Anda di halaman 1dari 13

KONSEP TAFSIR, TAKWIL, TARJAMAH DAN HERMENEUTIK AL-QURAN

ALFA ROISYA

12851221002

Program Magister Tadris Matematika

UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

alfaroisya10@gmail.com

Abstrak

Tafsir, Takwil, Tarjamah dan Hermeneutik Al-Quran pada hakikatnya disiplin ilmu Al-
Quran dalam rangka memahami teks di dalam Al-Quran dan menjelaskan tentang
kandungan Al-Quran. Al-Qur’an adalah mukjizat Allah yang amat besar yang diberikan
kepada Nabi Muhammad SAW yang mempunyai kandungan, pesan, bahkan rahasia-
rahasia yang tersirat yang hanya dapat difahami kalau kita tahu akan ilmunya.
Pemahaman seseorang dalam memahami Al-Quran tidak sama meskipun mungkin
mereka para hafidz Al-Qur’an, hafal berbagai hadits dan kaidah-kaidah ushul fiqih dan
bahasa. Apalagi kalau temanya mengenai penafsiran dan penakwilan, penerjemahan
serta hermeneutik disitu akan jelas kelihatan mana yang masih dalam keadaan umi dan
mana orang yang sudah bisa mencapai dzaki yang sudah faham dan mengerti kandungan
dan rahasia-rahasia Al-Qur’an.

Kata Kunci : Tafsir, Takwil, Terjemah dan Hermeneutik 

A. PENDAHULUAN
Al-quran merupakan kitab suci Al-quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
melalui perantara Malaikat Jibril. Selain itu Al-Quran merupakan pedoman hidup bagi umat
Islam. Karena Al-Quran diturunkan dan ditulis dengan bahasa arab, maka tidak dipungkiri
dari ayat-ayatnya masih banyak yang bersifat global. Sehingga tidak bisa dipahami secara
tekstual, maka dari itu perlu penerjemahan, penafsiran, pentakwilan ataupun hermeneutic
Al-Quran untuk bisa memeahami Al-Quran.

1
Dalam fungsinya sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat Islam, Al-Quran dijaga
keasliannya oleh Allah SWT. Hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian Al-Quran
tersebut agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini di jalan yang lurus yaitu
jalan Allah SWT. Kemampuan pemahaman seseorang dalam memahami Al-Quran tidak
sama meskipun mungkin mereka para hafidz Al-Qur’an, hafal berbagai hadits dan kaidah-
kaidah ushul fiqih dan bahasa. Dimana penjelasan pedoman hidup umat Islam yakni Al-
Quran sangatlah sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya sedemikian rinci. Namun untuk
penafsiran dan penakwilan, penerjemahan serta hermeneutic maka membutuhkan
kemampuan dan keahlian khusus.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Tafsir
Secara bahasa kata "tafsir” diambil dari kata “fassara-yufassiru-tafsira" yang
berarti keterangan atau uraian.1 Secara istilah, tafsir berarti menjelaskan makna ayat al-
qur’an, keadaan kisah dan sebab turunya ayat tersebut dengan lafal yang menunjukkan
kepada makna zahir. Tafsir adalah penjelas terhadap makna lahiriyah dari ayat Al-quran
yang pengertiannya secara tegas menyatakan maksud yang dikehendaki oleh Allah.2
Adapun pengertian tafsir secara istilah menurut para ulama, diantara lain sebagai
berikut : 3
a. Menurut Abu Hayyan
Tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafazh-lafazh Al-Quran serta cara
mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan hukum, dan makna-makna
yang terkandung di dalamnya.
b. Menurut Az-Zarkasyi
Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan makna-
makana kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, serta
menyimpulkan kandungan-kandungan hukum dan hikmahnya.

