Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PSIKOLOGI KONSELING
“Analisis Psikologis Tingkah Laku Klien dalam Konseling”

Dosen Pengampu:

Dr. Yeni Karneli, M. Pd., Kons.

Azmatul Khairiah Sari, M.Pd.

Kelompok 3:

Fadilla Rahma Sari 21006115


Fuji Lestari 21006117
M izzul muslimin 21006125
Nadiva Khumairah 21006131

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan semua
nikmatnya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis
Psikologis Tingkah Laku Klien” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas pada mata kuliah “Psikologi Konseling”. Selain itu, kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu Dr. Yeni Karneli,
M.Pd, Kons dan ibu Azmatul Khairiah Sari, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Konseling. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan. Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Terlepas dari itu semua,kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kami terbuka untuk menerima segala kritik dan masukan yang bersifat membangun
dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah yang baik dan benar.

Padang, September 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. Pengertiaan Tingkah Laku ..................................................................... 3
B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah ....................................................... 4
C. Tingkah Laku yang Menjadi Problema ................................................. 4
D. Analisis Secara Psikologis Tingkah Laku Lien Yang Di Tampilkan
Dalam Konseling ................................................................................... 5
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 15
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ditinjau dari perspektif psikologi, manusia adalah makhluk yang senantiasa


mengalami perubahan atau change over time. Sejak dari masa konsepsi hingga
meninggal dunia, manusia secara bertahap mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Salah satu aspek perkembangan psikososial yang dialami manusia
adalah perkembangan tingkah laku. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungan dan dan
proses perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia.
Perkembangan tingkah laku adalah salah satu aspek kunci dalam studi
psikologi. Hal ini mencakup perubahan-perubahan dalam perilaku individu yang
terjadi seiring waktu dan sepanjang tahap-tahap kehidupan. Psikologi
perkembangan mengkaji bagaimana individu mengalami perubahan tingkah laku dari
masa konsepsi hingga akhir kehidupan mereka, termasuk bagaimana faktor- faktor
seperti perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan sosial memengaruhi tingkah laku
manusia. Pentingnya memahami perkembangan tingkah laku manusia dari perspektif
psikologi adalah untuk membantu kita mengertibagaimana individu tumbuh, belajar,
beradaptasi, dan mengatasi perubahan dalam kehidupan mereka. Hal ini memiliki
implikasi yang besar dalam berbagai konteks, seperti pendidikan, kesehatan mental,
pengembangan karir, dan banyak lagi.
Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana manusia mengalami
perubahan tingkah laku, kita dapat merancang pendekatan-pendekatan yang lebih
efektif untuk membantu individu mencapai potensi mereka dan mengatasi tantangan
yang mereka hadapi sepanjang kehidupan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diuraikan rumusan masalahnya


sebagai berikut:
1. Apa pengertian tingkah laku?
1
2

2. Apa saja asumsi tentang tingkah laku bermasalah?


3. Bagaimana tingkah laku yang menjadi problema?
4. Bagaimana analisis secara psikologis tingkah laku klien dalam konseling?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masala, dapat diuraikan rumusan masalahnyasebagai


berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari tingkah laku.
2. Untuk mengetahui apa saja asumsi tingkah laku bermasalah.
3. Untuk mengetahui bagaimana tingkah laku yang menjadi problema.
4. Menjelaskan analisis secara psikologis tingkah laku dalam konseling.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Tingkah Laku

Dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa tingkah laku itu sama
artinya dengan perangai, kelakuan atau perbuatan. Tingkah laku dalam pengertian ini
lebih mengarah kepada aktivitas sifat seseorang. Skinner (Notoatmodjo, 2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,
maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Menurut Caplin (Yulis, 2002) tingkah laku itu merupakan sembarang respon
yang mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau alasan yang dilakukan oleh
organisme. Tingkah laku juga bisa berarti suatu gerak atau kompleks gerak-gerik yang
secara khusus tingkah laku juga bisa berarti suatu perbuatan atau aktivitas.
Budiarjo (Yulis, 2002) berpendapat agak berbeda dari pendapat di atas,
menurutnya tingkah itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan, yang
dilakukan oleh sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini tingkah laku itu walaupun
mengikutsertakan tanggapan pada suatu organisme, termasuk yang ada di otak,
bahasa, pemikiran, impian-impian, harapan-harapan, dan sebaginya. Tetapi ia juga
menyangkut mental sampai pada aktivitas fisik.

