Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMBENTUKAN DAN PERUBAHAN SIKAP


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial

Dosen Pengampu:
Elisa Kurniadewi, M.Si., Psikolog.

Disusun oleh kelompok 2:


1. Aura Sekar Sukmaguna 11200541000004
2. Rizky Setya Heryani 11200541000019
3. Jabal Al Tharik 11200541000026
4. Ariqah Khansa Khalaidah 11200541000035
5. Carla Amadea Syifa 11200541000039

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya yang
telah melimpahkan kepada kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pembentukan dan Perubahan Sikap” dengan baik sampai waktu yang telah ditentukan.

Disusunnya makalah ini kami menyajikan materi- materi mengenai perubahan dan
pembentukan pada sikap dalam psikologi sosial. Kami ucapkan terima kasih selaku dosen
Psikologi Sosial Ibu Elisa Kurniadewi, M.Si., Psikolog. yang telah membimbing kami dan
mengajarkan mengenai ilmu psikologi sosial.

Dan tak lupa juga untuk teman-teman kami yang berkontribusi mendukung serta
berdiskusi mengenai topik ini sehingga menghasilkan cakupan materi dan teori yang bermanfaat
untuk berbagai pihak. Demikian makalah ini disusun, kami berharap pembaca mendapatkan
banyak wawasan serta ilmu mengenai psikologi sosial. Kami mohon kritik dan saran yang
membangun agar kedepannya lebih baik lagi dalam membuat makalah.

Jakarta, 27 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3
BAB I ............................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 5
1.3. Tujuan Pembelajaran.............................................................................................................. 5
BAB II .......................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 6
2.1. Pembentukan Sikap ................................................................................................................ 6
2.2. Perubahan Sikap..................................................................................................................... 13
BAB III ......................................................................................................................................... 19
PENUTUP.................................................................................................................................... 19
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................................ 19
3.2. Saran....................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sikap (attitude) merupakan salah satu hal yang bisa dinilai dari diri seseorang. Dari sikap,
seseorang bisa dianggap baik atau buruk, dewasa atau kekanak-kanakan, sederhana atau mewah,
bangsawan atau rakyat biasa, dan sebagainya. Sikap juga bisa dimaknai sebagai suatu keadaan
dalam diri manusia yang menggerakkannya untuk berbuat dalam aktivitas sosial dengan perasaan
tertentu, dan juga dalam menanggapi situasi tertentu. Sikap sekelompok orang terhadap orang
lain dapat mempengaruhi tindakan dan pola perilaku mereka dalam p engambilan keputusan
dengan apa yang diyakini dan dipercayainya terhadap suatu objek. Menurut Kinnear dan Taylor,
sikap adalah proses yang berorientasi tindakan, evaluasi, dasar pengetahuan, dan persepsi abadi
dari seorang individu berkenaan dengan suatu objek atau penemuan.

Pembentukan sikap seringkali tidak didasari oleh orang yang bersangkutan akan tetapi
sikap bersifat dinamis dan terbuka terhadap kemungkinan perubahan karena interaksi seseorang
dengan lingkungan di sekitarnya. Kemudian sikap hanya akan ada artinya bila ditampakan
dalam bentuk peryataaan perilaku baik perilaku lisan maupaun perilaku perbuatan. Pembentukan
sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarang saja. Pembentukannya senantiasa
berlangsung dalam interaksi manusia dan berkaitan dengan objek tertentu.

Perubahan sikap merupakan salah satu faktor terbentuknya perubahan perilaku karena
sikap adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberi tanggapan terhadap
rangsangan lingkungan yang dapat memulai ataupun membimbing tingkah laku orang tersebut.
Secara psikologis, perubahan sikap tidaklah mudah dibutuhkan persiapan dan penyesuaian secara
bertahap untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dalam menerima atau menolak
rangsangan yang datang pada dirinya.

4
1.2. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian dari pembentukan sikap dan perubahan sikap?
B. Bagaimana pembentukan sifat itu terjadi?
C. Teori-teori apa saja yang terdapat pada perubahan sikap?
D. Apa saja faktor-faktor dalam perubahan sikap?
E. Apa saja bentuk-bentuk dari perubahan sikap?

