Anda di halaman 1dari 17

RANGKUMAN MATERI

KONSEP PERILAKU DARI ASPEK PSIKOLOGI DAN PSIKOLOGI SOSIAL


Mata kuliah : Akuntansi Keperilakuan

OLEH :
Kelompok 2

Ni Kadek Winda Ardiyani (1807531030)


Ni Putu Sega Okta Habrianna (1807531034)
Lidia Ayu Karuniasari (1807531038)
Made Ayu Rhetria Sashikirana Paramitha (1807531098)
Ni Putu Laksmi Devi Mahayani (1807531106)

EKA 450 (D1)


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

PEMBAHASAN............................................................................................................. 1

1. KONSEP SIKAP........................................................................................................ 1

1.1 Komponen Sikap.................................................................................................. 1

1.2 Fungsi Sikap......................................................................................................... 1

1.3 Sikap Dan Konsistensi......................................................................................... 2

1.4 Formasi Sikap Dan Perubahan............................................................................. 2

1.5 Beberapa Teori Terkait Dengan Sikap................................................................. 2

2. MOTIVASI................................................................................................................. 3

2.1 Teori Motivasi dan Aplikasinya........................................................................... 4

2.2 Proses Teori-Teori Motivasi............................................................................... 5

3. PERSEPSI................................................................................................................... 6

3.1 Rangsangan FisikVs Kecendrungan Individu...................................................... 6

3.2 Pilihan, Organisasi, dan Penafsiran Rangsangan................................................. 7

3.3 Keterkaitan Persepsi bagi Para Akuntan.............................................................. 7

3.4 Persepsi Orang : Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain............................... 8

3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi...................................................... 9

4. PEMBELAJARAN..................................................................................................... 9

4.1 Pengondisian Keadaan Klasik.............................................................................. 9

4.2 Pengondisian Operant.......................................................................................... 9

4.3 Pembelajaran Sosial............................................................................................. 10

ii
5. KEPRIBADIAN......................................................................................................... 10

5.1 Penentu Kepribadian................................................................................................. 10

SIMPULAN.................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 13

iii
PEMBAHASAN
1. KONSEP SIKAP

Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan,
yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan, tujuan manusia, objek,
gagasan, atau situasi. Sikap juga diartikan sebagai suatu tendensi atau kecendrungan
dalam menjawab atau merespon, dan bukan dalam emnanggapi dirinya sendiri. Sikap
bukanlah prilaku, tetapi sikap menghadirkan suatu kesiapsagaan untuk tindakan yang
mengarah pada prilaku. Oleh karena itu sikap merupakan wahana dalam membimbing
prilaku. Sikap tidak sama dengan nilai, tetapi keduanya saling berhubungan. Hal ini
dapat dilihat dengan mengetahui tiga komponen sikap yakni, pengertian (cognition),
pengaruh (affect), dan perilaku (behaviour).

1.1 Komponen Sikap

Sebagaimana telah diketahui, sikap seperti nilai diperoleh dari orang tua, guru,
dan anggota kelompok dalam rekan kerja. Dalam organisasi, sikap itu penting karena
memengaruhi perilaku kerja. Sikap disusun oleh komponen teori, emosional dan
perilaku. Komponen teori terdiri atas gagasan, persepsi, dan kepercayaan seseorang
mengenai penolakan sikap terhadap stereotif atau generalisasi, baik yang akurat
maupun tidak akurat, telah menciptakan satu kekuatan. Komponen emosional atau
afektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada objek sikap.Komponen
perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap objek/sikap.Hal
positif yang di rasakan meliputi kegemaran, rasa hormat atau pengenalan terhadap
jiwa orang lain. Perasaan negatif meliputi rasa tidak suka, takut, atau rasa jijik.

1.2 Fungsi Sikap

Sikap memiliki empat fungsi utama, yakni pemahaman, kebutuhan akan


kepuasan, ego yang defensive, dan ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan
berfungsi untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud atau memahami
situasi atau peristiwa baru. Sikap juga berfungsi suatu hal yang bermanfaat atau
pemuasan kebutuhan. Sikap juga melayani fungsi defensif ego dengan melakukan
pengembangan dan pengubahan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang
berlandaskan kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya, sehingga,
ikap juga melayani fungsi nilai ekspresi.

1
1.3 Sikap dan Konsistensi

Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara


sikap dan perilakunya. Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk
menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap dengan
perilaku mereka sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten.

