Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STUDI QUR’AN

" QASHASH AL-QUR’AN "

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK X
NISSA PUSPITA (205150127)

SITI NUR LAILA (205150036)

MOH. RIFALDI (205150137)

FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI : PERBANKAN SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALU

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT,


karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “
Qashash Al-Qur’an ”. Manfaat dan tujuan penulisan makalah ini tidak lain untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Qur’an serta merupakan bentuk
langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan dosen pembimbing.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga
yang telah memberi dukungan dan juga kepada Dosen pembimbing kami Bpk. Dr.
Malkan, M.Ag yang telah membimbing dan memberi pengarahan kepada penulis.
Serta kepada seluruh pihak yang telah memberi sumbangan saran dan yang
membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak dijumpai
kesalahan dan kekurangan dari berbagai sisi, baik dalam penggunaan bahasa,
teknik penulisan dan cara penyajiannya. Untuk itu saran dan pendapat yang
bermanfaat sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis
berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Palu, 04 Maret 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Qashash Al Qur’an................................................................ 2
B. Macam-Macam Kisah Dalam Al Qur’an Dan Karakteristiknya ............. 3
C. Tujuan Kisah Dalam Al Qur’an .............................................................. 4
D. Faedah Kisah-Kisah Al Qur’an ............................................................... 6
KESIMPULAN ................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9

iiii
BAB I
PENDAHULUAN

Alquran merupakan kitab suci pedoman seluruh umat Islam yang


memiliki mukjizat paling besar. Oleh karena itu umat Islam perlu mengkaji lebih
jauh terkait isi kandungan Alquran sehingga akan diketahui hakekat makna dalam
Alquran itu. Untuk mengetahui kandungan Alquran itu diperlukan suatu metode
keilmuan yang dikenal dengan nama ulumul quran.
Menurut Az-Zarqani, ulumul quran merupakan suatu bidang studi yang
membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Alquran, baik dilihat
dari segi turunnya, urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya,
penafsirannya, kemu’jizatannya, nasikh mansukhnya, penolakan hal-hal yang
menimbulkan keraguan terhadap Alquran dan sebagainya.
Dalam Alquran terdapat beberapa pokok-pokok kandungan. Diantara
pokok-pokok kandungan Alquran adalah aqidah, syariah, akhlak, sejarah, iptek,
dan filsafat. Sebagian orang seperti Mahmud Syaltut, membagi pokok ajaran
Alquran menjadi dua pokok ajaran, yaitu Akidah dan Syariah.¹ Namun sesuai
dengan tema makalah ini hanya akan dijelaskan secara lebih rinci terkait dengan
bidang sejarah.
Kandungan Alquran tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan
istilah Qashashul Quran (kisah-kisah Alquran). Bahkan ayat-ayat yang berbicara
tentang kisah jauh lebih banyak ketimbang ayat-ayat yang berbicara tentang
hukum. Hal ini memberikan isyarat bahwa Alquran sangat perhatian terhadap
masalah kisah, yang memang di dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah).

1 Mahmud Syaltut, al-Islam Aqidah wa al-Syariah (Beirut: Dar al-Qalam, 1966), hlm. 11

1
Sesuai firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman”.[QS yusuf : 111].²
A. Pengertian Qashash Al Qur’an
Dari segi bahasa, kata qashash berasal dari bahasa arab al qashshu
atau al qishshatu yang berarti cerita.³ dikatakan artinya, “saya
mengikuti atau mencari jejaknya”. Kata al qashash adalah bentuk masdar.
Firman allah: (al kahfi :64). Dan firman allah melalui
lisan ibu musa: (dan berkatalah ibu musa kepada saudaranya
yang perempuan: ikutilahdia.) [al qashash : 11]. Maksudnya, ikutilah jejaknya
sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya.
Qashash berarti berita yang berurutan. Firman allah:
(sesungguhnya ini adalah berita yang benar.) [ali imran : 62]. Sedang al
qishah berarti urusan, berita, perkara dan keadaan.
Qashash al qur’an adalah pemberitaan qur’an tentang hal ihwal umat
yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi.⁴

234

2 murtadlo,ali ”QASHASHUL QUR’AN (Kisah-Kisah Dalam al-Quran)” artikel diakses dari


http://rismaalqomar.wordpress.com/2010/04/29/qashashul-qur%E2%80%99an-kisah-kisah-
dalam-al-quran/

3 Ahmad warson munawwir, kamus al munawwir (Yogyakarta: UPBIK pondok pesantren


krapyak, 1984), h. 1210.

4 Al khattan, manna’khalil, studi ilimu-ilmu al qur’an (Bogor; pustaka litera antarnusa, 1996)
cetakan ke-3.

2
B. Macam-Macam Kisah Dalam Al Qur’an Dan Karakteristiknya
Kisah-kisah dalam al qur’an ada tiga macam.
Pertama, kisah para Nabi terdahulu. Kisah ini mengandung informasi
mengenai dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang
memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-
tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh
mereka yang mempercayai dan golongan yang mendustakan. Misalnya kisah
Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun dan Isa.⁵
Kedua, kisah-kisah menyangkut pribadi-pribadi dan golongan-
golongan dengan segala kejadiannya yang dinukil oleh Allah untuk dijadikan
pelajaran, seperti kisah Maryam, Lukman, Dzulqarnain, Qarun dan Ashabul
kahfi.
Ketiga, kisah-kisah menyangkut peristiwa-peristiwa pada masa
Rasulullah SAW. Seperti perang badar, perang uhud, perang ahzab,bani
quraizah, bani nadzir dan zaid bin haritsah dengan abu lahab.⁶
Karakteristik kisah-kisah dalam al qur’an
Al qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara
berurutan (kronologis). Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan
dalam al qur,an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda.
Disatu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan, sedang di tempat lain
diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan
kadang-kadang secara panjang lebar.
56

5 al qaththan, op.cit.,h.431

6 al utsaimin, op.cit.,h.71

3
Penyajian kisah-kisah dalam al qur’an begitu rupa mengandung
beberapa hikmah. Di antaranya, pertama, menjelaskan balaghah al qur’an
dalam tingkat paling tinggi. Kisah yang berulang itu dikemukakan di setiap
tempat dengan uslub yang berbeda satu dengan yang lain serta dituangkan
dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang merasa bosan
karenannya, bahkan dapat menambah ke dalam jiwanya makna-makna baru
yang tidak didapatkan di saat membacanya di tempat yang lain.
Kedua, menunjukkan kehebatan al qur’an. Sebab, mengemukakan
sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu
bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan arab, merupakan tantangan
dahsyat dan bukti bahwa al qur’an itu datang dari Allah.
Ketiga, mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut
agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena
pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan tanda betapa
besarnya perhatian al qur’an terhadap masalah tersebut. Misalnya kisah Musa
dengan Fir’aun. Kisah ini menggambarkan pergulatan sengit antara kebenaran
dengan kebatilan.
Keempat, penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan tujuan yang
karenannya kisah itu diungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya
diterangkan di satu tempat, karena hanya itulah yang diperlukan, sedangkan
makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain, sesuai dengan
tuntutan keadaan.
C. Tujuan Kisah Dalam Al Qur’an
Cerita dalam al qur’an bukanlah suatu gubahan yang hanya bernilai
sastera saja, baik gaya bahasa maupun cara menggambarkannya peristiwa-
peristiwanya. Memang biasanya demikianlah wujudnya, cerita yang
merupakan hasil kesusastraan murni. Bentuknya hanya semata-mata
menggambarkan seni bahasa saja. Tetapi cerita dalam al qur’an merupakan
salah satu media untuk mewujudkan tujuannya yang asli.

4
Jika dilihat dari keseluruhan kisah yang ada maka tujuan-tujuan tersebut
dapat dirinci sebagai berikut.
Pertama, salah satu tujuan cerita itu ialah menetapkan adanya wahyu
dan kerasulan. Dalam al qur’an tujuan ini diterangkan dengan jelas di
antaranya dalam QS.12 : 2-3 dan QS 28 : 3. Sebelum mengutarakan cerita
nabi musa, lebih dahulu al qur’an menegaskan, “kami membacakan
kepadamu sebagian dari cerita Musa dan Fir’aun dengan sebenarnya untuk
kamu yang beriman”. Dalam QS 3 : 44 pada permulaan cerita Maryam
disebutkan, “itulah berita yang ghaib, yang kami wahyukan kepadamu”.
Kedua, menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah, dari masa
Nabi Nuh sampai dengan masa Nabi Muhammad SAW, bahwa kaum
muslimin semuanya merupakan satu umat. Bahwa Allah yang maha esa
adalah tuhan bagi semuanya (QS 21 : 51-92).
Ketiga, menerangkan bahwa agama itu semuanya dasarnya satu dan
itu semuanya dari tuhan yang Maha Esa (QS 7 : 59).
Keempat, menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi
dalam berdakwah itu satu dan sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya
itu juga serupa (QS Hud)
Kelima, menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad dengan agama Nabi Ibrahim As., secara khusus,
dengan agama-agama bangsa israil pada umumnya dan menerangkan bahwa
hubungan ini lebih erat daripada hubungan yang umum antara semua agama.
Keterangan ini berulang-ulang disebutkan dalam cerita Nabi Ibrahim, Musa
dan Isa As.⁷
7

7 ghirzin, muhammad “Al qur’an dan ulumul qur’an”.,h. 120

5
D. Faedah Kisah-Kisah Al Qur’an

Kisah-kisah dalam al qur’an mempunyai banyak faedah. Berikut ini


beberapa faedah terpenting diantaranya:
Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok
syari’at yang dibawa oleh para Nabi:
“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan
kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (al anbiya : 25)
Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas agama Allah,
memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan
para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.
“Dan semua kisah rasul-rasul yang kami ceritakan kepadamu, adalah kisah-
kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surah ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-
orang yang beriman.” (Hud : 120)
Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap
mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang
diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun
dan generasi.
Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan
keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan dan menantang mereka
dengan isi kitab mereka sendiri sebelum kitab itu diubah dan diganti.
Misalnya firman Allah:
“semua makanan adalah halal bagi bani israil melainkan makanan yang
diharamkan oleh israil (ya’kub) untuk dirinya sendiri sebelum taurat
diturunkan. Katakanlah: (jika kamu mengatakan ada makanan yang
diharamkan sebelum taurat), maka bawalah taurat itu, lalu bacalah ia jika
kamu orang-orang yang benar.” (Ali imran :93)

6
Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para
pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ke
dalam jiwa. Firman Allah:
“sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang berakal.” (Yusuf : 111).⁸

8 Al khattan, manna’khalil, studi ilimu-ilmu al qur’an (Bogor; pustaka litera antarnusa, 1996)
cetakan ke-3.

7
KESIMPULAN

1. Dari uraian makalah di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan


diantaranya:
2. Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang
tidak dapat diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik masa
lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
3. Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentang qashas
(sejarah) umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang
(umat Islam).
4. Qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Alquran tentang keadaan-keadaan
umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi.
5. Tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan pengertian tentang sesuatu
yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk
memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan
benar.
6. Karakteristik kisah al qur’an adalah Al qur’an tidak menceritakan kejadian dan
peristiwa-peristiwa secara berurutan (kronologis) dan tidak pula memaparkan
kisah-kisah itu secara panjang lebar.
7. Faedah kisah dalam Alquran adalah untuk dakwah menegakkan kalimat tauhid,
membantah kebohongan kaum kafir serta menjadikannya sebagai pelajaran
yang amat berharga bagi umat Islam.

8
DAFTAR PUSTAKA

 Mahmud Syaltut, al-Islam Aqidah wa al-Syariah (Beirut: Dar al-Qalam,


1966), hlm. 11
 murtadlo,ali ”QASHASHUL QUR’AN (Kisah-Kisah Dalam al-Quran)”
artikel diakses dari
http://rismaalqomar.wordpress.com/2010/04/29/qashashul-
qur%E2%80%99an-kisah-kisah-dalam-al-quran/
 Ahmad warson munawwir, kamus al munawwir (Yogyakarta: UPBIK
pondok pesantren krapyak, 1984), h. 1210.
 Al khattan, manna’khalil, studi ilimu-ilmu al qur’an (Bogor; pustaka litera
antarnusa, 1996) cetakan ke-3.
 ghirzin, muhammad “Al qur’an dan ulumul qur’an”.,h. 120

Anda mungkin juga menyukai