Anda di halaman 1dari 11

QASHASHUL AL-QUR’AN

MAKALAH

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an


program studi pendidikan agama islam Fakultas Tarbiyah
IAIN Bone

Dosen Pengampu: DR. AMINULLAH, M.Pd.I

Oleh:

AINA
862082022117
SEPTIANA WULANDARI
862082022122
ULFA MUTMAINNA IHSAN
862082022123

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan kekuatan lahir batin sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam tak lupa kami hanturkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Aminullah, M.Pd.I
Selaku dosen pembimbing mata kuliah Ulumul Qur’an yang telah memberikan
banyak masukan dan saran yang sangat bermanfaat dan kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Tentunya kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kritikan dan saran diperlukan demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Watampone, 7 November 2023

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Qashashul Qur’an
B. Macam-Macam Qashashul Qur’an
C. Tujuan Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an
D. Karakteristik Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan mukjizat yang paling besar yang Allah turunkan kepada
Nabi Muhammad saw sebagai kitab suci dan pedoman bagi seluruh umat Islam.
Sehingga kita sebagai umat Islam hendaknya mampu mengkaji apa isi dan
kandungan yang terdapat di dalam Al-Qur’an agar kita semua mengetahui makna dan
hakekat sebenarnya yang tertera di dalamnya.
Kandungan dalam Al-Qur’an telah banyak menyuguhkan kisah-kisah orang
terdahulu dari para Nbi dan Rasul. Al-qur’an telah membicarakan kisah-kisah yang
menjelaskan hikmah dan manfaat yang dapat diambil sebagai pelajaran dan manfaat
untuk kita, yang memudahkan kita untuk memahaminya dan berinteraksi dengannya.
Kandungan Al-Qur’an yang menceritakan tentang kisah-kisah di masa lampau
disebut dengan Qashashul Quran. Bahkan jika dibandingkan dengan ayat-ayat
tentang hukum, ayat tentang kisah-kisah ini jauh lebih banyak.
Dalam kisah-kisah yang tercantum dalam Al-Qur’an tak jarang memiliki pesan
moral yang membuat orang tertarik dan coba menggali lebih dalam maksud dari
kisah tersebut. Oleh karena itu, kisah sejarah dalam Al-Qur’an memiliki makna
tersendiri. Maka perlu kiranya kita sebagai umat islammengetahui isi sejarah yang
ada di dalam Al-Qur’an sehingga kita dapat mengambil pelajaran dan pengetahuan
dari kisah-kisah umat terdahulu.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Qashashul Qur’an ?


2. Apa saja Macam-Macam Qashashul Qur’an ?
3. Apa Tujuan Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an ?
4. Bagaimana Karakteristik Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Qashashul Qur’an.
2. Untuk Mengetahui Macam-Macam Qashashul Qur’an.
3. Untuk mengetahui Tujuan Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an.
4. Untuk Mengetahui Karakteristik Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Qashashul Qur’an

Qashash al-Qur’an merupakan kata yang tersusun dari dua kalimat yangberasal
dari bahasa arab, yakni dari kata Qashash dan al-Qur’an. Kata qashashmerupakan
jamak dari qishshah yang berarti kisah, cerita, atau hikayat (Ahmad Warson
Munawwir 1997). Kalimat qishash bentuk plural dari kata qish-shah,( Abdul Karim
Zaidan 2002) apabila disambung denganal-Qur’an maka boleh dibaca qashash atau
qishash, maka menjadi qashashul Qur’an atau Qishashul Qur’an, kedua-duanya
dalam bahasa Indonesia berarti kisah-kisah al-Qur’an.
Kata kisah mempunyai persamaan makna dalam bahasa arab dengan lafaz
sejarah, tarikh, sirah, dan atsar (Badri Khaeruman 2004). akan tetapi kata-kata itu
tidak terdapat dalam Al-Qur’an, hanya kata kisah yang dipakai Al-Qur’an setelah
menceritakan suatu rangkaian, baik itu kisah Nabi dengan umatnya maupun kisah-
kisah lainnya. Maka kisah secara bahasa mempunyai banyak arti ada yang artinya
mengikuti jejak, berita yang berurutan dan urusan, berita, perkara, dan keadaan.Jadi,
dari keterangan kata kisah menurut bahasa, dapatlah dikatakan bahwa kisah Al-
Qur’an adalah kisah-kisah yang tedapat dalam Al-Qur’an.
Maka kisah secara bahasa mempunyai banyak arti ada yang artinya mengikuti
jejak, berita yang berurutan dan urusan, berita, perkara, dan keadaan.Jadi, dari
keterangan kata kisah menurut bahasa, dapatlah dikatakan bahwa kisah al-Qur’an
adalah kisah-kisah yang tedapat dalam al-Qur’an.
Sementara secara terminologi menurut Quraish Shihab dalam buku Kaidah
Tafsirnya mengatakan bahwa kisah al-Qur’an adalah menelusuri peristiwa atau
kejadian dengan jalan menyampaikan atau menceritakannya tahap demi tahap sesuai
dengan kronologi kejadiannya (M.Quraish Shihab, 2013). Musa Syahin Lasin
mendefinisikan dengan cerita-cerita al-Qur’an tentang keadaan umat-umat dan para
Nabi-Nabi terdahulu, serta kejadian-kejadian nyata lainnya.
B. Macam-Macam Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Quran Allah swt telah membagikan macam-macam kisah, baik kisah
tentang Nabi dan para Pengikutnya, Malaikat-Malaikat, dan adapula kisah dalam Al-
Quran yang menggambarkan tentang kisah masa lalu, masa kini dan masa yang akan
datang.
1. Ditinjau dari Segi Waktu
Ditinjau dari segi waktu terjadinya yang diceritakan dalam Al-Qur’an, maka
qashashul Qur’an itu ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:
a. Kisah-kisah tentang hal-hal ghaib pada masa lalu (Al-Qashas al-Ghuyub
al-madhiyah), yaitu kisah-kisah yang menceritakan kejadian atau peristiwa
pada masa lampau. Contohnya seperti kisah tentang penciptaan alam
semesta sebagaiman terdapat dalam QS. Al-Furqan:59
       
       
  
Artinya: yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy,
(Dialah) yang Maha pemurah, Maka Tanyakanlah (tentang Allah) kepada
yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.
b. Kisah-kisah hal ghaib pada masa kini (al-qashash al-ghuyub al-hadhirah),
yaitu kisah-kisah yang menerangkan hal ghaib pada masa sekarang, meski
suadah ada sejak dahulu dan akan tetap ada pada masa yang akan datang.
Contohnya seperti kisah yang menerankan tentang Allah swt dengan
segala sifat-sifat-Nya, para Malaikat, jin, Setan, dan siksaan neraka,
kenikmatan surga, dan sebagainya. Kisah-kisah tersebut dari dulu sudah
ada, sekarang pun masih ada dan hingga masa yang akan datang pun masih
tetap ada, sebagaimana terdapat dalam QS. Al-A’raf:13-14
        
       
  
Artinya:(13). Allah berfirman: “Maka Turunlah kamu dari surga itu; karena
kamu sepatutnya tidak menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah,
Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina.”(14). iblis
menjawab:"Berilah aku penangguhan waktu, samapai hari mereka
dibangkitkan.”
c. Kisah-kisah ghaib pada masa akan datang (al-qashas al-ghuyub al-
mustaqbilah), contohnya kisah tentang akan datangnya hari kiamat seperti
dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Qariah, surah az-Zalzalah dan
lainnya (Ahmad Syadali, dan H. Ahmad Rofi’i, 1997).
2. Ditinjau dari Segi Materi
a. Kisah para Nabi terdahulu, Kisah mengandung informasi mengenai
dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat
dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan
dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh
mereka yang mempercayai dan golongan yang mendustakan syariat yang
dibawa Nabi mereka, seperti kisah Nabi Nuh, Hud, Shaleh, Nabi Isa dan
Nabi-Nabi yang lainnya (Al-Qattan, Manna Khailil, 2002).
b. Kisah-kisah yang menyangkut pribadi-pribadi yang bukan termasuk Nabi
dan golongan-golongan dengan segala kejadiannya yang dinukil oleh
Allah untuk dijadikan pelajaran, seperti kisah Maryam, Dzulqarnain
Lukmanul Hakim, dan Ashabul Kahfi (Nur Faizin, 2011)
c. Kisah yang menyangkut peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
Rasulallah, seperti perang Badar, Uhud yang diuraikan dalam QS. Ali
Imran (Muhammad Chirzin, 1998).
C. Tujuan Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an
Salah satu tujuan Allah menyampaikan kisah adalah agar manusia mau berfikir
dan mengambil ibrah. Kisah dalam al-Qur’an bukanlah suatu cerita yang hanya
bernilai sastra yang sangat tinggi saja, tetapi juga merupakan salah satu media untuk

mewujudkan tujuannya, sedangkan tujuan pokok dari kisah al-Qur’an adalah


pencapaian hidayah Allah bagi manusia, agar manusia mau belajar dari kisah
tersebut dan mendapat hidayah dari Allah (Mustafa al-Baghad dan Mahyudin
Mustawa, 1998).
Kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an memiliki tujuan dan banyak banyak
mamfaat (Moh. Samin Halabih, 2002) tujuan pokok dari kisah al-Qur’an dan
mamfaatnya ini diantaranya (Mustafa al-Baghad dan Mahyudin Mustawa, 1998):
1. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok
syariat yang dibawa oleh para Nabi Allah untuk umatnya.
2. Meneguhkan hati Rasulullah dan umatnya atas agama, meneguhkan kepercayaan
orang-orang yang beriman tentang menangnya kebenaran serta musnahnya
kebatilan bersama orang-orang pembelanya.
3. Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta
mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4. Menampakkan kebenaran Nabi Muhammad dalam dakwanhya dengan apa yang
diberitakan tentang informasi orang-orang terdahulu disepanjang kurun dan
generasi.
5. Mengungkap kebohongan para ahli kitab dengan hujjah yangmenyingkap
keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan dan menentang mereka
dengan isi kitab mereka sendiri sebelum kitab itu dirubah dan diganti.
6. Kisah dapat menarik perhatian para pendengar dan memantapkan pesanpesan
yang terkandung didalamya ke dalam jiwa manusia.
D.Hikmah Pengulangan Kisah
Dalam al-Qur’an akan dijumpai pengulangan kisah, tetapi kisah yang berulang itu
disajikan dalam bentuk yang berbeda-beda, terkadang disatu tempat ada bagian-
bagian tertentu yang didahulukan dari sebuah kisah dan ditempat lainnya diakhirkan,
dan ada juga suatu kisah dalam satu tempat diceritakan dalam bentuk yang sangat
singkat tetapi ditempat lain muncul lagi kisah yang sama dalam bentuk yang lebih
pajang uraiannya sehingga lebih lengkap lagi informasi dari sebuah kisah yang
dikemukakan al-Qur’an. Tentu Allah tidak mengulang kisah tanpa memiliki hikmah
tertentu.Pengulangan itu mengandung multi fungsi dan misi (Nur Faizin, 2011)
antara lain sebagai berikut:

