Anda di halaman 1dari 3

Ringkasan Materi Ulumul Quran II

Kisah Dalam Al-Quran


Oleh : Dedi Kurniawan
1


Biasanya suatu peristiwa yang dikaitkan dengan hukum kausalitas akan dapat
menarik perhatian para pendengar. Apalagi dalam peristiwa itu mengandung pesan-
pesan dan pelajaran mengenai berita-berita bangsa terdahulu yang telah musnah, maka
rasa ingin tahu untuk menyingkap pesan-pesan dan peristiwanya merupakan faktor
paling kuat yang tertanam dalam hati. Dan suatu nasihat dengan tutur kata yang
disampaikan secara menoton, tidak variatif tidak akan mampu menarik perhatian akal,
bahkan semua isinya pun tidak akan mampu bisa dipahami. Akan tetapi bila nasehat itu
dituangkan dalam bentuk kisah yang mengambarkan suatu peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan, maka akan dapat meraih apa yang dituju. Orang pun akan tidak bosan
mendengar dan memperhatikannya, dia akan merasa rindu dan ingin tahu apa yang
dikandungnya. Akhirnya kisah itu akan menjelma menjadi suatu nasehat yang mampu
mempengaruhinya. (Al-Qaththan, 2004:386). Begitulah makna dan maksud daripada
kisah-kisah dalam al-Quran.
Kisah-kisah tersebut tersaji pada banyak ayat-ayat dalam al-Quran. Bahkan,
banyak pula surat yang dikhususkan untuk kisah semata, seperti surat Yusuf, Surat Al-
Anbiya, Surat Al-Qashash, dan Surat Nuh. Kisah atau Qashash berasal dari bahasa Arab
yang merupakan bentuk jamak dari kata qishash yang berarti ttabbu al-atsar (napak
tilas/mengulang kembali masa lalu). Arti ini diperoleh dari uraian al-Quran pada surat
Al-Kahfi ayat 64 :
4~ ElgO 4` EL7 ;ul4^ _
-O>O -O>4N Eg-jO-47 +=~
^gj
Artinya: Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula.
Secara etimologi (bahasa), al-qashash juga berarti urusan (al-amr), berita
(khabar), dan keadaan (hal). Dalam bahasa Indonesia, kata ini diterjemahkan dengan
kisah yang berarti kejadian (riwayat, dan sebagainya).
Menurut T.M. Ash-Shiddieqy (1987:139). yang dimaksud dengan kisah-kisah
ialah pengajaran-pengajaran dan petunjuk-petunjuk yang berguna bagi penyeru
kebenaran dan bagi orang-orang yang diseru kepada kebenaran. Sedangkan menurut
Manna al-Qathan (1995-144) Kisah ialah membahas bekas-bekas peninggalan.
Sedangkan yang dimaksud dengan qashash al-Quran menurut Manna Al-Qathan yaitu
berita-berita tentang keadaan umat di masa lalu. Sejarah umat, menyebutkan negeri-
negeri dan kampung-kampung mereka itu. Membahas bekas-bekas peninggalan tiap-
tiap orang hidup berkelompok. Menceritakan perihal mereka dalam bentuk bicara
tentang apa yang mereka kerjakan.
Adapun macam-macam qashash dalam al-Quran dapat dilihat dari sisi pelaku
menurut Manna al-Qaththan, membagi qashash kisah-kisah al-Quran dalam tiga
bagian, yaitu: pertama. kisah para nabi terdahulu, bagian ini berisikan ajakan para nabi
kepada kaumnya; mukjizat-mukjizat dari Allah yang memperkuat dakwah mereka,

1
Mahasiswa dengan NIM 11330034, Semester II Program Reguler Khusus, Fak. Ushuluddin IAIN Raden
Fatah Palembang,
sikap orang-orang yang memusuhinya, serta tahapan-tahapan dakwah,
perkembangannya, dan akibat yang menimpa orang yang beriman dan orang yang
mendustakan para nabi. Kedua, Kisah yang berhubungan dengan kejadian pada masa
lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan kenabianya, seperti orang-orang yang keluar
dari kampungnya, Thalut dan Jalut, anak-anak Adam, penghuni gua, Dzulkarnain,
Qarun, Ashab as-Sabti, Maryam, Ashab Al-Ukhdus, ashab Al-Fiil, dan lain-lain. Ketiga.
Kisah-kisah yang terjadi pada masa Rasulullah SAW., seperti kisah perang uhud, tabuk,
badar, kisah hijrah Rasulullah dan pengikutnya ke madinah, Isra dari masjid al-Haram
ke al-Aqsa, dan sebagainya.
2