1.3. Tujuan Pembelajaran


A. Mengetahui definisi dari para ahli mengenai pembentukan sikap dan perubahan sikap.
B. Dapat memahami materi pembentukan dan perubahan sikap dari individu.
C. Mengetahui teori-teori yang dikemukakan para ahli mengenai pembentukan sikap
maupun perubahan sikap.
D. Memahami dari bentuk-bentuk perubahan sikap.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembentukan Sikap

1. Definisi Sikap

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu
pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Menurut Notoatmodjo, sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek.1 Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Beberapa batasan tentang sikap yang dikutip oleh Notoatmodjo antara lain,
mengemukakan batasan tentang sikap yaitu tingkah laku sosial seseorang merupakan
sebuah syndrom atau gejala dari konsistensi reseptor dengan nilai objek sosialnya. Dari
batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi dari sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan suatu predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2. Definisi Pembentukan Sikap


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembentukan berasal dari kata bentuk
yang berarti wujud atau sesuatu yang nampak, kemudian mendapat imbuhan depan pem
dan akhiran an sehingga menjadi sebuah kata pembentukan yang berarti suatu cara atau
proses yang dilakukan untuk membentuk sesuatu. Sedangkan sikap dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, diartikan sebagai suatu bentuk atau perwujudan tingkah laku

1
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

6
seseorang. Sikap juga dapat berarti keadaan mental dan syaraf dari kesiapan yang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons
individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.

Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil


interaksi antara individu dan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Pembentukan
sikap sebagian besar dipengaruhi oleh pengalaman. Sikap tidaklah terbentuk dengan
sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi
manusia berkenaan dengan objek tertentu. Sikap dapat pula dikatakan sebagai hasil
belajar.2 Dari definisi di atas pembentukan sikap adalah suatu cara atau proses yang
dilakukan seseorang dalam upaya mengubah suatu perbuatan atau tingkah laku melalui
pendidikan dan latihan agar nantinya bernilai lebih baik.

3. Unsur-Unsur Pembentukan Sikap


Menurut Muhadjir, sikap ditinjau dari unsur-unsur pembentuknya dapat
dibedakan menjadi tiga hal yaitu :3
a. Sikap yang Transformatif. Sikap yang transformatif adalah sikap yang lebih
bersifat psikomotorik atau kurang disadari.
b. Sikap yang Transaktif. Sikap yang transaktif adalah sikap yang lebih mendasar
pada kenyataan obyektif.
c. Sikap yang Transinternal Sikap yang transinternal merupakan sikap yang lebih
dipedomani oleh nilai-nilai hidup.

4. Faktor Pembentukan Sikap

Sikap manusia tidak dapat terbentuk sejak dilahirkan, melainkan terbentuk karena
melalui berbagai proses sosial yang terjadi sepanjang hidupnya dengan mendapatkan
informasi, pengalaman, dll. Proses tersebut dapat terbentuk di lingkungan primer maupun
sekunder seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan juga mampu

2
Yeni Widyastuti, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Graha Imu, 2014), hlm. 68
3
Noeng Muhadjir, 1992. Pengukuran Kepribadian: Telaah Konsep dan Teknik Penyusunan Test Psikometri dan
Skala Sikap. Yogyakarta: Rake Sarasin.

7
mempengaruhi manusia dalam bersikap dan bertindak, sehingga tentunya sikap manusia
berdasarkan yang ia alami dalam kehidupan.

Adanya interaksi timbal balik dan suatu hubungan dengan manusia lainnya juga
dapat membentuk pola sikap individu dengan sekitarnya, karena itu pembentukan sikap
tidak terjadi dengan sendirinya. Interaksi sosial di dalam kelompok atau di luar kelompok
dapat mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru. Dalam interaksi sosial, terjadi
hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan lainnya dan
mempengaruhi pola perilaku masing- masing individu sebagai anggota masyarakat. 4
Saifudin Azwar menguraikan faktor- faktor yang memegang peranan penting
dalam pembentukan sikap pada manusia yaitu:
1. Pengalaman Pribadi
Pengalaman personal yang dialami langsung haruslah meninggalkan
kesan yang kuat untuk menyadari dasar pembentukan sikap, karena sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam suatu
situasi yang melibatkan faktor emosional. Emosi yang berasal dari diri individu
terkadang membentuk suatu sikap yang berasal dari pernyataan yang didasari oleh
emosi sebagai pengalihan bentuk pertahanan ego.