Tingkah laku dan sikap merupakan mata rantai yang terjalin dengan hubungan faktor
penentu, yaitu motif yang mendasari sikap. Motif sebagai tenaga pendorong arah
sikap negatif atau positif akan terlihatdalam tingkah laku nyata (overt behavior) pada
diri seseorang atau kelompok. Sedangkan motif yang dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu dapat diperkuat oleh komponen afeksi biasanya akan menjadi
lebih stabil. Pada tingkat tertentu motif akan berperan sebagai pusat sikap (central
attitude) yang akhirnya akan membantu kecenderungan/predisposisi. Proses ini terjadi
dalam diriseseorang terutama pada tingkat usia dini.

3
4

B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah


1. Individu bermasalah kaena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan
keberadaan “under dog”. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan,
menuntut, mengancam. Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak
berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
2. Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara apaapa
yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self).
3. Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis
4. Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya
5. Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
6. Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi
7. Spektrum tingkah laku bermasalah pada individu meliputi :
a. Kepribadian kaku (rigid)
b. Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
c. Menolak berhubungan dengan lingkungan
d. Memeliharan unfinished bussiness
e. Menolak kebutuhan diri sendiri
f. Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” .

C. Tingkah Laku yang Menjadi Problema


Tingkah laku yang menjadi problema adalah tingkah laku individu yang
berhubungan dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri. Terkadang, tingkah
laku yang maladaptif tersebut dikenali atau diketahui oleh orang lain, namun individu
yang bersangkutan tidak mengeluh atau mempermasalahkannya tetapi orang-orang di
sekelilingnya merasakan pengaruh yang mungkin cukup atau sangat mengganggu
akibat dari tingkah laku tersebut. Sebagai contoh, tingkah laku yang menjadi problema
adalah tingkah laku destruktif, agresif, hiperaktivitas dan lain-lain.
Pada awalnya, pengubahan tingkah laku ditujukan tidak hanya kepada tingkah
laku yang kurang (deficit) namun juga ditujukan untuk mengurang tingkah laku yang
5

berlebihan (excesses).
Contoh tingkah laku deficit :
1. Individu yang tidak mau berinteraksi dengan orang lain
2. Siswa yang tidak pernah mau mengerjakan tugas-tugas sekolahnya
3. Pengendara mobil yang selalu melanggar tata tertib lalu lintas
4. Individu yang selalu menunda pekerjaan sehingga menghambat kinerjanya
Contoh perilaku yang berlebihan:
1. Individu yang selalu membuang makanan ke lantai.
2. Anak-anak yang tidak dapat bertahan lama untuk duduk.
3. Individu yang selalu menginterupsi pembicaraan orang lain.
4. Individu yang berlama-lama ngobrol menggunakan telepon.
5. Individu yang selalu berpikir dan mengatakan dalam dirinya bahwa “saya pasti
gagal” atau “saya pasti kalah”.
Menggolongkan apakah suatu tingkah laku sebagai tingkah laku yang berlebihan
atau kurang merupakan langkah awal yang mutlak dilakukan. Identifikasi ini harus
dilihat dalam konsteks dimana perilaku tersebut muncul. Contohnya, seorang anak yang
menggambar adalah perilaku yang normal, tetapi menggambar dianggap tingkah laku
yang berlebihan apabila anak tersebut menggambar terus-menerus di sepanjang tembok
rumahnya. Contoh lain, seorang remaja yang lincah bergaul dengan dengan teman
sesamnya remaja putri. Perilaku menjadi deficit apabila remaja putri tersebut tidak
berani bergaul atau bahkan bicara dengan teman remaja putra.
Dalam konteks Ilmu Psikologi, perilaku bertujuan sebagai perantara untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Kaum behaviorisme berpendapat bahwa perilaku dapat
dipelajari, dan dapat pula dihilangkan. Oleh karena itu, melalui teknik dalam modifikasi
perilaku dapat memunculkan perilaku baru yang diharapkan, dan atau menghilangkan
perilaku yang tidak diinginkan/diharapkan

