Anda di halaman 1dari 8

BAB II

DISKURSUS KISAH AṢḤĀB AL-RASS DALAM KAJIAN


AL-QUR’AN DAN TAFSIR

A. Definisi Kisah al-Qur’an


Secara etimologi, kisah berarti kejadian (riwayat, dan sebagainya). 1
Dalam bahasa Arab, kisah diambil dari kata qashsha - yaqushshu -
qishshah - wa qashshah yang berarti al-hadits (peristiwa yang terjadi).2
Kisah juga berasal dari al-qashshu yang berarti tatabbu al-atsar
(mengulang kembali masa lalu), atau mencari atau mengikuti jejak. 3
Menurut Manna al-Qatthan, al-Qashash adalah bentuk masdar dari
qashsha - yaqushshu - qashashan, berarti mencari atau mengikuti jejak.
sebagaimana yang diungkapkan dalam Al-Qur'an:

‫َقاَل ٰذ ِلَك َم ا ُك َّنا َنبِغ ‌ۖ َفارَتَّدا َعٰل ى ٰاَثاِرَمِها َقَصًص ا‬


Artinya: “Dia (Musa) berkata, "Itulah (tempat) yang kita cari."
Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.” (Al-Kahfi [18]:
64).

Qasas al-Qur’an adalah pemberitaan al-Qur’an tentang hal ihwal


umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi. al-Qur’an banyak mengandung keterangan
tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-
negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat.4
1
Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1984), 512.
2
M. Zaenal Arifin, Khazanah Imu Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2018), 275.
3
Abi Fadl Jamal al-Din Muhlmammad bin Mukarram bin Manzur al-Misri, Lisan
al-‘Arab, (Beirut: Dar Sadr), 74.
4
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj. Murzakir As (Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa, 2013), 306.
B. Tujuan dan Faedah Kisah
Kisah-kisah dalam al-Qur’an al-Karim banyak mengandung tujuan
dan faedah, diantaranya:
1. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menerangkan pokok-
pokok syari’at yang dibawa oleh para nabi.
Kisah al-Qur’an membuktikan bahwa misi dakwah yang dibawa
oleh para nabi dari awal hingga nabi terakhir Muhammad adalah sama,
menyampaikan kaidah tauhid yang tidak berubah sedikitpun yaitu
mengesakan Allah SWT.
‫ا َأ ْلَنا ِم ن ِلَك ِم ن َّر وٍل ِإاَّل ُنوِح ى ِإَل ِه َأَّنۥ اَل ِإَٰل ِإاَّل َأَنا َفٱْع ُد وِن‬
‫ُب‬ ‫ْي ُه َه‬ ‫ُس‬ ‫َقْب‬ ‫َوَم ْرَس‬
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum
kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian
akan Aku". (QS al-Anbiya [21]: 25).

2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas agama


Allah, memperkuat keyakinan orang mukmin.
Kisah-kisah yang bertujuan seperti ini sangat penting dalam
perjuangan dakwah Islam. Faktor-faktor dalam tujuan ini tercermin
dari seringnya al-Qur’an melukiskan kemenangan para pejuang Allah
dan pengikutnya serta kehancuran mereka yang menentang ajaran
Allah yang dibawa oleh para utusan-Nya.

‫َو ُك اًّل َّنُقُّص َعَلْيَك ِم ْن َاْنَبۤاِء الُّر ُس ِل َم ا ُنَثِّبُت ِبهٖ ُفَؤ اَدَك َو َج ۤاَءَك ْيِف ٰه ِذِه اَحْلُّق َو َمْو ِعَظٌة‬
‫ِل ِمِن‬ ‫ِذ‬
‫َّو ْك ٰر ى ْلُم ْؤ َنْي‬
Artinya: Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu
(Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di
dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan
peringatan bagi orang yang beriman. (QS Hud [11]: 120).
3. Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan
terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4. Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa
yang diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu,
sepanjang kurun dan generasi.
Setelah menjadi Rasul, nabi Muhammad mulai menyampaikan
wahyu kepada umatnya yang salah satu isi wahyu itu adalah kisah-
kisah orang terdahulu yang cocok dengan yang terdapat dalam kitab
Taurat dan Injil. Mengingat kondisi nabi Muhammad yang ummiy
dan tidak pernah belajar dari orang-orang Nasrani maupun Yahudi,
maka dapat dipastikan bahwa wahyu-wahyu tersebut benar dari Allah
swt. seperti di akhir kisah Maryam, setelah menjelaskan kelahirannya
dan diasuh oleh Zakariya, Allah berfirman:
‫ِه ِا‬ ‫ِء ِب ِح ِه ِا‬ ‫ٰذ ِل ِم‬
‫َك ْن َاْنَبۤا اْلَغْي ُنْو ْي َلْيَك َۗو َم ا ُك ْنَت َلَد ْي ْم ْذ ُيْلُقْو َن َاْقاَل َمُه ْم َاُّيُه ْم َيْك ُفُل‬
‫َمْر َۖمَي َو َم ا ُك ْنَت َلَد ْيِه ْم ِاْذ ْخَيَتِص ُمْو ن‬
Artinya: “Itulah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami
wahyukan kepadamu (Muhammad), padahal engkau tidak bersama
mereka ketika mereka melemparkan pena mereka (untuk mengundi)
siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau
pun tidak bersama mereka ketika mereka bertengkar.” (QS Ali Imran
[3]: 44).

