Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
PADANGSIDIMPUAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur dengan berkat Allah SWT dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Ilmu Aqsam Al-Qur’an dan Ilmu Qasas Al-Qur’an” ini terselesaikan dengan
baik.
Dan besar harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan kita
pengetahuan yang bisa membuat pikiran kita lebih berkembang lagi untuk kita
selaku pembaca makalah ini, sehingga kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………….…ii
DAFTAR ISI………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang…………………………………………………………….……1
B.Rumusan Masalah………………………………………………………………1
C.Tujuan Masalah…………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan…………………………………………………………………….23
B.Saran…………………………………………………………………………...24
DAFTAR PUSTAKA……………………………….........................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Salah satu cara yang digunakan untuk memperkuat argumentasi itu dengan
qasam atau sumpah. Uslub qasam banyak terdapat dalam al Qur'an. Adanya
kalimat qasam dalam al-Qur`an bukanlah sebagai bentuk ikut-ikutan terhadap
tradisi bangsa Arab ketika itu, tapi untuk menguatkan informasi wahyu yang
diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad dengan kondisi jiwa bangsa Arab
yang berbeda-beda sebagai penerima wahyu. Ada yang memiliki kesiapan jiwa
yang jernih serta hati yang suci sehingga dengan mudah mau menerima kebenaran
hanya dalam waktu yang singkat. Namun ada pula yang memiliki jiwa yang
tertutup oleh kejahilan dan kegelapan sehingga susah menerima petunjuk dan
kebenaran tersebut. Maka orang seperti ini perlu diberikan peringatan dengan
kalimat yang keras, sehingga diharapkan dapat berubah dan menerima kebenaran.
Maka “sumpah” ini dilakukan sebagai langkah untuk memberikan kesadaran
kepada mereka, kesadaran untuk menerima kebenaran yang datangnya dari Allah.
iv
Kemudian kita mengetahui ilmu mengenal Al-Qur’an lain yaitu Ilmu
Qasas Al-Qur’an yakni Al-Qur’an memuat kisah-kisah nabi yang pada dasarnya
kandungan Al-Quran itu terbagi menjadi bagian-bagian, yang pertama berisi
konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah, sejarah, dan amsal. kisah-
kisah dalam Al-Quran. tidak berarti bahwa Al-Quran sama dengan buku-buku
sejarah yang diuraikan secara kronologis dan lengkap dengan analisanya, akan
tetapi kisah-kisah dalam Al-Quran merupakan suatu metode untuk mewujudkan
tujuan yang ingin dicapai, karena bagaimanapun juga Al-Quran adalah kitab
dakwah agama dan kisah-kisah adalah satu metode untuk menyampaikan
materinya. Jelasnya bahwa adanya kisah tersebut tidak lain merupakan petunjuk,
nasehat dan ibrah bagi manusia. Agar menjadi pelajaran dalam meniti hidup dan
kehidupannya.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Permasalahan
v
5.Mengetahui apa saja macam-macam Aqsam Al-Qur’an.
vi
BAB II
PEMBAHASAN
Aqsâm adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hijf dan al-yamîn,
yakni sumpah. Sigat asli qasam ialah fi’il atau kata kerja “aqsama” atau “ahlafa”
yang di-muta’addi (transitif)-kan dengan “ba” untuk sampai kepada muqsam bih
(sesuatu yang digunakan untuk bersumpah), lalu dengan muqsam ‘alaih (sesuatu
yang karena sumpah diucapkan) yang dinamakan dengan jawab qasam. Misalnya
firman Allah: “Mereka bersumpah dengan nama Allah, dengan sumpah yang
sungguh-sungguh, bahwasanya Allah tidak akan membangkitkan orang yang
mati.” (an-Nahl [16]:38).1
Dengan demikian, ada tiga unsur dalam sigat qasam: fi’il yang
ditransitifkan dengan “ba”, muqsam bih dan muqsam ‘alaih.
Qasam dan yamîn adalah dua kata sinonim, mempunyai makna yang sama.
Qasam didefenisikan sebagai “mengikat jiwa (hati) agar tidak melakukan atau
melakukan sesuatu, dengan ‘suatu makna’ yang dipandang besar, agung baik
Mannā Khalil al-Qattān, “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an” Cetakan kedua (Bogor, P.T.
1
vii
secara hakiki maupun secara I’tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu.” Bersumpah
dinamakan juga dengan yamîn ( tangan kanan), karena orang Arab ketika sedang
bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya.
Menurut bahasa Qashash berasal dari kata qishah yang berarti kisah,
cerita, atau hikayat (Munawir, 1984: 121). Kata qashash merupakan bentuk
masdar, seperti halnya dalam al-Qur’an al-Kahfi ayat 64, fartadda ‘ala atsarihima
qashasha “ (lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula) (Chirzin,
1998: 118). Kata qashash dapat ditemukan dalam beberapa surat dan memiliki arti
yang bermacam- macam, qashash berarti mencari jejak dalam QS. Al-Kahfi ayat
64, berarti menceritakan kebenaran dalam QS. Al-An’am ayat 57, bararti
menceritakan ulang hal yang tidak mesti terjadi daalam QS Yusuf ayat 5 dan
berarti berita berurutan dalam QS. Ali Imran ayat 62.2
Ilmu Qashashil Qur’an ialah ilmu yang membahas kisah-kisah yaitu jejak-
jejak umat dan Nabi terdahulu serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di dalam
al-Qur’an.3 Kata al-qashash adalah bentuk masdar seperti firman Allah SWT pada
QS. Al-Kahfi ayat 64: Dia (Musa) berkata “itulah (tempat) yang kita cari” Lalu
keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula.Maksudnya, kedua orang itu
kembali lagi untuk mengikuti jejak dari mana keduanya itu datang. Qashash
berarti berita yang berurutan. Firman Allah pada QS. Ali-Imran ayat 62 berbunyi:
Artinya: Sungguh ini adalah kisah yang benar, tidak ada Tuhan selain Allah, dan
sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Qashash al-Qur’an adalah
pemberitaan Qur’an ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang
terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Qur’an banyak mengandung
2
A.Rahmawati, “Jurnal PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN QASHASH
AL-QUR’AN”, Jepara, Thn. 2018, hlm. 34
3
Mucotob Hamzah, Studi Al Qur’an Komprehensif (Yogyakarta: Gama Media,2003),
hlm. 201
viii
keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan
negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua
keadaan mereka dengan cara yang menarik dan memesona (mengagumkan).4
ix
Qur’an adalah buku cerita ataupun buku sejarah yang diuraikan secara lengkap
kronologisnya, analisanya. Namun menurut Sayyid Qutub (1956: 120) qashash
tersebut merupakan pemilihan sebuah metode yang bertujuan untuk
mengungkapkan tujuan yang hendak dicapai, dan qashahs merupakan satu bentuk
metode yang dipakai dalam penyampaian materinya.
Kisah dalam al-Qur’an bukanlah kisah fiktif belaka, namun kisahnya dari
peristiwa yang benar-benar terjadi pada umat terdahulu. Kisah al-Qur’an juga
dapat dibuktikan kebenarannya dari peninggalan yang dapat kita lihat sampai saat
ini, seperti halnya danau Qorun, piramida, spink, luxor, masjidil aqsa, masjidil
haram, ka’bah dan lain sebagainya. Manfaat dari qashash Quran itu sendiri dapat
memberikan kesejukan hati, bahan renungan, pemikiran, pelajaran serta
membangkitakan imajinasi baik pembaca maupun pendengarnya. Jelasnya bahwa
adanya kisah tersebut tidak lain merupakan petunjuk, nasehat dan ibrah bagi
manusia. Agar menjadi pelajaran dalam meniti hidup dan kehidupannya (QS. 11:
120).
x
kali dalam surat yang berbeda namun mampu diungkapkan dengan uslub yang
berbeda-beda dan disajikan dengan pola yang berbeda pula. Dengan demikian
kisah tersebut tidak membuat bosan bagi pembaca maupun pendengar bahkan
lebih menyentuh ke dalam hati. Kedua, menunjukkan betapa hebatnya al-Quran.
Karena dapat mengungkapkan satu makna dalam berbagai bentuk susunan
kalimat, dan satu bentuk kalimat itupun belum ada satu orangpun yang mampu
menandinginya. Ketiga, dengan pengulangan tersebut secara otomatis pesan,
pelajaran/ibrah dari kisah tersebut dapat lebih melekat dalam jiwa. Karena dengan
pengulangan tersebut menunjukkan perhatian al- Qur’an yang sangat besar
terhadap suatu masalah. Keempat, kisah yang sama namun penyajian yang
berbeda menunjukkan tujuan yang berbeda. Sebagian maknanya diungkapkan
dalam satu tempat karena hanya itulah yang diperlukan, namun makna lain
diungkapkan di tempat lain karena disesuaikan dengan tuntutan dan keadaan.
Sesuatu itu dinamai dengan uslub qasam jika dia itu diiringi dengan unsur-
unsur yang mendukung qasam tersebut. Ada beberapa unsur qasam yang mesti
ada yaitu:5
a.Muqsim
b.Adat Qasam
Adat qasam adalah alat atau perangkat yang digunakan untuk bersumpah,
baik menggunakan fi’il qasam maupun huruf seperti wawu, ba’, ta’. Perangkat
qasam baik yang berbentuk uqsimu ataupun ahlifu harus disertai dengan huruf ba’
seperti yang terdapat pada dalam surat an-Nahl.
5
Al-Qattan, hal. 417-418
xi
“Mereka bersumpah dengan nama Allah” (QS. An-Nahl [16] : 38)
(At-Taubah/9:62)
Adakalanya fi`il qasam didahului oleh lā al nāhiyah () ال النا هىة. Ā'isyah
binti al Syāthi' menyatakan bahwa ungkapan ))ال اقسمyang mendapat tambahan lā
dalam al- Qur'an hanya berlaku untuk muqsam bihnya Allah. Bentuk sumpah
yang ditambah huruf lā di depan fi‟il qasamnya, seperti surat al-Ma‟ārij ayat 40
yang berbunyi:
Maka, Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan
terbenamnya (matahari, bulan, dan bintang), sesungguhnya Kami benar-benar
Mahakuasa
xii
)92:2/ ﴾ ( الّيل٢ ۙار اِ َذا تَ َج ٰلّى
ِ َ﴿ َوالنَّه
(Al-Lail/92:1-4)
( ۗ َما َو َّدعَكَ َربُّكَ َو َما قَ ٰلى. ۙ َوالَّي ِْل اِ َذا َس ٰجى. ۙ) َوالضُّ ٰحى
Demi waktu duha ( ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila
telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula)
membencimu.(Q.S.ad-Dhuha[93]:1-3).
Huruf qasam lainnya yaitu huruf tā`(اءJJ( التyang khusus digunakan pada
lafadh jalālah ( هلال.(Penggunaan huruf tā` ini sebagai ganti huruf waw yang sudah
biasa digunakan di kalangan bangsa Arab. Mereka itu beralih dari huruf waw ke
huruf lainnya apabila terletak di awal kata. Ia dianggap di antara huruf-huruf
qasam yang paling lemah dan tidak disertai bersamanya fi`il qasam sebagaimana
huruf bā'. Ia tidak masuk pada kata-kata الر حمن, هللا, الر بdan jika ada selain ini
maka itu suatu yang aneh dan cacat11 . Al Mukhtār al Salāmī berpendapat bahwa
huruf tā' bukanlah huruf asli dalam qasam tapi ia adalah ganti dari huruf waw
karena keduanya berdekatan dalam makhrajnya misalnya "" تراثasal katanya "
"وراث. Contohnya surat al- Anbiyā` ayat 57 yang berbunyi:
(Nabi Ibrahim berkata dalam hatinya,) “Demi Allah, sungguh, aku akan
melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi
meninggalkannya.”
Jadi dalam penggunaannya waw dan tā` al-qasam mesti dibuang fi'ilnya. Ja'far al
Subḫānī menyebutkan untuk unsur yang pertama ini dengan istilah lain yaitu al-
xiii
Qāsim ( ) القاسمatau al- Hālif () الحا لف. Perbedaan yang digunakan untuk unsur
yang pertama hanyalah perbedaan istilah saja, namun tujuannya sama semua.
c. Muqsam bih ( ) المسم بهatau penguat sumpah, yaitu sumpah itu harus diperkuat
dengan sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah yaitu Allah . Ditinjau dari
muqsam bihnya, maka qasam itu hanya dengan menggunakan nama atau sesuatu
yang diagungkan atau dibesarkan. Kadangkala Allah bersumpah dalam al- Qur'an
dengan menyebut diriNya atau zat- Nya, dan ini terdapat di tujuh tempat yaitu:
b. Surat al Taghābun ayat 7:قُلْ بَ ٰلى َو َرب ِّْي لَتُ ْب َعثُ َّن ثُ َّم لَتُنَبَّؤ َُّن بِ َما َع ِم ْلتُ ۗ ْم
c. Surat Sabā' ayat 3: َوقَا َل الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا اَل تَأْتِ ْينَا السَّا َعةُ ۗقُلْ بَ ٰلى َو َرب ِّْي لَتَأْتِيَنَّ ُك ۙ ْم
Orang-orang yang kufur berkata, “Hari Kiamat itu tidak akan datang kepada
kami.” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Pasti datang. Demi Tuhanku yang
mengetahui yang gaib, kiamat itu pasti mendatangi kamu
xiv
َ َك اَل ي ُْؤ ِمنُوْ نَ َح ٰتّى يُ َح ِّك ُموْ كَ فِ ْي َما َش َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم اَل يَ ِج ُدوْ ا فِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِّم َّما ق
ضيْتَ َويُ َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما َ ِّفَاَل َو َرب
Maka, Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan
terbenamnya (matahari, bulan, dan bintang), sesungguhnya Kami benar-benar
Mahakuasa
)من حلف بغير هللا فقد كفر اواشرك (رواه التر مذي
“Barangsiapa bersumpah dengan selain (nama) Allah, maka ia telah kafir atau
telah mempersekutukan (Allah).6
Selain dari ayat- ayat tersebut di atas maka Allah bersumpah dalam al-
Qur'an semuanya dengan menggunakan ciptaannya sesuai dengan kehendaknya.
Al Zarkasyī menjelaskan beberapa argument bahwa Allah bersumpah
menggunakan makhluk ciptaan-Nya. Pertama, membuang mudhāf seperti ayat (
)ورب الفجرdan ayat (تينJJ )ورب ال, demikian juga contoh lainnya. Kedua, Benda-
benda yang dipakai untuk bersumpah oleh Allah adalah benda-benda yang
dikagumi oleh orang Arab dan mereka mempergunakannya untuk bersumpah,
sehingga al- Qur'an diturunkan sesuai dengan kebiasaan mereka. Ketiga, Sumpah-
sumpah yang diucapkan tersebut dengan menggunakan makhluk ciptaan-Nya
Mannā Khalil al-Qattān, “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an” Cetakan kedua (Bogor, P.T.
6
xv
disebabkan karena benda- benda tersebut menunjukkan tanda- tanda kebesaran
penciptanya.
Di sisi lain, Abū al Qāsim al Qushairī seperti yang dikutip oleh al Zarkasyī
menjelaskan bahwa sumpah Allah terhadap ciptaanNya mencakup dua hal yaitu
karena kelebihannya, seperti yang terdapat dalam surat al Dhuḫā ayat 1-3:
ۗ َما َو َّدعَكَ َربُّكَ َو َما قَ ٰلى. َوالَّي ِْل اِ َذا َس ٰجى. َۙوالضُّ ٰحى
Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila
telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula)
.membencimu
:Atau karena manfaatnya seperti yang terdapat dalam surat al Tīn ayat 1-4
لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ فِ ْٓي اَحْ َس ِن تَ ْق ِوي ۖ ٍْم. َو ٰه َذا ْالبَلَ ِد ااْل َ ِمي ۙ ِْن. َ َوطُوْ ِر ِس ْينِ ْي ۙن. َوالتِّ ْي ِن َوال َّز ْيتُوْ ۙ ِن
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, demi gunung Sinai, dan demi negeri (Mekah)
yang aman ini. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
.sebaik-baiknya
Dengan bersumpah memakai nama Allah atau sifat-sifat-Nya, maka hal ini
sama dengan mengagungkan Allah karena telah menjadikan namanya selaku zat
yang diagungkan sebagai penguat sumpah. Oleh sebab itu manusia tidak
diperkenankan bersumpah dengan menyebut nama selain Allah. Karena itu ketika
seseorang bersumpah hendaklah ia berpikir secara matang karena ia sudah
mengaitkan sumpahnya itu dengan Allah.
d.Muqsam alaih ( ) المقسم عليهatau berita yang diperkuat dengan sumpah yaitu
berupa ucapan yang ingin diterima atau dipercaya oleh orang yang mendengar,
lalu diperkuat dengan sumpah tersebut. Muqsam `alaih ini dinamakan juga dengan
jawāb al qasam ( ( وب القسمJ ج.7Inilah sebenarnya yang menjadi tujuan dari sumpah
itu sendiri yaitu membenarkan dan menguatkan berita yang disampaikan.
7
Lihat Mannā` bin Khalīl al- Qaththān, Mabāḫits…, 301.
xvi
Al Mukhtār al Salāmī menyebutkan bahwa fi`il qasam, adāt al qasam, dan
muqsam bih dengan jumlah al qasam (ة القسمJJ( )جملkalimat untuk sumpah),
sedangkan untuk muqsam alaih disebut jawāb al- qasam ( )جوب القسم.8
ت بِ ِه ااْل َرْ ضُ اَوْ ُكلِّ َم بِ ِه ْال َموْ ٰتىۗ بَلْ هّٰلِّل ِ ااْل َ ْم ُر َج ِم ْيع ًۗا ْ َولَوْ اَ َّن قُرْ ٰانًا ُسيِّ َر
ْ ت بِ ِه ْال ِجبَا ُل اَوْ قُطِّ َع
Sekiranya ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dengannya gunung-gunung dapat
digeserkan, bumi dibelah, atau orang mati dapat diajak bicara, (itulah Al-
Qur’an). Sebenarnya segala urusan itu milik Allah.
atau al- Qāsim .Kata ( )هلل بِاmerupakan muqsam bih.Kata (وتJ ُ يَ ْب َع
ُ Jث هللُ َم ْن يَ ُم ) اَل
merupakan muqsam alaih.
Jika jawab al qasam itu berupa jumlah fi`liyyah (kalimat yang terdiri dari fi`il dan
fā`il) yang berbentuk fi`il mudhāri` (kata kerja bentuk sekarang dan akan datang)
maka dia dikuatkan oleh lam dan nun al taukīd. Contohnya surat al Insyiqāq ayat
16-19 yang berbunyi:
8
Lihat Al Mukhtār al Salāmī. Al- Qasam…55.
xvii
“Maka Aku bersumpah demi cahaya merah pada waktu senja, demi malam dan
apa yang diselubunginya, demi bulan apabila jadi purnama, sungguh akan kamu
jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)”.( Q.S. Al-Insyiqaq: 16-19 ).
Huruf-Huruf Qasam
Huruf-huruf yang digunakan untuk qasam (sumpah) ada tiga macam, yaitu :
“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi
(gelap)”. (QS. Adh-Dhuha [93] : 1-2)
“Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu
ada-adakan”. (QS. An-Nahl [16] : 56).
xviii
C.Macam-Macam Qasam dalam Al-Qur’an dan Macam-Macam Qashash Al-
Qur’an
1.Zhahir, yaitu sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih
nya, atau qasam yang tidak disebutkan fi’il qasamnya, tapi diganti dengan huruf
ba’, wawu, ta’. Seperti firman Allah swt. :
“Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat
menyesali (dirinya sendiri).”[6] (QS. Al-Qiyamah [75] : 1-2)
2.Mudhmar, yaitu sumpah yang di dalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak
pula muqsam bih, tapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk pada jawab
qasam. Seperti yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat 186
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu”. (QS. Ali
Imran [3] : 186)
9
Al-Qattan, hal. 417-418
xix
1.Ditinjau dari segi Waktu
Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam al-qur’an,
maka qashash al- Qur’an itu terbagi menjadi tiga macam:
c.Kisah-kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang (al-qashash al-ghuyub
al- mustqbilah)
10
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an,oleh M. Syafi’I,Thn. 2008, hlm. 296
xx
Jika ditinjauu dari segi materi yang diceritakan, maka kisah al-Qur’an itu
terbagi menjadi tiga macam:11
b. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi pada masa lalu
dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya.
Seperti perang Badar dan perang Uhud dalam surat Ali Imran, Perang
Hunain dan Tabuk dalam surat al-Taubah, Isra’, dan lain-lain.
a.Manusia
Yaitu kisah yang pelakunya berupa manusia. Contoh: kisah nabi Sulaiman,
Fir’aun,Maryam, dan lain-lain.
b.Malaikat
Yaitu kisah yang pelakunya berupa malaikat. Contoh: kisah malaikat yang
terdapat dalam QS. Hud ayat 69-83 yaitu yang mengisahkan bahwa malaikat
datang kepada nabi Ibrahim dan nabi Luth dengan menjelma sebagai seorang
tamu.
11
Manna’ al-Qathan ,Mabahits fi ‘Ulumal-Qur’an,hal.306.
xxi
c.Jin
d. Binatang
Yaitu kisah yang pelakunya adalah binatang. Contoh: kisah burung yang
terdapat pada zaman nabi Sulaiman yang diabadikan dalam QS. An-Naml ayat 18-
19.
a.Kisah Panjang
Contohnya kisah Nabi Yusuf a.s dalam QS. Yusuf yang hampir seluruh
ayatnya mengungkapkan kehidupan Nabi Yusuf, sejak masa kanak-kanak sampai
dewasa dan memiliki kekuasaan.
Seperti kisah Maryam dalam QS. Maryam, kisah Ashabul Kahfi dalam
QS. Al-Kahfi, kisah Nabi Adam dalam QS. Al-Baqarah dan QS. Thaha.
Misalnya kisah Nabi Hud a.s, Nabi Luth a.s dalam QS. Al-A’raf.10
xxii
Untuk menerangkan atau memperjelas suatu pengertian atau keadaan,
bahwa peristiwa itu tidak benar terjadi tetapi hanya sebagai perumpamaan.
3.Kisah Futurolog
2. Salah satu cara untuk menguatkan pembicaraan agar lawan bicara dapat
percaya dan menerima.
xxiii
b.Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas agama Allah,
memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para
pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.
f.Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para
pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ke dalam
jiwa. Firman Allah pada QS. Yusuf ayat 111 yang artinya: Sesungguhnya pada
kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.
xxiv
2). Menunjukkan kehebatan mukjizat Qur’an. Sebab mengemukakan sesuatu
makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun
tidak dapat ditandingi oleh sastrawan Arab, merupakan tantangan dahsyat dan
bukti bahwa Qur’an itu datang dari Allah.
3). Memberikan perhatian besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih
mantap dan melekat dalam jiwa.
4). Perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu diungkapkan. Maka sebagian dari
makna-maknanya diterangkan di satu tempat, karena hanya itulah yang
diperlukan, sedang makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain,
sesuai dengan tuntutan keadaan.12
12
Mannā Khalil al-Qattān, “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an” Cetakan kedua (Bogor, P.T.
Pustaka Litera AntarNusa,Terj. Drs. Mudzakir AS.,1994),hal.438
xxv
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
2.Huruf-huruf yang digunakan untuk bersumpah yakni ada tiga macam, wawu,
ba’, ta’.
3.Unsur yang digunakan dalam qasam yaitu Muqsim (yang bersumpah), adat
qasam, muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah), muqsam ‘alaih
(pernyataan karenanya sumpah diucapkan atau jawab qasam).
5.Menurut bahasa, kata qashash merupakan bentuk jamak dari kata qishah, yang
berarti mengikuti jejak atau menelusuri bekas atau cerita/kisah. Menurut istilah,
Qashash al-Qur’an merupakan kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang menceritakan
ihwal umat-umat terdahulu dan nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.
xxvi
Ditinjau dari jenisnya
7.Faedah (kegunaan) qashash dalam al-Qur’an yaitu untuk memperkuat iman kita
terhadap kisah-kisah yang pernah terjadi pada zaman dahulu untuk dapat kita
ambil hikmah dari peristiwa tersebut.
B.Saran
Kami selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari Ibu
Afrina Refdianti, dan teman-teman semua agar makalah ini dapat dibuat dengan
lebih baik lagi. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga
bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan.
xxvii
DAFTAR PUSTAKA
Mannā Khalil al-Qattān, “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an” Cetakan kedua (Bogor, P.T.
Pustaka Litera AntarNusa,Terj. Drs. Mudzakir AS.,1994),hal.413
Mannā Khalil al-Qattān, “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an” Cetakan kedua (Bogor, P.T.
Pustaka Litera AntarNusa,Terj. Drs. Mudzakir AS.,1994),hal.416
Mannā Khalil al-Qattān, “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an” Cetakan kedua (Bogor, P.T.
Pustaka Litera AntarNusa,Terj. Drs. Mudzakir AS.,1994),hal.438
xxviii
xxix