1.4 Formasi Sikap dan Perubahan

Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada
objek yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada substitusi sikap
baru bagi seseorang yang telah ditangani sebelumnya. Sikap dibentuk berdasarkan
karakter faktor psikologis, pribadi dan sosial. Hal pokok yang paling fundamental
mengenai cara sikap dibentuk sepenuhnya berhubungan langsung dengan pengalaman
pribadi terhadap suatu objek, yaitu pengalaman yang menyenangkan maupun tidak,
traumatis, frekuensi atau berulangnya kejadian pada objek tertentu, dan
pengembangan sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru seperti
misalnya memiliki kendaraan roda dua atau mobil.

1.5 Beberapa Teori Terkait dengan Sikap


a) Teori Perubahan Sikap

Teori perubahan sikap dapat membantu mempredeksikan pendekatan yang


paling efektif. Sikap mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan
dan perlu diingat bahwa sikap dapat berubah tanpa dibentuk. Misalnya, jika seseorang
terpapar inforomasi baru mengenai suatu objek, perubahan sikap dapat saja
dihasilkan.

b) Teori Penguatan dan Tanggapan Stimulus

Teori penguatan dan tanggapan stimulus dari perubahan sikap berfokus pada
bagaimana orang menaggapi rangsangan tertentu. Tanggapan sepertinya diulangi jika
tanggapan tersebut dihargai dan dikuatkan.

c) Teori Pertimbangan Sosial

2
Teori pertimbanggan sosial ini merupakan hasil dari perubahan mengenai
bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil perubahan
dalam mempercayai suatu objek. Teori ini menjelaskan manusia dapat menciptakan
perubahan dalam sikap individu jika manusia tersebut mau memahami stuktur yang
menyangkut sikap orang lain dalam membuat pendekatan setidaknya untuk dapat
mengubah ancaman.

d) Konsistensi dan Teori Perselisihan

Teori konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam


ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori perselisihan
adalah suatu variasi dari teori konsistensi. Teori ini memandang perubahan sikap
sebagai hal yang masuk akal dan merupakan proses yang mencerminkan orangorang
yang dibuat untuk menyadari inkonsitensi antara sikap dan perilaku mereka, sehingga
merak termotivasi untuk menggoreksi inkonsitensi tersebut dengan mengubah sikap
maupun perilakunya kearah yang lebih baik.

e) Teori Disonansi Kognitif

Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif.


Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal ini
berarti adanya suatu inkonsistensi. Sedangkan Festinger mengatakan bahwa hasrat
untuk mengurangi disonansi akan ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur yang
menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh yang diyakini dimiliki oleh individu
terhadap unsur-unsur itu, dan ganjaran yang mungkin terlibat dalam disonansi. Teori
ini dapat membantu kecenderungan untuk mengambil bagian dalam perubahan sikap
dan perilaku.

f) Teori Persepsi Diri

Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap


berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku mereka
sendiri.Teori ini mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan perilaku, tetapi
sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan sikap yang konsisten
dengan perilaku. Menurut teori ini, sikap hanya akan ebrubah setelah perilaku
berubah. Para akuntan perilaku harus mengubah perilakunya, kemudian baru
perubahan sikap akan terjadi.

3
2. MOTIVASI

Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan psikologis yang menggerakkan


seorang kearah beberapa jenis tindakan. Motivasi adalah suatu konsep penting untuk
perilaku akuntan karena efektivitas organisasi bergantung pada orang yang
membentuk sebagaimana karyawan mengharapkan untuk dibentuk. Manajer dan
akuntan keprilakuan harus memotivasi orang kearah kinerja yang diharapkan dalam
rangkan memenuhi tujuan organisasi.

