Anda di halaman 1dari 29

i

ILMU AQSAM AL-QUR’AN DAN ILMU QASAS AL-QUR’AN

Makalah Dibuat Untuk Memenuhi Tugas

Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu:

Afrina Refdianti, M.A

Disusun Oleh:

Munardi Siregar 2040100164

Ali Isran Situmeang 2040100180

Mahmul Rizki 2040100171

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PADANGSIDIMPUAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur dengan berkat Allah SWT dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Ilmu Aqsam Al-Qur’an dan Ilmu Qasas Al-Qur’an” ini terselesaikan dengan
baik.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Bu


Afrina Refdianti, M.A pada mata kuliah Ulumul Qur’an. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Ilmu Aqsam Al-Qur’an dan
Ilmu Qasas Al-Qur’an” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bu Afrina Refdianti, M.A,


selaku dosen Ulumul Qur’an yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Dan besar harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan kita
pengetahuan yang bisa membuat pikiran kita lebih berkembang lagi untuk kita
selaku pembaca makalah ini, sehingga kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Padangsidimpuan, 01 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………….…ii

DAFTAR ISI………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang…………………………………………………………….……1

B.Rumusan Masalah………………………………………………………………1

C.Tujuan Masalah…………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Aqsam Al-Qur’an dan Qasas Al-Qur’an……………………………4

B.Unsur-Unsur Ilmu Aqsam Al-Qur’an dan Qasas Al-Qur’an……………………8

C.Macam-Macam Aqsam Al-Qur’an dan Qasas Al-Qur’an…………………….16

D.Faedah (Hikmah) Adanya Aqsam Al-Qur’an dan Qasas Al-Qur’an…………20

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan…………………………………………………………………….23

B.Saran…………………………………………………………………………...24

DAFTAR PUSTAKA……………………………….........................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keindahan bahasa al-Qur’an merupakan salah satu tanda kemukjizatan al-


Qur’an. Ketika Rasulullah Saw menyampaikan ayat-ayat al-Qur’an, sebagian kafir
Quraisy ingin menandinginya dengan cara membuat ungkapan-ungkapan (syair)
yang sengaja mereka buat untuk merendahkan keberadaan Nabi Saw dalam
menghadapi tantangan luar biasa dari masyarakat kafir Quraisy saat itu. Namun,
sebagian dari kalangan kafir Quraisy menerima kebenaran yang dibawa oleh
Nabi . Sehingga bisa dipahami bahwa, jika jiwa manusia itu bersih dari sifat
tercela, dia akan mudah menerima kebenaran dari siapapun terutama yang
datangnya dari Allah . Sehingga tidak diperlukan argument atau alasan agar
kebenaran itu bisa diterima. Tapi bagi manusia yang hatinya selalu dipenuhi sifat
tercela dan dengki, maka kebenaran itu akan sulit diterima. Sehingga diperlukan
berbagai cara dan argumentasi agar mereka dapat menerimanya.

Salah satu cara yang digunakan untuk memperkuat argumentasi itu dengan
qasam atau sumpah. Uslub qasam banyak terdapat dalam al Qur'an. Adanya
kalimat qasam dalam al-Qur`an bukanlah sebagai bentuk ikut-ikutan terhadap
tradisi bangsa Arab ketika itu, tapi untuk menguatkan informasi wahyu yang
diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad dengan kondisi jiwa bangsa Arab
yang berbeda-beda sebagai penerima wahyu. Ada yang memiliki kesiapan jiwa
yang jernih serta hati yang suci sehingga dengan mudah mau menerima kebenaran
hanya dalam waktu yang singkat. Namun ada pula yang memiliki jiwa yang
tertutup oleh kejahilan dan kegelapan sehingga susah menerima petunjuk dan
kebenaran tersebut. Maka orang seperti ini perlu diberikan peringatan dengan
kalimat yang keras, sehingga diharapkan dapat berubah dan menerima kebenaran.
Maka “sumpah” ini dilakukan sebagai langkah untuk memberikan kesadaran
kepada mereka, kesadaran untuk menerima kebenaran yang datangnya dari Allah.

iv
Kemudian kita mengetahui ilmu mengenal Al-Qur’an lain yaitu Ilmu
Qasas Al-Qur’an yakni Al-Qur’an memuat kisah-kisah nabi yang pada dasarnya
kandungan Al-Quran itu terbagi menjadi bagian-bagian, yang pertama berisi
konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah, sejarah, dan amsal. kisah-
kisah dalam Al-Quran. tidak berarti bahwa Al-Quran sama dengan buku-buku
sejarah yang diuraikan secara kronologis dan lengkap dengan analisanya, akan
tetapi kisah-kisah dalam Al-Quran merupakan suatu metode untuk mewujudkan
tujuan yang ingin dicapai, karena bagaimanapun juga Al-Quran adalah kitab
dakwah agama dan kisah-kisah adalah satu metode untuk menyampaikan
materinya. Jelasnya bahwa adanya kisah tersebut tidak lain merupakan petunjuk,
nasehat dan ibrah bagi manusia. Agar menjadi pelajaran dalam meniti hidup dan
kehidupannya.

B.Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan ilmu Aqsam Al-Qur’an?

2.Apa yang dimaksud dengan ilmu Qasas Al-Qur’an?

3.Apa saja unsur-unsur Aqsam Al-Qur’an?

4.Apa sajakah unsur-unsur Qasas Al-Qur’an?

5.Apa saja macam-macam Aqsam Al-Qur’an?

6.Apa saja macam-macam Qasas Al-Qur’an?

7.Apa faedah dan hikmah adanya Aqsam Al-Qur’an?

8.Apa faedah dan hikmah adanya Qasas Al-Qur’an?

C.Tujuan Permasalahan

1.Mengetahui defenisi dari Aqsam Al-Qur’an.

2.Mengetahui defenisi dari Qasas Al-Qur’an.

3.Mengetahui dan memahami unsur-unsur Aqsam Al-Qur’an.

4.Mengetahui dan memahami unsur-unsur Qasas Al-Qur’an.

v
5.Mengetahui apa saja macam-macam Aqsam Al-Qur’an.

6.Mengetahui apa saja macam-macam Qasas Al-Qur’an.

7.Mengetahui hikmah adanya Aqsam Al-Qur’an.