Sedangkan jika dilihat dari jenisnya qashash al-Quran di bagi menjadi tiga
bagian, yaitu pertama, kisah sejarah (al-qishash al-tarikhiyyah), yakni kisah yang
berkisar tentang tokoh-tokoh sejarah, seperti para nabi dan rasul. Kedua, kisah sejarah
(al-qishash al tamtsiliyyah), yakni kisah yang menyebutkan suatu peristiwa untuk
menerangkan dan memperjelas suatu pengertian. Ketiga, kisah asatir, yakni kisah yang
didasarkan atas suatu asatir. Pada umumnya, kisah semacam ini bertujuan mewujudkan
tujuan-tujuan ilmiah atau menafsirkan, gejala-gejala yang ada, atau menguraikan
sesuatu persoalan yang sukar diterima akal.
3

Berkenaan dengan qashash al-Quran menurut Manna Al-Qaththan memiliki
banyak terdapat faedah, diantara faedahnya antara lain
4
, menjelaskan prinsip-prinsip
dakwah dan pokok-pokok syariat yang dibawa oleh setiap nabi; meneguhkan hati
Rasulullah dan hati umatnya dalam menegakkan agama Allah, serta menguatkan
kepercayaan orang-orang yang beriman melalui datangnya pertolongan Allah dan
hancurnya kebatilan beserta para dukungannya; membenarkan nabi-nabi terdahulu dan
mengingatkan kembali jejak-jejak mereka; memperlihatkan kebenaran Nabi
Muhammad dalam penuturannya mengenai orang-orang terdahulu;membuktikan
kekeliruan ahli kitab yang telah menyembunyikan keterangan dan petunjuk;kisah
merupakan salah satu bentuk sastra yang menarik bagi setiap pendengarnya dan
memberikan pengajaran yang tertanam dalam jiwa.
Berkenaan dengan banyaknya pengulang-pengulangan kisah-kisah dalam Al-
Quran Manna al-Qaththan menjelaskan bahwa pengulangan tersebut merupakan
penjelasan terhadap ketinggian kualitas al-Quran, maksudnya pengulangan tersebut
dalam tempatnya memiliki makna yang berbeda-beda sehingga tidak menyebabkan
kejenuhan; memberikan perhatian yang besar terhadap kisah untuk menguatkan kesan
dalam jiwa, maksudnya pengulangan ini merupakan salah satu cara menggolongkan dan
menunjukkan perhatian yang besar; menunjukkan kehebatan mukjizat al-Quran,
maksudnya dengan adanya pengulangan itu menunjukkan bahwa al-Quran benar
datang dari Allah SWT dibuktikan dengan makna dalam berbagai bentuk susunan;
terakhir bahwa pengulangan itu memperlihatkan adanya perbedaan tujuan
diungkapkannya kisah tersebut.
Terakhir dari tulisan ini dapat dijelaskan bahwa qashash al-Quran merupakan
salah satu bagian daripada isi dalam al-Quran yang banyak memiliki faedah dan
manfaat yang secara tidak langsung dapat menjelaskan kemukjizatan al-Quran. Tidak
diragukan lagi bahwa kisah yang baik dan cermat akan digemari dan dapat menembus
relung jiwa manusia dengan mudah sehingga segenap perasaan akan mengikuti alur

2
Rasihan Anwar, 2008, Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia, hal 72-73
3
Ibid, hlm 23, dalam Rasihan Anwar, 2008, Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia, hal 74-75
4
Rasihan Anwar, 2008, Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia, hal 74-75
kisahnya tersebut tanpa merasa jemu atau kesal. Akhirnya akal pun dapat menelusurinya
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai