Anda di halaman 1dari 7

Nama : Aldi Suratno

Nim : 2108204255
Kelas :A

RESUME MAKALAH KELOMPOK 4


MATA KULIAH STUDI AL QUR‟AN
“ QASHASH AL QUR‟AN ”

A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan kitab suci pedoman seluruh umat Islam yang memiliki
mukjizat paling besar. Oleh karena itu umat Islam perlu mengkaji lebih jauh terkait isi
kandungan Alquran sehingga akan diketahui hakekat makna dalam Alquran itu.
Untuk mengetahui kandungan Alquran itu diperlukan suatu metode keilmuan yang
dikenal dengan nama ulumul quran. Menurut Az-Zarqani, ulumul quran merupakan
suatu bidang studi yang membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
Alquran, baik dilihat dari segi turunnya, urutannya, pengumpulannya, penulisannya,
bacaannya, penafsirannya, kemu‟jizatannya, nasikh mansukhnya, penolakan hal-hal
yang menimbulkan keraguan terhadap Alquran dan sebagainya.
Dalam Alquran terdapat beberapa pokok-pokok kandungan. Diantara pokok-
pokok kandungan Alquran adalah aqidah, syariah, akhlak, sejarah, iptek, dan filsafat.
Sebagian orang seperti Mahmud Syaltut, membagi pokok ajaran Alquran menjadi dua
pokok ajaran, yaitu Akidah dan Syariah.Namun sesuai dengan tema makalah ini
hanya akan dijelaskan secara lebih rinci terkait dengan bidang sejarah.
Kandungan Alquran tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilah
Qashashul Quran (kisah-kisah Alquran). Bahkan ayat-ayat yang berbicara tentang
kisah jauh lebih banyak ketimbang ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal ini
memberikan isyarat bahwa Alquran sangat perhatian terhadap masalah kisah, yang
memang di dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah).
Sesuai firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman”.[QS yusuf : 111].

B. Pengertian Qashash Al Qur‟an


Dari segi bahasa al-qashash berupa bentuk jamak dai kata qishash, yang berarti
mengikuti jejak atau menelusuri bekas, atau cerita/kisah.Dari segi istilah, kisah berarti berita-
berita mengenai suatu permasalahan dalam masa-masa yang saling berurut-urut. Qashash Al-
Qur‟an adalah pemberitaan mengenai ihwal ummat yang telah lalu, nubuwwat (kenabian)
yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
Al-Qur‟an telah menyebutkan kata qashas dalam beberapa konteks, pemakaian, dan
tashrif (konjungsi) nya: dalam bentuk fi‟il madhi, fi‟il mudhori‟, fi‟il amr, dan dalam bentuk
mashdar . Menurut bahasa, kata qashash berarti kisah, cerita, berita atau keadaan. kisah
sendiri berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. sependapat
dengan al-Qattan, Imam ar-Raghib al-Isfahani dalam kitab al-Mufradat fi Gharib al-Qur‟an
juga mengartikan kata “Qashashtu atsarahu” sebagai “Saya mengikuti jejaknya”.
Hasbi Ashiddieqy menyatakan bahwa pengertian dari qashash adalah mencari bekasan
atau mengikuti bekasan (jejak). Lebih lanjut, beliau juga menerangkan bahwa Lafadz qashash
adalah bentuk mashdar yang berarti mencari bekasan atau jejak.

َ‫صا‬
ً ‫از ِهماَقص‬ ٰ ٰٓ‫ازتدَّاَع ٰل‬
ِ ‫ىَاث‬ ْ ‫قَال َٰذ ِلكَماَ ُكىَّاَوب ِۖ ِْغَف‬
Dia (Musa) berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak
mereka semula (Q. S. Al-Kahfi,64).

Dalam ayat ini qhashas berarti mengikuti jejak yang sama dengan menelusuri bekas.

َََۙ‫وقال ْت َِِلُ ْختِ ٖهَقُ ِ ّص ْي ِِۗهَفب ُصس ْتَبِ ٖهَع ْهَ ُجىُ ٍب ََّوهُ ْمَِلَي ْشعُ ُس ْون‬
Dan dia (ibunya Musa) berkata kepada saudara perempuan Musa, “Ikutilah dia (Musa).”
Maka kelihatan olehnya (Musa) dari jauh, sedang mereka tidak menyadarinya. (Q. S. Al–
Qasas:11)
ْ ‫َّٰللاَل ُهىَالْع ِزي ُْز‬
َ‫َالح ِك‬ ‫اَم ْهَا ِٰلهٍَا َِِّل ه‬
َ‫َّٰللاَُِۗوا َِّن ه‬ ْ ‫ص‬
ِ ‫َالح ُّقََۚوم‬ ْ ‫َهراَل ُهى‬
ُ ‫َالقص‬ ٰ ‫ا َِّن‬

“ Sungguh, ini adalah kisah yang benar. Tidak ada tuhan selain Allah, dan sungguh, Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana” (Q. S. Al–Imran:62).