D. Analisis Secara Psikologis Tingkah Laku Lien Yang Di Tampilkan Dalam


Konseling
1. Contoh kasus 1
6

a. Kasus : klien klien merasakan adanya rasa kebingungan dalam melanjutkan


pendidikan nya
b. Deskripsi masalah
Dari hasil konseling yang telah dilaksanakan pada subjek yang berinisial
RA yang berumur 20 tahun, klien menjelaskan bahwa klien merasakan adanya
rasa kebingungan dalam melanjutkan pendidikan nya. RA ini merupakan
mahasiswa di salah satu universitas di Sumatra barat, klien merupakan anak
rantau yang berasal dari luar sumatra, RA menjelaskan bahwasannya ia
sedang bingung memilih keputusan untuk tetap berkuliah di daerah rantauan
atau kembali ke kampung halaman nya. RA merasa belum nyaman dengan
dengan kondisi subjek yang berjauhan dengan kedua orang tua nya di
karenakan ini adalah kali pertama subjek meninggalkan orang tua nya dalam
waktu yang lama dan dengan jarak yang lumayan jauh Disini RA menjelaskan
ia tidak mengalami permasalahan dalam hal bergaul dengan teman kelas nya
di kampus dan dia masih bisa beradaptasi dengan teman-teman nya namun
ketika subjek sudah kembali dari kampus ke tempat kosnya disitu subjek
merasa kesepian karena teman teman kos nya pun rata-rata tertutup dan jaran
untuk berinteraksi satu sama lain di saat sepertiinilah RA merasa kesepian dan
ingin kembali ke kampung halaman nya tetapi RA masih bingung dengan
pilihan nya disatu sisi subjek ingin pindah berkuliah di kampung halaman nya
dan dekat dengan orang tua nya di satu sisi pula subjek memikirkan orang
tuanya yang sudah banyak mengeluarkan biaya selama subjek merantau
c. Proses konseling
Saya memulai sesi dengan membentuk hubungan yang positif dan empatik
dengan RA. saya mendengarkan cerita RA tentang kebingungannya dalam
melanjutkan pendidikan dan perasaan kesepian yang dialaminya. saya
membantu RA mengidentifikasi masalah utama yang dihadapinya. Dalam
kasus ini, masalah utama adalah kebingungan RA tentang apakah harus tetap
berkuliah di rantauan atau kembali ke kampung halamannya. saya bekerja
sama dengan RA untuk lebih memahami akar masalah. Ini mencakup
7

