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal
tahun 1990. Teori McClelland mempunyai suatu faktor hierarki
yang memotivasi perilaku. Dalam kasus ini, terdapat tiga faktor
yaitu prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset yang dilakukan oleh
McClelland memberikan hasil bahwa terdapat tiga karakreristik
dari orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu :
a) Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap
pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas suatu
permasalahan. Akibatnya, mereka lebih suka bekerja
sendiri daripada dengan orang lain. Apabila suatu
pekerjaan membutuhkan orang lain, mereka lebih suka
memilih orang yang kompeten dibanding sahabatnya.
b) Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi
cenderung menetapkan tingkat kesulitan tugas yang
moderat dan menghitung risikonya.

5
c) Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi
memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh umpan
balik (feed back) atau tanggapan atas pelaksanaan
tugasnya.
5) Teori Dua Faktor
Pada pertengehan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori
motivasi yang di bagi kedalam beberapa faktor. Asumsi terpenting
dari bentuk teori Herzberg adalah faktor yang mempunyai
pengaruh positif dalam motivasi dan menjadi bahan perbedaan
yang menyenangkan dari seluruh pengaruh negatif. Faktor-faktor
ini meliputi yaitu kebijakan perusahaan, kondisi pekerjaan,
hubungan perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor motivasi
meliputi yaitu prestasi, pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi,
dan tanggung jawab.
2.3. Persepsi
Menurut kamus Bahasa Indonesia, persepsi adalah sebagai tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca indra. Sedangkan dalam lingkup yang lebih luas persepsi merupakan suatu
proses yang melibatkan pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan
menginterprestasikan stimulus yang ditunjukkan oleh panca indra. Persepsi memberikan
makna pada stimuli. Persepsi juga merupakan pengalaman tentang objek atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi dikatakan rumit dan aktif karena walaupun persepsi merupakan pertemuan
antara kognitif dan kenyataan, persepsi lebih banyak melibatkan kegiatan kognitif.
Persepsi lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran, ingatan, pikiran, dan bahasa. Faktor-
faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu sebagai berikut.
a) Faktor Dalam Situasi, yang terdiri dari waktu, keadan (tempat kerja),
keadan sosial.
b) Faktor Pada Pemersepsian, yang terdiri dari sikap, motif, kepentingan,
pengalaman dan pengharapan.
c) Faktor Pada Target, yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar
belakang, kedekatan.

6
2.3.1. Rangsangan Fisik vs Kecenderungan Individu
Rangsangan fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti
pegelihatan dan sentuhan. Sedang kecenderungan individu meliputi alasan,
kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa lalu dan harapan. Perbedaan persepsi
antar orang-orang disebabkan karena perasaan individu yang menerimanya
berbeda fungsi dan hal ini terutama disebabkanoleh kecenderungan perbedaan.
Empat faktor lain yang berhubungan dengan kecenderungan individu adalah
kekerabatan, perasaan, arti penting dan emosi.
2.3.2. Keterkaitan Persepsi Bagi Para Akuntan
Perilaku para akuntan dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap
banyak aktifitas organisasi. Kesalahan atau bias penilaian mungkin
diakibatkan oleh sandiwara yang mencoba untuk menakut-nakuti sehingga
karyawan mrasa tidak puas dan meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu,
para penyelia perlu mengenali perasaan mereka terhadap bawahannya.
Bawahan tertentu dapat mempengaruh evaluasi mereka, dan harus waspada
terhadap sumber penyimpangan persepsi ini. Kesalahan persepsi dapat juga
mendorong kearah ketegangan hubungan antar pribadi karyawan.
2.3.3. Persepsi Orang Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain
Dalam bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap
orang lain, hal ini akan dikaitkan dengan teori atribusi. Teori atribusi
merupakan dari penjelasan cara-cara manusia menilai orang secara
berlainan,bergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu prilaku
tertentu. Pada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang
mengamati prilaku seorang individu, orang tersebut berusaha menentukan
apakah prilaku itu disebabkan oleh faktor internal atau eksternal, tetapi
penentan tersebut sebagian besarbergantung pada tiga faktor berikut:
a. Kekususan (ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu
memperlihatkan prilaku-prilaku yang berlainan dalam situasi yang
berlainan.
b. Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang
serupa bereaksi dengan cara yang sama. Contoh perilaku karyawan
yang terlambat akan memenuhi kriteria ini jika semua karyawan yang
mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga terlambat.