Individu sebagai orang yang menerima pengalaman, melakukan tanggapan


atau penghayatan, biasanya tidak melepaskan pengalamannya yang sedang
dialami dari berbagai pengalaman terdahulu yang relevan, seperti misalnya dalam
pendidikan kewiraan, apabila ingin membentuk sikap positif terhadap nilai- nilai
kewiraan maka membutuhkan pengalaman pribadi yang perlu dimunculkan.

Penayangan berbagai film yang menggambarkan perjuangan dalam


merebut dan mengisi kemerdekaan merupakan salah satu alternatif untuk
memberikan respon psikologis yang menimbulkan penghayatan terhadap

4
Saiffudin Azwar, Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013)

8
peristiwa-peristiwa tersebut, sehingga memungkinkan terbentuknya sikap positif
terhadap hal itu. 5

Menurut Oskamp, terdapat dua aspek khusus dalam membentuk sikap


yaitu peristiwa yang memberikan kesan kuat pada individu (salient incident) dan
munculnya objek secara berulang-ulang (repeated exposure). Pengalaman
terhadap suatu objek yang memberikan kesan menyenangkan atau baik akan
membentuk sikap yang positif, pengalaman yang kurang menyenangkan akan
membentuk sikap negatif.

2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting


Menurut Sarnoff, pada umumnya individu cenderung memilih untuk
memiliki sikap yang konformis dengan significant others, kecenderungan ini
didorong oleh keinginan untuk berafiliasi dan menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting seperti pengaruh orang tua dalam membesarkan anak-
anaknya karena pengaruhnya sangat besar dan sikap orang tua akan dijadikan role
model bagi anak-anaknya.

Misalnya, orang tua yang mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang
dan pola asuh yang tidak otoriter membentuk sikap anak yang hangat, begitupun
sebaliknya jika orang tua yang otoriter dan keras terhadap anak maka membentuk
sikap anak yang negatif karena hubungan yang tidak serasi dipenuhi oleh konflik
dan kekerasan tidak mungkin membentuk sikap yang positif terhadap nilai- nilai
yang dikembangkan.6

3. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan sangat melekat pada kehidupan manusia, sehingga
kebudayaan hidup dan memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah terhadap

5
Darmiyati Zuchdi, Pembentukan Sikap, (Jakarta: Cakrawala Pendidikan, 1995), Hal. 57
6
Ibid, Hal. 58

9
berbagai hal. Misalnya, apabila kita hidup di tengah budaya yang sangat
mengutamakan kehidupan berkelompok dan kebersamaan, maka kemungkinan
besar kita memiliki sikap negatif terhadap kehidupan budaya individualisme
dengan mengutamakan kepentingan perorangan.

Jika kita memegang kebudayaan yang menunjang tinggi nilai- nilai


religius, maka sikap positif terhadap nilai tersebut kemungkinan besar akan
terbentuk dan apabila hidup dalam masyarakat yang berbudaya dengan
menjunjung tinggi sifat ksatria, penuh dedikasi dalam membangun da n membela
negara, secara otomatis membentuk sikap yang positif terhadap pengaruh
kehidupannya.7

Burhus Frederic Skinner merupakan seorang ahli psikologi menekankan


pengaruh lingkungan dan kebudayaan membentuk suatu pribadi. Seseorang
memiliki pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan orang tersebut mendapat
reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilakunya. Oleh karena itu,
kebudayaan berasal dari hal yang berulang- ulang dan menjadi kebiasaan lalu dari
hal itu mudah membentuk suatu sikap karena terbiasa. Pembentukan sikap juga
tergantung pada kebudayaan tempat individu dibesarkan seperti co ntoh sikap
orang kota dan orang desa dalam pergaulan.