1. Menguatkan kesadaran atau ingatan terhadap subtansi kisah tersebut.


2. Pengulangan kisah itu merupakan salah satu bentuk kemukjizatan al-Qur’an,
karena pengulangan kisah yang sama dalam berbagai kesempatan dengan gaya
bahasa dan misi yang berlainan sulit bahkan mustahil dilakukan oleh manusia
biasa.
3. Sahabat Nabi yang baru masuk Islam bisa mendengar lansung penjelasan Rasul
ketika ayat qashash diturunkan kesekian kalinya, karena mungkin mereka belum
mendengar kisah itu saat turun ayat qashash sebelumnya.
4. Minimnya orang yang hafal seluruh al-Qur’an, dengan adanya pengulangan kisah
barangkali orang yang hanya hafal satu surat bisa memahami lebih mudah surat
lain yang memuat kisah yang sama.
5. Terkadang qashash tidak dikisahkan sekaligus sempurna dengan alur maju, tetapi
diceritan potongan kisah dibeberapa tempat yang berbeda sesuai konteksnya, agar
tidak melelahkan sekaligus memperjelas misi.
6. Kisah yang diceritakan al-Qur’an secara terpisah dapat dijadikan pelajaran oleh
umat Islam secara umum, sesuai dengan ragam problema yang dihadapi, sekaligus
disesuaikan dengan tingkat strata pemahaman, strata sosial, atau strata ilmiah
yang berbeda.
Sebenarnya banyak sekali hikmah dari pengulangan kisah al-Qur’an, seperti lainnya
lagi untuk menunjukkan kebalaghaan al-Qur’an dalam tingkat yang sangat tinggi,
menunjukkan kehebatan mukjizat al-Qur’an, dan perbedaan tujuan yang karenanya
kisah itu diungkapkan(Badri Khaeruman, 2004) Dari penjelasan di atas terlihat
bahwa suatu kisah itu sebenarnya berulang-ulang tetapi berlainan makna yang ingin
disampaikannya, satu kisah diungkapkan disuatu tempat untuk menyampaikan
makna tertentu dan ditempat lain makna baru lagi, karena suatu kisah itu mempunyai
banyak makna dan buah hikmah yang ingin disampaikan.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Qashash al-Qur’an merupakan kata yang tersusun dari dua kalimat yangberasal
dari bahasa arab, yakni dari kata Qashash dan al-Qur’an. Kata qashashmerupakan
jamak dari qishshah yang berarti kisah, cerita, atau hikayat . Kalimat qishash bentuk
plural dari kata qish-shah, apabila disambung denganal-Qur’an maka boleh dibaca
qashash atau qishash, maka menjadi qashashul Qur’an atau Qishashul Qur’an,
kedua-duanya dalam bahasa Indonesia berarti kisah-kisah al-Qur’an.
Sementara secara terminologi menurut Quraish Shihab dalam buku Kaidah
Tafsirnya mengatakan bahwa kisah al-Qur’an adalah menelusuri peristiwa atau
kejadian dengan jalan menyampaikan atau menceritakannya tahap demi tahap sesuai
dengan kronologi kejadiannya.
Macam-macam Qashash terbagi atas 3 yaitu: 1) Dari segi panjang dan
pendeknya, 2). Dari segi materi, 3). Tujuan Qashash secara umum adalah untuk
membuktikan bahwa kitab suci Al-Quran benar-benar merupakan penjelasan yang
mencakup segala sesuatu yang mengatur, dan petunjuk berdasarkan pengetahuan dan
kekuasaan tuhan secara menyeluruh.
B.Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengharapkan masukan dan saran
dari pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa
diterima dan bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim Zaidan, Al-Mustafad Min Qashash Al-Qur’an Wa As-Sunnah, Jil. I, (Beirut :
Muassasa Al-Risalah, 2002) 5.
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, ( Surabaya : Progressif,
1997 ) 1126
Badri khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an Cet. I ( Bandung : Pustaka Setia,
2004 ) 48.
Mustafa al-Bagha danMahyudin Mustawa, al-Wâdheh Fî ‘Ulum al-Qur’an, Cet. II ( Damskus
: Darl Ulumul Insaniyah, 1998 ) 186
Nur Faizin, 10 Tema Kontroversial ‘Ulumul Qur’an, Cet. I (JawaTimur : Azhar Risalah,
2011) 156-163
Al-Qattan, Manna Khailil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an/Manna’Khalil al-Qattan (Jakarta:PT.
Mitra Kerjaya Indonesia, 2002)

Anda mungkin juga menyukai