1
Rosihon Anwar, Ulumul Al-Quran, (Bandung : CV Pustaka Setia),hlm 210
2
Acep Hermawan, ‘Ulumul Quran (Ilmu untuk memahami wahyu), (Bandung : PT Remaja Rosdakarya)hlm 114
3
Ibid

2
c. Menurut Al-Kilbiy
tafsîr ialah “menjelaskan Al- Qur'an dan menerangkan maknanya, menjelaskan
apa yang dikehendaki nash tersebut, isyarat, atau tujuannya.4
2. Macam-macam Tafsir
Adapun macam-macam tafsir diantara lain sebagai berikut :5
a. Tafsir Bil Ma’tsur
Tafsir bi al-ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an,
menafsirkan ayat Al Qur’an dengan sunnah, menafsirkan ayat al-Qur’an dengan
pendapat para sahabat, atau menafsirkan ayat al-Qur’an dengan perkataan para
tabi’in.
1) Menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran
Misalnya dalam surat Al-Hajj ayat 30 :

‫ت لَ ُك ُم االَْن َع ُام إِاَّل َما يُْتلى َعلَْي ُكم‬ ِ


ْ َّ‫َوأُحل‬
Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang
diterangkan kepadamu keharamannya...”.
Kalimat ‘diterangkan kepadamu’ (illa ma yutla ‘alaikum) ditafsirkan dengan
surat al-Maidah ayat 3 : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,
daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah.”
2) Menafsirkan Al-Quran dengan As-Sunnah/Hadits
Surat Al-An’am ayat 82 :

‫ون‬ ُ‫د‬ ‫ت‬ ْ ‫ه‬‫م‬ ‫مُه‬‫و‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫َأْل‬‫ٱذَّل ِ ين ءامنو ۟ا ولَم يلْبِسو ۟ا مي هَن م ب ُِظمْل ُأولَ ٓ ِئ َك لَهُم ٱ‬
ُّ ْ
َ َ َ ُ ُ ٰ ۟ ٍ ُ َٰ ٓ ُ َ ْ َ ُ َ َ َ
‫ِإ‬
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangandan mereka
orang-orang yang mendapat petunjuk”
Kata “al-zulm” dalam ayat tersebut, dijelaskan oleh Rasul Allah saw dengan
pengertian “al-syirk” (kemusyrikan).

4
Amroeni Drajat, Ulumul Quran, (Depok : Kencana), hlm 124
5
Zainudin dan M.Ridwan, “Tafsir,Takwil dan Terjemah”, Portal Jurnal Online Kopertais wilayah IV, Al- Allam Vol. 1
No. 1 Januari 2020, hlm 2

3
3) Menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat para sahabat
Mengenai penafsiran sahabat terhadap Alquran ialah diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir dan Ibnu Halim dengan Sanad yang saheh dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas
yang menerangkan surah An-Nisa ayat 2 ini :
‫ِيث ِبٱ َّلط ّي ِِب ۖ َواَل تَ ْألُك ُ ٓو ۟ا َأ ْم َ ٰولَه ُْم ىَل ٰ ٓ َأ ْم َ ٰو ِلمُك ْ ۚ نَّهُۥ اَك َن ُحواًب َك ِب ًريا‬
َ ‫َو َءاتُو ۟ا ٱلْ َي َتٰ َم ٰ ٓى َأ ْم َ ٰولَه ُْم ۖ َواَل تَت َ َبدَّ لُو ۟ا ٱلْ َخب‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka,
jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan
harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan
memakan) itu,adalah dosa yang besar.”
Kata ”hubb” ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dengan dosa besar.
4) Menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat para Tabi’in
Contoh bukunya:
a) Jami al-bayan fi tafsir Al.Qur’an, Muhammad B. Jarir al. Thabari, W. 310 H.
terkenal dengan tafsir Thabari.
b) Bahr al-Ulum, Nasr b. Muhammad al- Samarqandi, w. 373 H. terkenal
dengan tafsir al- Samarqandi.
c) Ma’alim al-Tanzil, karya Al-Husayn bin Mas’ud al Baghawi, wafat tahun
510, terkenal dengan tafsir al Baghawi.
b. Tafsir Bir Ra’yi
Yaitu penafsiran Al-Qur’an berdasarkan rasionalitas pikiran (ar-ra’yu),dan
pengetahuan empiris (ad-dirayah). Tafsir jenis ini mengandalkan kemampuan
“ijtihad” seorang mufassir, dan tidak berdasarkan pada kehadiran riwayat-riwayat
(ar-riwayat). Contoh surat al-Alaq ayat 2 :

‫َخلَ َق اإْلِ نْ َسا َن‬


c. Kata alaq disini diberi makna dengan bentuk jamak dari lafaz alaqah yang berarti
segumpal darah yang kental. Tafsir Bir Ra’yi terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1) Tafsir Mahmud (Terpuji)
Suatu penafsiran yang cocok dengan tujuan syar’i, jauh dari kesalahan dan
kesesatan, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, serta berpegang teguh pada
ushlub-ushlubnya dalam memahami nash Al-Qur’an.

4
2) Tafsir Al-Bathil Al-Madzmum
Suatu penafsiran berdasarkan hawa nafsu, yang berdiri di atas kebodohan dan
kesesatan. Manakala seseorang tidak faham dengan kaidah-kaidah bahasa Arab,
serta tujuan syara’, maka ia akan jatuh dalam kesesatan, dan pendapatnya tidak bisa
dijadikan acuan. Contoh bukunya:
1) Mafatih al-Ghayb, Karya Muhammad bin Umar bin al-Husain al Razy, wafat
tahun 606, terkenal dengan tafsir al Razy.
2) Anwar al-Tanzil wa asrar al-Ta’wil, Karya ‘Abd Allah bin Umar al Baydhawi,
wafat pada tahun 685, terkenal dengan tafsir al-Baydhawi.
3) Aal-Siraj al-Munir, Karya Muhammad al-Sharbini al Khatib, wafat tahun 977,
terkenal dengan tafsir al Khatib.
d. Tafsir Bil Isyari
Suatu penafsiran diamana menta`wilkan ayat tidak menurut zahirnya namun
disertai usaha menggabungkan antara yang zahir dan yang tersembunyi. Contoh :
“...Innallaha ya`murukum an tadzbahuu baqarah...”
Yang mempunyai makna Zhahir adalah “......Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu menyembelih seekor sapi betina...” . Tetapi dalam tafsir Isyari diberi makna
dengan “....Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah...”
3. Macam-macam Tafsir Berdasarkan Corak Penafsirannya
Corak penafsiran vang alimaksud dalun hal ini adalah bidang keilrnuan yang mewamai
suatu kitab talsir. Hal ini lerjadi karena ruulasir memiliki latar belakang keilmuan vang
berbeda-beda, sehingga tafsir yang dihasilkannya pun memiliki corak sesuai dengan
disiplin ilmu yang dikuasainya. Di antaranya sebagai berikut. 6
a. Tafsir shuf/isyari, corak penafsiran Ilmu Tashawwuf yang dari segi sumbernya
termasuk tafsir Isyari. Nama-nama kitab tafsir yang temasuk corak shufi ini, antara
lain:
1) Tafsir Al-Quran Al-Azhim, karya Sahl bin Abdillah Al-Tustari. Dikenal dengan
Tafsir Al-Tustasry.
2) Haqaiq Al-Tafsir, karya Abu Abdirahman Al-Silmi, terkenal dengan sebutan Tafsir
Al-Silmi.

6
Acep Hermawan, ‘Ulumul Quran (Ilmu untuk memahami wahyu), (Bandung : PT Remaja Rosdakarya)hlm 115-117

5
3) Al-Kasyf wa Al-Bavan, karya Ahrnad bin Ibrahim Al-Naisabury, terkenal dengan
nama Tafsir Al-Naisabtury.
b. Tafsir Fiqhi, corak penafsiran yang lebih banyak menyoroti masalah- masalah fiqih.
Dari segi sumber penafsirannya, tafsir bercorak fiqhi ini termasuk tafsir bi Al-
ma`tsur. Kitab-kitab tafsir yang termasuk corak ini salah satunya adalah Ahkam Al-
Ouran, karya Al-Jashshash, yaitu Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Razi, dikenal dengan
nama Tafsir Al-Jashshash. Tafsir ini menupakan tafsir yang penting dalam fiqih
mazhab Hanafi.
c. Tafsir Falsafi, yaitu tafsir yang dalam penjelasannya menggunakan pendekatan
filsafat. termasuk dalam hal ini adalah tafsir yang bercorak kajian llmu Kalam.
Kitab-kitah tafsir yang termasuk dalam kategori ini antara lain:
1) Tanzih Al-Quran 'An Al-Matha`in, karya Al-Qadhi Abdul Jabbar. Tafsir ini
bercorak kalam aliran Mu'tazilah.
2) Mirut Al-Amwar Wa Misykat Al-Asrar, dikenal dengan Tafsir Al- Misvkat, karya
Abdul. Lathif Al-Kazarani. Tafsir ini bercorak kalam aliran Syiah
3) Al-Tibyan Al-Jami' Li Kulli 'Ulum Al-Quran, karya Abu Ja'lar Muhammad bin
Al-Hasan bin 'Ali Al-Thusi. Tafsir ini bercorak kalam aliran Syi'ah Itsna 'Asyarivah.
d. Tafsir 'Ilmiy, yaitu tafsir yang lebih menekankan pembahasannya dengan pendekatan
ilmu-ilmu pengetahuan umum.. Salah satu contoh kitab tafsir yang bercorak 'ilmiy
adalah kitab Tafsir Al-Jawahir, karya Thanthawi Jauhari.
e. Talsir Al-Adab Al-Ijtima'i, yaitu tafsir yang menekankan pembahasannya pada
masálah-masalah sosial kemasyarakatan. Salah satu contoh tafsir yang bercorak
demikian ini adalah Tafsir Al-Manar, buah pikiran Syeikh Muhammad Abduh vang
dibukukan oleh Muhammad Rasyid Ridha.
4. Macam-macam Tafsir Berdasarkan Metodenya
a. Tahlili (Metode Analisis)
Metode tahlili adalah metode penafsiran ayat-ayat Al-Quran secara analitis
dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat yang ditafsirkannya
sesuai dengan bidang keahlian mufasir tersebut. Uraiannya antara lain menyangkut
pengertian kosa kata (makna muufradat), keserasian redaksi dan keindahan
bahasanya (fashahah dan balaghah), keterkaitan makna ayat yang sedang