pemahaman tentang bagaimana kepergian jauh dari rumah pertamakali RA,


perasaan kesepian yang dialaminya, dan konflik antara keinginan untuk dekat
dengan orang tuanya dan biaya yang telah dikeluarkan oleh orang tuanya. saya
membantu RA untuk menjelajahi berbagai solusi dan pilihan yang tersedia. Ini
termasuk mempertimbangkan pro dan kontra dari tetap berkuliah di rantauan
atau kembali ke kampung halamannya. saya memberikan dukungan emosional
kepada RA selama proses konseling. Ini termasuk membantu RA untuk
mengatasi perasaan kesepian dan stres yang dialaminya. Berdasarkan
percakapan dan eksplorasi yang telah dilakukan, saya dan RA bekerja sama
untuk merencanakan langkah-langkah konkret yang akan diambil oleh RA. Ini
mencakup mempertimbangkan proses perpindahan kampus jika RA
memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya atau mencari cara untuk
lebih mengatasi perasaan kesepiannya di tempat kos.
Proses konseling tidak berakhir di sesi itu saja. sayamerencanakan waktu
untuk melakukan evaluasi kemajuan dan tindak lanjut. Ini memungkinkan RA
untuk berbicara tentang perkembangannya, mengevaluasi keputusan yang telah
diambil, dan jika perlu, mengadaptasi rencana yang telah dibuat.
d. Analisis Tingkah Laku Klien Ketika Konseling
1. Ekspresi Kebingungan: RA mengungkapkan secara verbal perasaan
kebingungannya terkait pilihan melanjutkan pendidikan. Ini
mencerminkan upaya RA untuk mencari pemahaman tentang masalah
yang dihadapinya. Deskripsi
2. Perasaan Kesepian: RA dengan jelas menggambarkan perasaan kesepian
yang dialaminya ketika kembali ke tempat kos setelah kelas. Ini
menunjukkan keterbukaannya untuk berbicara tentang perasaan yang
dialaminya selama proses konseling.
3. Keinginan untuk Beradaptasi: RA menyatakan bahwa dia masih bisa
beradaptasi dengan teman-temannya meskipun mengalami perasaan
kesepian di tempat kos. Ini menunjukkan kemauannya untuk berusaha
beradaptasi dengan situasi yang sulit.
8

4. Penjelasan Kondisi Jauh dari Orang Tua: RA menggambarkan bahwa


kondisi jauh dari orang tuanya adalah pengalaman yang pertama bagi
dirinya, dan ini tampaknya menjadi faktor yang signifikan dalam perasaan
ketidaknyamanannya.
2. Kasus 2
a. Deskripsi kasus :
Saya kedatangan sebuah klien berinisial UR dia seorang mahasiswa di salah
satu PTN di kota Padang tepatnya di Universitas Negeri Padang di jurusan
Bimbingan dan konseling. UR menceritakan terkait dengan kekesalannya
dengan sifat temannya yang dimana meminjam barang UR tanpa izin dan
bahkan tidak dikembalikan dengan posisi dan bentuk semula. Awal-awal UR
selalu meminjamkan barang ini karena emang temannya izin dan
menggunakannya untuk hal yang perlu da nada alas an yang jelas tetapi makin
kesini temannya malah sesuka hat dalam meminjam barangnya dan tenpa
alasan yang jelas. Dan UR sangat ingin sekali mengajak temannya ini untuk
saling bicara untuk mengungkapkan keluh kesah nya ini tetapi UR belum
berani dan tidak tau bagaimana caranya dan segan akhirnya UR melakukan
konseling untuk mencari cara agar masalahnya ini dapat teratarsi.
b. Proses Konseling :
Saat konseling, yang pertama saya lakukan adalah dengan menyambut
hangat klien saya UR dengan mengajak nya berkenalan, menanyakan
kabarnya dan menanyakan bagaimana dengan kondisi duduknya apakah sudah
nyaman atau belum. Setelah itu saya mulai menjelaskan kepada UR terkait
dengan apa itu konseling, tujuan dan azasnya secara singkat dan jelas. Setelah
itu saya memulai konseling dengan menanyakan apa yang sedang menganggu
pikiran, perasaan dan masalah yang sedang UR alami dan UR menyampaikan
permasalahannya yakni berupa adanya perasaan tidak nyaman yang ia rasakan
dengan teman kamar satu kos sebab temannya UR ini sering meminjam
barang UR tanpa seizing UR dan bahkan tidak mengembalikan barang
tersebut pada tempatnya lagi sehingga hal ini menjadikan UR tidak nyaman
9

