Anda di halaman 1dari 13

SIKAP DALAM LINGKUNGAN SOSIAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP BK

Mata Kuliah: Psikologi Sosial

DOSEN PENGAMPU:
Siska Triana Niagara M.Psi

DISUSUN OLEH KELOMPOK V:


Nadia Alisandra (200303085)
Raudatul Jannah (200303086)
Amaliya Putri Irmayani (200303087)

KELAS C
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga Kelompok V dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sikap Dalam
Lingkungan Sosial Serta Implikasinya Terhadap Bimbingan Konseling” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pada
mata kuliah Psikologi Sosial. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang sikap dalam lingkungan sosial serta implikasinya terhadap bimbingan konseling bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siska Triana Niagara, M.Psi selaku Dosen
mata kuliah Psikologi Sosial yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami Kelompok V dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 8 September 2022

Kelompok V
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
A. Sikap.....................................................................................................................................4
B. Hubungan Sikap dan Perilaku..............................................................................................7
C. Sikap dalam Lingkungan Sosial...........................................................................................7
D. Implikasi Terhadap Bimbingan Konseling...........................................................................8
BAB III............................................................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................................................9
Kesimpulan..................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sikap sosial adalah kesadaran individu untuk menentukan perilaku atau perbuatan
dalam kehidupan nyata terhadap objek sosial (Ahmadi 2015). Sikap seseorang akan
memberikan warna pada perilaku individu yang bersangkutan. Sikap tidak bisa terbentuk
dengan begitu saja, namun bisa terbentuk dengan seiring berjalannya perkembangan
individu tersebut sama halnya dengan sikap sosial. Objek sosial bisa berupa gejala-gejala
sosial dan proses hubungan antar masyarakat. Sikap sosial memiliki dua jenis yakni sikap
positif dan sikap negatif (Arifin 2015). Sikap positif memiliki aspek kerja sama,
solidaritas, dan tenggang rasa. Sedangkan sikap negatif lebih ke aspek egoisme,
prasangka sosial, rasisme, rasialisme, stereotip.
Dalam proses pendidikan disekolah, perilaku sosial sangat diperlukan agar siswa dalam
melakukan interaksi secara positif terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya. Salah satu
indikator keberhasilan proses pembelajaran di sekolah jika siswa mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Hal tersebut dapat terlaksana jika
siswa memiliki perilaku sosial yang baik.
Menurut Gerungsn dalam Effendy, dkk. (2017:17), bentuk perilaku sosial yaitu (1)
Simpatik, (2) Suka bergaul, (3) Sifat inisiatif secara sosial, (4) Sifat ramah, (5) Sifat
pemberani. Namun perilaku seperti ini di kalangan masyarakat atau sekolah, banyak
mengalami kekurangan dan bahkan jarang dilakukan walaupun pada akhirnya kita sendiri
kadang membutuhkan bantuan orang lain tanpa harus memberi imbalan atau hadiah.
Pentingnya peningkatan perilaku sosial pada siswa adalah agar siswa mempunyai
keterampilan sosial sehingga dapat hidup sukses dalam bermasyarakat. Siswa yang
mempunyai sikap saling peduli, biasanya akan tumbuh menjadi seorang dewasa yang
tidak anti sosial. Setiap perilaku yang muncul pada diri individu selalu ada yang melatar
belakanginya, begitu juga bila seseorang melakukan perilaku sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian sikap?
2. Bagaimana hubungan sikap dan perilaku?
3. Bagaimana sikap dalam lingkkungan sosial?
4. Apa saja implikasinya terhadap bimbingan konseling?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sikap
2. Untuk mengetahui hubungan sikap dan perilaku
3. Untukmengetahui sikap dalam lingkungan sosial
4. Untuk mengetahui implikasinya terhadap bimbingan konseling
BAB II