7
c. Konsistensi dimana disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang
apakah orang tersebut memberikan reaksi yang sama dari waktu
kewaktu. Contoh apabila seorang karyawan datang terlambat beberapa
menit saja tidak dipersepsikan dengan cara yang sama oleh karyawan
yang baginya keterlambatan itu kasus yang luabiasa (karena tidak
pernah terlambat).
2.4. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadi
sebagai hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi.
Kombinasi dari motivasi, pengalaman dan pengulangan dalam merespons situasi ini
terjadi dalam tiga bentuk: pengaruh keadaan klasik, pengaruh keadaan operant, dan
pembelajaran sosial.
1) Pengondisian Keadaan Klasik
Dapat diringkaskan bahwa pengondisian klasik pada hakikatnya merupakan
proses pembelajaran suatu respons dan suatu rangsangan yang tidak
terkondisi. Dengan menggunakan rangsangan yang berpasangan, yang satu
memaksa yang lain netral, rangsangan yang netral menjadi suatu rangsangan
terkondisi yang kemudian meneruskan sifat-sifat dari rangsangan tidak
terkondisi. Pengondisian klasik bersifat pasif. Sesuatu terjadi dan orang harus
bereaksi dengan cara yang khusus. Hal itu dihasilkan sebagai respons
terhadap peristiwa khusus yang dapat dikenali. Tetapi, kebanyakan perilaku,
terutama perilaku rumit dari individu-invdividu dalam organisasi
dipancarkan bukan secara refleks. Misalnya, para karyawan memilih untuk
sampai di tempat kerja pada waktunya, meminta atasan membantu ketika ada
masalah, atau membuang waktu bila tidak ada orang yang mengamati.
2) Pengondisian Operant
Pengondisian operant menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi
dari konsekuensi-konsekuensi. Perilaku operant berarti perilaku yang
bersifat sukarela atau perilaku yang dipelajari sebagai kontras terhadap
perilaku semacam itu, yang dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya pungutan
yang ditrimbulkan oleh konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut.
3) Pembelajaran Sosial
Individu-individu juga dapat belajar dengan mengamati apa yang terjadi pada
orang lain, dengan diberitahu maupun dengan mengalami secara langsung.

8
Jadi, banyak dari apa yang telah dipelajari manusia berasal dari observasi atas
karakteristik-karakteristik orang tua, guru, teman sekerja, atasan, dan
seterusnya. Pandangan bahwa manusia dapat belajar baik lewat pengamatan
maupun pengalaman langsung ini disebut sebagai teori pembelajaran social.
Walaupun teori pembelajaran sosial merupakan suatu perpanjangan dari
pengondisian operant, dimana teori tersebut mengandalkan perilaku sebagai
suatu fungsi dari konsekuensi-konsekuensi, teori itu juga mengakui
eksistensi pembelajaran observasional (lewat pengamatan) dan pentingya
persepsi dalam belajar.
2.5. Kepribadian
Kepribadian mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri seseorang
yang menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespons
lingkungannya. Kepribadian adalah inti sari dari perbedaan individu. Kepribadian
cenderung bersifat konsisten dan kronsi. Konsep kepribadian dan pengetahuan tentang
komponennya adalah penting karena memungkinkan untuk memprediksikan perilaku.
Para akuntan perilaku dapat menghadapi efektivitas orang-orang jika mereka memahami
bagaimana kepribadian dikembangkan dan bagaimana kepribadian tersebut dapat diubah.
Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan
perilaku. Pengujian terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam
tekanan pekerjaan, siapa yang akan menanggapi kritikan dengan baik, siapa yng pertama
harus dipuji dahulu sebelum berbicara mengenai perilaku tidak diinginkan, siapa yang
menjadi seorang pemimpin potensial. Semuanya itu merupakan bentuk-bentuk
pemahamaan atau kepribadian.
1) Penentu Kepribadian
Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian
seseorang merupakan hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya
merupakan hasil dari kedua pengaruh tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal
faktor ketiga, yaitu faktor situasi. Kepribadian seorang dewasa umumnya
dinggap terbentuk dari faktor keturunan, dan lingkungan, yang diperlunak oleh
kondisi situasi.
a) Keturunan
Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari
kepribadian seseorang individu adalah struktur molekul dari gen yang
terletak dalam kromosom.

