PSIKOLOGI KONSELING
“Analisis Psikologis Tingkah Laku Klien dalam Konseling”
Dosen Pengampu:
Kelompok 3:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan semua
nikmatnya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis
Psikologis Tingkah Laku Klien” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas pada mata kuliah “Psikologi Konseling”. Selain itu, kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu Dr. Yeni Karneli,
M.Pd, Kons dan ibu Azmatul Khairiah Sari, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Konseling. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan. Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Terlepas dari itu semua,kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kami terbuka untuk menerima segala kritik dan masukan yang bersifat membangun
dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah yang baik dan benar.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tingkah Laku
Dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa tingkah laku itu sama
artinya dengan perangai, kelakuan atau perbuatan. Tingkah laku dalam pengertian ini
lebih mengarah kepada aktivitas sifat seseorang. Skinner (Notoatmodjo, 2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,
maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Menurut Caplin (Yulis, 2002) tingkah laku itu merupakan sembarang respon
yang mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau alasan yang dilakukan oleh
organisme. Tingkah laku juga bisa berarti suatu gerak atau kompleks gerak-gerik yang
secara khusus tingkah laku juga bisa berarti suatu perbuatan atau aktivitas.
Budiarjo (Yulis, 2002) berpendapat agak berbeda dari pendapat di atas,
menurutnya tingkah itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan, yang
dilakukan oleh sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini tingkah laku itu walaupun
mengikutsertakan tanggapan pada suatu organisme, termasuk yang ada di otak,
bahasa, pemikiran, impian-impian, harapan-harapan, dan sebaginya. Tetapi ia juga
menyangkut mental sampai pada aktivitas fisik.
Tingkah laku dan sikap merupakan mata rantai yang terjalin dengan hubungan faktor
penentu, yaitu motif yang mendasari sikap. Motif sebagai tenaga pendorong arah
sikap negatif atau positif akan terlihatdalam tingkah laku nyata (overt behavior) pada
diri seseorang atau kelompok. Sedangkan motif yang dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu dapat diperkuat oleh komponen afeksi biasanya akan menjadi
lebih stabil. Pada tingkat tertentu motif akan berperan sebagai pusat sikap (central
attitude) yang akhirnya akan membantu kecenderungan/predisposisi. Proses ini terjadi
dalam diriseseorang terutama pada tingkat usia dini.
3
4
berlebihan (excesses).
Contoh tingkah laku deficit :
1. Individu yang tidak mau berinteraksi dengan orang lain
2. Siswa yang tidak pernah mau mengerjakan tugas-tugas sekolahnya
3. Pengendara mobil yang selalu melanggar tata tertib lalu lintas
4. Individu yang selalu menunda pekerjaan sehingga menghambat kinerjanya
Contoh perilaku yang berlebihan:
1. Individu yang selalu membuang makanan ke lantai.
2. Anak-anak yang tidak dapat bertahan lama untuk duduk.
3. Individu yang selalu menginterupsi pembicaraan orang lain.
4. Individu yang berlama-lama ngobrol menggunakan telepon.
5. Individu yang selalu berpikir dan mengatakan dalam dirinya bahwa “saya pasti
gagal” atau “saya pasti kalah”.
Menggolongkan apakah suatu tingkah laku sebagai tingkah laku yang berlebihan
atau kurang merupakan langkah awal yang mutlak dilakukan. Identifikasi ini harus
dilihat dalam konsteks dimana perilaku tersebut muncul. Contohnya, seorang anak yang
menggambar adalah perilaku yang normal, tetapi menggambar dianggap tingkah laku
yang berlebihan apabila anak tersebut menggambar terus-menerus di sepanjang tembok
rumahnya. Contoh lain, seorang remaja yang lincah bergaul dengan dengan teman
sesamnya remaja putri. Perilaku menjadi deficit apabila remaja putri tersebut tidak
berani bergaul atau bahkan bicara dengan teman remaja putra.
Dalam konteks Ilmu Psikologi, perilaku bertujuan sebagai perantara untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Kaum behaviorisme berpendapat bahwa perilaku dapat
dipelajari, dan dapat pula dihilangkan. Oleh karena itu, melalui teknik dalam modifikasi
perilaku dapat memunculkan perilaku baru yang diharapkan, dan atau menghilangkan
perilaku yang tidak diinginkan/diharapkan
karena sebelumnya temannya ini tidak pernah bersikap seperti ini kepadanya.
Padahal sebelumnya temennya UR selalu meminta izin ketika akan memakai
barang milik UR ini tetapi makin kesini UR merasakan temennya makin
melunjak dan memakai barang UR sesuka hatinya saja dan saya tak lupa
memberikan UR teknik refleksi perasaan.
Diceritakan oleh UR bahwa barang yang dipinjamnya itu seperti baju. UR
ingin sekali untuk bisa berbicara ke temennya ini terkait dengan tingkah lau
temennya ini tetapi UR masih belum berani untuk mengajak temennya ini
berbicara serius karena UR segan. Saya terus menanyakan pertanyaan terbuka
untuk lebih menggali kasus dari UR ini dan tak lupa saya berikan dorongan
minimal kepada UR. Setelah saya mengetahui lebih dalam terkait dengan
kasus UR ini selanjutnya saya memberikan konfrontasi kepada UR karena
dalam pembicaraan tadi terdapat 2 penjelasan yang bertentangan. UR
mengatakan dia kesal karena tingkah laku temannya tetapi disisi lain UR tidak
berani untuk berbicara dengan temennya ini. Selanjutnya UR terdiam dan
menunduk karena merasa itu benar terjadi pada dirinya saat ini. Selanjutnya
saya memberikan teknik merumuskan tujuan dan disana UR mengatakan ingin
menyelesaikan masalah ini dan bisa berbicara dengan temennya sehingga
hubungannya bisa baik lagi dengan temennya ini. Selanjutnya saya meberikan
teknik contoh pribadi kepada UR dan disana saya menceritakan pengalaman
pribadi saya yang sama dengan kasus yang sedang dialami oleh klien saya UR
ini dan juga saya menceriakan bagaimana cara saya mengatasi masalah saya
dan bahkan saya mengatakan bahwa cara yang saya lakukan dalam mengatasi
itu berhasil kepada UR dengan maksud memberikan nya sebuah alternative
solusi yang dapat dia lakukan.
Selanjutnya saya memberitahu kepada UR bahwa di dalam konseling ada
sebuah teknik yang dinamakan teknik kursi kosong dimana teknik ini
digunakan untuk melatih komunikasi. Sebelu UR melakukan teknik ini
tentunya saya memberikan UR sedikit teknik pemberian informasi dimana
saya memberi tahu dalam sebuah penyampaian itu harus dilihat kita berbicara
10
ke siapa dan bagaimana pembawaan kita dalm penyampian itu, disana saya
memberi tahu bahwa UR bisa menggunakan bahasa yang biasa digunakan
dalam komunikasi sehari-hari agar tidak canggung nantinya dan UR bisa
menggunakan bahasa yang sopan dan baik agar bisa diterima dengan baik
oleh temennya UR nantinya. Selanjutnya masuk ke teknik kursi kosong disana
saya menjelaskan bahwa UR silahkan untuk mengungkapkan segala yang ia
rasakan dan saya juga mengatakan kepada UR untuk membayangkan bahwa
dia sedang berbicara dengan temannya nah disana saya mendengarkan UR
mengungkapkan segalanya tetapi masih ada penyampaian yang salah dan saya
memperbaikinya dan meminta UR untuk mengulanginya lagi dan akhirnya
saya mendengarkan ungkapan yang pas yang diucapkan oleh UR ini kepada
temanya dan saya langsung memberikan UR sebuah penguatan dan
peneguhan hasrat setelah itu saya lihat ekspresi UR terseyum karena merasa
legah. Selanjutnya saya menanyakan kapan dia akan mengungkapkan ini
kepada temennya dan saya juga tanyakan bagaimana jika gagal dan disana UR
dengan semangat dan penuh percaya diri mengatakan akan berhasil dan saya
pun menanyakan bagaimana perasaannya dan UR mengungkapkan bahwa dia
sangat legah dan dia merasa masalahnya bisa dia entaskan dan merasa
pikirannya sudah plong. Selanjutnya saya menanyakan pemahaman apa yang
dia dapatkan dan disana dia mengatakan bahwa apapun masalahnya
komunikasi itu sangat penting, setelah konseling UR merasakan bahwa
masalahnya memamng karena kurangnya komunikasi dan dia sekarang sudah
tau dan sangat paham bahwa komunikasi itu penting.
Selanjutnya saya menanyakan apa yang akan dia lakukan setelah
konseling ini dia mengungkapkan bahwa dia akan segera berbicara dengan
temennya untuk menyelesaikan masalah ini dan jika ia gagal ia akan selalu
mencoba dan selalu berusaha agar tidak ada lagi kesalah pahaman dalam
pertemanannya, selanjutnya saya membuat kontrak dan konseling pun
berakhir saya megantarkan UR kelar ruanggan dan UR berpamitan serta
berterimaksih dan mengucapkan salam dan saya pun menjawab salam
11
tersebut.
c. Analisis tingkah laku:
Saat proses konselig banyak ekspresi yang ditamplkan oleh klien saya UR
seperti ekspresi kesal yang ditampilkan ketika klien saya bercerita terkait
dengan tingkah laku dari temennya itu dan dan ekspresi bingung karena klien
saya tidak tau bagaimana caranya bisa memulai bicar dengan temennya ini
dan ekspresi bahagia karena dia mengetahui apa yang akan dia lakukan
nantinya agar masalah yang sedang dialaminya dapat segara terentaskan.
d. Teknik yang digunakan:
1) 3 M
2) Pertanyaan terbuka
3) Dorongan minimal
4) Kontak mata
5) Refleksi
6) Konfrontasi
7) Merumuskan tujuan
8) Interprestasi
9) Kursi kosong
10) Contoh pribadi
11) Pemberian informasi
12) Penguatan
13) Peneguham hasrat
14) Kontrak
3. Kasus 3
a. Deskripsi kasus:
AN melakukan konseling karena dia takut untuk menghadapi dunia
perkuliahan setelah tamat SMA ini. Terlebih lagi nantinya ia akan merantau
dan berpisah jarak yang jauh dengankeluargaya serta AN juga takut terkait
masalah ekonomi keluarganya nanti saat ia sedang kuliah. AN takut nantinya
12
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah ini untuk kedepannya. Atas saran perbaikan makalah ini yang di
berikan pembaca, maka penulis mengucapkan terima kasih.
15
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, L. (2018). Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa Pada mata
pelajaran Ekonomi Di Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Pekanbaru
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).
16