2.1 Teori Motivasi dan Aplikasinya

Sistem pengendalian akuntansi mensyaratkan adanya pemahaman adanya


suatu tentang bagaimana individu dapat termotivasi oleh teori akuntansi. Kebanyakan
teori-teori ini telah dibenarkan secara empiris dan berperan penting dalam
mengakhiri pernyataan bahwa motivasi adalah masalah lengkap yang tidak dapat
diatasi oleh satu teori saja. Terdapat beberapa teori umum yang digunakan dalam
kelompok teori yang ada pada saat ini yaitu :

a. Teori kebutuhan dan kepuasan

Menurut Maslow teori ini menjelaskan bahwa setiap individu mempunyai


beraneka ragam kenutuhan yang dapa memengaruhi perilaku mereka. Pada
praktiknya, teori kebutuhan ini merupakan bagian dari teori kebutuhan psikologis.
Yang akan didominasi oleh kebutukan lain jika tidak dipenuhi.

b. Teori X dan teori Y

Menurut Douglas McGregor, teori XY adalah pengingat bermanfaat dan


sederhana aturan alam untuk mengelola orang, yang berada di bawah tekanan kerja
sehari-hari dan terlalu mudah dilupakan. Teori X menyimpulkan manusia mempunyai
dasar negatif, dan teori Y menyimpulkan manusia mempunyai dasar positif.

c. Teori kebutuhan McClelland

Teori ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang berhubungan dengan


teori kebutuhan dan kepuasan yang awalnya dikembangkan oleh McClelland (1961).

4
Teori McClelland juga mempunyai faktor hierarki yang memotivasi perilaku. Dalam
kasus ini, terdapat tiga faktor, yaitu prestasi, kekuatan, dan afiliasi.

d. Teori dua faktor

Herzberg mengajukan suatu teori motivasi yang dibagi ke dalam beberapa


faktor teori ini berpengaruh terhadap kedua jenis perilaku. Herzberg mengusulkan
signifikasi hubungan antara kepuasan kerja dan motivasi adalah tinggi. Faktor-faktor
ini meliputi : kebijakan perusahaan, kondisi pekerja, hubungan perseorangan,
keamanan kerja, dan gaji. Faktor motivasi meliputi : prestasi, pengakuan, tantangan
kerja, promosi dan tanggung jawab. Semua ini bertujuan meningkatkan kepuasan
kerja dan kepuasan motivasi.

2.2 Proses Teori-teori Motivasi

Perilaku karyawan akan dipengaruhi oleh lingkungan dimana mereka


menemukan diri mereka sendiri. Perilaku karyawan akan menjadi fungsi yang
memicu karyawan merasa akan kebutuhan dan kesempatan bahwa dia harus
memenuhi kebutuhan dia di tempat kerja. Motivasi adalah tindakan merangsang
seseorang atau diri sendiri untuk mendapatkan tindakan yang diinginkan.
a. Teori ERG
Teori ini menganggap kebutuhan manusia memiliki tiga hirarki kebutuhan,
yaitu kebutuhan akan eksistensi, kebutuhan akan keterikatan, dan kebutuhan akan
pertumbuhan. Teori ERG konsisten dengan pengetahuan mengenai perbedaan
individual di antara orang-orang.
b. Teori harapan

Teori harapan disebut juga teori valensi atau instrumentalis. Ide dasar dari
teori ini adalah motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh
seseorang sebagai akibat dari tindakannya.

c. Teori penguatan

Teori ini mengemukankan perilaku merupakan fungsi dari akibat yang


berkaitan dengan perilaku tersebut.

5
d. Teori penetapan tujuan

Teori ini menguraikan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan


prestasi kerja. Konsep dasar dari teori ini adalah bahwa karyawan yang memahami
tujuan akan memengaruhi perilaku kerja.

e. Teori atribusi

Teori atribusi mempelajari proses dimana seorang menginterpretasikan suatu


pristiwa, alasan, atau sebab prilakunya. Perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi
antara kekuatan internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,
seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal, yaitu faktor-faktor yang
berasal dari luar, seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan.

f. Teori agensi

Teori agensi mendasarkan pemikirannya atas perbedaan informansi antara


atasan dan bawahan, antara kantor pusat dan kantor cabang, atau adanya asimetri
informasiyang memengaruhi penggunaaan system informasi. Teori ini
mengasumsikan kinerja yang efisien dan kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan
pengaruh kondisi lingkungan. Teori ini terjadi karena agen lebih memahami
perusanaan sehingga menimbulkan kesenjangan informasi yang menyebabkan
principal tidak mampu menetukan apakah usaha yang dilakukan agen memang benar-
benar optimal.

g. Pendekatan dyadic

Pendekatan dyadic menyatakan bahwa ada dua pihak yang berperan dalam
proses evaluasi kinerja, yaitu atasan dan bawahan. Perdekatan tersebut juga mengakui
bahwa atasan kemungkinan tidak memperlakukan seluruh bawahannya secara sama.
Pendekatan ini tepat diguanakan untuk menganalisis hubungan antara atasan dan
bawahan karena mencerminkan proses yang menghubungkan keduanya.

