Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur’an adalah sumber pertama dan utama bagi umat Islam dalam
berbagai aspek dan segi kehidupan. Terlebih lagi dalam masalah pendidikanyang
merupakan masalah paling sentral dan sangat menentukan kualitas
individu maupun masyarakat. Jika pendidikan dimaknai sebagai jalan untuk
mengoptimalkan potensi akal, jiwa dan raga manusia menuju level tertinggi
sebagai manusia yang mulia, maka bisa kita katakan al-Qur’an adalah kitab
pendidikan dalam pengertian yang sesungguhnya. Allah Swt, menurunkan al-
Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw, yang mengandung tuntunan-
tuntunan bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat,
serta kebahagiaan lahir dan batin. Selain menggunakan cara langsung,
yaitu berbentuk perintah dan larangan, adakalanya tuntunan tersebut
disampaikan melalui kisah-kisah, dengan tujuan untuk menjelaskkan
bantahan terhadap kepercayaan-kepercayaan yang salah dan bantahan terhadap
setiap bujukan untuk berbuat ingkar serta menerangkan prinsip-prinsip Islamiyah
dalam berdakwah.1
Kisah-kisah tersebut memakan tempat yang tidak sedikit dari
keseluruhan ayat-ayat al-Qur’an. Bahkan, banyak pula surat yang
dikhususkan untuk kisah semata, seperti surat Yusuf (18) Al-Anbiya (21),
Al-Qashash (28), dan surat Nuh (17). Suatu peristiwa yang berhubungan
dengan sebab dan akibat dapat menarik perhatian para pendengar. Apabila
dalam peristiwa itu terselip pesan-pesan dan pelajaran mengenai berita-
berita bangsa terdahulu, rasa ingin tahu merupakan faktor paling kuat yang
dapat menanamkan kesan peristiwa tersebut ke dalam hati. Dan nasihat
dengan tutur kata yang disampaikan tanpa variasi tidak mampu menarik
perhatian akal, bahkan semua isinya tidak akan bisa dipahami. Akan tetapi bila
melihat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan

1
Muh Anshori, “Pengaruh Kisah-Kisah Al-Qur’an dalam Aktivitas Pendidikan”, Dirasah, Vol.3
No.2. Agustus 2020, 156.
2

peristiwa dalam realita kehidupan maka akan terwujudlah dengan jelas


tujuannya. Orang pun akan merasa senang mendengarkannya,
memperhatikannya dengan penuh kerinduan dan rasa ingin tahu dan pada
gilirannya ia akan terpengaruh dengan nasihat dan pelajaran yang terkandung
di dalamnya dan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Kesusastraan
kisah dewasa ini telah menjadi seni yang khas diantara seni-seni bahasa dan
kesusastraan. Dan “kisah yang benar” telah membuktikan kondisi ini dalam uslub
arabi secara jelas dan menggambarkannya dalam bentuk yang paling tinggi,
yaitu kisah-kisah Qur’an. Kisah-kisah dalam al-Qur’an juga merupakan salah
upaya para ulama untuk mengungkap isi kandungan al-Qur’an. Dengan
demikian kisah-kisah dalam al-Qur’an sangat diperlukan agar al-Qur’an lebih
mudah dipahami dan diambil pesan-pesan moralnya.
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qashsul Qur'an
Qashash al-Qur’an merupakan kata yang tersusun dari dua kalimat yang
berasal dari bahasa arab, yakni dari kata Qashash dan al-Qur’an. Kata qashash
merupakan jamak dari qishshah yang berarti kisah, cerita, atau hikayat.2 Kata
kisah mempunyai persamaan makna dalam bahasa arab dengan lafaz sejarah,
tarikh, sirah, dan atsar3. akan tetapi kata-kata itu tidak terdapat dalam al-
Qur’an, hanya kata kisah yang dipakai al-Qur’an setelah menceritakan suatu
rangkaian, baik itu kisah Nabi dengan umatnya maupun kisah-kisah lainnya.
Maka kisah secara bahasa mempunyai banyak arti ada yang artinya mengikuti
jejak, berita yang berurutan dan urusan, berita, perkara, dan keadaan. Jadi, dari
keterangan kata kisah menurut bahasa, dapatlah dikatakan bahwa kisah al-
Qur’an adalah kisah-kisah yang tedapat dalam al-Qur’an. Ada juga yang
mendefinisikan dengan pemberitaan al-Qur’an tentang hal ihwal umat yang
telah lalu, Nubuwat/Kenabian yang terdahulu, dan peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi4.
Sementara yang lain seperti Quraish Shihab dalam buku Kaidah
Tafsirnya mengatakan bahwa kisah al-Qur’an adalah menelusuri peristiwa atau
kejadian dengan jalan menyampaikan atau menceritakannya tahap demi tahap
sesuai dengan kronologi kejadiannya.5 Berdasarkan hal di atas, dapat
disimpulkan bahwasannya kisah al-Qur’an itu informasi dari al-Qur’an yakni
dari Allah yang terdapat dalam al-Qur’an untuk seluruh manusia yang mau
menjadikan al-Qur’an petunjuk hidup, informasi itu tentang kisah umat-umat
terdahulu, tentang kenabian, orang-orang yang tidak dapat dipastikan apakah
mereka dari golongan Nabi atau orang-orang pilihan, juga menceritakan
tentang peristiwa-peristiwa yang lama terjadi termasuk peristiwa- peristiwa

