Biasanya suatu peristiwa yang dikaitkan dengan hukum kausalitas akan dapat menarik perhatian para pendengar. Apalagi dalam peristiwa itu mengandung pesan- pesan dan pelajaran mengenai berita-berita bangsa terdahulu yang telah musnah, maka rasa ingin tahu untuk menyingkap pesan-pesan dan peristiwanya merupakan faktor paling kuat yang tertanam dalam hati. Dan suatu nasihat dengan tutur kata yang disampaikan secara menoton, tidak variatif tidak akan mampu menarik perhatian akal, bahkan semua isinya pun tidak akan mampu bisa dipahami. Akan tetapi bila nasehat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang mengambarkan suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, maka akan dapat meraih apa yang dituju. Orang pun akan tidak bosan mendengar dan memperhatikannya, dia akan merasa rindu dan ingin tahu apa yang dikandungnya. Akhirnya kisah itu akan menjelma menjadi suatu nasehat yang mampu mempengaruhinya. (Al-Qaththan, 2004:386). Begitulah makna dan maksud daripada kisah-kisah dalam al-Quran. Kisah-kisah tersebut tersaji pada banyak ayat-ayat dalam al-Quran. Bahkan, banyak pula surat yang dikhususkan untuk kisah semata, seperti surat Yusuf, Surat Al- Anbiya, Surat Al-Qashash, dan Surat Nuh. Kisah atau Qashash berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata qishash yang berarti ttabbu al-atsar (napak tilas/mengulang kembali masa lalu). Arti ini diperoleh dari uraian al-Quran pada surat Al-Kahfi ayat 64 : 4~ ElgO 4` EL7 ;ul4^ _ -O>O -O>4N Eg-jO-47 +=~ ^gj Artinya: Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Secara etimologi (bahasa), al-qashash juga berarti urusan (al-amr), berita (khabar), dan keadaan (hal). Dalam bahasa Indonesia, kata ini diterjemahkan dengan kisah yang berarti kejadian (riwayat, dan sebagainya). Menurut T.M. Ash-Shiddieqy (1987:139). yang dimaksud dengan kisah-kisah ialah pengajaran-pengajaran dan petunjuk-petunjuk yang berguna bagi penyeru kebenaran dan bagi orang-orang yang diseru kepada kebenaran. Sedangkan menurut Manna al-Qathan (1995-144) Kisah ialah membahas bekas-bekas peninggalan. Sedangkan yang dimaksud dengan qashash al-Quran menurut Manna Al-Qathan yaitu berita-berita tentang keadaan umat di masa lalu. Sejarah umat, menyebutkan negeri- negeri dan kampung-kampung mereka itu. Membahas bekas-bekas peninggalan tiap- tiap orang hidup berkelompok. Menceritakan perihal mereka dalam bentuk bicara tentang apa yang mereka kerjakan. Adapun macam-macam qashash dalam al-Quran dapat dilihat dari sisi pelaku menurut Manna al-Qaththan, membagi qashash kisah-kisah al-Quran dalam tiga bagian, yaitu: pertama. kisah para nabi terdahulu, bagian ini berisikan ajakan para nabi kepada kaumnya; mukjizat-mukjizat dari Allah yang memperkuat dakwah mereka,
1 Mahasiswa dengan NIM 11330034, Semester II Program Reguler Khusus, Fak. Ushuluddin IAIN Raden Fatah Palembang, sikap orang-orang yang memusuhinya, serta tahapan-tahapan dakwah, perkembangannya, dan akibat yang menimpa orang yang beriman dan orang yang mendustakan para nabi. Kedua, Kisah yang berhubungan dengan kejadian pada masa lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan kenabianya, seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya, Thalut dan Jalut, anak-anak Adam, penghuni gua, Dzulkarnain, Qarun, Ashab as-Sabti, Maryam, Ashab Al-Ukhdus, ashab Al-Fiil, dan lain-lain. Ketiga. Kisah-kisah yang terjadi pada masa Rasulullah SAW., seperti kisah perang uhud, tabuk, badar, kisah hijrah Rasulullah dan pengikutnya ke madinah, Isra dari masjid al-Haram ke al-Aqsa, dan sebagainya. 2
Sedangkan jika dilihat dari jenisnya qashash al-Quran di bagi menjadi tiga bagian, yaitu pertama, kisah sejarah (al-qishash al-tarikhiyyah), yakni kisah yang berkisar tentang tokoh-tokoh sejarah, seperti para nabi dan rasul. Kedua, kisah sejarah (al-qishash al tamtsiliyyah), yakni kisah yang menyebutkan suatu peristiwa untuk menerangkan dan memperjelas suatu pengertian. Ketiga, kisah asatir, yakni kisah yang didasarkan atas suatu asatir. Pada umumnya, kisah semacam ini bertujuan mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menafsirkan, gejala-gejala yang ada, atau menguraikan sesuatu persoalan yang sukar diterima akal. 3
Berkenaan dengan qashash al-Quran menurut Manna Al-Qaththan memiliki banyak terdapat faedah, diantara faedahnya antara lain 4 , menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok-pokok syariat yang dibawa oleh setiap nabi; meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya dalam menegakkan agama Allah, serta menguatkan kepercayaan orang-orang yang beriman melalui datangnya pertolongan Allah dan hancurnya kebatilan beserta para dukungannya; membenarkan nabi-nabi terdahulu dan mengingatkan kembali jejak-jejak mereka; memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad dalam penuturannya mengenai orang-orang terdahulu;membuktikan kekeliruan ahli kitab yang telah menyembunyikan keterangan dan petunjuk;kisah merupakan salah satu bentuk sastra yang menarik bagi setiap pendengarnya dan memberikan pengajaran yang tertanam dalam jiwa. Berkenaan dengan banyaknya pengulang-pengulangan kisah-kisah dalam Al- Quran Manna al-Qaththan menjelaskan bahwa pengulangan tersebut merupakan penjelasan terhadap ketinggian kualitas al-Quran, maksudnya pengulangan tersebut dalam tempatnya memiliki makna yang berbeda-beda sehingga tidak menyebabkan kejenuhan; memberikan perhatian yang besar terhadap kisah untuk menguatkan kesan dalam jiwa, maksudnya pengulangan ini merupakan salah satu cara menggolongkan dan menunjukkan perhatian yang besar; menunjukkan kehebatan mukjizat al-Quran, maksudnya dengan adanya pengulangan itu menunjukkan bahwa al-Quran benar datang dari Allah SWT dibuktikan dengan makna dalam berbagai bentuk susunan; terakhir bahwa pengulangan itu memperlihatkan adanya perbedaan tujuan diungkapkannya kisah tersebut. Terakhir dari tulisan ini dapat dijelaskan bahwa qashash al-Quran merupakan salah satu bagian daripada isi dalam al-Quran yang banyak memiliki faedah dan manfaat yang secara tidak langsung dapat menjelaskan kemukjizatan al-Quran. Tidak diragukan lagi bahwa kisah yang baik dan cermat akan digemari dan dapat menembus relung jiwa manusia dengan mudah sehingga segenap perasaan akan mengikuti alur
2 Rasihan Anwar, 2008, Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia, hal 72-73 3 Ibid, hlm 23, dalam Rasihan Anwar, 2008, Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia, hal 74-75 4 Rasihan Anwar, 2008, Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia, hal 74-75 kisahnya tersebut tanpa merasa jemu atau kesal. Akhirnya akal pun dapat menelusurinya dengan baik.