Dosen Pengampu:
Elisa Kurniadewi, M.Si., Psikolog.
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya yang
telah melimpahkan kepada kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pembentukan dan Perubahan Sikap” dengan baik sampai waktu yang telah ditentukan.
Disusunnya makalah ini kami menyajikan materi- materi mengenai perubahan dan
pembentukan pada sikap dalam psikologi sosial. Kami ucapkan terima kasih selaku dosen
Psikologi Sosial Ibu Elisa Kurniadewi, M.Si., Psikolog. yang telah membimbing kami dan
mengajarkan mengenai ilmu psikologi sosial.
Dan tak lupa juga untuk teman-teman kami yang berkontribusi mendukung serta
berdiskusi mengenai topik ini sehingga menghasilkan cakupan materi dan teori yang bermanfaat
untuk berbagai pihak. Demikian makalah ini disusun, kami berharap pembaca mendapatkan
banyak wawasan serta ilmu mengenai psikologi sosial. Kami mohon kritik dan saran yang
membangun agar kedepannya lebih baik lagi dalam membuat makalah.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sikap (attitude) merupakan salah satu hal yang bisa dinilai dari diri seseorang. Dari sikap,
seseorang bisa dianggap baik atau buruk, dewasa atau kekanak-kanakan, sederhana atau mewah,
bangsawan atau rakyat biasa, dan sebagainya. Sikap juga bisa dimaknai sebagai suatu keadaan
dalam diri manusia yang menggerakkannya untuk berbuat dalam aktivitas sosial dengan perasaan
tertentu, dan juga dalam menanggapi situasi tertentu. Sikap sekelompok orang terhadap orang
lain dapat mempengaruhi tindakan dan pola perilaku mereka dalam p engambilan keputusan
dengan apa yang diyakini dan dipercayainya terhadap suatu objek. Menurut Kinnear dan Taylor,
sikap adalah proses yang berorientasi tindakan, evaluasi, dasar pengetahuan, dan persepsi abadi
dari seorang individu berkenaan dengan suatu objek atau penemuan.
Pembentukan sikap seringkali tidak didasari oleh orang yang bersangkutan akan tetapi
sikap bersifat dinamis dan terbuka terhadap kemungkinan perubahan karena interaksi seseorang
dengan lingkungan di sekitarnya. Kemudian sikap hanya akan ada artinya bila ditampakan
dalam bentuk peryataaan perilaku baik perilaku lisan maupaun perilaku perbuatan. Pembentukan
sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarang saja. Pembentukannya senantiasa
berlangsung dalam interaksi manusia dan berkaitan dengan objek tertentu.
Perubahan sikap merupakan salah satu faktor terbentuknya perubahan perilaku karena
sikap adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberi tanggapan terhadap
rangsangan lingkungan yang dapat memulai ataupun membimbing tingkah laku orang tersebut.
Secara psikologis, perubahan sikap tidaklah mudah dibutuhkan persiapan dan penyesuaian secara
bertahap untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dalam menerima atau menolak
rangsangan yang datang pada dirinya.
4
1.2. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian dari pembentukan sikap dan perubahan sikap?
B. Bagaimana pembentukan sifat itu terjadi?
C. Teori-teori apa saja yang terdapat pada perubahan sikap?
D. Apa saja faktor-faktor dalam perubahan sikap?
E. Apa saja bentuk-bentuk dari perubahan sikap?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembentukan Sikap
1. Definisi Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu
pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Menurut Notoatmodjo, sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek.1 Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Beberapa batasan tentang sikap yang dikutip oleh Notoatmodjo antara lain,
mengemukakan batasan tentang sikap yaitu tingkah laku sosial seseorang merupakan
sebuah syndrom atau gejala dari konsistensi reseptor dengan nilai objek sosialnya. Dari
batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi dari sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan suatu predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
1
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
6
seseorang. Sikap juga dapat berarti keadaan mental dan syaraf dari kesiapan yang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons
individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
Sikap manusia tidak dapat terbentuk sejak dilahirkan, melainkan terbentuk karena
melalui berbagai proses sosial yang terjadi sepanjang hidupnya dengan mendapatkan
informasi, pengalaman, dll. Proses tersebut dapat terbentuk di lingkungan primer maupun
sekunder seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan juga mampu
2
Yeni Widyastuti, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Graha Imu, 2014), hlm. 68
3
Noeng Muhadjir, 1992. Pengukuran Kepribadian: Telaah Konsep dan Teknik Penyusunan Test Psikometri dan
Skala Sikap. Yogyakarta: Rake Sarasin.