3. PERSEPSI

Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterpretasikan


peristiwa, objek, dan manusia. Definisi persepsi yang formal adalah proses yang mana

6
seseorang memilih, berusaha, dan menginterpretasikan rangsangan ke dalam suatu
gambaran yang terpadu dan penuh arti.

Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor fungsional. Faktor


fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-ha lain yang
termasuk dalam apa yang disebut sebagai faktor fungsional. Faktor Struktural berasal
dari sifat fisik dan dampak saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu..
Akuntan perilaku harus memahami persepsi karena format persepsi orang-orang
dikembangkan ke dalam gagasan dan sikap yang memengaruhi perilaku.

3.1 Rangsangan Fisik VS Kecenderungan Individu

Rangsangan fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti


penglihatan dan sentuhan. Perbedaan persepsi orang-orang karena perasaan individu
dan menerimanya berbeda fungsi dan hal ini terutama sekali disebabkan
kecenderungan perbedaan. Oleh karena itu, kebijakan perusahaan yang sama bisa
dirasakan berbeda oleh parapekerja produksi, manajer tingkat menengah, dan manajer
tingkat puncak.

Empat faktor lain yang berhubungan dengan kecenderungan individu adalah


keakraban, perasaan, arti penting, dan emosi. Kecenderungan perasaan masyarakat
terhadap suatu objek atau orang akan mempengaruhi persepsi. Dalam banyak kasus,
semakin tersedianya informasi di sekitar objek, maka persepsi tentang objek tersebut
semakin lengkap.

Status emosional seseorang juga dapat memengaruhi persepsi. Persepsi dapat


berbeda tergantung pada apakah orang tersebut merasakan kenikmatan dan
keselamatan setiap hari atau justru merasa bahwa hari-hari yang tidak baik, apakah
orang tersebut merasa tertekan atau gembira, dan seterusnya.

3.2 Pilihan, Organisasi, Dan Penafsiran Rangsangan

Persepsi sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya adalah proses dalam


pemilihan, pengorganisasian, dan penginterpretasian rangsangan. Ketika rangsangan
merupakan suatu yang membingungkan, maka orang-orang akan menginterpretasikan
rangsangan tersebut ke dalam sesuatu yang konsisten dengan kebutuhan, sikap, dan
kondisi internal mereka (penafsiran). Persepsi telah disimpangkan dengan cara

7
menerima stereotip, memercayai informasi dari sumber yang diterima, bersandar pada
kesan pertama, kemudian melompat ke kesimpulan. Persepsi juga dapat disimpangkan
dari suatu kesalahan logis dimana kesan awal tentang seseorang hanya dibentuk
berdasarkan pengetahuan atas satu karakteristik. Terkait dengan kesalahan logis di
dalam persepsi adalah masalah efek halo (hallo effect). Manusia dapat
menyamaratakan satu kesatuan kualitas terhadap kualitas yang tidak relevan.

3.3 Keterkaitan Persepsi Bagi Para Akuntan

Para akuntan perilaku dapat menerapkan ppengetahuan persepsi terhadap


banyak aktifitas organisasi seperti evaluasi kinerja, cara penilaian atas seseorang
mungkin dipengaruhi oleh ketelitian persepsi penyelia. Dalam pengambilan keputusan
karyawan, para manajer harus sensitif terhadap kemungkinan bahwa keputusan
mereka menjadi bias dalam hubungannya dengan kesan pertama.

Risiko selalu ada dalam pengambilan keputusan bisnis. Orang-orang yang


memersepsikan risiko tinggi cenderung membatasi kategori alternatif untuk keamanan
dari alternatif itu sendiri. Kesalahan persepsi sering kali disebabkan oleh
permasalahan komunikasi dalam suatu organisasi. Ketika interaksi atau komunikasi
dilihat sebagai sesuatu yang menegangkan, seorang penyelia perlu menentukan
penyebab terjadinya peristiwa bisnis yang dipandang secara berbeda oleh orang-orang
yang berbeda.

3.4 Persepsi Orang : Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain

Persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap orang lain dikaitkan dengan
teori atribusi. Teori atibusi merupakan penjelasan dari cara-cara manusia menilai
irang secara berlainanm bergantung pada makna yang dihubungkan ke suatu perilaku
tertentu. Pada dasarnya, teori ini menyarankan bahwa jika seseorang mengamati
perilaku seorang individu, orang tersebut berusaha untuk menentukan apakah perilaku
itu disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Namun,penentuan tersebut sebagian
besar bergantung pada tiga faktor berikut :

1. Kekhususan (ketersendirian), merujuk pada pakah seorang indicidu memperlihatkan


perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan. Apa yang ingin diketahui adalah
perulaku ini luar biasa atau tidak. Jika liar biasa maka kemungkinan besar pengamat

8
memberikan atribusi eksternal pada perilaku karyawan, jika tidak maka hal ini akan
dinilai bersifat internal.
2. Konsensus, yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi serupa bereaksi
dengan cara yang sama. Misalnya perilaku karyawan yang terlambat akan memenuhi
kriteria ini jika semua karyawan yang mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga
terlambat. Dari perspektif atribusi, jika konsensus tinggi, anda diharapkan
memberikansuatu atribusi eksternal pada kelambatan karyawan ini. Sementara, kok
akaryawan lain mengambil rute yang sama berhasil datang tepat waktu, maka
kesimpulan anda berupa sebab internal.
3. Konsistensi. Dalam hal ini dicari konsistensi dari tindakan seseorang. Apakah orang
itu memberikan reaksi dengan cara yang sama dari waktu ke waktu?. Semakin
konsisten perilaku itu, pengamat semakin cenderung menghubungkan hal itu dengan
sebab-sebab internal.

Penemuan yang menarik selain atribusi yaitu kekeliruan atribusi mendasar


yang dapat menyimpang atau memutarbalikkan atribusi. Kekeliruan ini dapat
menjelaskan penyebab seorang manajer penjualan cenderung menghubungkan kinerja
yang buruk dari agen penjualannya dengan kemalasan dan bukan dengan deretan
produk inovatid dari pesaing. Individu cenderung menghubungkan suksesmereka
sendiri dengan faktor internal, sementara untuk kegagalan, mereka menyalahkan
faktor eksternal. Hal ini disebut bias melayani diri sendiri (self serving bias) dan
menyatakan umpan balik yang diberikan kepada para karyawan dalam tinjauan ulang
kinerja bisa dipredikskan akan diputarbalikkan oleh penerima, bergantung apakah
umpan balik itu positif atau negatif

3.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi


1. Pelaku Persepsi
Ketika seseorang (perceiver) melihat sesuatu (target) dan mencoba untuk
menginterpretasikan apa yang ia lihat, interpretasi sangat dipengaruhi ole karakteristik
pribadi perceiver. Persepsi memberikan nmakna pada stimuli, karena persepsi tentang
objek atau peristiwa tersebut tergantung pada suatu kerangka ruang dan waktu,maka
persepsi akan sangat subjektif dan situasional.

2. Target

9
Karakteristik target dapat memengaruhi apa yang dipersepsikan. Hubungan dari target
terhhadap latar belakang memengaruhi persepsi. Objek yang dekat dengannya
cenderung dipersepsikan sama dibandingkan yang jauh. Walaupun yang dekat kadang
kala dilihat seperti berhubugan ataupun tidak.

3. Situasi
Konteks dimana kita melihat objek atau peristiwa adalah sesuatu yang penting. unsur-
unsur yang ada di sekeliling lingkugankita memengaruhi pengamatan kita. Tuntutan
yang berbeda dari situasi yang berlainan memunculkan aspek-aspek yang berlainan
dari situasi yang berbeda.
4. PEMBELAJARAN

Para akuntan perilaku harus terbiasa dengan pola berpikir orang-orang yang
mencerminkan dari orang itu sendiri atau yang bisa disebut prinsip dan teori dalam
rangka mengoreksi persepsi karyawan dan memodifikasi perilaku yang menyimpang,
Pembelajaran adalah proses di mana perilaku baru diperlukan. Pembelajaran terjadi
sebagai hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangan dalam merespon situasi.
Kombinasi dari motivasi, pengalaman, dan pengulangan dalam merespon situasi
dibagi menjadi 3 seperti dibawah ini :

4.1 Pengondisian Keadaan Klasik

Pengondisian klasik pada hakikatnya merupakan proses pembelajaran akan


respons dan rangsangan yang tidak terkondisi. Dalam organisasi, juga dapat dilihat
beroperasinya pengondisian klasik. Misalnya, di pabrik kmanufaktur, setiap kali
eksekutif puncak dari kantor pusat dijadwal berkunjung, manajemen pabrik akan
merapikan kantor administrasi dan membersihkan berbagai fasilitas yang ada.