C. Macam-macam Qashash Al Qur‟an


Adapun macam-macam qashash Al-Qur'an ada tiga, yaitu:
1. Kisah para Nabi terdahulu. Cerita ini mencakup dakwah mereka pada kaumnya,
mu'jizat mereka, sikap penentang para Nabi, fase dakwah dan perkembangannya,
balasan terhadap orang-orang kafir dan para pendusta, seperti cerita Nabi Nuh ,
Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad Saw., dan lainnya.
2. Kisah Al-Qur'an yang berkaitan dengan kejadian masa lalu, cerita tentang seseorang
yang belum ditetapkan kenabiannya seperti Thalut, Jalut, dua putra Nabi Adam,
Ahlul Kahfi, Dzul Qarnain, Qarun, Ashab as-Sabti, Maryam, Ashabul Uhdud,
Ashabul Fil, dan lainnya.
3. Kisah yang berkaitan dengan kejadian yang terjadi pada masa Rasulullah seperti
Perang Badar, Uhud, dalam surah Ali Imran, Perang Hunain, Tabuk dalam surah At-
Taubah, perang Al-Ahzab dalam surah Al-Ahzab, Hijrah, Al-Isra', dan semacamnya.

D. Pengulangan Qashash Al Qur‟an


Al-Qur'an mencakup banyak kisah yang diulang-ulang. Satu kisah banyak disebut dalam
Al-Qur'an dan dipaparkan dengan bentuk yang berbeda; ada yang diungkapkan dengan
bentuk taqdimta'khir, ijaz dan ithnab Al-Qur'an adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan segi ke-balaghah-an Al-Qur'an pada tingkat yang lebih tinggi. Diantara
karakteristik balaghah adalah menampakkan makna satu dengan segala bentuk yang
berbeda. Pengulangan cerita disajikan pada cetakan yang bukan cetakannya. Manusia
tidak merasa jenuh atas pengulangan ceritanya, bahkan makna yang ditangkap jiwa
akan selalu baru, tak seorang pun dapat meresapi keindahan dan kedalaman maknanya
selain dari cerita-cerita Al-Qur'an.
2. Meneguhkan sisi kemukjizatan Al-Qur'an. Ketika suatu makna diungkapkan dalam
bentuk yang berbeda maka seseorang akan semakin terkesima dan takjub dengannya.
Tidak heran bila orang Arab tidak mampu untuk membuat hal yang sama seperti Al-
Qur'an.
3. Mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih
mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu
cara pengukuhan dan tanda betapa besarnya perhatian Al-Qur'an terhadap masalah
tersebut. Misalnya kisah Nabi Musa dengan Fir'aun. Kisah ini mengisahkan
pergulatan sengit antara kebenaran dan kebatilan.
4. Penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu
diungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya diterangkan disuatu tempat, karena
itulahyang diperlukan, sedangkan makna-makna lainnya dikemukakan di tempat lain,
sesuai dengan keadaan.

E. „Ibrah dari penggunaan Nama dan Gelar Tokoh dalam kisah


Sebagaimana dijelaskan di atas kisah-kisah dalam al-Qur‟an menyingkap beberapa
peristiwa baik yang telah terjadi sebelum al-Qur‟an diturunkan. Terjadi bersamaan dengan
turunnya al-Qur‟an ataupun peristiwa-peristiwa yang akan terjadi.
Dalam suatu kisah paling tidak ada empat hal yang terdapat didalamnya, empat hal
tersebut adalah: 1). Jenis peristiwa itu sendiri. 2). Pelaku peristiwa. 3). Tempat peristiwa. Dan
4). Waktu peristiwa. Kempat hal tersebut akan selalu berkaitan dan menyatu dalam setiap
peristiwa.
Di dalam al-Qur‟an banyak dikisahkan tentang berbagai jenis peristiwa yang pernah
terjadi di bumi yang kita injak ini. Seperti kisah tentang banjir bandang pada masa Nabi Nuh,
kisah hujan batu dan gempa dasyat pada masa Nabi Luth, kisah perang badar, kisah tentang
isra mi‟raj, kisah tentang kehidupan disurga, yang penuh nikmat, kisah kehidupan dineraka
yang penuh derita, an lain sebagainya.
Tidak jarang pelaku kisah dalam al-Qur‟an disebutkan namanya langsung, seperti:
1. Nama Nabi, seperti:
a. Adam (QS. Al-Baqarah [2]: 31, 33, 34, 35, 37) dan lain-lain.
b. Nuh (QS. Hud [11]: 25, 32, 42, 45, 46, 48, 49) dan lain-lain.
c. dan Sulaiman (QS, Al-Baqarah[2]: 102). (QS.AnNisa‟[4]:163). (QS.Al-
An‟am[6]:84). (QS. Al anbiya‟[21]:78, 79, 81). (An naml[27]:15, 16, 17, 18,
30, 36). (Saba‟[34]:12). (Sad[38]:30, 34)
2. Nama Malaikat, seperti:
a. Jibril (QS. At-Tahrim[66]: 4), dan (QS. Al-Baqarah[2]: 97,98).
b. Mikail (QS. Al- Baqarah[2]: 98). Harut Marut (QS. AlBaqarah [2]: 102)
3. Nama Sahabat, seperti:
a. Zaid bin Harits (QS.Al-Ahzab [33]: 3)
4. Nama Tokoh terdahulu selain Nabi dan Rasul, seperti;
a. Imran (QS. Al-Imran[3]: 33, 35).
b. Dan Tuba‟ (QS. Ad-Dukhan [44]: 37)
5. Nama Wanita, seperti:
a. Maryam (QS. Al-Imran[3]: 36, 37, 42, 43, 44, 45).
b. Ba‟al (QS. Ash-Shaffat[37]: 125

F. Kesimpulan
Secara Etimologi qashash merupakan bentuk jamak dari kata qishash yang berarti
berita, kisah, perkara dan keadaan.Secara Terminologi Qashash Al-Quran adalah kisah-kisah
didalam Al-Qur‟an yang menceritakan keadaan umat-umat terdahulu dan Nabi-nabi mereka
serta Peristiwa-peristiwa yang terjadi masa lampau, masa Sekarang dan masa yang akan
datang.
1. Menurut Manna Al-Qaththan Kisah Qur‟an dibagi kepada tiga yaitu:
1) Kisah para Nabi Terdahulu.
2) Kisah yang berhubungan dengan kejadian pada masa lalu dan orang-orang
yang tidak disebutkan kenabiannya.
3) Kisah-kisah yang terjadi pada masa Rasulullah.

2. Di antara faedah yang dapat kita ambil dari kajian kisah-kisah dalam al-Qur‟an
seperti yang disebutkan oleh Ahmad Syadali dalam bukunya antara lain sebagai
berikut;
1) Asas-asas dan dasar-dasar dakwah agama allah dan menerangkan pokok-
pokok syari‟at yang diajarkan oleh para Nabi.
2) Meneguhkan hati Rasulullah SAW dan umatnya dalam mengamalkan
agama allah (islam), serta menguatkan kepercayaan para mukmmin tentang
datangnya pertolongan allah dan kehancuran orang-orang yang sesat.
3) Menyikap kebohongan para Ahli Kitab dengan hujjah yang membenarkan
keterangan para petunjuk yang mereka sembunyikan dan menentang
mereka tentang isi kitab mereka sendiri sebelum kitab tersebut diubah dan
diganti.
3. Menurut Manna‟ Khalil al-Quran dalam Mubahis fi „Ulumil qur‟an menyebutkan,
di antara hikmah diulang-ulangmya kisah dalam Al-Qur,an adalah;
1) Menjelaskan ke-balaghah-an Al-Quran
2) Memberikan perhatian besar terhadap kisah tersebut agar pesan pesannya
lebih mantap dan melekat dalam jiwa.
3) Perbedaan tujuan yang karena kisah itu diungkapkan.
4. Karakteristik kisah Al-Qur‟an yaitu kisah-kisah al-qur‟an berupa peristiwa nyata
yang benar-benar terjadi kisah-kisah al-qur‟an sejalan dalam kehidupan manusia,
kisah-kisah al-qur‟an tidak sama dengan ilmu sejearah , Kisah Al-Qur‟an sering
diulang-ulang.
5. Penuturan kisah-kisah al-qur‟an sarat dengan muatan edukatif bagi manusia
khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian dari
metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa yang mentauhidkan Allah
SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Sulaeman, Mugni. 2013, Ulumul Qur'an, dalam
http://mugnisulaeman.blogspot.com/2013/05/makalah-qashash-al-quran.html
Rofiah, Nurul Hidayat, 2011, Ulumul Qur,an dalam
http://nurulhidayatirofiah.blogspot.com/2011/10/kisah-al-quran-danimplikasinya-html
Muttaqin, ihwanul 2012. Ulumul Qur,an dalam
http://ihwan87.wordpress.com/2012/03/08/qashash-al-quran
Darmayanti,h.2019,Qashasul Qur’an dalam
https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5c122e9e677ffb6439081785

Anda mungkin juga menyukai