karena sebelumnya temannya ini tidak pernah bersikap seperti ini kepadanya.
Padahal sebelumnya temennya UR selalu meminta izin ketika akan memakai
barang milik UR ini tetapi makin kesini UR merasakan temennya makin
melunjak dan memakai barang UR sesuka hatinya saja dan saya tak lupa
memberikan UR teknik refleksi perasaan.
Diceritakan oleh UR bahwa barang yang dipinjamnya itu seperti baju. UR
ingin sekali untuk bisa berbicara ke temennya ini terkait dengan tingkah lau
temennya ini tetapi UR masih belum berani untuk mengajak temennya ini
berbicara serius karena UR segan. Saya terus menanyakan pertanyaan terbuka
untuk lebih menggali kasus dari UR ini dan tak lupa saya berikan dorongan
minimal kepada UR. Setelah saya mengetahui lebih dalam terkait dengan
kasus UR ini selanjutnya saya memberikan konfrontasi kepada UR karena
dalam pembicaraan tadi terdapat 2 penjelasan yang bertentangan. UR
mengatakan dia kesal karena tingkah laku temannya tetapi disisi lain UR tidak
berani untuk berbicara dengan temennya ini. Selanjutnya UR terdiam dan
menunduk karena merasa itu benar terjadi pada dirinya saat ini. Selanjutnya
saya memberikan teknik merumuskan tujuan dan disana UR mengatakan ingin
menyelesaikan masalah ini dan bisa berbicara dengan temennya sehingga
hubungannya bisa baik lagi dengan temennya ini. Selanjutnya saya meberikan
teknik contoh pribadi kepada UR dan disana saya menceritakan pengalaman
pribadi saya yang sama dengan kasus yang sedang dialami oleh klien saya UR
ini dan juga saya menceriakan bagaimana cara saya mengatasi masalah saya
dan bahkan saya mengatakan bahwa cara yang saya lakukan dalam mengatasi
itu berhasil kepada UR dengan maksud memberikan nya sebuah alternative
solusi yang dapat dia lakukan.
Selanjutnya saya memberitahu kepada UR bahwa di dalam konseling ada
sebuah teknik yang dinamakan teknik kursi kosong dimana teknik ini
digunakan untuk melatih komunikasi. Sebelu UR melakukan teknik ini
tentunya saya memberikan UR sedikit teknik pemberian informasi dimana
saya memberi tahu dalam sebuah penyampaian itu harus dilihat kita berbicara
10

ke siapa dan bagaimana pembawaan kita dalm penyampian itu, disana saya
memberi tahu bahwa UR bisa menggunakan bahasa yang biasa digunakan
dalam komunikasi sehari-hari agar tidak canggung nantinya dan UR bisa
menggunakan bahasa yang sopan dan baik agar bisa diterima dengan baik
oleh temennya UR nantinya. Selanjutnya masuk ke teknik kursi kosong disana
saya menjelaskan bahwa UR silahkan untuk mengungkapkan segala yang ia
rasakan dan saya juga mengatakan kepada UR untuk membayangkan bahwa
dia sedang berbicara dengan temannya nah disana saya mendengarkan UR
mengungkapkan segalanya tetapi masih ada penyampaian yang salah dan saya
memperbaikinya dan meminta UR untuk mengulanginya lagi dan akhirnya
saya mendengarkan ungkapan yang pas yang diucapkan oleh UR ini kepada
temanya dan saya langsung memberikan UR sebuah penguatan dan
peneguhan hasrat setelah itu saya lihat ekspresi UR terseyum karena merasa
legah. Selanjutnya saya menanyakan kapan dia akan mengungkapkan ini
kepada temennya dan saya juga tanyakan bagaimana jika gagal dan disana UR
dengan semangat dan penuh percaya diri mengatakan akan berhasil dan saya
pun menanyakan bagaimana perasaannya dan UR mengungkapkan bahwa dia
sangat legah dan dia merasa masalahnya bisa dia entaskan dan merasa
pikirannya sudah plong. Selanjutnya saya menanyakan pemahaman apa yang
dia dapatkan dan disana dia mengatakan bahwa apapun masalahnya
komunikasi itu sangat penting, setelah konseling UR merasakan bahwa
masalahnya memamng karena kurangnya komunikasi dan dia sekarang sudah
tau dan sangat paham bahwa komunikasi itu penting.
Selanjutnya saya menanyakan apa yang akan dia lakukan setelah
konseling ini dia mengungkapkan bahwa dia akan segera berbicara dengan
temennya untuk menyelesaikan masalah ini dan jika ia gagal ia akan selalu
mencoba dan selalu berusaha agar tidak ada lagi kesalah pahaman dalam
pertemanannya, selanjutnya saya membuat kontrak dan konseling pun
berakhir saya megantarkan UR kelar ruanggan dan UR berpamitan serta
berterimaksih dan mengucapkan salam dan saya pun menjawab salam
11

tersebut.
c. Analisis tingkah laku:
Saat proses konselig banyak ekspresi yang ditamplkan oleh klien saya UR
seperti ekspresi kesal yang ditampilkan ketika klien saya bercerita terkait
dengan tingkah laku dari temennya itu dan dan ekspresi bingung karena klien
saya tidak tau bagaimana caranya bisa memulai bicar dengan temennya ini
dan ekspresi bahagia karena dia mengetahui apa yang akan dia lakukan
nantinya agar masalah yang sedang dialaminya dapat segara terentaskan.
d. Teknik yang digunakan:
1) 3 M
2) Pertanyaan terbuka
3) Dorongan minimal
4) Kontak mata
5) Refleksi
6) Konfrontasi
7) Merumuskan tujuan
8) Interprestasi
9) Kursi kosong
10) Contoh pribadi
11) Pemberian informasi
12) Penguatan
13) Peneguham hasrat
14) Kontrak
3. Kasus 3
a. Deskripsi kasus:
AN melakukan konseling karena dia takut untuk menghadapi dunia
perkuliahan setelah tamat SMA ini. Terlebih lagi nantinya ia akan merantau
dan berpisah jarak yang jauh dengankeluargaya serta AN juga takut terkait
masalah ekonomi keluarganya nanti saat ia sedang kuliah. AN takut nantinya
12

saat perkuliahan di mulai ia tidak dapat bersosialisasi di lingkungan baru


perkuliahan, ada perasaan nantinya ia tidak mendapat teman saat kuliah, dan
sebagainya. AN juga menyatakan bahwa nanti saat di perantauan ia tdak
dapat mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, memasak,
menyuci baju, dan sebagainya karena tidak terbiasa melakukannya saat di
rumah. Lalu, AN juga memiliki kekhawatatiran tentang nantinya bagaimana
keadaan ekonominya jika ia kuliah, karena keadaan ekonomi AN juga sedang
menurun, ia khawatir bagaimana kehidupannya di perantauan dan bagaimana
jika nantinya kuliah yang ia lakukan berhenti di tengah jalan nantinya.
Saat proses konseling juga ada perasaan ragu dan khawatir takut karena
tidak dapaet bersosialisasi di kampus diberikan teknik khusus yaitu
pemberian contoh pribadi. Alasan digunakannya teknik ini ialah karena
konselor sendiri juga mengalami hal yang sama dulunya saat kuliah dan dapat
melaluinya. Sebelum melaksanakan teknik ini konselor harus bertanya kepada
klien apakah ia mau mendengarnya atau tidak. Lalu, ia menjawab boleh bu,
kemudian konselor menceritakan bahwa hal itu terjadi karena kita terlalu
memikirkan hal yang belum dilakukan, coba kita pusatkan bahwa kita kuliah
itu benar-benar untuk mencari ilmu dan bersikap baiklah kepada semua
orang. Dan juga saat kuliah jangan menutup diri kepada semua orang dan
mencobalah untuk memulai obrolan terlebih dahulu. Setelah diberikan ucapan
seperti ini adanya terlihat bahwa rasa khawatirnya telah berkurang.
b. Analisis tingkah laku:
Pada saat awal masuk ke ruangan, AN terlihat tenang dan santai. Setelah
dipersilahkan duduk, AN terlihat memegang tangan sambil ia elus. AN telihat
gugup dan canggung pada saat diajak pertama kali untuk berbicar oleh
konselor. Pada saat konseling sudah berjalan 10-15 menit AN sudah mulai
terlihat rileks dan tidak gugup lagi, yang dapat ia lihat dari bagaiman gaya
duduknya yang sudah tidak terlalu tegap dan tangannya yang tidak lagi di
gosok-gosokkannya. Selama konseling AN terlihat murung dan sering
menundukkan wajahnya ke bawah saat sedang membicarakan tentang jika
13