4. Lembaga Pendidikan dan Agama


Suatu lembaga sebagai sistem yang memiliki pengaruh dalam
pembentukan sikap karena meletakkan dasar pengertian serta konsep moral dalam
diri individu. Pemahaman baik atau buruk, boleh dan tidak boleh dilakukan akan
diperoleh dari pendidikannya melalui ajaran-ajaran yang memengaruhi seseorang
bersikap dalam kehidupan. Oleh karena itu, konsep moral, ajaran agama,
pengetahuan, dll akan sangat menentukan sistem kepercayaan yang ikut berperan
dalam menentukan sikap.

7
Ibid, Hal. 58

10
5. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi tentu memiliki pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang, dalam penyampaian informasi, media
massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang mengarahkan seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa
oleh informasi tersebut apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam
menilai sesuatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5. Proses Pembentukan Sikap


Proses pembentukan sikap menurut Baron terjadi dengan sistem adopsi dari orang
lain yakni melalui satu proses yang disebut proses pembelajaran sosial. Dalam proses
inipun dilalui dalam beberapa proses lainnya antara lain :
● Classical conditioning adalah bentuk dasar dari pembelajaran di mana satu
stimulus, yang awalnya netral menjadi memiliki kapasitas untuk
membangkitkan reaksi melalui rangsangan yang berulang kali dengan
stimulus lain. Dengan kata lain satu stimulus menjadi sebuah tanda bagi
kehadiran stimulus lainnya. Dalam proses ini seorang anak yang awalnya
biasa saja menyaksikan Ibunya bersikap marah terhadap suku bangsa
tertentu namun karena sikap sang Ibu tersebut dilakukan berulang kali
maka terjadilah proses classical conditioning pada diri sang anak. Sang
anak yang awalnya netral menjadi ter-stimulasi untuk bersikap negatif
seperti yang dilakukan Ibunya. Dalam hal ini anak mempelajari bagaimana
bersikap dari orang terdekatnya.

● Instrumental conditioning adalah bentuk dasar dari pembelajaran di mana


respon yang menimbulkan hasil positif atau mengurangi hasil negarif yang
diperkuat. Dalam proses ini kita bisa mengambil contoh anak yang tidak
memahami apa-apa tentang partai politik misalnnya maka akan bersikap
sama dengan orang tuanya. Dalam perspektif behavior, tingkah laku sang
anak adalah buah dari reinforcement. Dengan memberikan senyuman,

11
pujian atau hadiah kepada anak yang telah melakukan dukungan kepada
salah satu partai politik (padahal ia baru berusia 3 tahun) seperti yang
menjadi dambaan orang tuanya maka akan membentuk sikap anak sama
dengan sikap orang tuanya tersebut. Proses adopsi sikap seperti ini
dinamakan instrumental conditioning.

● Pembelajaran melalui observasi adalah salah satu bentuk belajar di mana


individu mempelajari tingkah laku atau pemikiran baru melalui observasi
terhadap orang lain. Proses ini terjadi hanya dengan memperhatikan
tingkah laku orang lain. Contohnya seorang anak yang melihat ayahnya
memukul Ibunya maka sikap dan perbuatan tersebut akan menurun pada
anaknya meski sang ayah melarang anaknya melakukan kekerasan kepada
siapapun. Dalam hal ini sang anak seringkali belajar apa yang dilakukan
orang tuanya, bukan apa yang dikatakan oleh orang tuanya.

● Perbandingan Sosial adalah Proses di mana kita membandingkan diri kita


dengan orang lain untuk menentukan apakah pandangan kita terhadap
kenyataan sosial benar atau salah. Dalam proses ini kita bisa melihat
bagaimana anggota masyarakat menentukan siapa pemimpinnya dalam
satu komunitas di pedesaan cenderung sama karena mereka memiliki
kecenderungan untuk memperbandingkan diri mereka masing- masing
dengan orang lain untuk menentikan apakah pandangan dan sikapnya
terhadap siapa yang akan dipilihnya benar atau salah. Dalam masyarakat
desa berbeda pandangan dan sikap dengan lingkungannya akan anggap
aneh dan tidak lazim dan bahkan mendapat resiko dikucilkan. Dalam
banyak kasus, sikap terbentuk dari informasi sosial yang berasal dari
orang lain, dan keinginan kita sendiri untuk menjadi serupa dengan orang
yang kita sukai atau hormati.