7
mempengaruhi manusia dalam bersikap dan bertindak, sehingga tentunya sikap manusia
berdasarkan yang ia alami dalam kehidupan.
Adanya interaksi timbal balik dan suatu hubungan dengan manusia lainnya juga
dapat membentuk pola sikap individu dengan sekitarnya, karena itu pembentukan sikap
tidak terjadi dengan sendirinya. Interaksi sosial di dalam kelompok atau di luar kelompok
dapat mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru. Dalam interaksi sosial, terjadi
hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan lainnya dan
mempengaruhi pola perilaku masing- masing individu sebagai anggota masyarakat. 4
Saifudin Azwar menguraikan faktor- faktor yang memegang peranan penting
dalam pembentukan sikap pada manusia yaitu:
1. Pengalaman Pribadi
Pengalaman personal yang dialami langsung haruslah meninggalkan
kesan yang kuat untuk menyadari dasar pembentukan sikap, karena sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam suatu
situasi yang melibatkan faktor emosional. Emosi yang berasal dari diri individu
terkadang membentuk suatu sikap yang berasal dari pernyataan yang didasari oleh
emosi sebagai pengalihan bentuk pertahanan ego.
4
Saiffudin Azwar, Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013)
8
peristiwa-peristiwa tersebut, sehingga memungkinkan terbentuknya sikap positif
terhadap hal itu. 5
Misalnya, orang tua yang mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang
dan pola asuh yang tidak otoriter membentuk sikap anak yang hangat, begitupun
sebaliknya jika orang tua yang otoriter dan keras terhadap anak maka membentuk
sikap anak yang negatif karena hubungan yang tidak serasi dipenuhi oleh konflik
dan kekerasan tidak mungkin membentuk sikap yang positif terhadap nilai- nilai
yang dikembangkan.6
3. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan sangat melekat pada kehidupan manusia, sehingga
kebudayaan hidup dan memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah terhadap
5
Darmiyati Zuchdi, Pembentukan Sikap, (Jakarta: Cakrawala Pendidikan, 1995), Hal. 57
6
Ibid, Hal. 58
9
berbagai hal. Misalnya, apabila kita hidup di tengah budaya yang sangat
mengutamakan kehidupan berkelompok dan kebersamaan, maka kemungkinan
besar kita memiliki sikap negatif terhadap kehidupan budaya individualisme
dengan mengutamakan kepentingan perorangan.
7
Ibid, Hal. 58
10
5. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi tentu memiliki pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang, dalam penyampaian informasi, media
massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang mengarahkan seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa
oleh informasi tersebut apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam
menilai sesuatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
11
pujian atau hadiah kepada anak yang telah melakukan dukungan kepada
salah satu partai politik (padahal ia baru berusia 3 tahun) seperti yang
menjadi dambaan orang tuanya maka akan membentuk sikap anak sama
dengan sikap orang tuanya tersebut. Proses adopsi sikap seperti ini
dinamakan instrumental conditioning.
12
B. Perubahan Sikap
13
Sedangkan, komponen afektif berhubungan dengan bagaimana perasaan
yang timbul pada seseorang yang menyertai sikapnya, hal ini dapat berupa positif
ataupun negatif. Apabila seseorang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek
maka ini berarti adanya hubungan dengan nilai-nilai yang dianut oleh individu
tersebut. Menurut Rosenberg, komponen afektif akan selalu berkaitan dengan
komponen kognitif dan berada pada keadaan yang konsisten.
Maksud teori ini dalam perubahan sikap ialah karena hubungan komponen
afektif dengan komponen kognitif konsisten, maka bila komponen afektifnya
berubah, komponen kognitifnya juga akan berubah dan begitupun sebaliknya.
Umumnya, dalam hal perubahan sikap, seseorang akan merubah komponen
kognitifnya terlebih dahulu baru akan diikuti dengan berubahnya komponen
afektif sehingga terjadi pula perubahan sikap dan begitupun sebaliknya.
2) Teori Festinger
Teori Festinger atau teori disonansi kognitif (The Cognitive Dissonance
Theory), teori ini diluncurkan sekitar tahun 1957. Festinger mene liti mengenai
sikap yang dikaitkan dengan perilaku nyata yang merupakan persoalan
mengundang perdebatan. Sikap menurut Festinger mengandung tiga komponen
yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
14
merupakan perokok aktif, hal yang tidak sesuai kognisinya yakni merokok dapat
mengakibatkan kanker paru-paru. Pada kondisi tersebut, seseorang berada pada
disonansi yakni terjadinya ketegangan psikologis yang mendorong seseorang
untuk mengurangi disonansi tersebut.