8.Untuk mengetahui faedah dan hikmah pengulangan Qasas Al-Qur’an.

vi
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Aqsam Al-Qur’an dan Qasas Al-Qur’an

Defenisi Aqsam Al-Qur’an

Aqsâm adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hijf dan al-yamîn,
yakni sumpah. Sigat asli qasam ialah fi’il atau kata kerja “aqsama” atau “ahlafa”
yang di-muta’addi (transitif)-kan dengan “ba” untuk sampai kepada muqsam bih
(sesuatu yang digunakan untuk bersumpah), lalu dengan muqsam ‘alaih (sesuatu
yang karena sumpah diucapkan) yang dinamakan dengan jawab qasam. Misalnya
firman Allah: “Mereka bersumpah dengan nama Allah, dengan sumpah yang
sungguh-sungguh, bahwasanya Allah tidak akan membangkitkan orang yang
mati.” (an-Nahl [16]:38).1

Dengan demikian, ada tiga unsur dalam sigat qasam: fi’il yang
ditransitifkan dengan “ba”, muqsam bih dan muqsam ‘alaih.

Oleh karena qasam itu sering dipergunakan dalam percakapan maka ia


diringkas, yaitu fi’il qasam dihilangkan dan dicukupkan dengan “ba”. Kemudian
“ba” pun diganti dengan “wawu” pada isim zahir, seperti ‫ى‬J‫ ِل اِ َذا يَ ْغ ٰش‬J‫( َوالَّ ْي‬Demi
malam bila menutupi [cahaya siang]) (al-Lail [92]:1), dan diganti dengan “ta”
ْ َ‫د ََّن ا‬J‫( َوتَاهّٰلل ِ اَل َ ِك ْي‬Demi Allah,
pada lafaz jalalah, misalnya: َ‫ ْدبِ ِر ْين‬J‫ َد اَ ْن تُ َولُّوْ ا ُم‬J‫نَا َم ُك ْم بَ ْع‬J ‫ص‬
sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu.) (al-
Anbiya’ [21]:57). Namun qasam dengan “ta” ini jarang dipergunakan, sedang
yang banyak ialah dengan “wawu”.

Qasam dan yamîn adalah dua kata sinonim, mempunyai makna yang sama.
Qasam didefenisikan sebagai “mengikat jiwa (hati) agar tidak melakukan atau
melakukan sesuatu, dengan ‘suatu makna’ yang dipandang besar, agung baik

Mannā Khalil al-Qattān, “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an” Cetakan kedua (Bogor, P.T.
1

Pustaka Litera AntarNusa,Terj. Drs. Mudzakir AS.,1994),hal.413

vii
secara hakiki maupun secara I’tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu.” Bersumpah
dinamakan juga dengan yamîn ( tangan kanan), karena orang Arab ketika sedang
bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya.

Defenisi Qasas Al-Qur’an

Menurut bahasa Qashash berasal dari kata qishah yang berarti kisah,
cerita, atau hikayat (Munawir, 1984: 121). Kata qashash merupakan bentuk
masdar, seperti halnya dalam al-Qur’an al-Kahfi ayat 64, fartadda ‘ala atsarihima
qashasha “ (lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula) (Chirzin,
1998: 118). Kata qashash dapat ditemukan dalam beberapa surat dan memiliki arti
yang bermacam- macam, qashash berarti mencari jejak dalam QS. Al-Kahfi ayat
64, berarti menceritakan kebenaran dalam QS. Al-An’am ayat 57, bararti
menceritakan ulang hal yang tidak mesti terjadi daalam QS Yusuf ayat 5 dan
berarti berita berurutan dalam QS. Ali Imran ayat 62.2

Secara terminologi, qashash ialah kisah-kisah yang terdapat dalam al-


Qur’an yang berisi tentang cerita umat-umat terdahulu dan Nabi mereka serta
menceritakan juga tentang cerita-cerita yang telah terjadi, sedang terjadi dan juga
yang akan terjadi nanti (al-Qaththan: 305).

Ilmu Qashashil Qur’an ialah ilmu yang membahas kisah-kisah yaitu jejak-
jejak umat dan Nabi terdahulu serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di dalam
al-Qur’an.3 Kata al-qashash adalah bentuk masdar seperti firman Allah SWT pada
QS. Al-Kahfi ayat 64: Dia (Musa) berkata “itulah (tempat) yang kita cari” Lalu
keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula.Maksudnya, kedua orang itu
kembali lagi untuk mengikuti jejak dari mana keduanya itu datang. Qashash
berarti berita yang berurutan. Firman Allah pada QS. Ali-Imran ayat 62 berbunyi:
Artinya: Sungguh ini adalah kisah yang benar, tidak ada Tuhan selain Allah, dan
sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Qashash al-Qur’an adalah
pemberitaan Qur’an ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang
terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Qur’an banyak mengandung
2
A.Rahmawati, “Jurnal PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN QASHASH
AL-QUR’AN”, Jepara, Thn. 2018, hlm. 34
3
Mucotob Hamzah, Studi Al Qur’an Komprehensif (Yogyakarta: Gama Media,2003),
hlm. 201

viii
keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan
negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua
keadaan mereka dengan cara yang menarik dan memesona (mengagumkan).4

Dengan definisi tersebut mengindikasikasikan bahwa kisah yang terdapat


dalam al-Qur’an merupakan kisah yang sangat luar biasa, oleh karenanya banyak
kalangan dari kaum musyrik yang mempertanyakan dan juga mempermasalahkan
kisah-kisah dalam al-Qur’an dalam diri mereka timbul gejolak pertanyaan
darimana Rasulullah Saw. mendapatkan cerita-cerita tersebut.

Qashash merupakan sebuah media yang dipakai menyalurkan tentang


kehidupan ataupun suatu kebahagiaan dari kehidupan yang mengungkapkan
sebuah peristiwa atau sejumlah peristiwa yang mana antara satu dengan yang lain
berkaitan, kisah juga harus memiliki pendahuluan dan bagian akhir (Maragustam,
2003: 164- 165). Menurut Hasby Ash Shidiqiy (1972: 176) qashash ialah
pemberitaan pada masa lalu tentang umat, dan menerangkan jejak peninggalan
umat masa lalu.