9
b) Lingkungan
Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian
adalah budaya dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-
norma di antara keluarga, temam-teman, dan kelompok-kelompok social,
serta pengaruh lain yang dialami. Lingkungan yang dipaparkan pada
seseorang memainkan suatu peranan besar dalam membentuk kepribadian
orang tersebut. Pertimbangan yang saksama terhadap argumen-argumen
yang mendukung keturunan maupun lingkungan sebagai penentu utama
dari kepribadian mengarah pada kesimpulan bahwa keduanya adalah
penting. Keturunan menentukan parameter-parameter atau batas-batas
luar, tetapi potensi penuh seseorang akan ditentukan oleh seberapa baik
orang tersebut menyesuaikan diri dengan tuntutan dan persyaratan
lingkungan.
c) Situasi
Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap
kepribadian. Kepribadian seseorang walaupun kelihatannya mantap dan
konsisten , dapat berubah pada kondisi yang berbeda. Tuntutan yang
berbeda dari situasi yang berlainan memunculkan aspek-aspek yang
berlainan dari kepribadian seseorang. Oleh karena itu, hendaknya pola
kepribadian tidak dilihat secaara terpisah. Kelihatannya adalah logis untuk
mengandalkan bahwa situasi akan mempengaruhi kepribadian seseorang.
Bagaimanapun juga, memang diketahui bahwa situasi tertentu pada
kenyataannya lebih relevan dibandingkan dengan situasi lain dalam
mempengaruhi kepribadian.
2) Kepribadian dan Budaya Nasional
Terdapat kepastian bahwa tidak ada jenis kepribadian umum untuk satu negara
tertentu Misalnya anda dapat menemukan tinggi dan rendahnya risiko yang
hampir di ambil dalam setiap budaya. Namun budaya negara harus
memengaruhi karakteristik kepribadian yang dominan dari populasinya. Mari
mengembangkan kasus ini dengan melihat pada atribut lokus kontrol (locus of
control). Terdapat bukti bahwa budaya berbeda dalam istilah dari hubungan
orang - orang untuk lingkungan mereka. Dalam beberapa budaya seperti di
Amerika Utara, orang-orang percaya bahwa mereka dapat mendominasi
lingkungan mereka. Orang-orang pada masyarakat lain seperti negara - negara

10
Asia Tenggara, percaya bahwa hidup sebenarnya ditentukan lebih dahulu.
Perhatikan paralel internal dan eksternal lokus kontrol. Kita berharap terdapat
proporsi yang lebih besar secara internal atas kekuatan angkata kerja orang
Kanada dan Amerika dibandingkan dengan angkatan kekuatan kerja Indonesia
atau kekuatan angkatan kerja orang-orang Malaysia, Brunei Darussalam,
Thailand, Singapura, dan Vietnam.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang akuntansi yang
mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan system akuntansi yang
mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi (Siegel, G. et
all. 1989), istilah sistem akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti yang uas yang
meliputi sistem pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi pertanggung
jawaban, desain organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain pengumpulan
biaya, desain penilaian kinerja serta serta pelaporan keuangan.
Implementasi Akuntansi Keperilakuan tidak bisa lepas dengan konsep
keperilakuan dari psikologi dan psikologi sosial. Ini guna membantu peningkatan
kualitas keperilakuan manusia saat berorganisasi. Dimana ada beberapa aspek yang
ditekankan mulai dari sikap dan motivasi serta teori-teori pendukung keduanya yang
saling melengkapi kekurangan dengan pembentukan karakter perilaku manusia dan
pemberian dorongan kinerja berupa motivasi yang ditanamkan agar terbentuk
keperilakuan yang baik. Kedua adalah persepsi yang pada dasarnya berasal dari diri
manusia. Persepsi yang baik akan timbul dari perseorangan yang telah memiliki sikap
dan dorongan motivasi yang baik. Ketiga adalah pembelajaran atas motivasi,
pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi dalam berorganisasi. Lalu yang
terakhir adalah kepribadian. Kepribadian ini maksudnya lebih mengacu pada bagian
karakteristik psikologi dalam diri seseorang yang menentukan dan mencerminkan
bagaimana orang tersebut merespons lingkungannya.
Kelima aspek diatas adalah konsep keperilakuan dari psikologi dan psikologi sosial
yang memang mempengaruhi kualitas perilaku manusia. Ini telah membuktikan bahwa
aspek keperilakuan yang demikian dalam akuntansi memberikan dampak dan penting
dalam implementasinya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan. 2. Jakarta: Salemba Empat.

13

Anda mungkin juga menyukai