Pengondisian klasik bersifat pasif. Sesuatu terjadi dan orang harus bereaksi
dengan cara khusus. Hal itu dihasilkan sebagai respons terhadap peristiwa khusus
yang dapat dikenal. Demikian pula, hal itu dapat menjelaskan perilaku refleksi yang
sederhana

4.2 Pengondisian Operant

Pengondisian operan (operant conditioning) menyatakan perilaku merupakan


suatu fungsi dari konsekuensi. Perilaku operant berarti perilaku yang bersifat sukarela

10
atau perilaku yang dipelajari sebagai kontras terhadap perilaku semacam itu, yang
dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya penguatan yang ditimbulkan oleh konsekuensi
dari perilaku tersebut.

4.3 Pembelajaran Sosial

Individu juga dapat belajar dengan mengamati kejadian pada orang lain
dengan diberi tahu maupun dengan mengalami secara langsung. Pandangan bahwa
manusia dapat belajar melalui pengamatan maupun pengalaman langsung ini telah
disebut sebagai teori pembelajaran sosial. Walaupun teori pembelajaran sosial
merupakan perpanjangan dari pengondisian operant, di mana teori tersebut
mengandaikan perilaku sebagai suatu fungsi dari konsekuensi, teori itu juga mengakui
eksistensi pembelajaran observasional (lewat pengamatan) dan pentingnya persepsi
dalam belajar.

5. Kepribadian

Kepribadiaan adalah inti sari dari perbedaan individu, kepribadian cenderung


bersifat konsisten dan kronis. Konsep kepribadian dan pengetahuan tentang
komponennya merupakan hal yang penting karena memungkinkan untuk
memprediksi perilaku. Para akuntan perilaku dapat menghadapi efektivitas orang-
orang jika mereka memahami bagaimana kepribadian dikembangkan dan bagaimana
kepribadian tersebut dapat diubah. Aplikasi utama teori kepribadian dalam organisasi
adalah memprediksi perilaku.

5.1 Penentu Kepribadian

Kepribadian seseorang umumnya dianggap terbentuk dari 3 faktor yaitu:

1. Keturunan
Sebagian besar peneliti mengemukakan bahwa keturunan merupakan penentu pada saat
pembuahan dan kepribadian seorang individu dipengaruhi oleh struktur molekul gen yang
terletak dalam kromosom. Keturunan menentukan parameter atau batas luar, tetapi potensi
penuh seseorang akan ditentukan oleh seberapa baik orang tersebut menyesuaikan diri
dengan tuntutan dan persyaratan lingkungan.

2. Lingkungan

11
Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian
adalah budaya dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma di antara
keluarga, teman, dan kelompok social, serta pengaruh lain yang dialami. Lingkungan
merupakan suatu peranan besar dalam membentuk kepribadian seseorang.

3. Situasi
Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap
kepribadian. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan memunculkan aspek
yang berlainan dari kepribadian seseorang. Dapat diketahui bahwa situasi tertentu
pada kenyataannya lebih relevan dibandingkan dengan situasi lain dalam
mempengaruhi kepribadian.

SIMPULAN

Konsep perilaku dari aspek psikologi dan psikologi sosial terdiri dari beberapa
bagian penting yakni, Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh
tendensi tindakan, yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan, tujuan

12
manusia, objek, gagasan, atau situasi. Sikap disusun oleh komponen teori, emosional
dan perilaku. Selain sikap, Motivasi adalah suatu konsep penting untuk perilaku
akuntan karena efektivitas organisasi bergantung pada orang yang membentuk
sebagaimana karyawan mengharapkan untuk dibentuk. Dimana orang-orang melihat
atau menginterpretasikan peristiwa, objek, dan manusia dengan menggunakan
persepsi. Persepsi ini ditentukan oleh faktor personal dan faktor fungsional.
Pembelajaran terjadi sebagai hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangan dalam
merespon situasi. Dalam hal ini, Konsep kepribadian dan pengetahuan tentang
komponennya merupakan hal yang penting karena memungkinkan untuk
memprediksi perilaku itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat.

13
14

Anda mungkin juga menyukai