PEMBAHASANA.
A. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap atau attitude adalah suatu kecendrungan untuk bereaksi dengan cara
tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi
seseorang jika ia terkena suatu rangsangan baik mengenai orang, benda atau situasi
mengenai dirinya. Sikap secara istilah diartikan sebagai reaksi individu terhadap
suatu hal. Sikap berkaitan dengan motif yang mendasari tingkah laku seseorang.
Menurut Schwartz (1992), umumnya sikap adalah keyakinan yang di terjemahkan ke
dalam tindakan pada objek yang diinginkan. Sikap didefinisikan oleh Psikologi Sosial
sebagai evaluasi positif atau negatif dari reaksi terhadap objek, orang, situasi atau
aspek lain, dan memungkinkan kita untuk mempredeksi dan mengubah perilaku
masyarakat (Atkinson et al. 1996 : 606 dalam (Ugulu, Sahin, & Baslar, 2013).
Ada beberapa defenisi sikap berdasarkan pendapat para ahli, antara lain yaitu:
a) L.L Thursione
Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negative yang
berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi disini meliputi simbol, kata-
kata, orang, lembaga, ide dan sebagainya.
b) Zimbardo dan Ebbesen
Sikap adalah suatu presdiposisi (keadaan yang mudah terpengaruh) terhadap
seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen kognitif, afektif dan
behavior.
c) John H.Harvey dan William P.Smith
Kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negative terhadap
objek atau situasi.
Dapat disimpulkan sikap merupakan kecendrungan yang relatif menetap untuk
bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang, benda atau situasi dan kondisi
tertentu.
2. Struktur Sikap
1) Komponen Kognitif
Komponen Kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki
individu mengenai sesuatu. Persepsi dan kepercayaan seseorang mengenai objek
sikap berwujud pandangan (opini) dan sering kali merupakan stereotipe atau sesuatu
yang telah terpolakan dalam pikirannya. Komponen kognitif dari sikap ini tidak selalu
akurat. Kadang-kadang kepercayaan justru timbul tanpa adanya informasi yang tepat
mengenai suatu objek. Kebutuhan emosional bahkan sering merupakan determinan
utama bagi terbentuknya kepercayaan.
2) Komponen Afektif
Komponen afektif melibatkan perasaan atau emosi. Reaksi emosional kita
terhadap suatu objek akan membentuk sikap positif atau negatif terhadap objek
tersebut. Reaksi emosional ini banyak ditentukan oleh kepercayaan terhadap suatu
objek, yakni kepercayaan suatu objek baik atau tidak baik, bermanfaat atau tidak
bermanfaat.
3) Komponen Konatif
Komponen konatif atau kecenderungan bertindak (berperilaku) dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap. Perilaku seseorang dalam situasi tertentu dan
dalam situasi menghadapi stimulus tertentu, banyak ditentukan oleh kepercayaan dan
perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten,
selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual (Azwar,
1988:21).
Sebagai halnya karakteristik afektif yang lain, sikap memiliki target, arah, dan
intensitas. Target ialah objek, kegiatan, atau gagasan yang menjadi sasaran suatu
sikap. Yang dimaksud dengan arah sikap ialah orientasi sikap yang dapat positif atau
negatif. Sedangkan intensitas adalah derajat atau kekuatan sikap. Sikap terhadap suatu
objek dapat sangat kuat, misalnya sangat senang pada karya-karya sastra atau sangat
benci pada perjudian.
3. Pembentukan Sikap
Sikap sosial terbentuk oleh adanya interaksi sosial. Dalam interaksi sosial itu,
individu membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya.
Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap itu antara lain:
1) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menyadari dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
harus melalui kesan yang kuat. Oleh karena itu, sikap akan mudah terbentuk jika
faktor emosional terlibat dalam pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi ini
sifatnya saling terkait dalam kehidupan seseorang. Contohnya dalam pendidikan
kewiraan, apabila kita ingin membentuk sikap positif terhadap nilai-nilai kewiraan
maka pengalaman pribadi perlu dimunculkan. Penayangan film-film yang
menggambarkan perjuangan dalam merebut kemerdekaan, merupakan salah satu
alternatif psikologis yang diharapkan menimbulkan penghayatan terhadap
peristiwa-peristiwa tersebut sehingga dapat terbentuk sikap positif terhadapnya.
2) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan sangat berpengaruh pada pembentukan sikap. Apabila kita
hidup dalam budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai religius, maka sikap
positif terhadap nilai-nilai religius kemungkinan besar akan terbentuk. Demikian
juga apabila kita hidup dalam masyarakat yang menjunjung tinggi sifat-sifat
ksatria dan penuh dedikasi dalam membangun dan membela negara, maka sikap
positif terhadap sifat-sifat tersebut juga terbentuk.
3) Media Massa
Informasi yang disampaikan melalui berbagai sarana informasi yang
berbentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap. Apabila pesan-pesan yang
disampaikan itu cukup sugestif, akan memberi dasar afektif dalam terbentuknya
sikap. Dalam menanggapi berbagai informasi diperlukan sikap kritis. Oleh karena
itu sikap kritis perlu dikembangkan lewat proses belajar-mengajar.
4) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan demikian juga lembaga agama berfungsi
menanamkan konsep moral dalam diri individu. Ajaran moral yang diterima dari
lembaga pendidikan dan lembaga agama sering kali menjadi acuan untuk
menentukan sikap. Sebagai contoh, menurut ajaran agama islam, SDSB termasuk
judi dan judi merupakan perbuatan yang terlarang. Mereka yang tidak melihat
hubungan antara SDSB dengan ajaran agama, kebanyakan bersikap menerimanya
sebelum terbukti SDSB berdampak negatif. Sedangkan mereka yang meyakini
bahwa SDSB bertentangan dengan ajaran agama bersikap menolak tanpa adanya
keraguan. Dari kenyataan tersebut, apabila kita dapat menghubungkan nilai-nilai
yang dikembangkan lewat jalur pendidikan dengan ajaran agama akan
mempermudah pembentukan sikap positif terhadap nilai-nilai tersebut, yang
diharapkan juga akan terwujud dalam tindakan sehari-hari.

