Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang melimpahkan rahmat serta inayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah “Ilmu Qashashul Qur’an” ini dan tak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini. Sarana penunjang makalah ini kami susun berdasarkan refrensi yang
bermacam-macam. Hal ini dengan tujuan untuk membantu para mahasiswa untuk
mengetahui,memahami, bahkan menerapkannya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Kelompok II
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kalamullah yang diwahyukan Allah SWT
kepada nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir melalui perantara
malaikat Jibril, yang tepercaya dijadikan sebagai pedoman hidup bagi umat
manusia. Serta barang siapa yang membacanya adalah ibadah. Selain berisi
petunjuk hidup bagi umat manusia, Al-Qur’an juga berisikan pula mengenai
kisah-kisah (qashash) baik kisah itu dari masa lalu maupun kisah pada masa
yang akan datang. Tujuan Allah SWT mewahyukan kisah-kisah dalam al-
Qur’an ini adalah untuk memberikan kita gambaran terhadap kehidupan
umat-umat terdahulu maupun memberikan gambaran mengenai masa
depan. Dengan tujuan kita bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah
tersebut guna menjadikan diri kita menjadi seorang muslim yang lebih baik.
Kandungan al-Qur’an tentang sejarah atau kisah-kisah disebut
dengan istilah Qashash al-Quran (kisah-kisah al-Qur’an). Bahkan ayat-ayat
yang berbicara tentang kisah jauh lebih banyak ketimbang ayat-ayat yang
berbicara tentang hukum. Hal ini memberikan isyarat bahwa al-Qur’an
sangat perhatian terhadap masalah kisah, yang memang di dalamnya banyak
mengandung pelajaran (ibrah). Sesuai firman Allah pada Surat Yusuf ayat
111 yang artinya: "Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah
cerita yang dibuatbuat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya,
menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang
yang beriman".1
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas lebih
dalam lagi mengenai qashash dalam Al-Qur’an dan kami berharap setelah
disusunnya makalah ini dapat menambah wawasan kita mengenai qashash
dalam Al-Qur’an.
1
Qomari, Al-Qur’an Terjemah Paralel Indonesia Inggris, terjemah Departemen Agama
RI dan terjemah Yusuf Ali, (Solo: Qomari, 2010), hlm. 248.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, perumusan
masalah dalam makalah ini meliputi:
1. Apakah pengertian dari qashashul al-Quran?
2. Apa saja macam-macam qashashul al-Quran?
3. Bagaimana faedah dalam qashashul al-Quran?
4. Bagaimana hikmah pada pengulangan sebagian kisah dalam al-Quran?
C. Tujuan Penulisan
Dari Rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
yaitu :
1. Mengetahui pengertian dari qashash al-Quran.
2. Mengetahui macam-macam qashash al-Quran.
3. Mengetahui faedah dalam qashash al-Quran.
4. Mengetahui hikmah pada pengulangan sebagian kisah dalam al-Quran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
“Dia (Musa) berkata itulah (tempat) yang kita cari Lalu keduanya kembali
mengikuti jejak mereka semula".3
Maksudnya, kedua orang itu kembali lagi untuk mengikuti jejak dari mana
keduanya itu datang. Qashash berarti berita yang berurutan. Firman Allah pada QS.
Ali-Imran ayat 62 berbunyi :
“Sungguh ini adalah kisah yang benar, tidak ada Tuhan selain Allah, dan sungguh
Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana”.4
Serta firman Allah pada QS. Yusuf ayat 111 yang berbunyi :
"Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang
mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi
2
Mucotob Hamzah, Studi Al Qur’an Komprehensif (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hlm. 201.
3
Qomari, Al-Qur’an Terjemah Paralel Indonesia Inggris, ... , hlm. 301.
4
Qomari, Al-Qur’an Terjemah Paralel Indonesia Inggris, ... , hlm. 58.
3
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan
(sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman".5
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Qashashul Al-Qur’an adalah pemberitaan
Qur’an ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Qur’an banyak mengandung keterangan
tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan
peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan
cara yang menarik dan memesona (mengagumkan).6
5
Qomari, Al-Qur’an Terjemah Paralel Indonesia Inggris, ... , hlm. 248.
6
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj Mifdhol
Abdurrahman (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2005), hlm. 431.