Adapun cara-cara untuk mengurangi atau menghilangkan disonansi yakni
sebagai berikut:
1. Merubah Perilaku
Perilaku yang disonansi dengan apa yang diketahui atau dipercaya maka
dapat ditempuh melalui merubah perilaku sesuai dengan kepercayaan. Misalnya,
Seorang perokok yang mengetahui bahaya merokok dapat menyebabkan masalah
kesehatan yakni kanker paru-paru maka untuk menghilangkan disonansinya
perokok tersebut berusaha untuk tidak merokok lagi.
2. Mengubah Lingkungan
Seseorang yang telah berhasil menghilangkan disonansinya, maka juga
diharapkan bisa mengubah lingkungannya sebab lingkungan seseorang sangat
mempengaruhi sikap diri seseorang. Misalnya, perokok itu mampu meyakinkan
teman-teman sebayanya bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan.
8
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: CV. Andi Offset, hal, 136-144
15
3. Faktor-Faktor Perubahan Sikap
A. Faktor Internal
Faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa
selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-
pengaruh yang datang dari luar.
B. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang terdapat diluar diri pribadi individu. Faktor ini
merupakan interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya interaksi antara manusia
yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat-alat
komunikasi melalui media massa
C. Komunikator
D. Komunikasi
Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan, kalau kita
tidak berhati- hati dalam berkomunikasi, akan terjadi suatu kesalahpahaman.
Tanpa adanya komunikasi, tidak akan ada interaksi antara manusia. Di dalam
berkomunikasi jangan hanya sekedar menyampaikan pesan saja, melainkan untuk
mengubah tingkah laku.
E. Situasi
16
F. Target
17
d. Pesan atau message
Komunikan secara baik, hal ini dapat mengganti pandangan atau pendapat
yang lemah, sehingga hal tersebut akan dapat mengubah sikap yang ada pada
pihak komunikan. Mengenai masalah ini ada beberapa hal yang perlu dipikirkan
yaitu sumber dan isi pesan. Sumber pesan akan memberikan suatu tanggapan
tertentu terhadap materi yang dikemukakan. Sekalipun materinya sama, tetapi
kalau sumbernya berbeda akan membawa perbedaan pula dalam menanggapi
materi tersebut.
e. Komunikator
Suatu pesan atau materi yang sama, tetapi yang membawakan berbeda
akan terdapat perbedaan dalam menerima materi tersebut. Disini nampak bahwa
pihak komunikator ikut menentukan diterima tidaknya atau sampai sejauh mana
kadar penerimaan materi dari pihak komunikan. Karena itu komunikator
memegang peranan yang penting dalam rangka pengubahan atau pembentukan
sikap secara langsung.
f. Komunikan
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari proses
belajar. Proses belajar ini dapat terjadi karena pengalaman-pengalaman pribadi seseorang
dengan objek tertentu, seperti orang, benda atau peristiwa dengan cara menghubungkan
objek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki
sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar sosial dengan orang
lain. Sedangkan Perubahan sikap adalah terjadinya perbedaan sikap individu dalam
menanggapi suatu stimulus atau rangsangan dari lingkungan sosial, perubahan itu terjadi
dari waktu ke waktu.
Perubahan sikap timbul ketika seseorang berubah pikiran dari positif menjadi
negatif, dari sedikit positif menjadi sangat positif atau dari tidak menentukan sikap
hingga memilikinya. Perubahan pada sikap seseorang mengacu pada perubahan cara
berpikir, bertindak, atau merasakan sesuatu. Kondisi ini mungkin dirasakan oleh diri
sendiri. Bisa juga orang-orang terdekat yang menyadari adanya perubahan tersebut.
B. Saran
Pembentukan sikap dan perubahan sikap merupakan suatu hal yang wajar, bahkan
terkadang menjadi keharusan dalam kehidupan individu untuk merespon suatu objek.
Adapun pembentukan sikap yang positif dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, oleh karena
itu pemilihan lingkungan yang baik sangat diperlukan. Begitu pula dengan perubahan
sikap yang akan berpengaruh tidak hanya untuk diri sendiri melainkan juga kepada
lingkungan sekitar, maka dari itu dalam melakukan perubahan sikap perlu pertimbangan
dan memperhatikan norma sosial yang berlaku sehingga sikap atau perilaku yang baru
dapat diterima oleh masyarakat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Bimo, Walgito.2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: CV. Andi Offset
hal, 136-144.
ibid h, 58.
20