2
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya : Progressif, 1997),
1126
3
Badri Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an Cet. I, (Bandung: Pustaka Setia,
2004), 48.
4
Badri Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2004) 49.
5
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang : Lentera Hati, 2013), 319.
4

yang pernah terjadi pada masa Nabi Muhammad, jadi kisah al-Qur’an itu berisi
pelajaran bagi manusia untuk membawa kepada petunjuk agama yang akhirnya
manusia sampai kepada jalan keselamatan dunia akhirat.

B. Macam-macam Qashsul Qur'an


Untuk menjelaskan macam-macam kisah dalam Al-Qur’an, dapat
dilakukan dengan meninjau dari segi waktu dan segi materi terjadinya
peristiwa yang diceritakan.
1. Ditinjau dari segi waktu
Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
Al-Qur’an, maka kisah dalam al-Qur’an itu ada tiga macam, yaitu:6
a. Kisah hal-hal gaib pada masa lalu yaitu: kisah yang menceritakan
kejadian-kejadian gaib yang sudah tidak bisa ditangkap panca indera,
karena terjadinya terrjadinya pada masa lampau, seperti kisah Nabi Nuh,
Nabi Musa dan kisah Maryam.
b. Kisah hal-hal gaib pada masa kini yaitu: kisah yang menerangkan tentang
Allah Swt, dengan segala sifat-sifatnya, para malaikat, jin, setan, siksa
neraka, kenikmatan surga dan lain sebagainya. Kisah-kisah tersebut dari
dulu sudah ada, sekarangpun masih ada, dan hingga masa akan
datangpun masih tetap ada, misalnya kisah tentang hari kiamat dalam
Q.S AlQari’ah/101: 1-6.
       
     
     
     
Artinya:
Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu?. tahukah kamu Apakah hari kiamat
itu?, pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan
gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan, dan
Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, (QS Al-
Qari’ah/101: 1-6).7

6
Abdul Jalal, HA, Ulum al-Qur’an, (Surbaya: Dunia Ilmu, 2000), 296-299
7
QS Al-Qari’ah/101: 1-6.
5

c. Kisah hal-hal gaib yang akan datang yaitu: kisah-kisah yang


menceritakan peristiwa-peristiwa yang akan datang yang belum terjadi
pada turunnya alQur’an. Kemudian peristiwa tersebut betul-betul terjadi,
karena itu pada masa sekarang ini berarti peristiwa yang dikisahkan itu
telah terjadi. Contoh kemenangan bangsa romawi atas bangsa Persia
yang diterangkan al-Qur’an dalam QS. Al-Rum/30: 1-4.
         
         
        
Artinya:
Alif laam Miim, telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang
terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam
beberapa tahun lagi. bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka
menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah
orang-orang yang beriman (QS. Al-Rum/30: 1-4).8

2. Ditinjau dari segi materi


Mengenai macam-macam kisah dalam al-Qur’an ditinjau dari segi
materi, ada berbagai pendapat ulama’ diantaranya: Manna Khalil al-Qattan
membagi kisah dalam al-Qur’an menjadi tiga macam, yaitu:9
a. Kisah para Nabi, kisah ini mengandung dakwah mereka kepada
kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya dan sikap
orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan
perkembangannya serta akibat yang diterima oleh mereka yang
mempercayai dan golongan yang mendustakan, misalnya kisah Nuh,
Nabi Hud, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Musa, Nabi ‘Isa,
Nabi Muhammad Saw dan nabi-nabi serta rasul lainnya.
b. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya.
Misalnya, kisah orang yang keluar dari kampong halaman, yang
beriburibu jumlahnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua putra
Adam, Ashabul Kahfi, Zulqarnain, Qarun, orang-orang yang menangkap

8
QS. Al-Rum/30: 1-4.
9
al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, .436
6

ikan pada hari sabtu (Ashab al-Sabti), Maryam, Ashab al-Ukhdud, Ashab
alFil dan lain lain.
c. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada masa Rasulullah SAW, seperti Perang Badar dan Perang Uhud
dalam Surat Ali ‘Imran, Perang Hunain dan Tabuk dalam Surat
alTaubah, Perang Ahzab dalam Surat al-Ahzab, Hijrah, Isra’ dan Mi’raj
dan lain-lain.