B. Hubungan Sikap dan Perilaku


Dalam uraian mengenai fungsi sikap, kita mengetahui bahwa banyak perilaku
yang didasar oleh sikap seseorang terhadap suatu objek. Sikap A terhadap B mendasari
perilaku A terhadap B, tetapi sikap A terhadap B yang berbeda suku dapat menjadi
sumber perilaku yang berbeda terhadap B. Mengapa sikap dan perilaku tidak selalu
sejalan ? Ternyata, sikap tidak selalu dapat meramaikan perilaku. Hal ini dibuktikan oleh
penelitian seorang sosiolog. La Piere pada tahun 1934 selama dua tahun ia berkeliling
Amerika Serikat bersama sepasang etnis Tionghoa. Banyak sikap atau perilaku yang kita
lakukan, tidak sejalan dengan sikap kita atau mungkin bertentangan sama sekali.
Misalnya pemilik restoran yang mempunyai sikap negatif terhadap etnis Tionghoa dalam
melayani mereka dengan pertimbangan ekonomis yang dijadikannya alasan, sehingga
tamu.yang datang menjadi sumber pemasukan bagi mereka. Dari hal ini dapat, dapat
dipahami bahwa antara sikap dan perilaku tidak selalu berhubungan secara langsung,
tetapi melalui proses yang rumit. Perilaku yang ditampilkan seseorang tergantung situasi,
terutama dalam konteks yang paling relevan dari sudut pandang orang tersebut.
Namun ada yang menjelaskan juga bahwa, sikap yang dilakukan oleh setiap individu
sangatlah berpengaruh terhadap perilaku individu. Pengaruh tersebut terletak pada
individu sendiri terhadap respon yang ditangkap. Kecenderungan individu untuk
melakukan tindakan dipengaruhi oleh berbagai faktor bawaan dan lingkungan sehingga
menimbulkan tingkah laku.
Sikap dan perilaku sering dikatakan berkaitan erat, dan hasil penelitian juga
memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara sikap dan perilaku. Salah satu teori
yang bisa menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku yang dikemukakan oleh
Fishbein dan Ajzen. Menurut mereka, antara sikap dan perilaku terdapat satu faktor
psikologis yang harus ada agar keduanya konsisten, yaitu niat (intention). Worchel dan
Cooper (1983) menyimpulkan sikap dan perilaku bias konsisten apabila ada kondisi
sebagai berikut:
 Spesifikasi sikap dan perilaku
 Relevansi sikap terhadap perilaku
 Tekanan normatif
 Pengalaman

C. Sikap dalam Lingkungan Sosial


Lingkungan sosial merupakan suatu tinjauan sosiologis yang di dasarkan pada
hubungan antarmanusia, hubungan antarkelompok serta hubungan antarmanusia dengan
kelompok, di dalam proses kehidupan bermasyarakat. Di dalam pola hubungan-hubungan
tersebut yang lazim disebut interaksi sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk
sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadaian seseorang.
Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau
kelompok untuk dapat melakukan sesuatu tindakan-tindakan serta perubahan-perubahan
prilaku dan sikap masing-masing individu.
Sikap sosial adalah kesadaran individu untuk menentukan perilaku atau perbuatan
dalam kehidupan nyata terhadap objek sosial (Ahmadi 2015). Sikap seseorang akan
memberikan warna pada perilaku individu yang bersangkutan. Sikap tidak bisa terbentuk
dengan begitu saja, namun bisa terbentuk dengan seiring berjalannya perkembangan
individu tersebut sama halnya dengan sikap sosial. Objek sosial bisa berupa gejala-gejala
sosial dan proses hubungan antar masyarakat. Sikap sosial memiliki dua jenis yakni sikap
positif dan sikap negatif (Arifin 2015). Sikap positif memiliki aspek kerja sama,
solidaritas, dan tenggang rasa. Sedangkan sikap negatif lebih ke aspek egoisme,
prasangka sosial, rasisme, rasialisme, stereotip.