5. Membuka tabir kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang


membeberkan keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan,
dan menantang mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum kitab
itu diubah dan diganti. Misalnya firman Allah:

‫ُك ُّل ٱلَّطَعاِم َك اَن ِح اًّل ِّلَبىِن ِإْس َٰر ِء يَل ِإاَّل َم ا َح َّر َم ِإْس َٰر ِء يُل َعَلٰى َنْف ِس ِهۦ ِم ن َقْبِل َأن ُتَنَّزَل‬
‫ِدِق‬ ‫ِة‬
‫ٱلَّتْو َر ٰىُةۗ ُقْل َفْأُتوا ِبٱلَّتْو َر ٰى َفٱْتُلوَه ا ِإن ُك نُتْم َٰص َني‬
Artinya: Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan
makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri
sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada
makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah
Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar". (QS
Ali Imran [3]: 93).

6. Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik


perhatian para pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang
terkandung di dalamnya ke dalam jiwa.5 Firman Allah:

‫َلَقْد َك اَن ىِف َقَص ِص ِه ْم ِعْبَر ٌة ُأِّلوىِل ٱَأْلْلَٰب ِب ۗ َم ا َك اَن َح ِد يًثا ُيْف َتَر ٰى َو َٰلِكن َتْص ِد يَق ٱَّلِذى‬

‫َبَنْي َيَد ْيِه َو َتْف ِص يَل ُك ِّل َش ْى ٍء َو ُه ًد ى َو َر َمْحًة ِّلَق ْو ٍم ُيْؤ ِم ُنوَن‬
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu
bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-
kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf [12]: 111).

7. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Qur’an, menunjukkan kebenaran


Al-Qur’an dan kisah-kisahnya, karena segala apa yang dijelaskan
Allah dalam Al-Qur’an adalah benar. Hal ini ditegaskan oleh Allah
SWT dalam firman-Nya:
‫ْحَنُن َنُق ُّص َعَلْيَك َنَبَاُه ْم ِباَحْلِّۗق ِاَّنُه ْم ِفْتَيٌة ٰاَم ُنْو ا ِبَر ِهِّبْم َو ِز ْد ٰنُه ْم ُه ًد ۖى‬

Artinya: Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka


dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda
yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk
kepada mereka. (QS al-Kahfi [18]: 13).

5
Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an...307-308.
8. Menanamkan pendidikan akhlaq al-karimah, karena kisah-kisah
teladan dapat meresap dalam hati nurani, mendidik kita supaya
meneladani kisah-kisah yang baik dan tidak mencontohi sikap yang
buruk yang diperagakan oleh orang-orang kafir, munafik dan musyrik
dalam kisah-kisah tersebut.6

C. Hikmah Pengulangan Kisah


Al-Qur’an banyak mengandung berbagai kisah yang diungkapkan
berulang-ulang di beberapa tempat. Sebuah kisah terkadang berulang kali
disebutkan dalam al-Qur’an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk
yang berbeda. Di satu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan,
sedang di tempat lain diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan
secara ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar, dan sebagainya.
Di antara hikmahnya ialah:
1. Menjelaskan ketinggian kualitas al-Qur’an, diantara keistimewaan
suatu bahasa adalah pengungkapan suatu makna dalam berbagai
bentuk yang berbeda-beda. Kisah yang berulang itu diceritakan
kembali di setiap tempat dengan gaya dan pola yang berbeda
sehingga tidak menyebabkan kejenuhan. Bahkan, pengulangan itu
dapat menambah arti baru yang tidak didapatkan pada tempat lain.
2. Memberikan perhatian yang besar terhadap kisah untuk menguatkan
kesan dalam jiwa. jiwa. Sesungguhnya pengulangan ini merupakan
salah satu cara pengukuhan dan indikasi betapa besarnya perhatian
al-Qur’an terhadap kisah.
3. Menunjukkan kehebatan mukjizat Qur’an. Sebab mengemukakan
sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah

6
Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, Cet. 2, 2000), 302-
303.
satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan Arab,
merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa Qur’an itu datang
dari Allah.
4. Memperlihatkan adanya perbedaan tujuan diungkapkannya kisah
tersebut. Meskipun kisah-kisah al-Qur’an mengalami banyak
pengulangan, tujuan penyebutan kisah-kisah tersebut pada tiap
tempatnya berbeda-beda.7