Ajaran yang disampaikan dalam al-Qur’an sangat variatif dan dikemas


sedemikian rupa, ada dalam bentuk perintah, larangan, informasi dan ada juga
yang dimodifikasi dalam bentuk kisah yang mengandung pelajaran/ibrah berharga
bagi umat. Dalam penyampaiannya Al-Qur’an itu terbagi menjadi bagian-bagian,
pertama berisi tentang konsep-konsep, kedua berisi qashash, sejarah, amsal
(Chirzin, 1998: 15-16). Meski sepertiga dari al-Qur’an berupa ayat hukum dan
dua pertiganya dikemukakan dalam bentuk qashash namun pernyataan yang
mengataakan bahwa al-Qur’an adalah buku cerita adalah hal yang salah, argumen
untuk menyanggah hal tersebut dapat kita lihat bahwa pemilihan redaksi dalam
bentuk qashash dikarenakan penyampaian dalam bentuk qashash akan lebih
berkesan dan teringat di memori pembaca maupun pendengar (Munir, 2008: 151).
Oleh karenanya dengan penyampaian dalam bentuk qashash bukan berarti al-
4
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an , Terj Mifdhol
Abdurrahman (Jakarta:Pustaka Al Kautsar,2005),hlm. 431.

ix
Qur’an adalah buku cerita ataupun buku sejarah yang diuraikan secara lengkap
kronologisnya, analisanya. Namun menurut Sayyid Qutub (1956: 120) qashash
tersebut merupakan pemilihan sebuah metode yang bertujuan untuk
mengungkapkan tujuan yang hendak dicapai, dan qashahs merupakan satu bentuk
metode yang dipakai dalam penyampaian materinya.

Kisah dalam al-Qur’an bukanlah kisah fiktif belaka, namun kisahnya dari
peristiwa yang benar-benar terjadi pada umat terdahulu. Kisah al-Qur’an juga
dapat dibuktikan kebenarannya dari peninggalan yang dapat kita lihat sampai saat
ini, seperti halnya danau Qorun, piramida, spink, luxor, masjidil aqsa, masjidil
haram, ka’bah dan lain sebagainya. Manfaat dari qashash Quran itu sendiri dapat
memberikan kesejukan hati, bahan renungan, pemikiran, pelajaran serta
membangkitakan imajinasi baik pembaca maupun pendengarnya. Jelasnya bahwa
adanya kisah tersebut tidak lain merupakan petunjuk, nasehat dan ibrah bagi
manusia. Agar menjadi pelajaran dalam meniti hidup dan kehidupannya (QS. 11:
120).

Dalam penyampaiannya al-Qur’an tidak menceritakan kejadian maupun


peristiwanya secara berurutan atau kronoligis serta pemaparannya tidak panjang
lebar, sebuah kisah juga diulang-ulang dalam beberapa surat yang berbeda dan
meski disebutkan berulang kali namun dikemukakan dengan berbagai bentuk
yang berbeda. Terkadang ditemukan cerita secara ringkas kadang pula diceritakan
secara panjang lebar (Chirzin, 1998: 119). Tentu saja hal ini banyak menimbulkan
perdebatan, baik dikalangan kelompok yang meyakini maupun yang
meragukannya. Bagi mereka yang meragukan tentu saja menimbulkan pertanyaan
mengapa kisah dalam al-Qur’an tidak diceriratakan secara kronologis dan
sisitematis sehingga memudahkan orang untuk memahamainya. Karena bagi
mereka pengulangan kisah dalam al-Qur’an dianggap kurang efektif dan efisien.

Namun pendapat tersebut dibantah oleh beberapa ulama’ diantara, Manna


Khalil al-Qaththan (al-Qaththan, 1994: 433). Ia mengungkapkan bahwa penyajian
al-Qur’an yang sedemikian rupa tersebut mambawa beberapa hikmah. Pertama,
lebih mempertegas bahwa balaghah al-Qur’an tersebut sudah dalam tingkat yang
paling tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa meskipun diulang beberapa

x
kali dalam surat yang berbeda namun mampu diungkapkan dengan uslub yang
berbeda-beda dan disajikan dengan pola yang berbeda pula. Dengan demikian
kisah tersebut tidak membuat bosan bagi pembaca maupun pendengar bahkan
lebih menyentuh ke dalam hati. Kedua, menunjukkan betapa hebatnya al-Quran.
Karena dapat mengungkapkan satu makna dalam berbagai bentuk susunan
kalimat, dan satu bentuk kalimat itupun belum ada satu orangpun yang mampu
menandinginya. Ketiga, dengan pengulangan tersebut secara otomatis pesan,
pelajaran/ibrah dari kisah tersebut dapat lebih melekat dalam jiwa. Karena dengan
pengulangan tersebut menunjukkan perhatian al- Qur’an yang sangat besar
terhadap suatu masalah. Keempat, kisah yang sama namun penyajian yang
berbeda menunjukkan tujuan yang berbeda. Sebagian maknanya diungkapkan
dalam satu tempat karena hanya itulah yang diperlukan, namun makna lain
diungkapkan di tempat lain karena disesuaikan dengan tuntutan dan keadaan.

B.Unsur-Unsur Aqsam Al-Qur’an dan Qasas Al-Qur’an

1.Unsur-Unsur Aqsam Al-Qur’an

Sesuatu itu dinamai dengan uslub qasam jika dia itu diiringi dengan unsur-
unsur yang mendukung qasam tersebut. Ada beberapa unsur qasam yang mesti
ada yaitu:5

a.Muqsim

Adalah pelaku yang mengucakan sumpah.

b.Adat Qasam

Adat qasam adalah alat atau perangkat yang digunakan untuk bersumpah,
baik menggunakan fi’il qasam maupun huruf seperti wawu, ba’, ta’. Perangkat
qasam baik yang berbentuk uqsimu ataupun ahlifu harus disertai dengan huruf ba’
seperti yang terdapat pada dalam surat an-Nahl.

‫َوأَ ْق َس ُموا بِاهَّلل ِ َج ْه َد أَ ْي َمانِ ِه ْم‬

5
Al-Qattan, hal. 417-418

xi
“Mereka bersumpah dengan nama Allah” (QS. An-Nahl [16] : 38)

Fi‟il ‫ أقسم‬dan ‫ احلف‬yang dimuta’addikan atau disertai dengan huruf bā'


‫( ) )الباء‬sebagai sighah asli qasam yang mesti diiringi oleh fi'il. Contohnya surat al-
Taubah ayat 62 yang berbunyi:

ُّ ‫﴿ يَحْ لِفُوْ نَ بِاهّٰلل ِ لَ ُك ْم لِيُرْ ضُوْ ُك ْم َوهّٰللا ُ َو َرسُوْ لُ ٗ ٓه اَ َح‬


)9:62/‫ ﴾ ( التوبة‬٦٢ َ‫ق اَ ْن يُّرْ ضُوْ هُ اِ ْن َكانُوْ ا ُم ْؤ ِمنِ ْين‬

62. Mereka (orang-orang munafik) bersumpah kepadamu (kaum muslim) dengan


(nama) Allah untuk membuat kamu rida, padahal Allah dan Rasul-Nya lebih
pantas mereka (raih) keridaan-Nya jika mereka adalah orang-orang beriman.

(At-Taubah/9:62)

Adakalanya fi`il qasam didahului oleh lā al nāhiyah (‫) ال النا هىة‬. Ā'isyah
binti al Syāthi' menyatakan bahwa ungkapan ‫ ))ال اقسم‬yang mendapat tambahan lā
dalam al- Qur'an hanya berlaku untuk muqsam bihnya Allah. Bentuk sumpah
yang ditambah huruf lā di depan fi‟il qasamnya, seperti surat al-Ma‟ārij ayat 40
yang berbunyi:

َ‫ب اِنَّا لَ ٰق ِدرُوْ ۙن‬


ِ ‫ق َو ْال َم ٰغ ِر‬
ِ ‫فَٓاَل اُ ْق ِس ُم بِ َربِّ ْال َم ٰش ِر‬

Maka, Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan
terbenamnya (matahari, bulan, dan bintang), sesungguhnya Kami benar-benar
Mahakuasa

Kebanyakan bentuk fi`il ini dibuang, karena banyak dipergunakan dalam


pembicaraan. Bentuknya dipersingkat dan cukup dengan bā' saja dan bā' nya
diganti dengan huruf qasam (‫ ) اداة القسم‬lainnya berupa huruf waw (‫( واو ال‬pada isim
zhāhir (kata benda yang nyata atau bersifat indrawi). Umumnya ia terdapat pada
awal surat al- Qur'an. Maksud tidak digunakan huruf waw berbaringan dengan
fi`il qasam agar tujuannya itu tidak batal ketika digantikannya dengan huruf bā' .
Penggunaan huruf waw lebih ringan dibandingkan dengan huruf bā'setelah
fi`ilnya dibuang10. Contohnya seperti surat al- Lail ayat 1-4 yang berbunyi:

)92:1/‫ ﴾ ( الّيل‬١ ۙ‫﴿ َوالَّي ِْل اِ َذا يَ ْغ ٰشى‬

1. Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),

xii
)92:2/‫ ﴾ ( الّيل‬٢ ۙ‫ار اِ َذا تَ َج ٰلّى‬
ِ َ‫﴿ َوالنَّه‬

2. demi siang apabila terang benderang,

)92:3/‫ ﴾ ( الّيل‬٣ ۙ ‫ق ال َّذ َك َر َوااْل ُ ْن ٰث ٓى‬


َ َ‫﴿ َو َما خَ ل‬

3. dan demi penciptaan laki-laki dan perempuan,

)92:4/‫ ﴾ ( الّيل‬٤ ۗ‫﴿ ِا َّن َس ْعيَ ُك ْم لَ َش ٰتّى‬

4. sesungguhnya usahamu benar-benar beraneka ragam.

(Al-Lail/92:1-4)

( ۗ‫ َما َو َّدعَكَ َربُّكَ َو َما قَ ٰلى‬. ۙ‫ َوالَّي ِْل اِ َذا َس ٰجى‬. ۙ‫) َوالضُّ ٰحى‬

Demi waktu duha ( ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila
telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula)
membencimu.(Q.S.ad-Dhuha[93]:1-3).

Huruf qasam lainnya yaitu huruf tā`(‫اء‬JJ‫( الت‬yang khusus digunakan pada
lafadh jalālah (‫ هلال‬.(Penggunaan huruf tā` ini sebagai ganti huruf waw yang sudah
biasa digunakan di kalangan bangsa Arab. Mereka itu beralih dari huruf waw ke
huruf lainnya apabila terletak di awal kata. Ia dianggap di antara huruf-huruf
qasam yang paling lemah dan tidak disertai bersamanya fi`il qasam sebagaimana
huruf bā'. Ia tidak masuk pada kata-kata ‫الر حمن‬,‫ هللا‬,‫ الر ب‬dan jika ada selain ini
maka itu suatu yang aneh dan cacat11 . Al Mukhtār al Salāmī berpendapat bahwa
huruf tā' bukanlah huruf asli dalam qasam tapi ia adalah ganti dari huruf waw
karena keduanya berdekatan dalam makhrajnya misalnya "‫" تراث‬asal katanya "
‫"وراث‬. Contohnya surat al- Anbiyā` ayat 57 yang berbunyi:

َ‫َوتَاهّٰلل ِ اَل َ ِك ْيد ََّن اَصْ نَا َم ُك ْم بَ ْع َد اَ ْن تُ َولُّوْ ا ُم ْدبِ ِر ْين‬

(Nabi Ibrahim berkata dalam hatinya,) “Demi Allah, sungguh, aku akan
melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi
meninggalkannya.”

Jadi dalam penggunaannya waw dan tā` al-qasam mesti dibuang fi'ilnya. Ja'far al
Subḫānī menyebutkan untuk unsur yang pertama ini dengan istilah lain yaitu al-

xiii
Qāsim ( ‫ ) القاسم‬atau al- Hālif (‫) الحا لف‬. Perbedaan yang digunakan untuk unsur
yang pertama hanyalah perbedaan istilah saja, namun tujuannya sama semua.

c. Muqsam bih (‫ ) المسم به‬atau penguat sumpah, yaitu sumpah itu harus diperkuat
dengan sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah yaitu Allah . Ditinjau dari
muqsam bihnya, maka qasam itu hanya dengan menggunakan nama atau sesuatu
yang diagungkan atau dibesarkan. Kadangkala Allah bersumpah dalam al- Qur'an
dengan menyebut diriNya atau zat- Nya, dan ini terdapat di tujuh tempat yaitu:

ٌّ ‫قُلْ اِيْ َو َرب ِّْٓي اِنَّهٗ لَ َح‬


a.Surat Yunus ayat 53: ‫ق‬

Katakanlah, “Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya (azab) itu pasti benar .

b. Surat al Taghābun ayat 7:‫قُلْ بَ ٰلى َو َرب ِّْي لَتُ ْب َعثُ َّن ثُ َّم لَتُنَبَّؤ َُّن بِ َما َع ِم ْلتُ ۗ ْم‬

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidak demikian. Demi Tuhanku, kamu pasti


akan dibangkitkan, kemudian pasti akan diberitakan apa yang telah kamu
kerjakan.”

c. Surat Sabā' ayat 3: ‫َوقَا َل الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا اَل تَأْتِ ْينَا السَّا َعةُ ۗقُلْ بَ ٰلى َو َرب ِّْي لَتَأْتِيَنَّ ُك ۙ ْم‬

Orang-orang yang kufur berkata, “Hari Kiamat itu tidak akan datang kepada
kami.” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Pasti datang. Demi Tuhanku yang
mengetahui yang gaib, kiamat itu pasti mendatangi kamu

d. Surat Maryam ayat 68:

ِ ْ‫فَ َو َربِّكَ لَنَحْ ُش َرنَّهُ ْم َوال َّش ٰي ِط ْينَ ثُ َّم لَنُح‬


‫ض َرنَّهُ ْم َحوْ َل َجهَنَّ َم ِجثِيًّا‬

Maka, demi Tuhanmu (Nabi Muhammad), sungguh, Kami pasti akan


mengumpulkan mereka bersama setan, kemudian pasti Kami akan mendatangkan
mereka ke sekeliling Jahanam dengan tersungkur.

e. Surat al Ḫijr ayat 92:

َ‫لَنَّهُ ْم اَجْ َم ِع ْي ۙن‬Jََٔ‫فَ َو َربِّكَ لَنَسْٔـ‬

Maka, demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,

f. Surat al Nisā' ayat 65:

xiv
َ َ‫ك اَل ي ُْؤ ِمنُوْ نَ َح ٰتّى يُ َح ِّك ُموْ كَ فِ ْي َما َش َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم اَل يَ ِج ُدوْ ا فِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِّم َّما ق‬
‫ضيْتَ َويُ َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬ َ ِّ‫فَاَل َو َرب‬

Demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga bertahkim kepadamu (Nabi


Muhammad) dalam perkara yang diperselisihkan di antara mereka. Kemudian,
tidak ada keberatan dalam diri mereka terhadap putusan yang engkau berikan
dan mereka terima dengan sepenuhnya.

g. Surat al Ma`ārij ayat 40:

َ‫ب اِنَّا لَ ٰق ِدرُوْ ۙن‬


ِ ‫ق َو ْال َم ٰغ ِر‬
ِ ‫فَٓاَل اُ ْق ِس ُم بِ َربِّ ْال َم ٰش ِر‬

Maka, Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan
terbenamnya (matahari, bulan, dan bintang), sesungguhnya Kami benar-benar
Mahakuasa

Sumpah denngan makhluk-Nya inilah yang paling banyak dalam Qur’an.

Allah dapat saja bersumpah dengan apa yang dikehendaki-Nya. Akan


tetapi sumpah manusia dengan selain Allah merupakan salah satu bentuk
kemusyirikan. Dari Umar bin Khattab r.a. diceritakan Rasulullah berkata:

)‫من حلف بغير هللا فقد كفر اواشرك (رواه التر مذي‬

“Barangsiapa bersumpah dengan selain (nama) Allah, maka ia telah kafir atau
telah mempersekutukan (Allah).6

Selain dari ayat- ayat tersebut di atas maka Allah  bersumpah dalam al-
Qur'an semuanya dengan menggunakan ciptaannya sesuai dengan kehendaknya.
Al Zarkasyī menjelaskan beberapa argument bahwa Allah  bersumpah
menggunakan makhluk ciptaan-Nya. Pertama, membuang mudhāf seperti ayat (
‫ )ورب الفجر‬dan ayat (‫تين‬JJ‫ )ورب ال‬, demikian juga contoh lainnya. Kedua, Benda-
benda yang dipakai untuk bersumpah oleh Allah adalah benda-benda yang
dikagumi oleh orang Arab dan mereka mempergunakannya untuk bersumpah,
sehingga al- Qur'an diturunkan sesuai dengan kebiasaan mereka. Ketiga, Sumpah-
sumpah yang diucapkan tersebut dengan menggunakan makhluk ciptaan-Nya

Mannā Khalil al-Qattān, “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an” Cetakan kedua (Bogor, P.T.
6

Pustaka Litera AntarNusa,Terj. Drs. Mudzakir AS.,1994),hal.416

xv
disebabkan karena benda- benda tersebut menunjukkan tanda- tanda kebesaran
penciptanya.

Di sisi lain, Abū al Qāsim al Qushairī seperti yang dikutip oleh al Zarkasyī
menjelaskan bahwa sumpah Allah  terhadap ciptaanNya mencakup dua hal yaitu
karena kelebihannya, seperti yang terdapat dalam surat al Dhuḫā ayat 1-3:

ۗ‫ َما َو َّدعَكَ َربُّكَ َو َما قَ ٰلى‬.‫ َوالَّي ِْل اِ َذا َس ٰجى‬. ۙ‫َوالضُّ ٰحى‬

Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila
telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula)
.membencimu

:Atau karena manfaatnya seperti yang terdapat dalam surat al Tīn ayat 1-4

‫ لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ فِ ْٓي اَحْ َس ِن تَ ْق ِوي ۖ ٍْم‬. ‫ َو ٰه َذا ْالبَلَ ِد ااْل َ ِمي ۙ ِْن‬. َ‫ َوطُوْ ِر ِس ْينِ ْي ۙن‬. ‫َوالتِّ ْي ِن َوال َّز ْيتُوْ ۙ ِن‬

Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, demi gunung Sinai, dan demi negeri (Mekah)
yang aman ini. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
.sebaik-baiknya

Dengan bersumpah memakai nama Allah atau sifat-sifat-Nya, maka hal ini
sama dengan mengagungkan Allah karena telah menjadikan namanya selaku zat
yang diagungkan sebagai penguat sumpah. Oleh sebab itu manusia tidak
diperkenankan bersumpah dengan menyebut nama selain Allah. Karena itu ketika
seseorang bersumpah hendaklah ia berpikir secara matang karena ia sudah
mengaitkan sumpahnya itu dengan Allah.

d.Muqsam alaih (‫ ) المقسم عليه‬atau berita yang diperkuat dengan sumpah yaitu
berupa ucapan yang ingin diterima atau dipercaya oleh orang yang mendengar,
lalu diperkuat dengan sumpah tersebut. Muqsam `alaih ini dinamakan juga dengan
jawāb al qasam ( ( ‫وب القسم‬J‫ ج‬.7Inilah sebenarnya yang menjadi tujuan dari sumpah
itu sendiri yaitu membenarkan dan menguatkan berita yang disampaikan.

7
Lihat Mannā` bin Khalīl al- Qaththān, Mabāḫits…, 301.

xvi
Al Mukhtār al Salāmī menyebutkan bahwa fi`il qasam, adāt al qasam, dan
muqsam bih dengan jumlah al qasam (‫ة القسم‬JJ‫( )جمل‬kalimat untuk sumpah),
sedangkan untuk muqsam alaih disebut jawāb al- qasam ( ‫)جوب القسم‬.8

Biasanya muqsam alaih disebutkan, namun kadangkala dia dibuang kalau


sekiranya banyak dan dipahami dalam konteks pembicaraan . Muḫammad al
Mukhtār al Salāmī menjelaskan bahwa orang Arab dalam pembicaraannya
kadangkala membuang kalimat jawab al- qasam secara lengkap dan kadangkala
sebahagian saja.

Contoh seperti yang terdapat dalam surat al Ra`d ayat 31:

‫ت بِ ِه ااْل َرْ ضُ اَوْ ُكلِّ َم بِ ِه ْال َموْ ٰتىۗ بَلْ هّٰلِّل ِ ااْل َ ْم ُر َج ِم ْيع ًۗا‬ ْ ‫َولَوْ اَ َّن قُرْ ٰانًا ُسيِّ َر‬
ْ ‫ت بِ ِه ْال ِجبَا ُل اَوْ قُطِّ َع‬

Sekiranya ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dengannya gunung-gunung dapat
digeserkan, bumi dibelah, atau orang mati dapat diajak bicara, (itulah Al-
Qur’an). Sebenarnya segala urusan itu milik Allah.

Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan sumpah yang


sungguhsungguh, “Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati.” Tidak
demikian (pasti Allah akan membangkitkannya), sebagai suatu janji yang benar
dari-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Kata ‫ واقسموا‬merupakan
shighat qasam yang asli yang merupakan unsur yang pertama yaitu fi'il qasam

atau al- Qāsim .Kata (‫ )هلل بِا‬merupakan muqsam bih.Kata (‫وت‬J ُ ‫يَ ْب َع‬
ُ J‫ث هللُ َم ْن يَ ُم‬ ‫) اَل‬
merupakan muqsam alaih.

Jika jawab al qasam itu berupa jumlah fi`liyyah (kalimat yang terdiri dari fi`il dan
fā`il) yang berbentuk fi`il mudhāri` (kata kerja bentuk sekarang dan akan datang)
maka dia dikuatkan oleh lam dan nun al taukīd. Contohnya surat al Insyiqāq ayat
16-19 yang berbunyi:

َ ۙ ‫ َو ْالقَ َم ِر اِ َذا اتَّ َس‬. ‫ق‬


ٍ ۗ َ‫ لَتَرْ َكب َُّن طَبَقًا ع َْن طَب‬.‫ق‬
‫ق‬ َ ۙ ‫ َوالَّي ِْل َو َما َو َس‬. ‫ق‬
ِ ۙ َ‫فَٓاَل اُ ْق ِس ُم بِال َّشف‬

8
Lihat Al Mukhtār al Salāmī. Al- Qasam…55.

xvii
“Maka Aku bersumpah demi cahaya merah pada waktu senja, demi malam dan
apa yang diselubunginya, demi bulan apabila jadi purnama, sungguh akan kamu
jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)”.( Q.S. Al-Insyiqaq: 16-19 ).

Huruf-Huruf Qasam

Huruf-huruf yang digunakan untuk qasam (sumpah) ada tiga macam, yaitu :

1. Huruf wawu, seperti dalam firman Allah swt . :

٢﴿‫﴾ َواللَّ ْي ِل إِ َذا َس َج ٰى‬١﴿‫﴾ َوالضُّ َح ٰى‬

“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi
(gelap)”. (QS. Adh-Dhuha [93] : 1-2)

2. Huruf ba’, seperti firman Allah swt. :

١﴿‫﴾اَل أُ ْق ِس ُم بِيَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬

“Aku bersumpah demi hari kiamat”. (QS. Al-Qiyamah [75] : 1)

3. Huruf ta’, seperti firman Allah swt. :

٥٦﴿ َ‫﴾تَاهَّلل ِ لَتُسْأَلُ َّن َع َّما ُكنتُ ْم تَ ْفتَرُون‬

“Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu
ada-adakan”. (QS. An-Nahl [16] : 56).

2.Unsur-Unsur Qasas Al-Qur’an

Kisah-kisah di dalam Alquran memiliki tiga unsur, yaitu pelaku (as-


sakhsiyyat), peristiwa (ahdats), dan dialog (alhiwar). Dari ketiga unsur tersebut
hampir semuanya terdapat di dalam kisah Alquran, seperti hal nya kisah-kisah
biasa. Akan tetapi, ketiga unsur tersebut memiliki peran yang sama bisa jadi di
antara ketiganya itu tidak ada, namun ada pengecualian yaitu seperti kisah Nabi
Yusuf a.s., dalam kisah Nabi Yusuf justru memiliki ketiga unsur tersebut. Maka
dari itu, hal ini merupakan sebab bahwa kisah di dalam Alquran itu merupakan
kisah pendek (Uqshush) (Rosihon Anwar, 2015).

xviii
C.Macam-Macam Qasam dalam Al-Qur’an dan Macam-Macam Qashash Al-
Qur’an

1.Macam-Macam Qasam Al-Qur’an

Sumpah dalam al-Qur’an terbagi dua macam:9

1.Zhahir, yaitu sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih
nya, atau qasam yang tidak disebutkan fi’il qasamnya, tapi diganti dengan huruf
ba’, wawu, ta’. Seperti firman Allah swt. :

ِ ‫﴾ َواَل أُ ْق ِس ُم بِالنَّ ْف‬١﴿‫﴾اَل أُ ْق ِس ُم بِيَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬


٢﴿‫س اللَّوَّا َم ِة‬

“Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat
menyesali (dirinya sendiri).”[6] (QS. Al-Qiyamah [75] : 1-2)

2.Mudhmar, yaitu sumpah yang di dalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak
pula muqsam bih, tapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk pada jawab
qasam. Seperti yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat 186

‫لَتُ ْبلَ ُو َّن فِي أَ ْم َوالِ ُك ْم َوأَنفُ ِس ُك ْم‬

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu”. (QS. Ali
Imran [3] : 186)

2.Macam-Macam Qashash Al-Qur;an

Kisah-kisah di dalam al-Qur’an itu bermacam-macam, ada yang


menceritakan para Nabidan umat-umat terdahulu, serta ada pula yang
mengisahkan berbagai macam peristiwa dankeadaan, baik dari masa lampau, masa
kini, ataupun masa yang akan datang. Ini merupakankebenaran kisah-kisah yang
mana manusia tidak tahu pada masa Rasulullah kecuali sebagian sajayang mereka
katahui. Atau mereka tahu kisah-kisah tersebut akan tetapi banyak
memperselisihkannya. Dalam hal ini, penulis membagi kisah-kisah dalam al-
Qur’an dengan berbagai tinjauan,yaitu: Ditinjau dari segi waktu, ditinjau dari segi
materi dan ditinjau dari segi panjang dan pendeknya.

9
Al-Qattan, hal. 417-418

xix
1.Ditinjau dari segi Waktu

Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam al-qur’an,
maka qashash al- Qur’an itu terbagi menjadi tiga macam:

a.Kisah-kisah hal-hal ghaib pada masa lalu (al-qashah al-Ghuyub al-madhiyah).