4
pena7 (mereka untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara
Maryam, dan engkau pun tidak bersama mereka ketika mereka bertengkar".8
• Kisah-kisah gaib pada masa kini (al-qashashul ghuyub alhadhirah). Kisah yang
menerangkan hal gaib pada masa sekarang, (meski sudah ada sejak dulu dan masih
akan tetap ada sampai masa yang akan datang) dan menyingkap rahasia orang
munafik.
Contoh:
1) Kisah tentang turunnya malaikat-malaikat pada malam Lailatul Qadar (QS. Al-
Qadar ayat 1-5).
2) Kisah tentang kehidupan makhluk-makhluk gaib seperti setan, jin, atau iblis
(QS. Al-A’raf ayat 13-14).
• Kisah hal-hal gaib pada masa yang akan datang (al-qashashul ghuyub al-
mustaqbilah). Kisah-kisah yang menceritakan peristiwa yang akan datang yang
belum terjadi pada waktu turunnya al-Qur’an, kemudian peristiwa tersebut betul-
betul terjadi. Contohnya seperti kisah nabi Muhammad bermimpi akan dapat
masuk Masjidil Haram bersama para sahabat. Pada saat perjanjian Hudaibiyah
nabi gagal masuk Makkah sehingga dihina oleh orangorang kafir. Maka turunlah
ayat yaitu surat Al-Fath ayat 27.
7
Ada sebagian mufasir yang mengartikan anak panah. Artinya undian itu dilakukan
dengan melempar anak panah. Lihat Qomari, Al-Qur’an Terjemah Paralel Indonesia Inggris, ... ,
hlm. 612.
8
Qomari, Al-Qur’an Terjemah Paralel Indonesia Inggris, ... , hlm. 55.
5
memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui, dan selain itu Dia telah memberikan kemenangan yang
dekat".9 10
9
Beberapa lama sebelum terjadi Perdamaian Hudaibiyah, Nabi Muhammad saw. bermimpi
bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota Mekah dan Masjidil Haram dalam
keadaan sebagian mereka menggundul rambut dan sebagian lagi memendekkannya. Nabi
mengatakan bahwa beliau itu nanti akan terjadi. Kemudian berita ini tersiar di kalangan kaum
muslimin, orangorang munafik, serta orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah terjadi
“Perjanjian Hudaibiyah” dan kaum muslimin pada waktu itu tidak sampai memasuki Mekah,
maka orang-orang munafik memperolok-olokkan Nabi dan menyatakan bahwa mimpi yang
beliau katakan pasti akan terjadi itu adalah bohong belaka. Maka turunlah ayat ini yang
menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan pada tahun yang akan datang.
Sekiranya pada tahun terjadinya Perdamaian Hudaibiyah itu kaum muslimin memasuki kota
Mekah, maka keselamatan orang-orang yang menyembunyikan imannya yang berada di kota
Mekah pada waktu itu merasa terancam. Lihat Qomari, Al-Qur’an Terjemah Paralel Indonesia
Inggris, ... , hlm. 634.
10
Qomari, Al-Qur’an Terjemah Paralel Indonesia Inggris, ... , hlm. 514.
11
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 300.
12
Ahmad Syadali, dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, (Bandung: Pustaka Setia, 1997),
hlm. 27-28.
6
13) Kisah Nabi Ilyas (QS. Al-An’am ayat 85)
14) Kisah Nabi Ilyasa (QS. Shad ayat 48)
15) Kisah Nabi Ibrahim (QS. Al-Baqarah ayat 124, 132; QS. AlAn’am
ayat 74-83)
16) Kisah Nabi Ismail (QS. Al-An’am ayat 86-87)
17) Kisah Nabi Ishaq (QS. Al-Baqarah ayat 133-136)
18) Kisah Nabi Ya’qub (QS. Al-Baqarah ayat 132-140)
19) Kisah Nabi Yusuf (QS. Yusuf ayat 3-102)
20) Kisah Nabi Yahya (QS. Al-An’am ayat 85)
21) Kisah Nabi Zakaria (QS. Maryam ayat 2-15)
22) Kisah Nabi Isa (QS. Al-Maidah ayat 110-120)
23) Kisah Nabi Muhammad SAW (QS. At-Takwir ayat 22-24; QS. Al-
Furqan ayat 4; QS. Abasa ayat 1-10; QS. At-Taubah ayat 42-57.
