َو ُك اًّل َّنُقُّص َعَلْيَك ِم ْن َاْنَبۤاِء الُّر ُس ِل َم ا ُنَثِّبُت ِبهٖ ُفَؤ اَدَك َو َج ۤاَءَك ْيِف ٰه ِذِه اَحْلُّق َو َمْو ِعَظٌة
ِل ِمِن ِذ
َّو ْك ٰر ى ْلُم ْؤ َنْي
Artinya: Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu
(Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di
dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan
peringatan bagi orang yang beriman. (QS Hud [11]: 120).
3. Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan
terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4. Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa
yang diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu,
sepanjang kurun dan generasi.
Setelah menjadi Rasul, nabi Muhammad mulai menyampaikan
wahyu kepada umatnya yang salah satu isi wahyu itu adalah kisah-
kisah orang terdahulu yang cocok dengan yang terdapat dalam kitab
Taurat dan Injil. Mengingat kondisi nabi Muhammad yang ummiy
dan tidak pernah belajar dari orang-orang Nasrani maupun Yahudi,
maka dapat dipastikan bahwa wahyu-wahyu tersebut benar dari Allah
swt. seperti di akhir kisah Maryam, setelah menjelaskan kelahirannya
dan diasuh oleh Zakariya, Allah berfirman:
ِه ِا ِء ِب ِح ِه ِا ٰذ ِل ِم
َك ْن َاْنَبۤا اْلَغْي ُنْو ْي َلْيَك َۗو َم ا ُك ْنَت َلَد ْي ْم ْذ ُيْلُقْو َن َاْقاَل َمُه ْم َاُّيُه ْم َيْك ُفُل
َمْر َۖمَي َو َم ا ُك ْنَت َلَد ْيِه ْم ِاْذ ْخَيَتِص ُمْو ن
Artinya: “Itulah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami
wahyukan kepadamu (Muhammad), padahal engkau tidak bersama
mereka ketika mereka melemparkan pena mereka (untuk mengundi)
siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau
pun tidak bersama mereka ketika mereka bertengkar.” (QS Ali Imran
[3]: 44).
ُك ُّل ٱلَّطَعاِم َك اَن ِح اًّل ِّلَبىِن ِإْس َٰر ِء يَل ِإاَّل َم ا َح َّر َم ِإْس َٰر ِء يُل َعَلٰى َنْف ِس ِهۦ ِم ن َقْبِل َأن ُتَنَّزَل
ِدِق ِة
ٱلَّتْو َر ٰىُةۗ ُقْل َفْأُتوا ِبٱلَّتْو َر ٰى َفٱْتُلوَه ا ِإن ُك نُتْم َٰص َني
Artinya: Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan
makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri
sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada
makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah
Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar". (QS
Ali Imran [3]: 93).
َلَقْد َك اَن ىِف َقَص ِص ِه ْم ِعْبَر ٌة ُأِّلوىِل ٱَأْلْلَٰب ِب ۗ َم ا َك اَن َح ِد يًثا ُيْف َتَر ٰى َو َٰلِكن َتْص ِد يَق ٱَّلِذى
َبَنْي َيَد ْيِه َو َتْف ِص يَل ُك ِّل َش ْى ٍء َو ُه ًد ى َو َر َمْحًة ِّلَق ْو ٍم ُيْؤ ِم ُنوَن
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu
bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-
kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf [12]: 111).
5
Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an...307-308.
8. Menanamkan pendidikan akhlaq al-karimah, karena kisah-kisah
teladan dapat meresap dalam hati nurani, mendidik kita supaya
meneladani kisah-kisah yang baik dan tidak mencontohi sikap yang
buruk yang diperagakan oleh orang-orang kafir, munafik dan musyrik
dalam kisah-kisah tersebut.6
6
Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, Cet. 2, 2000), 302-
303.
satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan Arab,
merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa Qur’an itu datang
dari Allah.
4. Memperlihatkan adanya perbedaan tujuan diungkapkannya kisah
tersebut. Meskipun kisah-kisah al-Qur’an mengalami banyak
pengulangan, tujuan penyebutan kisah-kisah tersebut pada tiap
tempatnya berbeda-beda.7
َو َعاًد ا َّو ُمَثْو َد ا َو َاْص ٰح َب الَّرِّس َو ُقُر ْو ًنۢا َبَنْي ٰذ ِلَك َك ِثْيًر ا
Artinya: “Dan (telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan samud dan
penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu.”
(QS. al-Furqan [25]: 38)
َك َّذ َبْت َقْبَلُه ْم َقْو ُم ُنوٍح َو َأْص َٰح ُب ٱلَّرِّس َو ُمَثوُد
Artinya: “Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh
dan penduduk Rass dan Tsamud.” (QS. Qaf [50]: 12)
7
Rosihan Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, Cet. 1, 2000), 82.
Dalam penelitian ini, ayat yang digunakan yaitu hanya dalam QS.
al-Furqan [25]: 38. Berikut akan dibahas penafsiran mengenai Aṣḥāb al-
Rass dalam beberapa kitab tafsir:
1. Tafsir Ibnu Katsir
Ibnu Katsir mengutip dua pendapat; riwayat Ibnu Abbas bahwa
Aṣḥāb al-Rass adalah penduduk salah satu kampung di Tsamud.
Sedang Ibnu Jarir mengartikan Aṣḥāb al-Rass sebagai Aṣḥāb al-
Ukhdud yang diceritakan dalam QS. al-Buruj.8
2. Tafsir Jalalain
Aṣḥāb al-Rass adalah nama sebuah sumur; menurut suatu pendapat
nabi mereka adalah nabi Syua’ib, pendapat lain mengatakan bukan
nabi Syu’aib. Mereka tinggal disekitar sumur itu, kemudian sumur itu
amblas berikut orang-orang dan rumah-rumah yang di sekitarnya.9
3. Tafsir al-Munir
Aṣḥāb al-Rass adalah orang-orang yang menyembah berhala dan
memiliki banyak sumur dan hewan ternak. Allah SWT mengutus Nabi
Syu'aib kepada mereka untuk mengajak mereka untuk masuk Islam,
tetapi mereka menolak dan terus menyakiti Nabi Syu'aib. Saat mereka
dekat dengan sumur-sumur mereka, Allah SWT meruntuhkan rumah-
rumah mereka dan sumur-sumur mereka. Ada pendapat bahwa nama
desa di Yamamah adalah "Rass". Setelah membunuh nabi mereka,
mereka dihancurkan oleh Allah SWT. Kaum ini berasal dari keturunan
kaum Tsamud.10
4. Tafsir al-Misbah
8
Ibnu Katsir, Lubaabut Tafsiir min Ibni Katsiir, jilid 6, Terj. M. abdul Goffar
dan Abu Ihsan al-Atsari, (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i), 113.
9
Jalaluddin al-Mahali dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain, 287
10
Wahbah az-Zuhaily, Tafsir Al-Munir, jilid 10, Terj. Abdul Hayyie al Kattani,
dkk., (Jakarta: Gema Insani, 2013), 84.
al-Rass ada yang memahaminya dalam arti lembah atau sumur
yang besar. Sementara ulama yang memahami Aṣḥāb al-Rass
(penduduk al-Rass) adalah sisa-sisa kaum Tsamud. Mereka berada di
Aden (Yaman), lalu Allah mengutus kepada mereka rasul bernama
Handzalah Ibn Shafwan. Ada juga yang menduga mereka adalah
penduduk satu lembah di Azribijan. Ada lagi yang menyatakan mereka
adalah penduduk Antokiyah. Namun banyak ulama yang menduga
bahwa mereka adalah kaum Nabi Syu'aib AS. Di dalam al-Qur’an,
kaum Nabi Syu'aib AS. terkadang disebut sebagai penduduk Aykah,
yang berarti tempat yang dipenuhi pepohonan yang rindang.
Terkadang juga disebut dengan penduduk al-Rass.11
5. T
11
M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an,
Jilid 9, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 84