Yaitu,kisah-kisah yang menceritakan kejadian-kejadian yang sudah tidak


bisa ditangkap pancaindra yang terjadi pada masa lampau. Contohnya seperti
kisah-kisah pada Nabi Nuh, Nabi Musa, dan kisah Maryam. 10 Kisah-kisah ini
merupakan hal gahib masa lampau,karena telah usai dan menjadi kisah-kisah
klasik. Begitu juga kita tidak mengalaminya, mendengarnya dan menyaksikannya.

b.Kisah-kisah hal-hal ghaib pada masa kini (al-qashah al-ghuyub al-hadhirah).

Yaitu,kisah-kisah yang menerangkan hal ghaib pada masa Sekarang,


meski sudah Sejak dahulu dan masih akan tetap ada sampai masa yang akan
datang. Contohnya sepertikisah yang menerangkan tentang para Malaikat, Jin,
Setan, siksaan Neraka, kenikmatan Surga dan sebagainya. Kisah-kisah tersebut
dari dahulu sudah ada, Sekarang pun masih ada dan hingga masa yang akan
datang pun masih tetap ada. 7Bahkan, eksistensi wujud Allah termasuk dalam hal
ghaib masa sekarang, karena Ia ada namun kita tidak bisa melihatnya di dunia ini.

c.Kisah-kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang (al-qashash al-ghuyub
al- mustqbilah)

Yaitu, kisah-kisah yang menceritakan peristiwa yang akan datang yang


belum terjadi pada waktu turunnya al-Qur’an, kemudian peritiwa tersebut betul
betul terjadi. Contohnya seperti kemenangan bangsa Romawi atas Persia, yang
diterangkan ayat 1-4 surat al-Rum.8 Di antara karekteristik orang mukmin yang
paling menonjol adalah beriman kepada halghaib. Rasionalitas Islam adalah
rasianalitas ilmiah ghaibiyah.

2.Ditinjau dari segi Materi

10
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an,oleh M. Syafi’I,Thn. 2008, hlm. 296

xx
Jika ditinjauu dari segi materi yang diceritakan, maka kisah al-Qur’an itu
terbagi menjadi tiga macam:11

a.Kisah-kisah para Nabi.

Kisah ini mengandung dakwah mereka pada kaumnya, mu’jizat-mu’jizat


yang memperkuat dakwahnya, kisah sikap orang-orang yang memusuhinya,tapan-
tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diperkuat
olehyang mempercayai dan golongan mendustakan. Misalnya, kisah Nuh,
Ibrahim, Musa,Harun, Yusuf dan lain-lainnya.

b. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi pada masa lalu
dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya.

Misalnya kisah Thalut dan Jalut, penghunigua, Zulkaranain dan lain-lainnya.

c.Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tejadi pada


masa Rasulullah.

Seperti perang Badar dan perang Uhud dalam surat Ali Imran, Perang
Hunain dan Tabuk dalam surat al-Taubah, Isra’, dan lain-lain.

3.Ditinjau dari segi Pelaku

a.Manusia

Yaitu kisah yang pelakunya berupa manusia. Contoh: kisah nabi Sulaiman,
Fir’aun,Maryam, dan lain-lain.

b.Malaikat

Yaitu kisah yang pelakunya berupa malaikat. Contoh: kisah malaikat yang
terdapat dalam QS. Hud ayat 69-83 yaitu yang mengisahkan bahwa malaikat
datang kepada nabi Ibrahim dan nabi Luth dengan menjelma sebagai seorang
tamu.

11
Manna’ al-Qathan ,Mabahits fi ‘Ulumal-Qur’an,hal.306.

xxi
c.Jin

Kisah yang digambarkan oleh jin.

d. Binatang

Yaitu kisah yang pelakunya adalah binatang. Contoh: kisah burung yang
terdapat pada zaman nabi Sulaiman yang diabadikan dalam QS. An-Naml ayat 18-
19.

4. Ditinjau dari Segi Panjang Pendeknya

Dilihat dari panjang pendeknya, kisah-kisah Al-Qur’an dibagi menjadi 3


yaitu:

a.Kisah Panjang

Contohnya kisah Nabi Yusuf a.s dalam QS. Yusuf yang hampir seluruh
ayatnya mengungkapkan kehidupan Nabi Yusuf, sejak masa kanak-kanak sampai
dewasa dan memiliki kekuasaan.

b.Kisah yang Lebih Pendek dari Bagian yang Pertama (Sedang)

Seperti kisah Maryam dalam QS. Maryam, kisah Ashabul Kahfi dalam
QS. Al-Kahfi, kisah Nabi Adam dalam QS. Al-Baqarah dan QS. Thaha.

c.Kisah Pendek Kisah yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat

Misalnya kisah Nabi Hud a.s, Nabi Luth a.s dalam QS. Al-A’raf.10

5.Ditinjau Dari Jenisnya

Dilihat dari jenisnya, kisah-kisah dalam al-Qur’an dibagi dalam tiga


macam yaitu:

1.Kisah Sejarah (al-Qishash al-Tarikhiyyah)

Berkisar tentang kisah-kisah sejarah, seperti para nabi dan rasul.

2.Kisah Perumpamaan (al-Qishash al-Tamliziyah)

xxii
Untuk menerangkan atau memperjelas suatu pengertian atau keadaan,
bahwa peristiwa itu tidak benar terjadi tetapi hanya sebagai perumpamaan.

3.Kisah Futurolog

Kisah ini bertujuan untuk mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau


menafsirkan, fenomena yang ada menguraikan masalah yang sulit diterima akal.

D.Hikmah Aqsam Al-Qur’an dan Qasas Al-Qur’an

1.Hikmah Qasam dalam Al-Qur’an

Diantara hikmah-hikmah adanya qasam di dalam al-Qur’an adalah sebagai


berikut.

1. Untuk menegaskan kebenaran al-Qur’an.

2. Salah satu cara untuk menguatkan pembicaraan agar lawan bicara dapat
percaya dan menerima.

3. Menjelaskan betapa agungnya al-muqsam bih dan betapa pentingnya al-


muqsam ‘alaih.

4. Allah menggunakan beberapa benda sebagai sumpah-Nya, dimaksudkan


agar manusia memperhatikan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Dengan
begitu manusia merasa rendah di hadapan Allah.

5. Mengagungkan sifat dan kekuasaan Allah.

2.Faedah Qasas Al-Qur’an

Diantara faedah-faedah dari kisah atau Qashash al-Qur’an, ialah:

a.Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah SWT dan menjelaskan pokok-


pokok syariat yang dibawa oleh para Nabi, pada QS. Al- Anbiya ayat 25 telah
menjelaskan: Artinya: Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum
kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan selain Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian Aku.

xxiii
b.Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas agama Allah,
memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para
pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.

c.Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka


serta mengabadikan jejak peninggalannya.

d.Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang


diberitakannya ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi.
e.Menyibak kebohongan para ahli kitab dengan hujjah (dalil atau dasar
pemikiran) yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang mereka
sembunyikan dan menentang mereka sebelum kitab itu diubahnya. As-Syeikh
Muhammad Abduh (Pelopor visi dan paradigma rasional kompromi antara Islam
dengan peradaban barat) berpendapat bahwa tidak perlu memadukan antara cerita-
cerita yang ada dalam al-Qur’an dengan isi kitab Bani Israel atau kitab- kitab
sejarah kuno. Menurutnya al-Qur’an bukanlah catatan sejarah, juga bukan sebagai
kisah atau dongeng, akan tetapi merupakan petunjuk dan peringatan sehingga hal-
hal yang diungkapkan dalam al-Qur’an diharapkan untuk menjadi pelajaran dan
menjelaskan sunah-sunah kemasyarakatan.

f.Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para
pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ke dalam
jiwa. Firman Allah pada QS. Yusuf ayat 111 yang artinya: Sesungguhnya pada
kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.

Hikmah Pengulangan Qashash Dalam Al-Qur’an

Di dalam kitab suci al-Qur’an banyak sekali kisah-kisah yang disebutkan


berulang-ulang. Hanya saja pengulangan kisah-kisah Itu dalam bentuk yang
berbeda-beda. Hal tersebut mengandung hikmah yang di antaranya:

1). Menjelaskan ke-balaghah-an Qur’an dalam tingkat paling tinggi. Sebab di


antara keistimewaan balaghah adalah mengungkapkan sebuah makna dalam
berbagai macam bentuk yang berbeda.

xxiv
2). Menunjukkan kehebatan mukjizat Qur’an. Sebab mengemukakan sesuatu
makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun
tidak dapat ditandingi oleh sastrawan Arab, merupakan tantangan dahsyat dan
bukti bahwa Qur’an itu datang dari Allah.

3). Memberikan perhatian besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih
mantap dan melekat dalam jiwa.

4). Perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu diungkapkan. Maka sebagian dari
makna-maknanya diterangkan di satu tempat, karena hanya itulah yang
diperlukan, sedang makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain,
sesuai dengan tuntutan keadaan.12

12
Mannā Khalil al-Qattān, “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an” Cetakan kedua (Bogor, P.T.
Pustaka Litera AntarNusa,Terj. Drs. Mudzakir AS.,1994),hal.438

xxv
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

1.Menurut pemaparan makalah di atas, kesimpulan yang dapat diambil yakni,


bahwasannya aqsamul Qur’an adalah salah satu dari ilmu-ilmu tentang al-Qur’an
yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia sumpah-sumpah Allah
yang terdapat dalam al-Qur’an untuk mempertegas dan memperkuat berita yang
sampai kepada pendengar.

2.Huruf-huruf yang digunakan untuk bersumpah yakni ada tiga macam, wawu,
ba’, ta’.

3.Unsur yang digunakan dalam qasam yaitu Muqsim (yang bersumpah), adat
qasam, muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah), muqsam ‘alaih
(pernyataan karenanya sumpah diucapkan atau jawab qasam).

4.Tujuan diucapkannya sumpah adalah sebagai taukid untuk menguatkan sebuah


pendapat jika seseorang mengingkari, ragu-ragu maupun menolak dan bahkan
menentang pendapat yang telah kita ucapkan. Maka pendapat tersebut dapat
dikukuhkan dengan sumpah, agar orang yang mendengarkan dapat percaya
dengan apa yang telah kita ucapkan.

5.Menurut bahasa, kata qashash merupakan bentuk jamak dari kata qishah, yang
berarti mengikuti jejak atau menelusuri bekas atau cerita/kisah. Menurut istilah,
Qashash al-Qur’an merupakan kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang menceritakan
ihwal umat-umat terdahulu dan nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.

6.Macam-macam qashash dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

 Ditinjau dari segi waktu


 Ditinjau dari segi materi
 Ditinjau dari segi pelaku
 Ditinjau dari segi panjang pendeknya

xxvi
 Ditinjau dari jenisnya

7.Faedah (kegunaan) qashash dalam al-Qur’an yaitu untuk memperkuat iman kita
terhadap kisah-kisah yang pernah terjadi pada zaman dahulu untuk dapat kita
ambil hikmah dari peristiwa tersebut.

8.Hikmah qashash dalam al-Qur’an yaitu untuk menunjukkan kemukjizatan al-


Qur’an yang dapat mengisahkan kisah-kisah yang sudah terjadi maupun kisah
yang belum terjadi. Sehingga dengan hal tersebut kita dapat mengambil
hikmahnya.

B.Saran

Kami selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari Ibu
Afrina Refdianti, dan teman-teman semua agar makalah ini dapat dibuat dengan
lebih baik lagi. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga
bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan.

xxvii
DAFTAR PUSTAKA

Mannā Khalil al-Qattān, “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an” Cetakan kedua (Bogor, P.T.
Pustaka Litera AntarNusa,Terj. Drs. Mudzakir AS.,1994),hal.413

A.Rahmawati, “PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN


QASHASH AL-QUR’AN”
(https://ejournal.unisnu.ac.id/JPIT/article/download/722/994, Diakses pada 03
Oktober 2021, 14:23 WIB)

Mucotob Hamzah, Studi Al Qur’an Komprehensif (Yogyakarta: Gama


Media,2003), hlm. 201

Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an , Terj Mifdhol


Abdurrahman (Jakarta:Pustaka Al Kautsar,2005),hlm. 431

Al-Qattan, hal. 417-418

Mannā Khalil al-Qattān, “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an” Cetakan kedua (Bogor, P.T.
Pustaka Litera AntarNusa,Terj. Drs. Mudzakir AS.,1994),hal.416

Mannā` bin Khalīl al- Qaththān, Mabāḫits…, 301.

Al Mukhtār al Salāmī. Al- Qasam…55.

Al-Qattan, hal. 417-418

Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, hal 296 dalam


https://id.scribd.com/doc/39013786/ilmu-al-Qur’an-Kisah-Kisah-al-Qur’an-
Qashash -al-Quran-oleh-M-Syafi’i-WS-al-Lamunjani-Makalah-2008

Manna’ al-Qathan ,Mabahits fi ‘Ulumal-Qur’an,hal.306.

Mannā Khalil al-Qattān, “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an” Cetakan kedua (Bogor, P.T.
Pustaka Litera AntarNusa,Terj. Drs. Mudzakir AS.,1994),hal.438

xxviii
xxix

Anda mungkin juga menyukai