nantinya ia jauh dari orang tuanya di perantauan. Dapat dilihat disini AN


terlihat sedih saat menceritakannya. Berbeda dengan saat ia menceritakan
tentang perkuliahannya ia terlihat sangat antusias dan semangat, dikarenakan
ia memang memilih jurusan itu karena hal yang diinginkannya dan yang
benar-benar didambakannya.
4. Kasus 4
a. Deskripsi Kasus
Dari konseling yang telah dilakukan sebelumnya konselor membantu klien
dengan permasalahan yang berkaitan dengan keluarga. Klien yang berinisial R
merasa bahwa dirinya sangat tidak dekat dengan keluarganya dirumah yaitu
antara ia dengan ayah, bunda dan adik perempuannya. R bercerita bahwa
sedari kecil ia selalu dikekang dan dibatasi apapun oleh orang tuanya. Orang
tua R juga sering kali tidak memberikan pilihan untuk hal-hal tertentu kepada
R tetapi ia harus menjalani apa yang sudah disiapkan oleh orang tuanya tanpa
ada pilihan satupun.
Terkadang R merasa muak dan merasa sangat kesal kepada orang tuanya,
ia berharap ayah dan bundanya tidak melakukan hal itu kepadanya.R juga
megatakan bahwa selama berada di rumah ia sangat jarang berinteraksi
dengan anggota keluarga yang lain, disamping ia merasa asing dan tidak dekat
dengan orang tuanya. Faktor lain pun juga ikut mendorong R menjadi jarang
berkomunikasi dengan orang tuanya yaitu kesibukan dari kedua orang tuanya
yang jarang memiliki waktu di rumah.
b. Analisis tingkah laku
Banyak tingkah laku yang ditampilkan oleh R selama proses konseling,
saat bercerita R menunjukkan ekspresi sedih dikarenakan masalah yang
dihadapinya, R juga menunjukkan ekspresi bingung dan merasa tidak
memiliki cara untuk mengatasi masalahnya tersebut.
c. Teknik yang digunakan
1) Teknik pertanyaan terbuka
2) Teknik dorongan minimal
14

3) Teknik refleksi isi


4) Teknik refleksi perasaan
5) Teknik merumuskan tujuan
6) Teknik konfrontasi
7) Kontak mata
8) Kontak psikologis
9) Teknik kursi kosong
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tingkah laku merujuk pada perangai, kelakuan, atau perbuatan individu. Teori
Skinner menggambarkan perilaku sebagai respon terhadap rangsangan eksternal, yang
dikenal sebagai teori "S-O-R" (Stimulus - Organisme - Respon). Ini mencakup aktivitas
fisik dan proses mental. Individu mengalami masalah perilaku ketika terjadi
pertentangan antara kekuatan yang menuntut (top dog) dan perasaan lemah (under
dog), ketidakseimbangan antara citra diri dan keinginan, pertentangan antara faktor
sosial dan biologis, ketidakmampuan mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tindakan,
adanya kesenjangan antara sekarang dan masa depan, penghindaran kenyataan, dan
pemeliharaan masalah yang belum terselesaikan. Tingkah laku yang menjadi masalah
adalah perilaku yang dapat mengganggu individu sendiri atau orang lain. Ini bisa
berupa tingkah laku yang kurang (defisit) seperti isolasi sosial atau menunda pekerjaan,
atau tingkah laku yang berlebihan (kelebihan) seperti hiperaktivitas atau perilaku
destruktif.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah ini untuk kedepannya. Atas saran perbaikan makalah ini yang di
berikan pembaca, maka penulis mengucapkan terima kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pratiwi, L. (2018). Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa Pada mata
pelajaran Ekonomi Di Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Pekanbaru
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

Yulis, R. (2002). Psikologi Agama. Jakarta : Kalam Mulia

16

Anda mungkin juga menyukai