C. Faedah Qashsul Qur'an


Kisah-kisah dalam al-Qur’an mempunyai banyak faidah, berikut ini
beberapa faidah terpenting diantaranya:10
1. Menjelaskan asas dakwah menuju Allah Swt dan menjelaskan pokok syariat
yang dibawa oleh para Nabi:
         
     
Artinya:
dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku" (QS. Al-Anbiya’: 25).11

2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati Muhammad atas agama Allah Swt,
memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan
para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.
3. Membenarkan para Nabi terdahulu menghidupkan kenangan terhadap
mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4. Menampakkan kebenaran Nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya dengan
apa yang diberitakan tentang hal-ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang
kurun dan generasi.
5. Menyimak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan
keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan, dan menantang mereka
dengan isi kitab mereka sendiri sebelum kitab itu diubah dan diganti.
Misalnya firman Allah Swt:
10
Hasbi ash-Shiddiqieqy, Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), 188-189
11
QS. Al-Anbiya’(21): 25
7

         


        
      

Artinya:
semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang
diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat
diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang
diharamkan sebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah
Dia jika kamu orang-orang yang benar" (QS. Ali Imran:93).12

6. Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para
pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung didalamnya ke
dalam jiwa. Firman Allah Swt:
         
      
       
Artinya:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman
(QS. Yusuf: 111).13

D. Isra’iliyat dalam Penjalasan Qashsul Qur'an


Pada dasarnya para ahli menta’rifi Israiliat dengan ungkapan semakna,
sekalipun lafadzna berbeda, sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhammad
Husein Dzahabi: Kata Israiliat adalah bentuk jama dari kata Israiliyah.
Israiliyah merupakan cerita yang dikisahkan dari sumber Israili.Israiliyah
dinisbahkaan kepada Israil, yaitu Ya’kub bin Ishak bin Ibrahim yang
mempunyai keturunan dua belas, yang dinyatakan sebagai Yahudi juga adalah
Israil.14 Jadi yang dimaksud dengan Bani Israil adalah orang-orang Yahudi
keturunan nabi Ibrahim as melalui Siti Sarah yang melahirkan nabi Ishak dan
mempunyai anak yang diberi nama Ya’kub. Siti Sarah istri pertama nabi
Ibrahim, sedang istri keduanya bernama Siti Hajar melahirkan Nabi Ismail as
12
QS. Ali Imran (3): 93.
13
QS. Yusuf (12): 111.
14
Arma, “Israiliyat Dalam Tafsir Al-Qur‘An", Al-Fath,Vol. 06 No. 02 (Juli-Des) 2012, 209.
8

yaitu nenek moyang nabi Muhammad saw.Oleh karena itu bangsa Yahudi dan
bangsa Arab masih satu keturunan nabi Ibrahim.
Ismail ibnu Katsir dalam tafsirnya mengemukakan: ‚Yang dimaksud
Israil adalah nabi Ya’kub berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud
yang sanadnya melalui Abdul Hamid, Mahram, Syarh bin Husyab dari Ibnu
Abbas ia berkata: Saya menghadiri kelompok dari Yahudi yang menemui Nabi
saw,beliau bertanya kepada mere-ka:Tahukah kalian bahwa Israil itu naabi
Ya’kub? Mereka menjawab ‚betul‛, Nabi bersabda lagi: Wahai Tuhanku aku
saksikan keterangan mereka.15
Ditinjau dari segi bahasa, kata israiliyyat adalah bentuk jamak dari kata
israiliyah, bentuk kata yang dinisbahkan pada kata Israil yang berasal dari
bahasa Ibrani yang berarti hamba Tuhan. Dalam deskriptif historis, Israil
berkaitan erat dengan Nabi Ya'kub bin Ishaq bin Ibrahim as, dimana keturunan
beliau yang berjumlah dua belas disebut Bani Israil. 16 Terkadang Israiliyyat
identik dengan Yahudi, Bani Israil merujuk kepada garis keturunan bangsa
sedangkan Yahudi merujuk kepada pola pikir termasuk di dalamnya agama dan
doqma. Menurut Muhammad Husein Al-Dzahabi, sebagaimana dikutip
Supiana dan M. Karman, perbedaan Yahudi dan Nasrani, bahwa yang
disebutkan yang terakhir (Nasrani) ditujukan kepada mereka yang beriman
kepada risalah Isa as.17 M.Quraish Shihab menyatakan bahwa hampir semua
ulama sepakat bahwa Yahudi dan Nasrani dinamakan Ahl al-Kitab. 18 Dari segi
terminologi, kata Israiliyyat walaupun mulanya hanyalah menunjukkan riwayat
yang bersumber dari kaum Yahudi, namun pada akhirnya ulama tafsir dan ahli
hadis menggunakan istilah tersebut dalam arti yang lebih luas lagi. Israiliyyat
adalah seluruh riwayat yang bersumber dari orang-orang Yahudi dan Nasrani
serta selain dari keduanya yang masuk dalam tafsir maupun hadis. Ada pula
ulama tafsir dan hadis yang memberi makna Israiliyyat sebagai cerita yang

15
Muhammad Husein Dzahabi, Israiliat dalam tafsir dan Hadits, (Jakarta: Litera Antar Nusa,
1993), 209
16
Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Ulumul Quran, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1998), 78
17
Supiana dan M. Karman, Ulumul Quran, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), 197.
18
M. Quraih Shihab, Wawasan Alquran, (Bandung: Mizan, 1996), 147.
9

bersumber dari musuh-musuh Islam, baik Yahudi, Nasrani, ataupun yang


lainnya.19
Para ulama di atas sepakat bahwa Israiliyyat berisi unsur-unsur dari luar
yang masuk ke dalam Islam, tetapi mereka berbeda pendapat tentang jenis
materinya. Pada umumnya Israiliyyat berisi cerita-cerita dan dongeng-dongeng
buatan non muslim yang masuk ke dalam Islam. Kalaupun ada materi
israiliyyat yang sejalan dengan Islam, di samping jumlahnya sangat sedikit, hal
itu tidak dibutuhkan sebagai rujukan. Dari segi lain, bahwa ulama sepakat
dengan sumber asal Israiliyyat adalah Yahudi dan Nasrani, yang utama adalah
Yahudi sebab tercermin dari asal kata Israiliyyat itu sendiri. 20 Meskipun
israiliyat banyak diwarnai oleh kalangan Yahudi, kaum Nasrani juga turut
ambil bagian dalam konstelasi penafsiran versi israiliyat ini. Hanya saja dalam
hal ini kaum Yahudi lebih populer dan dominan. Karena kaum Yahudi lebih
diidentikkan lantaran banyak di antara mereka yang akhirnya masuk Islam. Di
samping karena kaum Yahudi lebih lama berinteraksi dengan umat Islam.
Dalam Alquran memang tidak terdapat kata Israiliyyat, namun didapati kata
Bani Israil yang disebutkan terulang pada 49 ayat, kata Ahl al-Kitab terdapat
pada 31 ayat, kata Yahudi terulang sebanyak 6 kali dan dengan kata
yahudiyyan terdapat 1 ayat yaitu pada surat Ali Imran/3 : 67. Kata nashrani
terulang sebanyak 14 kali khususnya pada surat Al-Baqarah dan al-Maidah.
Kata Bani Israil yang dinisbahkan kepada Yahudi di antaranya:
        
         
Artinya:
Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa
putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu
melampaui batas (Al-Maidah: 78).21

Kata nasrani sebagaimana terdapat pada surat Al-Maidah berikut:


       
       
19
Supiana dan M. Karman, Ulumul Quran,. 198
20
98-99
21
QS. Al-Maidah: 78
10

        


       
Artinya:
Katakanlah: "Hai ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun
hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan
kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan
kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; Maka janganlah kamu bersedih hati
terhadap orang-orang yang kafir itu (Al-Maidah: 68).22