6
ditafsirkan dengan ayat sebelum maupun sesudahnya (munasabah Al-avat) dan
sebab-sebab turunnya ayat (asbab Al-nuzul). Demikian pula penafsiran dengan
metode ini melihat keterkaitan makna ayat yang ditafsirkannya dengan penjelasan
yang pernah diberikan oleh Nabi, para Sahabat, Tabi'in dan ulama-ulama
sebelumnya yang telah lebih dahulu memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat
tersebut. Oleh karena itu, kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini pada
umumnya memerlukan volume kitab yang sangat besar, berjilid-jilid sampai 30 jilid
banyaknya.7
b. Metode Ijmali (Metode Global)
Metode ijmali, yaitu penafsiran Al-Quran secara singkat dan global, tanpa uraian
panjang lebar, tetapi mencakup makna yang dikehendaki dalam ayat. Dalam hal ini
mufasir hanya menjelaskan arti dan maksud ayat dengan uraian singkat yang dapat
menjelaskan artinya sebatas makna yang terkait secara langsung, tanpa menvinggung
hal-hal tidak terkan secara langsung dengan ayat. Tafsir dengan metode ini sangat
prakts untuk mencari makna mufradat kalimat-kalimat yang gharib dalam Al-Quran.
c. Metode Muqaran (Metode Komparasi/Perbandingan)
Tafsir dengan metode nuuuran adalah menafsirkan Al-Quran dengan cara
mengambil sejumlah ayat Al-Ouran, kemudian mengemukakan pendapat para ulama
tafsir dan membandingkan kecenderungan para ulama tersebut, kemudian mengambil
kesimpulan dari hasil perbandingannva (Al-'Aridh, 1992: 75). Namun menunit
Baidan (1998: 65), metode komparatif adalah sebagai berikut :
1) Membandingkan teks (mash) ayat-ayat Al-Ouran vang memiliki persamaan atau
keminipan redaksi dalam dua kasus atau lebih; dan atau memiliki redaksi yng
berbeda tentang satu kasus yang sama;
2) Membandingkan ayat Al-Quran dengan Hadis, yang sepintas terlihat
bertentangan;
3) Membandingkan pendapat berbagai ulama tafsir dalam menafsirkan suatu ayat.
d. Metode Maudhu'i (Metode Tematik).
Tafsir dengan metode maudhu'i adalah menjelaskan konsep Al-Quran tentang
suatu masalah/tema tertentu dengan cara menghimpun seluruh ayat Al-Quran yang

7
Ibid, hlm 117-118

7
membicarakan tema tersebut. Kemudian masing-masing ayat tersebut dikaji secara
komprehensif, mendalam, dan tuntas dari berbagai aspek kajiannya.
5. Pengertian Takwil
Secara bahasa takwil adalah menerangkan, menjelaskan. Diambil dari kata
'awwala-yu'awwilu-takwilan. "Al- Qaththan dan Al Jurjani berpendapat bahwa arti
takwil menurut bahsa adalah “al-ruju' ila Al-Ashl” (berarti kembali pada pokoknya).
Secara istilah takwil adalah pengertian tersirat yang duisbatkan dari ayat-ayat Al-Quran
berdasarkan alasan-alasan tertentu.8 Adapun takwil menurut istilah, dalam hai ini
banyak para ulama memberikan pendapatnya,antara lain:
a. Al-Jurjani: ialah memalingkan lafad dari makna yang dhahir kepada makna yang
muhtamil, apabila makna yang mu’yamil tidak berlawanan dengan al-quran dan as-
sunnah.
b. Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-Mutashfa : “Sesungguhnya takwil itu dalah
ungkapan tentang pengambilan makna dari lafazh yang bersifat probabilitas yang
didukung oleh dalil dan menjadikan arti yang lebih kuat dari makna yang ditujukan
oleh lafazh zahir.”
c. Menurut Wahab Khalaf : takwil yaitu memalingkan lafazh dari zahirnya, karena
adanya dalil.
6. Bentuk-Bentuk Ta’wil
Para ulama ushul merupakan kelompok yang paling mendalami kajian ayat-ayat
Al-Qur’an, bila dibandingkan dengan kelompok disiplin ilmu lainnya. Hal itu mereka
lakukan untuk kepentingan pengambilan hukum (istimbath al-ahkam). Sehingga kajian
para ulama ushul merupakan kelanjutan dari kajian para ulama bahasa dan hadith. Dari
pendalaman kajian tersebut, mereka menemukan beberapa bentuk ta’wil, diantaranya
mengkhususkan lafazh yang umum (takhshish al-umum), membatasilafazh yang mutlak
(taqyid al-muthlaq), mengalihkan lafazh dari maknanya yang hakiki kepada yang majazi,
atau dari makanya yang mengandung wajib menjadi makna yang sunnah. 9
a. Mengalihkan lafazh dari maknanya yang umum kepada yang khusus, dalam bahasa
ushul disebut takhshish al-umum (‫)العموم تخصيص‬. Seperti firman Allah dalam QS. Al-

8
Ibid, hlm 114
9
Zainudin dan M.Ridwan, “Tafsir,Takwil dan Terjemah”, Portal Jurnal Online Kopertais wilayah IV, Al- Allam Vol. 1
No. 1 Januari 2020, hlm 8

8
Baqarah: 228, yang menerangkan bahwa wanita yang dithalaq oleh suaminya harus
menjalani iddah (masa tunggu) selama tiga kali masa haidh atau masa suci (thalathah

quru’). Ayat ini berlaku umum, baik istri yang sudah digauli maupunbelum, haidh,
monopouse, atau dalam kondisi hamil. Kemudian ayat ini ditakhshish dengan ayat
yang lain dalam QS.Al-Ahzab:49, yang menerangkan bahwa wanita yang belum
digauli tidak memiliki iddah (masa tunggu).
b. Mengalihkan lafazh dari maknanya yang mutlak (muthlaq) kepada yang terbatas
(muqayyad), dalam bahasa ushul disebut taqyid al muthlaq (‫)المطل\\ق تقييد‬. Seperti
firman Allah tentang haramnya darah dalam QS. Al-Maidah:3, menggunakan lafazh
mutlak (muthlaq) kemudian dibatasi (taqyid) dengan kata “mengalir” (masfuhan)
dalam ayat yang lain yaitu QS.Al-An’am: 145, sehingga yang diharamkan adalah
darah yang mengalir.
c. Mengalihkan lafazh dari maknanya yang hakiki kepada yang majazi. Seperti pada
firman Allah dalam QS.An-Nisa’: 2 yang menerangkanuntuk menyerahkan harta-
harta milik anak yatim, yaitu anak yang ditinggal mati oleh orang tuanya sebelum
mereka baligh. Ayat ini bertentangan dengan ayat berikutnya QS.An-Nisa’: 6 yang
menerangkan untuk menyerahkan harta-harta milik anak yatim pada saat mereka
telah baligh dan dewasa. Dengan ayat kedua ini, dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dengan lafazh yatim pada ayat yang pertama bukan makna hakiki (anak
yang ditinggal mati oleh orang tuanya sebelum mereka baligh) tapi makna majazi
yaitu ketika mereka telah baligh dan dewasa.
d. Mengalihkan lafazh dari maknanya yang mengandung wajib menjadi makna yang
sunnah. Seperti perintah untuk mencatat hutang piutang dalam QS. Al-Baqarah: 282
yang bermakna wajib, kemudian ada dalil (qarinah) dalam ayat lain yang yang
mengalihkannya menjadi sunnah yaitu pada ayat selanjutnya QS. Al-Baqarah: 283.
7. Pengertian Terjemah

Menurut bahasa kata terjemah berasal dari bahasa arab “tarjama” yang berarti
menafsirkan dan menerangkan dengan bahasa yang lain (fassarawa syaraha bi lisanin
akhar), kemudian kemasukan “ta’ marbutah” menjadi al-tarjamatun yang artinya
pemindahan atau penyalinan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan menurut istilah

9
terjemah adalah memindahkan Al-Quran kepada bahasa lain yang bukan bahasa Arab
dan mencetak terjemahan ini ke dalam beberapa naskah agar dibaca orang yang tidak
mengerti bahasa Arab sehingga dapat memahami kitab Allah SWT, dengan perantara
terjemahan.10 Makna Terjemah Kata “terjemah" dapat dipergunakan pada dua arti:11

a. Terjemah harfiyah, yaitu mengalihkan lafazh-lafazh dari satu bahasa ke dalam


lafazh-lafazh yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan
dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.
b. Terjemah tafsiriyah atau terjemah maknawiyah, yaitu menjelaskan makna
pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal
atau memperhatikan susunan kalimatnya. Terjemahan maknawi adalah
terjemahan yang dilakukan mutarjim dengan lebih mengedepankan maksud atau
isi kandungan yang terkandung dalam bahasa asal yang diterjemahkan
8. Pengertian Hermeneutik
Secara harfiah, hermeneutika artinya 'tafsir.' Secara etimologis, istilah
hermeneutika dari bahasa Yunani hermêneuin yang berarti menafsirkan. Istilah ini
merujuk kepada seorang tokoh mitologis dalam mitologi Yunani yang dikenal dengan
nama Hermes (Mercurius). Di kalangan pendukung hermeneutika ada yang meng-
hubungkan sosok Hermes dengan Nabi Idris. Dalam mitologi Yunani Hermes dikenal
sebagai dewa yang bertugas menyampaikan pesan-pesan Dewa kepada manusia. Dari
tradisi Yunani, hermeneutika berkembang sebagai metodologi penafsiran Bibel, yang di
kemudian hari dikembangkan oleh para teolog dan filosof di Barat sebagai metode
penafsiran secara secara umum dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora.12
The New Encyclopedia Britannica menulis, bahwa hermeneutika adalah studi
prinsip-prinsip general tentang interpretasi Bibel (the study of the general principle of
biblical interpretation). Tujuan dari hermeneutika adalah untuk menemukan kebenaran
dan nilai-nilai dalam Bibel.
Hermeneutika bukan sekadar tafsir, melainkan satu "metode tafsir" tersendiri atau
satu filsafat tentang penafsiran, yang bisa sangat berbeda dengan metode tafsir Al-
Qur'an. Di kalangan Kristen, saat ini, penggunaan hermeneutika dalam interpretasi Bibel
10
Rosihon Anwar, Ulumul Al-Quran, (Bandung : CV Pustaka Setia,2017),hlm 227
11
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, (Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar,2006)hlm 395
12
Adian Husaini dan Abdurrahman Al-Baghdadi, Hermeneutika dan Tafsir Al-Quran, (Depok :,2006)Hlm 7

10
sudah sangat lazim, meskipun juga menimbulkan perdebatan. Salah satu buku yang
banyak dirujuk kalangan akademisi IAIN dalam menulis hermeneutika adalah buku E.
Sumaryono berjudul Hermeneutika: Sebuah Metode Filsafat (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1999). Buku ini memuat kesalahan yang fatal dalam memandang konsep teks
kitab suci agama-agama dan menyatakan bahwa tafsir (Al-Qur'an) sama dengan
hermeneutika.13 Ditulis dalam buku ini:
"Disiplin ilmu yang pertama yang banyak meng gunakan hermeneutik adalah ilmu tafsir
kitab suci. Sebab, semua karya yang mendapatkan inspirasi Ilahi seperti Al-Qur'an, kitab
Taurat, kitab-kitab Veda, dan Upanishad supaya dapat dimengerti memerlukan
interpretasi atau hermeneutik."
Cara pandang Sumaryono sebagai orang Katolik memang khas konsep Kristen
tentang Bibel. Tetapi, Sumaryono jelas tidak cermat, karena di kalangan Kristen seperti
Dr. C. Groenen, banyak yang sadar akan perbedaan antara konsep teks Al-Qur'an dengan
Bibel. Al-Qur'an bukanlah kitab yang mendapatkan inspirasi dari Tuhan sebagaimana
dalam konsep Bibel, tetapi Al- Qur'an adalah kitab yang tanzil, lafzhan wa ma'nan (lafaz
dan maknanya) dari Allah. Konsep ini berbeda dengan konsep teks dalam Bibel, yang
merupakan teks yang ditulis oleh manusia yang mendapat inspirasi dari Roh Kudus.
Bahkan, Paus sendiri mengakui perbedaan antara Al-Qur'an dengan Bibel. Pada 17
Januari 2006, Surat Kabar New York Sun menurunkan tulisan Daniel Pipes, berjudul
"The Pope and the Koran" (Paus dan Al-Qur'an).
Hasan Hanafi menyatakan bahwa hermeneutika adalah ilmu tentang proses wahyu
dari huruf sampai kenyataan, dari logos sampai praksis, dan juga tranformasi wahyu dari
pikiran Tuhan kepada kehidupan manusia. 14 Hermeneutika menurut Hasan Hanafi ini
dikatakan sebagai ilmu yang menentukan hubungan antara kesadaran manusia dengan
objeknya, dalam hal ini teks suci al-Qur‘an:15
a. Memiliki “kesadaran historis” yang menentukan keaslian teks dan tingkat
kepastiannya,

13
Ibid, hlm 8-9
14
Achmad Khudari Soleh “Membandingkan Hermeneutika dengan ilmu tafsir” Jurnal Tsaqofah, Vol Vol. 7, No. 1,
April 2011, hlm 38
15
Ibid, hlm 38

11
b. Memiliki “kesadaran eidetik” yang menjelaskan makna teks dan menjadikannya
rasional,
c. Memiliki “kesadaran praxis” yang menggunakan makna-makna tersebut sebagai
sumber teoritis bagi tindakan dan mengantarkan wahyu pada tujuan akhirnya dalam
kehidupan manusia, dan di dunia ini sebagai struktur ideal yang mewujudkan
kesempurnaan dunia.
C. PENUTUP
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tafsir adalah penjelas terhadap
makna yang kadang-kadang dengan panjang lebar lengkap dengan penjelasan hukum-
hukum dan hikmah yang diambil dari ayat dan sering kali disertai dengan kesimpulan
kandungan ayat-ayat tersebut, sedangkan takwil adalah pengertian tersirat yang
duisbatkan dari ayat-ayat Al-Quran berdasarkan alasan-alasan tertentu, adapun terjemah
adalah memindahkan Al-Quran kepada bahasa lain yang bukan bahasa Arab dan
mencetak terjemahan ini ke dalam bberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti
bahasa Arab sehingga dapat memahami kitab Allah SWT, dengan perantara terjemahan.
Adapun hermeneutika adalah ilmu tentang proses wahyu dari huruf sampai kenyataan,
dari logos sampai praksis, dan juga tranformasi wahyu dari pikiran Tuhan kepada
kehidupan manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Acep Hermawan.2011. ‘Ulumul Quran (Ilmu untuk memahami wahyu),Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Achmad Khudari Soleh. April 2011. “Membandingkan Hermeneutika dengan ilmu tafsir”
Jurnal Tsaqofah, Vol Vol. 7, No. 1

12
Adian Husaini dan Abdurrahman Al-Baghdadi. 2006. Hermeneutika dan Tafsir Al-
Quran. Depok: Gema Insani Pres
Rosihon Anwar. 2017. Ulumul Al-Quran, Bandung : CV Pustaka Setia
Zainudin dan M.Ridwan, “Tafsir,Takwil dan Terjemah”, Portal Jurnal Online Kopertais
wilayah IV, Al- Allam Vol. 1 No. 1 Januari 2020
Al-Qaththan Syaikh Manna. 2006. Pengantar Studi Ilmu Al-Quran.Jakarta Timur :
Pustaka Al-Kautsar

13

Anda mungkin juga menyukai