12
B. Perubahan Sikap

1. Definisi Perubahan Sikap


Pengertian Sikap dalam kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti “
Perbuatan, perilaku atau gerak”. Sedangkan, dalam kamus psikologi Chaplin,
sikap memiliki arti “Satu predisposisi atau kecenderungan yang stabil dan
berlangsung secara terus menerus dalam bertingkah laku untuk mereaksi dengan
satu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga ataupun persoalan”.

Sikap seseorang timbul karena adanya stimulus yang banyak dipengaruhi


oleh perangsang dari lingkungan sekitar, dengan ini berarti sikap seseorang sangat
berkaitan dengan lingkungannya. Dengan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa definisi perubahan sikap yaitu “ Peralihan atau pergeseran kecenderungan
untuk bertingkah laku atau bereaksi terhadap suatu objek karena adanya suatu
faktor perubahan dari lingkungannya”

Menurut Carl I Hovland, dalam teori perubahan sikap sudah diberi


penjelasan bagaimana sikap seseorang terbentuk dan berubah. Dalam teori
perubahan sikap menyatakan bahwa seseorang akan mengalami proses
ketidaknyamanan di dalam dirinya apabila dihadapkan pada hal baru sehingga
terjadilah perubahan sikap.

2. Teori - Teori Perubahan Sikap


1) Teori Rosenberg
Teori Rosenberg atau dikenal juga dengan sebutan Teori Affective-
Cognitive Consistency, dalam hal sikap biasa disebut dengan Teori dua faktor.
Teori ini berpusat pada hubungan komponen kognitif dan komponen afektif.
Menurut Rosenberg, Pengertian kognitif tentang sikap tidak hanya mencakup
pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan objek sikap, melainkan juga
mencakup kepercayaan atau believe tentang hubungan antara sikap suatu objek
dengan sistem nilai yang ada dalam diri individu.

13
Sedangkan, komponen afektif berhubungan dengan bagaimana perasaan
yang timbul pada seseorang yang menyertai sikapnya, hal ini dapat berupa positif
ataupun negatif. Apabila seseorang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek
maka ini berarti adanya hubungan dengan nilai-nilai yang dianut oleh individu
tersebut. Menurut Rosenberg, komponen afektif akan selalu berkaitan dengan
komponen kognitif dan berada pada keadaan yang konsisten.

Maksud teori ini dalam perubahan sikap ialah karena hubungan komponen
afektif dengan komponen kognitif konsisten, maka bila komponen afektifnya
berubah, komponen kognitifnya juga akan berubah dan begitupun sebaliknya.
Umumnya, dalam hal perubahan sikap, seseorang akan merubah komponen
kognitifnya terlebih dahulu baru akan diikuti dengan berubahnya komponen
afektif sehingga terjadi pula perubahan sikap dan begitupun sebaliknya.

2) Teori Festinger
Teori Festinger atau teori disonansi kognitif (The Cognitive Dissonance
Theory), teori ini diluncurkan sekitar tahun 1957. Festinger mene liti mengenai
sikap yang dikaitkan dengan perilaku nyata yang merupakan persoalan
mengundang perdebatan. Sikap menurut Festinger mengandung tiga komponen
yaitu kognitif, afektif, dan konatif.

Dalam teorinya, Festinger mengemukakan bahwa sikap individu biasanya


konsisten satu dengan yang lainnya, dan dalam tindakannya juga konsisten satu
dengan yang lain. Elemen kognitif mencakup pengetahuan, pandangan,
kepercayaan tentang lingkungan, seseorang maupun tindakan. Pengertian
disonansi itu sendiri yakni tidak cocoknya antara dua atau tiga elemen kognitif.
Apabila suatu elemen kognitif tidak cocok dengan elemen kognitif lainnya maka
akan menimbulkan keadaan disonansi.

Misalnya, seorang perokok yang mengerti bahwa merokok dapat


mengakibatkan kanker paru-paru. Kognisinya disini adalah orang tersebut

14
merupakan perokok aktif, hal yang tidak sesuai kognisinya yakni merokok dapat
mengakibatkan kanker paru-paru. Pada kondisi tersebut, seseorang berada pada
disonansi yakni terjadinya ketegangan psikologis yang mendorong seseorang
untuk mengurangi disonansi tersebut.
Adapun cara-cara untuk mengurangi atau menghilangkan disonansi yakni
sebagai berikut:
1. Merubah Perilaku
Perilaku yang disonansi dengan apa yang diketahui atau dipercaya maka
dapat ditempuh melalui merubah perilaku sesuai dengan kepercayaan. Misalnya,
Seorang perokok yang mengetahui bahaya merokok dapat menyebabkan masalah
kesehatan yakni kanker paru-paru maka untuk menghilangkan disonansinya
perokok tersebut berusaha untuk tidak merokok lagi.

2. Mengubah Lingkungan
Seseorang yang telah berhasil menghilangkan disonansinya, maka juga
diharapkan bisa mengubah lingkungannya sebab lingkungan seseorang sangat
mempengaruhi sikap diri seseorang. Misalnya, perokok itu mampu meyakinkan
teman-teman sebayanya bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan.

3. Menambah Elemen Baru


Apabila dua cara diatas masih sulit untuk dilakukan, maka dapat dilakukan
dengan mencari elemen baru untuk mengurangi disonansi. Misalnya, para dokter
yang merokok padahal mereka mengetahui bahwa merokok itu bahaya, namun
kemudian mereka mencari dukungan yang mengatakan bahwa rokok itu tidak
berbahaya. 8

8
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: CV. Andi Offset, hal, 136-144

15
3. Faktor-Faktor Perubahan Sikap

A. Faktor Internal

Faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa
selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-
pengaruh yang datang dari luar.

B. Faktor Eksternal

Yaitu faktor yang terdapat diluar diri pribadi individu. Faktor ini
merupakan interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya interaksi antara manusia
yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat-alat
komunikasi melalui media massa

C. Komunikator

Komunikator ialah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan kepada


komunikan dalam sebuah proses komunikasi. Semakin baik penilaian seseorang
terhadap komunikator, semakin mudah orang itu mengubah sikapnya.

D. Komunikasi

Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan, kalau kita
tidak berhati- hati dalam berkomunikasi, akan terjadi suatu kesalahpahaman.
Tanpa adanya komunikasi, tidak akan ada interaksi antara manusia. Di dalam
berkomunikasi jangan hanya sekedar menyampaikan pesan saja, melainkan untuk
mengubah tingkah laku.

E. Situasi

Situasi yang sedang dihadapi seseorang akan mendorong seseorang untuk


mengubah sikapnya entah merubah sikap ke yang lebih positif maupun
sebaliknya.

16
F. Target

Karakteristik target dan pengalaman-pengalaman individu yang berbeda-


beda merupakan faktor perubahan target dan mempengaruhi terhadap suatu pesan
yang diterima.

4. Bentuk Perubahan Sikap

a. Perubahan sikap spontan

Memikirkan objek sikap lebih mendalam cenderung akan membuat sikap


menjadi lebih ekstrim. Menurut Tesser (1978), kita mereview dan mengkaji
keyakinan kita dan tekanan konsistensi menyebabkan keyakinan kita cenderung
menjadi konsisten. Misalnya, jika kita meluangkan waktu lebih lama untuk
memikirkan sahabat baik kita, kita akan lebih menyukainya. Dan jika memikirkan
musuh akan sebaliknya.

b. Persistensi perubahan sikap

Persistensi adalah apakah penerima komunikasi itu kemudian ingat pada


petunjuk-petunjuk penting,seperti kredibilitas sumber komunikasi. Kelman dan
Hovland (1953) memanipulasi kredibilitas sumber dan menemukan perbedaan
pasca pengujian. Sumber dengan kredib ilitas tinggi menimbulkan sikap yang
lebih besar.

Tiga minggu sesudahnya,perbedaan kredibilitas menghilang. Pesan dari


sumber berkredibilitas rendah ini dinamakan “sleeper effect”. Namun,perbedaan
kredibilitas tersebut dapat dimunculkan kembali ketika seseorang ingat akan
sumber pesan.

c. Pengubahan sikap yang langsung

Yaitu adanya hubungan langsung antara komunikator, yaitu yang ingin


mengubah atau membentuk sikap dengan keunikan,yang menjadi sasaran yang
ingin diubah atau dibentuk sikapnya.

17
d. Pesan atau message

Komunikan secara baik, hal ini dapat mengganti pandangan atau pendapat
yang lemah, sehingga hal tersebut akan dapat mengubah sikap yang ada pada
pihak komunikan. Mengenai masalah ini ada beberapa hal yang perlu dipikirkan
yaitu sumber dan isi pesan. Sumber pesan akan memberikan suatu tanggapan
tertentu terhadap materi yang dikemukakan. Sekalipun materinya sama, tetapi
kalau sumbernya berbeda akan membawa perbedaan pula dalam menanggapi
materi tersebut.

e. Komunikator

Suatu pesan atau materi yang sama, tetapi yang membawakan berbeda
akan terdapat perbedaan dalam menerima materi tersebut. Disini nampak bahwa
pihak komunikator ikut menentukan diterima tidaknya atau sampai sejauh mana
kadar penerimaan materi dari pihak komunikan. Karena itu komunikator
memegang peranan yang penting dalam rangka pengubahan atau pembentukan
sikap secara langsung.

f. Komunikan

Komunikan inilah yang menjadi sasaran komunikator untuk diberikan


suatu pasan yang merujuk pandangan, pendapat, norma- norma dan sebagainya
dengan upaya agar apa yang diberikan itu dapat diterima dengan baik oleh
komunikan, sehingga akhirnya diharapkan akan dapat merubah sikapnya. Ada
beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian atau pemikiran dari komunikator
mengenai komunikan, agar apa yang diberikan itu dapat memenuhi harapannya.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari proses
belajar. Proses belajar ini dapat terjadi karena pengalaman-pengalaman pribadi seseorang
dengan objek tertentu, seperti orang, benda atau peristiwa dengan cara menghubungkan
objek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki
sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar sosial dengan orang
lain. Sedangkan Perubahan sikap adalah terjadinya perbedaan sikap individu dalam
menanggapi suatu stimulus atau rangsangan dari lingkungan sosial, perubahan itu terjadi
dari waktu ke waktu.

Perubahan sikap timbul ketika seseorang berubah pikiran dari positif menjadi
negatif, dari sedikit positif menjadi sangat positif atau dari tidak menentukan sikap
hingga memilikinya. Perubahan pada sikap seseorang mengacu pada perubahan cara
berpikir, bertindak, atau merasakan sesuatu. Kondisi ini mungkin dirasakan oleh diri
sendiri. Bisa juga orang-orang terdekat yang menyadari adanya perubahan tersebut.

B. Saran
Pembentukan sikap dan perubahan sikap merupakan suatu hal yang wajar, bahkan
terkadang menjadi keharusan dalam kehidupan individu untuk merespon suatu objek.
Adapun pembentukan sikap yang positif dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, oleh karena
itu pemilihan lingkungan yang baik sangat diperlukan. Begitu pula dengan perubahan
sikap yang akan berpengaruh tidak hanya untuk diri sendiri melainkan juga kepada
lingkungan sekitar, maka dari itu dalam melakukan perubahan sikap perlu pertimbangan
dan memperhatikan norma sosial yang berlaku sehingga sikap atau perilaku yang baru
dapat diterima oleh masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saiffudin.n.d. 2013. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Bimo, Walgito.2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: CV. Andi Offset
hal, 136-144.

ibid h, 58.

Muhadjir, Noeng.1992. Pengukuran Kepribadian: Telaah Konsep dan Teknik


Penyusunan Test Psikometri dan Skala Sikap. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Soekidjo, Notoatmodjo.2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Widyastuti, Yeni.2014. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu, hal, 68.

Zuchdi, Darmiyati. (1995). Pembentukan Sikap. Jakarta: Cakrawala Pendidikan, h.57.

20

Anda mungkin juga menyukai