13
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007), hlm. 144.
14
Ahmad Syadali, dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an II, ... , hlm. 29.
15
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, ... , hlm. 388.
7
7) Kisah tentang kehidupan orang-orang di surga dan orang-orang yang
hidup di dalam neraka (QS. Al-Ghasiyyah).16
Ahmad Syadali, dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an II, ... , hlm. 30.
16
Suhadi, Ulumul Qur’an, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2011) hlm. 208-210.
17
8
• Kisah Perumpamaan (al-Qishash al-Tamliziyah)
Untuk menerangkan atau memperjelas suatu pengertian atau
keadaan, bahwa peristiwa itu tidak benar terjadi tetapi hanya sebagai
perumpamaan.
Contohnya: Kisah malaikat yang datang kepada Nabi Daud A.s.
yang terdapat dalam QS. Saad ayat 21-25.
• Kisah Futurolog
Kisah ini bertujuan untuk mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau
menafsirkan, fenomena yang ada menguraikan masalah yang sulit
diterima akal.
Contohnya:
Pada surat Yunus ayat 39 yang artinya : "Bahkan yang sebenarnya,
mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya
dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka
penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka
telah mendustakan (rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat
orang-orang yang zalim itu."
Ar Razi dalam menafsirkan ayat diatas menyatakan, bahwa setiap
kali orang-orang musyrik mendengar sesuatu tentang kisah, mereka
mengatakan, dalam kitab tersebut (Al-Qur’an) tidak lain hanya asatir
(legenda) orang-orang terdahulu. Mereka tidak mengetahui bahwa
yang dituju oleh kisah-kisah itu bukan ceritanya sendiri tetapi hal-
hal lain yang berbeda dengan itu.
“Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian Aku.”
b. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas agama Allah,
memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan
para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.
9
c. Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap
mereka serta mengabadikan jejak peninggalannya.
d. Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang
diberitakannya ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan
generasi.
e. Menyibak kebohongan para ahli kitab dengan hujjah (dalil atau dasar
pemikiran) yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang mereka
sembunyikan dan menentang mereka sebelum kitab itu diubahnya. As-
Syeikh Muhammad Abduh (Pelopor visi dan paradigma rasional kompromi
antara Islam dengan peradaban barat) berpendapat bahwa tidak perlu
memadukan antara cerita-cerita yang ada dalam al-Qur’an dengan isi kitab
Bani Israel atau kitab-kitab sejarah kuno. Menurutnya al-Qur’an bukanlah
catatan sejarah, juga bukan sebagai kisah atau dongeng, akan tetapi
merupakan petunjuk dan peringatan sehingga hal-hal yang diungkapkan
dalam al-Qur’an diharapkan untuk menjadi pelajaran dan menjelaskan
sunah-sunah kemasyarakatan.
f. Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para
pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ke
dalam jiwa. Firman Allah pada QS. Yusuf ayat 111 yang artinya:
Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang berakal.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan tersebut diatas, dapat disimpulkan antara lain:
1. Menurut bahasa, kata qashash merupakan bentuk jamak dari kata qishah,
yang berarti mengikuti jejak atau menelusuri bekas atau cerita/kisah.
Menurut istilah, Qashash al-Qur’an merupakan kisah-kisah dalam AlQur’an
yang menceritakan ihwal umat-umat terdahulu dan nabi-nabi mereka serta
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa
yang akan datang.
2. Macam-macam qashash dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
• Ditinjau dari segi waktu
• Ditinjau dari segi materi
• Ditinjau dari segi pelaku
• Ditinjau dari segi panjang pendeknya
• Ditinjau dari jenisnya
3. Faedah (kegunaan) qashash dalam al-Qur’an yaitu untuk memperkuat iman
kita terhadap kisah-kisah yang pernah terjadi pada zaman dahulu untuk
dapat kita ambil hikmah dari peristiwa tersebut.
4. Hikmah qashash dalam al-Qur’an yaitu untuk menunjukkan kemukjizatan
al-Qur’an yang dapat mengisahkan kisah-kisah yang sudah terjadi maupun
kisah yang belum terjadi. Sehingga dengan hal tersebut kita dapat
mengambil hikmahnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Syadali, Ahmad, dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, Bandung: Pustaka
Setia,1997.
12