D. Deskripsi Kisah Aṣḥāb al-Rass dalam Literatur


Tafsir Secara Umum
Kisah di dalam al-Qur’an itu sangat beragam, ada yang
menceritakan tentang para nabi dan umat-umat terdahulu, ada yang
mengisahkan berbagai macam peristiwa yang terjadi di masa lalu, dan
ada juga hikayat yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada masa Rasulullah SAW. Penelitian ini akan membahas mengenai
kisah umat terdahulu, yaitu kisah tentang Aṣḥāb al-Rass.
Kisah Aṣḥāb al-Rass dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak dua
kali, yaitu QS. al-Furqan [25]: 38 dan QS. Qaf [50]: 12.

‫َو َعاًد ا َّو ُمَثْو َد ا َو َاْص ٰح َب الَّرِّس َو ُقُر ْو ًنۢا َبَنْي ٰذ ِلَك َك ِثْيًر ا‬
Artinya: “Dan (telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan samud dan
penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu.”
(QS. al-Furqan [25]: 38)

‫َك َّذ َبْت َقْبَلُه ْم َقْو ُم ُنوٍح َو َأْص َٰح ُب ٱلَّرِّس َو ُمَثوُد‬
Artinya: “Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh
dan penduduk Rass dan Tsamud.” (QS. Qaf [50]: 12)

7
Rosihan Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, Cet. 1, 2000), 82.
Dalam penelitian ini, ayat yang digunakan yaitu hanya dalam QS.
al-Furqan [25]: 38. Berikut akan dibahas penafsiran mengenai Aṣḥāb al-
Rass dalam beberapa kitab tafsir:
1. Tafsir Ibnu Katsir
Ibnu Katsir mengutip dua pendapat; riwayat Ibnu Abbas bahwa
Aṣḥāb al-Rass adalah penduduk salah satu kampung di Tsamud.
Sedang Ibnu Jarir mengartikan Aṣḥāb al-Rass sebagai Aṣḥāb al-
Ukhdud yang diceritakan dalam QS. al-Buruj.8
2. Tafsir Jalalain
Aṣḥāb al-Rass adalah nama sebuah sumur; menurut suatu pendapat
nabi mereka adalah nabi Syua’ib, pendapat lain mengatakan bukan
nabi Syu’aib. Mereka tinggal disekitar sumur itu, kemudian sumur itu
amblas berikut orang-orang dan rumah-rumah yang di sekitarnya.9
3. Tafsir al-Munir
Aṣḥāb al-Rass adalah orang-orang yang menyembah berhala dan
memiliki banyak sumur dan hewan ternak. Allah SWT mengutus Nabi
Syu'aib kepada mereka untuk mengajak mereka untuk masuk Islam,
tetapi mereka menolak dan terus menyakiti Nabi Syu'aib. Saat mereka
dekat dengan sumur-sumur mereka, Allah SWT meruntuhkan rumah-
rumah mereka dan sumur-sumur mereka. Ada pendapat bahwa nama
desa di Yamamah adalah "Rass". Setelah membunuh nabi mereka,
mereka dihancurkan oleh Allah SWT. Kaum ini berasal dari keturunan
kaum Tsamud.10
4. Tafsir al-Misbah

8
Ibnu Katsir, Lubaabut Tafsiir min Ibni Katsiir, jilid 6, Terj. M. abdul Goffar
dan Abu Ihsan al-Atsari, (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i), 113.
9
Jalaluddin al-Mahali dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain, 287
10
Wahbah az-Zuhaily, Tafsir Al-Munir, jilid 10, Terj. Abdul Hayyie al Kattani,
dkk., (Jakarta: Gema Insani, 2013), 84.
al-Rass ada yang memahaminya dalam arti lembah atau sumur
yang besar. Sementara ulama yang memahami Aṣḥāb al-Rass
(penduduk al-Rass) adalah sisa-sisa kaum Tsamud. Mereka berada di
Aden (Yaman), lalu Allah mengutus kepada mereka rasul bernama
Handzalah Ibn Shafwan. Ada juga yang menduga mereka adalah
penduduk satu lembah di Azribijan. Ada lagi yang menyatakan mereka
adalah penduduk Antokiyah. Namun banyak ulama yang menduga
bahwa mereka adalah kaum Nabi Syu'aib AS. Di dalam al-Qur’an,
kaum Nabi Syu'aib AS. terkadang disebut sebagai penduduk Aykah,
yang berarti tempat yang dipenuhi pepohonan yang rindang.
Terkadang juga disebut dengan penduduk al-Rass.11
5. T

11
M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an,
Jilid 9, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 84

Anda mungkin juga menyukai