Al-Dzahabi mengemukakan dua macam Israiliat; yang pertama


berdasarkan shahih atau dlaifnya kisah itu, yang ke dua dilihat dari sesuai atau
tidaknya dengan ajaran kita.Bagian pertama tentang shahih tidaknya Israiliat;
contoh Israiliat yang shahih yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir dalam
tafsirnya dari Atha bin Yasir ia berkata::Aku telah bertemu dengan Abdullah
bin Umar dan berkata kepadanya: coba ceritakan sifat Rasulullah yang
diterangkan dalam Taurat: Ya Demi Allah sesungguhnya sifat Rasulullah
dalam Taurat sama seperti yang diterangkan di dalam al-Qur’an:Wahai Nabi
sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pemberi kabar gembira,
pemberi peringatan dan pemelihara orang-orang yang ummi, Engkau adalah
hamba-Ku dan Rasul-Ku, namamu dikagumi, engkau tidak kasar dan tidak pula
keras.23 Contoh Israiliat yang dlaif Ibnu Abi Hatim berkata: Ayahku
berkata:Aku mendengar cerita Muhammad bin Ismail al-Makhzumi dari Ibnu
Abbas ,ia mengatakan: Allah telah menciptakan di bawah ini laut yang
melingkupinya.Di dasar laut Dia menciptakan sebuah gunung yang disebut
gunung Qaf.Langit dunia ditegakkan di atasnya.Di bawah gunung Allah
menciptakan bumi seperti bumi ini,yang jumlahnya tujuh lapis.Kemudian di
bawahnya lagi ia menciptakan laut yang melingkupinya.Dan di bawahnya lagi
Dia menciptakan gunung lagi,yang juga dinamai gunung Qaf. Kemudian langit
jenis ke dua diciptakan di atasnya.Sehingga jumlah semuanya tujuh lapis
bumi,tujuh lapis lautan,tujuh gunung dan tujuh lapis langit.Kemudian ia
berkata: uraian itu merupakan maksud dari firman Allah:

22
QS. Al-Maidah: 78
23
Muhammad Husein al-Dzahabi, Al-Tafsir wa al-Mufassirin, (Kairo: Maktabah Wahbah 1990), 37
11

        


          
  
Artinya:
dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Luqman:27).24

Pandangan ke dua dilihat sesuai atau tidaknya cerita Israiliat dengan


syariat Islam. Jika dilihat dari segi isi, cerita Israiliat terbagi menjadi tiga
bagian: Pertama yang sesuai dengan syariat kita.Ke dua yang bertentangan
dengan syariat. Ketiga yang didiamkan yakni tidak terdapat di dalam syariat
kita alasan yang memperkuatnya dan tidak pula alasan yang menyatakan tidak
ada manpaatnya. Adapula yang melihat Israiliat dari segi materinya yaitu: a-
Israiliat yang berhubungan dengan akidah b- Israiliat yang berkaitan dengan
hukum c- Israiliat yang bertautan dengan kisah-kisah.

BAB III
PENUTUP
24
QS. Luqman (31): 27.
12

Berdasarkan hasil pemaparan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan


bahwa: Di dalam al-Qur’an banyak disebutkan keterangan tentang kisah-kisah,
peristiwa-peristiwa atau kejadian yang telah terjadi di masa lalu, sejarah
bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap
umat. Seperti, kisah para Nabi, kisah-kisah yang berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu, maupun kisah-kisah yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah
Saw. Dimana disana disebutkan dan diceritakan tentang semua keadaan yang
terjadi dengan cara yang menarik dan mempesona. Kisah-kisah yang terdapat
dalam al-Qur’an tersebut mempunyai banyak faedah atau manfaat
yang bisa diambil misalnyanya, untuk membenarkan para nabi tedahulu,
menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan
peninggalannya. Selain itu kita juga dapat mengambil ibrah atau
pelajaran ataupun hikmah dari kisah-kisah yang pernah terjadi untuk menuju
kehidupan yang lebih baik.Kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an dapat
digunakan untuk bahan di dalam memberikan materi pembelajaran untuk
anak didik agar mereka bisa mengambil pelajaran yang ada di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA
13

Abdul Jalal, HA, Ulum al-Qur’an, Surbaya: Dunia Ilmu, 2000.

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya :


Progressif, 1997.

Arma, “Israiliyat Dalam Tafsir Al-Qur‘An", Al-Fath,Vol. 06 No. 02 (Juli-Des)


2012.

Badri Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an Cet. I, Bandung:


Pustaka Setia, 2004.

Hasbi ash-Shiddiqieqy, Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1972.

Muh Anshori, “Pengaruh Kisah-Kisah Al-Qur’an dalam Aktivitas Pendidikan”,


Dirasah, Vol.3 No.2. Agustus 2020.

Muhammad Husein Dzahabi, Israiliat dalam tafsir dan Hadits, Jakarta: Litera
Antar Nusa, 1993.

Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Ulumul Quran, Jakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa, 1998.

M. Quraih Shihab, Wawasan Alquran, Bandung: Mizan, 1996.

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Tangerang : Lentera Hati, 2013.

Supiana dan M. Karman, Ulumul Quran, Bandung: Pustaka Islamika, 2002.

Anda mungkin juga menyukai