D. Implikasi Terhadap Bimbingan Konseling


Implikasi perilaku sosial siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling
dapat berupa pemberian layanan, antara lain:
 Pemberian layanan informasi dengan materi yang membahas tentang agresi,
menjadi diri sendiri, dan pentingnya komunikasi nonverbal dalam kehidupan
sehari-hari
 Layanan penguasaan konten dengan materi keterampilan menyampaikan pendapat
dan tanggapan yang baik dan cara bergaul yang baik dengan teman sebaya
 Layanan konseling individu dengan sasaran siswa yang perilaku sosialnya
termasuk dalam kategori kurang baik
 Layanan bimbingan kelompok dengan membahas topik tugas seperti cara bergaul
yang baik dengan teman sebaya, komunikasi interpersonal
 Pemberian layanan konseling kelompok.

Keberadaan layanan bimbingan dan konseling yang memberikan penekanan pada faktor agama
dalam sistem pendidikan sangatlah menunjang kegiatan pendidikan guna mencapai tujuan
pendidikan. Layanan bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan bertujuan agar peserta
didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya
sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.

Golongan masyarakat yang mendapat perhatian utama dari gerakan bimbingan ialah generasi
muda. Kenyataan ini tidak mengherankan karena terutama generasi muda yang menghadapi
tugas mengembangkan diri di semua aspek kehidupannya. Beraneka lembaga pendidikan sekolah
bertugas untuk mendampingi generasi muda dalam menyelesaikan tugas mengembangkan
dirinya.

Pemahaman diri sendiri baru akan berkembang kalau mereka menemukan serta menetapkan
posisinya sendiri terhadap lingkungan hidupnya. Menjadi manusia yang berkepribadian dewasa
akan melalui jalan yang penuh tantangan, kesulitan, bahkan bermacam-macam masalah. Selama
menempuh jalan itu, mereka membutuhkan bantuan melalui pelayanan bimbingan profesional di
lembaga-lembaga pendidikan. Jarang ada siswa dan mahasiswa yang sudah berpengalaman hidup
sedemikian sehingga mereka mampu untuk menggariskan jalan hidupnya tanpa bantuan dari
siapapun. Selama mereka masih berada di suatu lembaga pendidikan, terdapat peluang emas
untuk memberikan bantuan.
BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan
Sikap merupakan kecendrungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara
baik atau buruk terhadap orang, benda atau situasi dan kondisi tertentu. Dilihat dari
strukturnya, sikap terdiri atas tiga komponen yaitu komponen kognitif berupa keyakinan
seseorang (behavior belief dan group belief), komponen afektif menyangkut aspek
emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan bertindak sesuai
dengan sikapnya. Adapun pembentukan sikap terbentuk oleh adanya interaksi sosial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap itu antara lain yaitu pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting (significant other), media massa,
lembaga pendidikan atau lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri individu.
Sikap dan perilaku sering dikatakan berkaitan erat, dan hasil penelitian juga
memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara sikap dan perilaku. Menurut Fishbein
dan Ajzen, antara sikap dan perilaku terdapat satu faktor psikologis yang harus ada agar
keduanya konsisten, yaitu niat (intention).
Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapiorang laindengan
cara-cara yang berbeda-beda, misalnya dalam melakukan kerjasama, ada orang yang
melakukannya dengan tekun sabar dan selalu mementingkan kepentinganbersama diatas
kepentingan pribadinya.Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan,tidak
sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri. Implikasi perilaku sosial siswa terhadap
pelayanan bimbingan dan konseling dapat berupa pemberian layanan informasi, layanan
penguasaan konten, layanan konseling individu, layanan bimbingan kelompok, dan
pemberian layanan konseling kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Ilham, R. (2014). Perilaku Sosial Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Terhadap Pelayanan
Bimbingan Dan Konseling. Konselor, Vol. 3, No. 4, hlm 126-131.
Masdudi. (2012). Implementasi Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Proses Perkembangan
Perilaku Sosial. Jurnal Edueksos, Vol. 1, No.1.
Tyas Palupi, D. R. (2017). Hubungan Antara Sikap Dan Perilaku Pro-Lingkungan Ditinjau Dari
Perspektif Theory Of Planned Behavior. Proceeding Biology Education Conference, Vol.
14, No.1, hlm 214-217.
Zuchdi, D. (1995). Pembentukan Siswa. Cakrawala Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai