DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi......................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN
2
KATA PENGENTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan taufiq serta hidayah-Nya penulisan makalah tentang “TENTANG HADIS MARDUD
SEBAB CACAT PERAWI” bisa terselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada pahlawan revolusioner akbar yakni
nabi Muhammad SAW.yang telah membawa lentera-lentera kehidupan bagi seluruh ummat.
Pada kesempatan ini penulis ucapakan terima kasih kepada dosen H. Hikmat Sabli, Lc.Dipl
selaku dosen mata kuliah Ulumul Hadits dan kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta menambah
wawasan.Tak lupa, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan
atau koreksi makalah ini agar menjadi lebih baik.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Salah satu fitrah besar yang menimpa umat islam pada abad pertama hujriah adalah
tersebarnya hadis-hadis dhaif dikalangan umat. Hal itu juga menimpa para ulama, kecuali
sejumlah pakar-pakar dan kritikus hadis yang dikehendaki Allah. Tersebarnya hadis-
hadis semacam itu diseluruh wilayah islam elah meninggalkan dampak negative yang
luar biasa, diantaranya terjadi perusakan pada segi akidah terhadaphal-hal ghaib, syari’a
dan sebagainya.
Para pakar hadis telah melakukan penelitian dan menjelaskan keadaan hadis-hadis
Rasulullah dengan menghukuminya sebagai hadis shahih, dhaif atau maudhu’.
Merekapun membuat kaidah-kaidah atau aturan-aturan khususnya yang berkenaan
dengan ilmu tersebut. Dengan melihat realitas ini, maka dalam makalah ini kami
menyajikan pembahasan tentang hadits mardud dimana hadis mardud adalah bagian dari
hadis dha’if itu sendiri yang spesifikasinya pada pembagian hadis mardud disebabkan
cacat pada perawinya. Penulisan makalah ini diperlukan untuk mengetahui apakah hadits
tersebut shahih, dha’if atau maudhu sehingga dapat dijadikan sebagai hujjah syar’iyyah
atau tidak.
1.2 RumusanMasalah
1. Apa saja macam-macam hadits mardud sebab cacat keadilannya?
2. Apa saja macam-macam hadits mardud sebab cacat kedhabitannya?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam hadits mardud sebab cacat keadilan
2. Mengetahui macam-macam hadits mardud sebab cacat kedhabitan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Hadits Matruk merupakan salah satu bagian dari hadits dlo’if yang cacat keadilannya.
Dari segi bahasa kata matruk berasal dari akar kata : ََُ َو َمت ُْر ْوC فُه...... تْر ًكا ُ َك يتَ ُْر
Cََْ ك َ تر
َ
كyang artinya tertinggal, dan orang Arab sendiri memberika nama “telur yang sudah
keluarkan anak ayamnya” dengan sebutan “al-tarikah” yang berarti: sesuatu yang tertinggal
dan tidak ada faedahnya. Pemberitaan seseorang tertinggal dalam arti tidak di dengar ,tidak
dianggap, dan tidak dipercaya karena menyangkut pribadi yang tidakbaik.
Menurut istilah, matruk adalah hadis yang dalam sanadnya terdapat perawi yang
5
1. Periwayatan hadis yang menyendiri atau hanya dia sendiri yang meriwayatkannya. Hal ini
dikarenakan tidak ada seorang pun yang meriwayatkan nya selain dia.
2. Seorang perawi dikenal sebagai pembohong dan pendusta pada selain hadis tertentu.
َCَْ َِِّن هللاَ قَ ْد أCَّ َ فإ:ُْك ِر ُم ْوهCََْ أ:س ِكي ِْن َو قا َ َل ْ Cََْ نهََى َرس ُْو ُل هللاِ ص م
ْك ِ أْن يقَطَ َع ال ُخب َْز باِل
ُ َر َمه
Rasulullah s.a.w telah melarang kita memakan roti dengan pisau, nabi bersabda:
“muliakanlah roti, karena Allah telah memuliakannya.”
Ad Daraquthni menegaskan bahwa hadits ini hanya nuh yang meriwayatkannya. Nuh itu
matruk, ditinggalkan haditsnya, tak boleh diambil.
2. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Ad-Dunya dalam Qadha’ Al-Hawa’ij
melalui jalan Juwaibir bin Sa’id Al-Azdi dari Adh-Dhahak dari Ibnu Abbas dari
Nabi SAW:
Pada Isnad hadis di atas terdapat Juwaibir bin Sa’id Al-Azdi, An Nasa’idan Ad-Daruquthni
berkata bahwa ia matruk al-hadis, menurut Ibnu Ma’in:
ئ
ٍ بِش ٍَ ٍَ@ٍ لَ ْيtidak apa-apa=
َِ @A س 1
1
6
c. Kedudukan hadis Matruk.
Menurut al-Hafidh Ibn Hajar, Hadis dla’if yang paling buruk adalah hadis maudlu’,
kemudian secara beruurutan hadis matruk, munkar, mu,allal, mujraj, maqlub, dan
mudhltarib.2Hadis Matruk adalah hadis yang terburuk setelah hadis mawdlu’.Tidak dapat
diamalkan sama sekali karena kecacatannya yang sangat fatal, yaitu tertuduh dusta, posisinya
dekat dengan karena hadis mawdhu’ oleh karena itu, sesuai dengan namanya matruk yang
artinya tertinggal, tidak didengar, tidak dianggap, dan tidak diamalkan.
2. Hadis Majhul.
a. Pengertian hadis majhul.
diketahui antonim dari kata ma’lum ( ْو مCَُُْ ) َمعْل yang artinya dimaklumi atau diketahui.
Misalnya seorang perawi hadis yang tidak terkenal atau tidak diketahui asal-usul dan latar
belakangnya yang menyangkut kepercayaan seseorang, padahal otentisitas hadis diperlukan
bahwasannya pembawanya harus seorang yang memiliki kredibilitas tinggi dan dapat
diandalkan. Menurut istilah hadis majhul adalah ;
ُ ُصفَته
ِ اْو ْ ْع َرCَُُْ هُ َو َم ْن لَ ْم ت
Cََْ ُُف َعيْنه
Seorang perawi yang tidak dikenal jati diri dan identitasnya.3
Hadis majhul adalah hadis yang didalam sanad nya terdapat perawi yang tidak dikenal jati
dirinya, atau dikenal orangnya, tetapi tidak dikenal identitas atau tidak dikenal sifat-sifat
keadilan dan kedhabitannya. Ada beberapa factor yang menjadi penyebab tidak dikenalnya
jati diri atau identitas perawi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Seseorang mempunyai banyak nama atau sifat, baik nama asli, nama panggilan, gelar,
sifat profesi, atau suku dan bangsa. Sementara orang tersebut hanya dikenal sebagai
namanya saja , tetapi kemudian disebutkan nama atau sifat yang tidak dikenal karena
ada tujuan tertentu, sehingga ia diduga perawi lain.
2) Seorang perawi yang memiliki sedikit periwayatan hadis, tidak banyak orang yang
mengambil perawi kecuali hanya satu orang saja.
2
3
7
3) Tidak tegas penyebutan nama perawi karena diringkas menjadi nama kecil atau nama
panggilan atau karena tujuan lain.
Misalnya, hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al Hakim melalui jalan Hisyam bin
Yusuf dari Abdullah bin Abbas dari ayahnya dari kakeknya secara marfu’:
بي
ِ تي لِ ُح Cُُّّْ أِح
ِْ َ َل ب ْيCَبْوا أ َْْه َِCَ ب هللاِ َو ِ ْوCُُّّْ َِِحبCَ ِم ِه َوأCََِ ْو ُك ْم ب ِه ِم ْن نِعCَُُْ بْوا هللاَ لِ َما ي َْغذ
ِ نى لِ ُح Cُُّّْ اأِح
َِCَ
Abdullah bin Sulaiman An-Nufali tidak diketahui jati dirinya (majhul al’ayn) karena
tidak ada yang meriwayatkan daripadanya, kecuali Hisyam bin Yusuf.
Yang dimaksud dari hadis majhul Al’ain ini perawi ang disebutkan namanya, namun
tidak ada yang meriwayatkan hadis darinya kecuali hanya satu orang.
2) Majhul Al-Hal ( Cِ ) َمجْ ه ُْو ُل ْال َحdisebut juga mastur ( ْو ُرCَُُْ )ا ْلَ َمسْت, adalah:
ال
8
ْع ِديْ لCََْ ْل فِ ْي ِه َجرْ ح َوال َ تCَُُْ أْو َم ْن لَ ْم يَ ْنق Cََّّْ يوث
Cََْ ْق َُ ْمCََْ َِِك ْن لCَ َُُر لCَ ْكثCََْ َ ي َع ْنهُ اثِ ْنا َ ِن فأ
َ َم ْن َر ِو
Periwayatan seseorang diambil dari dua orang atau lebih, tetapi tidak ada yang
tsiqah. Atau diartikan: Tidak ada yang menukil tentang jarh (cacat) dan ta’dilnya
(menilai adil)
Contohnya hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah melalui Itsam bin Ali dari Al-
A’masy dari Abu Ishaq dari Hani’ bin Hani’ berkata: Ammar masuk kerumah Ali, maka Ali
menyambutnya : Selamat datang seorang suci dan disucikan” aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda :
Hani’ bin Hani’ tidak diketahui identitasnya (majhul al-hal), karena tidak ada seorang tsiqoh
yang meriwayatkan hadisnya atau tidak ada yang menerangkan tentang ke-tsiqahannya.
Dengan demikian, hukum periwayatan hadis diatas hadis majhul tertolak (mardud) menurut
pendapat yang shahih, yaitu mayoritas ulama’ hadis.
3. Hadits Maudhu’
a. Pengertian
Kata maudhu’ berasal dari akar kata َُ َو َم ْوض ُْوعCَيض ُع َوضْ عا ً فُه
َ ض َع
َ َو, berarti
diletakkan, dibiarkan, digugurkan, ditinggalkan, dan dibuat-buat. Sedang pengertian secara
istilah ialah:
9
َُCى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل ََّم ُز ْورًا َوب ُْْه ُ ْوCَُُْ هُ َو ْال ُم ْختلَ ُع ْال َمصْ ن
َ ِ ع ْال َم ْنس ُْوبُ إلِ َى َرس ُْو ِل هللا
َّ ص ل
ً تاَنا
ًْم َخطَ أCََْ ك َع ْمداً أ
َ َCَِان ذِل
َ َس َو ء َك
hadits yang dicipta serta dibuat oleh seseorang (pendusta) yang ciptaan itu dinisbatkan
kepada rasulullah S.A.W secara palsu dan dusta, baik sengaja maupun tidak.
Pada dasarnya hadits maudhu’ dapat ditentukan dengan melihat sanad dan matan hadits.
Adapun ciri-ciri yang terdapat dalam sanad hadits ialah adanya pengakuan dari si pembuat
hadits itu sendiri. Sedangkan yang terdapat dalam matannya dapat ditinjau dari segi makna
dan lafadz dimana dari segi makna bahwa hadits tersebut bertentangan dengan alqur’an,
hadits mutawattir, ijma’ dan logika yang sehat. Adapun yang dari segi lafadznya yaitu bila
susunan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih.
Jadi, hadist maudhu’ adalah hadits bohong atau hadits palsu, bukan dari rasulullah tetapi
dikatakn dari rasulullah oleh seorang pembohong. Maka dari itu, sebagian ulama’ ada yang
tidak memasukkannya sebagai hadits dhaif karena ia bukan hadits dalam arti yang sebenarnya
dan ada pula yang memasukkannya, karena pada hakikatnya hadis ini adalah hadist palsu.
ٍ أْو َجناَح
Cََْ افر ٍ ْو ُخCََْ في نَصْ ٍل أ
Cََْ ف
ٍِ أْو َح َ الَ َسب
ِْ ق إاَِّل
Tidak ada perlombaan, kecuali dalam anak panah, ketangkasan, menunggangkuda, atau
burunng yang bersayap.
Ia menambahkan kata “atau burung yang bersayap”, untuk menyenangkan al-mahdi, lalu
almahdi memberinya sepuluh ribu dirham. Setelah ia berpaling, sang amir berkata,”aku
10
bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta atas nama rasulullah S.A.W, lalu ia
memerintahkan untuk menyembelih merpati itu.
Adapun pengertiannya secara bahasa kata munkar berasal dari akar kata inkar: َك َرCَأ َْْن
َُ َو ُم ْنكَ رCَ ي ْنُ ِك ُر إِ ْن َكارًا فُهyang berarti menolak, tidak menerima, mengingkari, lawan kata ikrar
yang artinya mengakui dan menerima.
Sedangkan menurut istilah, terdapat banyak ragam pengertian dikalangan ulama’ , dan
yang terkenal antara lain:
a) Menurut Al-Hafidh Ibn Hajar al-Asqaniy, hadis munkar adalah hadis yang dalam
sanadnya terdapat perawi yang kelirunya mencolok, banyak salah dan Nampak sekali
kefasikannya.
Dari definisi diatas jelas bahwa diantara periwayatan hadis munkar ada yang sangat lemah
daya ingatannya sehingga periwayatannya menyendiri, tidak sama dengan periwayatan orang
4
11
tsiqah. Periwayatan munkar tidak sama dengan syadz, karena dalam munkar periwayatan
bersifat dha’if yang menyalahi periwayatan tsiqah. Sedangkan hadis syadzdz periwayan
orang yang tsiqah menyalahi orang yang lebih tsiqah.
ض ِر
َ الح
َ فيِْ َِِر َك ْال ُم ْف ِط ِرCَ فى الَسَّف
ِ ان
َ ض
َ ائ م َر َم
ِ صَ
Seorang berpuasa Ramadhan pada perjalanannya seperti orang berbuka dalam tempat
tinggalnya.
Hadis diatas munkar karena periwayatan Usamah bin Zaid Al-Madani secara marfu’ (dari
Rasulullah) , bertentangan periwayatn Ibnu Abi dzi’bin yang tsiqah,menurutnya hadis diatas
mawquf pada Abdurrahman bin Auf.
ق َر ى
َ ص ا َم َو َ بي
َ ْت َو َ ِق ِم الصَّلةَ َ َو ا تَ َى ال َّز
َ ْك اة َ َو َح َّج ا ل َِ Cَ َم ْن أ
(2 َ َّ ج نة َ ْف د َخ َل ا ْلَ الضَّ ي
Barang siapa melaksanakan sholat, menunaikan zakat, melaksanakan haji ke baitullah,
puasa di bulan ramadhan dan menjamu tamu, maka dia akan masuk surga.
Abu Hatim berkata; Hadis ini munkar, karena para perawi tsiqah meriwayatkannya dari Abu
Ishaq secara Mawquf (bukan sabda Nabi S.A.W.melainkan perkataan Ibnu Abbas r.a)
Riwayat mawquf inilah yang ma’ruf.
Perlu diketahui bahwa sebagian Imam menggunakan lafadz munkar untuk kesendirian
semata-mata. Dengan demikian harus ada tanda-tanda kemunkaran itu sehingga bentuknya
tidak tumbuh dengan bentuk lainnya. Tanda munkar pada Hadis, yaitu apabila berlawanan
dengan riwayat orang lain yang dikenal kuat hafalannya dan dapat diterima
hadisnya.Terkadang para ahli Hadis menyebutkan : “Hadis ini diingkari oleh apa yang
dikatakan fulan,” meskipun hadis itu tidak dha’if.
12
Tingkatan kedha’ifan hadis munkar sangat dha’if setelah matruk, karena kecacatan
hadis munkar sangat parah, yaitu banyak kelupaan dalam periwayatan sehingga menyalahi
periwayatan para perawi yang tsiqah. Untuk mengetahui hal ini tentunya setelah diadakan
komparasi dengan periwayatan orang-orang yang tsiqah pada suatu tema hadis melalui
berbagai periwayatan baik dari segi sanad maupun matan.
2. Hadits Mu’allal.
a. Pengertian.
Secara bahasa, mu’allal : َ َُ َو ُمCَْعلِ ْي ًل فُهCََْ ُِل ُل تCََِ َعل ََّل يع
عل َّل berasal dari kata ‘illah ( َّ) ِعلة
yang diartikan al-maradh = penyakit. Seolah-olah hadis ini terdapat penyakit yang membuat
tidak sehat dan tidak kuat. Bagi kesehatan, penyakit ini merupakan cacat dan penghalang bagi
kesehatan seseorang. Seseorang menjadi lemah kesehatannya ketika terserang suatu penyakit.
Dalam istilah illah atau mu’allal adalah:
صحَّت ِه َم َع
ِ في
ِ َت ِ أْت َع لَى ْال َح ِد ْي
ْ ث فقَد َح َ ب َخفِيةٍَّ َغا ِم
Cََْ ض ٍة طَ َر ٍ َ ْسباCََْ ِه َي ِعبا َ َرة َع ْن أ
ََّ
أن اللظَّا ِه َر ال َّسلَ َمةُ ِم ْنهَا
Illah adalah ungkapan beberapa sebab yang samar tersembunyi yang dating pada hadis,
kemudian membuat cacat dalam keabsahannya padahal lahirnya selamat daripadanya.
Dari definisi tadi dapat dipahami bahwa criteria illah adalah adanya cacat yang tersembunyi
dan cacat itu mengurangi atau menghilangkan kesahihan suatu hadis. Jika cacat itu tidak
tersembunyi dan tidak mengurangi keabsahan suatu hadist, maka tidak disebut illah,.
Namun, bagi selain muhaditsin, illah terkadang diartikan cacat secara umum dalam hadis,
5
13
baik tersembunyi dan mencacatkan keabsahan suatu hadis atau tidak seperti sifat dusta,
banyak kelupa’an, dan lain-lain.
b. Terjadinya illah .
1) Sanad saja dan ini lebih banyak, seperti me-mawqufkan suatu hadis yang semestinya
mursal atau sebaliknya.
2) Pada matan, seperti hadis tentang membaca basmallah dalam Surrah Al-fatihah secara
jahar (keras) di dalam shalat jahar (shalat wajib malam hari) menurut beberapa
ulama’ diantaranya Asy-Syafi’i, Ad-Daruquthni, Abdul Barr, Al-Baihaqi, Al-Iraqi ,
dan AS-Suyuthi.6
Hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Abu Daud, dari Qutaibah bin Sa’id,
memberitakan kepada kami Abdussalam bin Harb Al-Mala’I dari Al-Amasy dari Anas
berkata:
ى ي َْدن َُو َ ِه َو َسل ََّم إِذاَ أ َرَا َد ْال َحCَى هللاُ َعل َْْي
َّ ْوبهَُ َحتCََْ ْع ثCََْ اجةَ لَ ْم ي َْرف َّ صل َ َك
َ َِّيCُُِّّ ان النب
.ض Cََْ
ِ األْر ِم َن
Adalah Nabi S.A.W. ketika hendak hajat tidak mengangkat kainnya sehingga dekat dengan
tanah
Hadis diatas lahirnya shahih karena semua perawi dalam sanas tsiqah , Tetapi Al-
A’masy tidak mendengar dari Anas bin Malik. Dia melihatnya di Mekah shalat di belakang
makam Ibrahim.
Mengetahui Illah hadis termasuk ilmu Hadis yang sangat tinggi, karena tidak semua
orang mampu menyingkap cacat yang tersembunyi dan tidak mudah mengetahuinya,kecuali
bagi para ahli hadis yang memiliki ketajaman dan kejernihan dalam berfikir. Diantara mereka
Ibnu Al-Madini, Ahmad, Al-Bukhari, Abi Hatim, dan Ad-Daruquthni. Namun, secara umum
6
14
dapat diketahui dengan menghimpun beberapa sanad , kemudian dianalisis perbedaan para
perawi dalam meriwayatkan, tingkat hafalan, dan kedhabitannya.
3. Hadis Mudraj.
a. Pengertian
Mudraj berasal dari kata َ َا فCC ُْد ِر ُخ إِ ْد َرا ًجC ْد َر َج يCََْ أyang
هُو مُ ْد َر ج berarti
memasukkan atau menghimpun atau menyisipkan. Jadi memasukkan sesuatu kepada sesuatau
yang lain yang semula belum masuk atau belum menjadi bagian dari padanya. Atau
menyisipkan sesuatu yang belum dianggap menjadi bagian dari sesuatu yang lain agar
dianggap menjadi bagian darinya. Dalam istilah, mudraj dibagi menjadi dua macam, yaitu;
إسْنا َ ِد ِه
ِ قُ َ َِِر ِسياCَ َما ُغي
Hadis yang diubah konteks sanadnya
Pada Mudraj sanad ini banyak sekali kemungkinan yang terjadi, misalnya sebagai berikut:
a) Sekelompok jama’ah meriwayatkan suatu hadis dengan beberapa sanad yang berbeda,
kemudian diriwayatkan oleh seorang perawi dengan menyatukan kedalam satu sanad
tersebut tanpa menerangkan ragam dan perbedaan sanad.
b) Seseorang meriwayatkan matan, tetapi tidak sempurna, kesempurnaannya ia temukan
melalui sanad yang lain. Kemudian ia meriwayatkannya dengan menggunakan sanad
yang pertama.
c) Seseorang mempunyai dua matan yang berbeda dan dua sanad yang berbeda pula,
kemudian ia meriwiyatkannya dengan salah satu sanadnya saja.
Seorang perawi menyampaikan periwayatan ditengah-tengah menyampaikan sanad
terhalang oleh suatu gangguan, kemudian ia berbicara dari dirinya sendiri. Diantara
pendengarannya ada yang mengira pembicaraan tersebut adalah matan hadis, kemudian ia
meriwayatkannya.
Contoh mudraj sanad yang akhir, kisahanya tsabit bin Musa ketika bertamu pada Syarik
bin Abdullah Al-Qadhi yang sedang menyampaikan periwayatan sanad hadis dan Imla’
(dikte). Ia berkata:
15
Memberitakan kepada kami Al-A’masy dari Abu Sufyan dari Jabir dari Rasulullah
S.A.W… ia diam sejenak…. Karena tsabit bin Musa datang. Kemudian Ia berkata:
Tsabit menduga bahwa ungkapan tersebut adalah matan dari sanad hadis yang didiktekan
kepadanya, kemudian ia meriwayatkannya. Padahal yang dimaksudkan dengan ungkapan
tersebut diatas adalah seorang Tsabit sendiri karena ia seorang zahid dan wara’.
Maksud mudraj pada definisi diatas adalah tambahan atau sisipan dari seorang perawi
untuk menjelaskan atau memberikan pengantar matan hadis tetapi tidak ada pemisah yang
membedakan antara tambahan atau sisipan dan matan hadis tersebut. Tambahan atau sisipan
ini bisa jadi diawal matan atau ditengah maupun diakhir matan, tetapi pada umumnya diakhir
matan, sekalipun terkadang juga ada didepan dan ditengah matan sedikit. Di antara faktor
penyebab kemungkinan terjadinya mudraj karena seorang perawi menjelaskan hukum syara’
yang berkaitan atau istinbath hokum atau memberikan syarah lafal hadits yang gharib (sulit
dipahami). Penjelasan dan syarah itu diduga oleh pendengaranya bahwa hal itu bagian dari
hadis. Contoh mudraj pada awal matan, hadis riwayat Al-Khathib dari Abi Qathan dan
Syababah dari Syu’bah dari Muhammad bin Zayad dari Abu Huraiarah berkata: Rasulullah
S.A.W. bersabda :
7
16
Kata “ ْوا ْأل ُوض ُِؤCَُُْ بغ
ِ ْسCََْ أadalah mudraj (sisipan) dari perkataan Abu Khurairah sebagaiman
periwayatan Al-Bukhari dari Adam dari Syu’bah dari Muhammad bin Zayad dari Abu
Khurairah berkata:
Hukum periwayatan sisipan atau tambahan kedalam hadis mudraj haram menurut
ijma’ ulama’, kecuali jika dimaksudkan memberikan tafsir atau penjelasan lafal hadis yang
sulit dipahami maknanya (gharib al-hadits).
4. Hadis Maqlub.
a. Pengertian
Maqlub dari akar kata ْو بCَُُْ َُ َو َم ْقلCَب يَ ْقلِبُ قَ ْلبا ً فُه
َ َقَل berarti mengubah, mengganti,
berpindah atau membalik. Hati dalam bahasa Arab Al-Qalbu, karena sifat hati itu
berpindahpindah, berbolak-balik . Dalam hadis maqlub akan terjadi terbaliknya redaksi hadis.
Menurut istilah hadis maqlub adalah :
Hadis maqlub adalah hadis yang terbalik susunan kalimatnya tidak sesuai dengan susunan
yang semestinya, terkadang mendahulukan yang seharusnya diakhirkan atau sebaliknya, atau
mengganti kata lain dengan tujuan tertentu. faktor penyebabnya karena memang kesalahan
yang tidak disengaja atau karena untuk menguji daya ingatseseorang seperti yang terjadi
terhadap kecerdasan Al-Bukhari yang dilakukan oleh Ulama’ Baghdad dengan
memutarbalikkan 100 sanad dengan matan lain atau agar lebih dicintai penggemar.
Maqlub dapat terjadi pada sanad dan bias juga pada matan misalnya hadis yang
diriwayatkan oleh ibnu Umar r.a. berkata:
17
ْ
َِ Cَ َ ُمسْت َْدCلى َم ْق َعدتَ ِه مثسْتقَبِ َل ْالقِبْل َِِة
بِر َ ى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل ََّم َجالِسًا َع
َّ صل ِ َّفإ َ ِذاَ أنَا َ باِلنب
َ ي
الل َّش ِام
Maka ketika itu aku bersam Nabi S.A.W. beliau duduk diatas bangku menghadp kiblat
dan membelakangi syam.
5. Hadis Mudhtharib.
a. Pengertian
Mudhtarib dari akar kata ب يَضْ طَ ِربُ اِضْ ِط َرابا ً فَه َُو ُمضْ طَ ِر ب
َ اِضْ ِط َرberarti guncang
dan bergetar, seperti guncangnya ombak dilaut. Keguncangan suatu hadis dikaenakan terjadi
kontra antara satu hadis dengan hadis yang lain., berkualitas yang sama dan tidak dapat
dipecahkan secara ilmiah.32 Menurut istilah, hadis mudtharib adalah:
.في ْالق َُّو ِة ِ َف ٍةَ ُمت َسCَِْو ُج ٍه ُم ْختِلCََْ ي َعل َى أ
ِ ََاوي ٍة َ َما ر ُِو
Hadis yang diriwayatkan pada beberapa segi yang berbeda, tetapi sama dalam kualiatasnya.
Hadis Mudhtharib adalah hadis yang kontra antara satu dengan yang lain tidak dapat
dikompromikan dan tidak dapat di tarjih (tidak dapat dicari yang lebih unggul) dan sama
kekuatan kualitasnya. Diantara sebab idhthirab-nya suatu hadis adalah karena lemahnya daya
ingat perawi dalam meriwayatkan hadis tersebut, sehingga terjadi kontra yang tidak kunjung
dapat diselesaikan solusinya.
Mudhtarib kebanyakan terjadi pada sanad dan sedikit terjadi pada matan. Contoh Mudhtharib
pada sanad, seperti hadis Abu Bakar r.a. berkata: Ya Rasulullah aku melihat engkau beruban.
Rasulullah SAW. Menjawab:
18
َْ َشيبَّتَ ْن ِى هُ ْود َو
اخ َوتهَُا
Membuat uban rambutku Surah Hud dan saudara-saudaranya .(H.R.At-Tirmidzi)
Ad-Daruquthni berkata : “Hadis ini Mudhtharib, karena hanya diriwayatkan melalui Abu
Ishaq dan dipersilisihkan dalam sekitar 10 segi masalah. Diantara mereka ada yang
menjadikannya secara mursal dan ada yang mawshul. Diantara mereka ada yang
menjadikannya dari Musnad Abi Bakar , Musnad Aisyah, Musnad Sa’ad’ dan lain-lain.
a. Pengertian
Dari segi bahasa mushahhaf berasal dari kata َ َُ ِو ُمCَْص ِحيْفا ً فُه
ص َّح ف Cََْ ف ت َُ
ُ يص ِح َص َّحف
َ yang
berarti salah baca tulisan(shahifah). Sedangkan muharraf berasal dari kata ف َُ ََح َّرف
ُ يح ِر
َّر فCا ً فَهُ َو ُم َحC ْح ِريْفCََْ ت yang artinya mengubah atau mengganti. Dan dari segi istilah,
mushahhaf ialah
ْ
.ق َم َع بَقا َ ِء ص ُْو َر ِة ْال َخ ِط
ِ ُّ
النط ت ْال ُم َخالفَةَُ فِ ْي ِه بِت َْغيِي ِْر
ْ َهُ َو َما َكان
Hadis yang terdapat perbedaan di dalamnya dengan mengubah beberapa titik, sedang
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mushaahhaf adalah perubahan berupa titik
pada suatu huruf atau beberapa huruf, sedangkan muharraf adalah jika perubahan itu
berbentuk syakal/harakat huruf.
19
Contoh hadis mushahhaf. Hadis
nabi S.A.W
ً
ص ْو ِم الد ْهَّ ِر
َ ان َك ٍ ان َوأتَ ْب َعهَ ُ َش ْي أ ِم ْن َش َّو
َ ال َك َ ض َ َم ْن
َ صا َم َر َم
Contoh hadis muharraf Hadis
jabir berkata:
. ِه َو َسل ََّمCَى هللاُ َع ل َْْي َ ِْك ُحلِ ِه ف َك َواهُ َرس ُْو اُل هللCَُُْ ب َعل َى أ
َّ ص ل Cََْ ي يَ ْو َم
ِ األْح َزا َ ُُر ِم َي أب
Ubay dipanah pada peperangan ahzab di urat lengannya, maka rasulullah mengobatinya
dengan besipanas.(HR.Ad-Daruquthni)
Pada hadis diatas, oleh Ghandar telah di-tahriff dari asalnyaUbay menjadi Abi(ayahku).
Maksud Jabir menjelaskan yang terpanah pada peperangan ahzab adalah Ubay bin Ka’ab,
bukan bapaknya sendiri, bapaknya telah meninggal dunia pada perang uhud sebelum perang
ahzzab.
7. Hadits Syadzdz
a. Pengertian
Dari segi bahasa, syadzdz berasal dari kata َش َّذ يَ ُش ُّذ شذاًّ فَه َُو َشاذdiartikan ganjil, tidak
sama dengan mayoritas. Dari segi istilah, ada beberapa pendapat
َُCَ أْوث
ُ ُق ِم ْنه Cََْ َ لِ َم ْن هُ َوCف الث قِ َِِة
ُ ُِم َخال
Periwayatan oranng tsiqah menyalahi periwayatan orang yang lebih tsiqah
20
ِ فر َد ب ِه الث قِةَُ ِم َن ال
ِ َ ث قا
ت َ َما ْن
ْ ِيُخل
ف َ ْو َغ ْي ُر ثقِ ٍةَ َخالCََْ ًَ أCًان ثقَِة
َُCَ ْمCََْ ْم لCََْ ف أ َ َّاوى َس َوا ء َك َ َما ْن
ِ فر َد الر
Periwayatan seorang perawi secara sendirian, baik ia tsiqah atau tidak, baik ia menyalahi
periwayatan yang lain atau tidak.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hadits syadzdz adalah
hadits yang ganjil, karena hanya dia sendiri yang meriwayatkan atau periwayatanya
menyalahi periwayatan orang yang tsiqah atau lebih tsiqah dan yang terakhir ini pendapat
yang shahih. Jika periwayatan orang dha’if menyalahi periwayatan orang tsiqah, disebut
hadits munkar dan jika periwayatan orang yang lebih tsiqah menyalahi orang tsiqah, disebut
hadits mahfudzh.
Hadits yang diriwayatkan At-tirmidzi, An-nasa’I, dan Ibnu Majjah melalui jalan Ibnu
Uyaynah dari Amr Bin Dinar dari Aisyah dari Ibnu Abbas, bahwa seorang laki-laki wafat
pada masa rasulullah dan tidak meninggalkan pewaris kecuali budak yang ia merdekakan.
Nabi bertannya:”apakah ada seorang yang menjadi pewarisnya?” mereka menjawab: ”tidak,
kecuali budak yang telah dimerdekakannya.” Kemudian nabi menjadikan nya sebagai pewaris
baginya.
Hammad Bin Zaid adalah seorang yang tsiqah, adil, dan dhabith juga meriwayatkan hadits
tersebut dari Amr Bin Dinar dari ausajah, tetapi tidak menyebutkan Ibnu Abbas.Maka
periwayatan Hammad Bin Zaid adalah syadzdz,sedangkan periwayatan Ibnu Uyaynah adalah
mahfuzh.
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi melalui Abdul Wahid Bin
Zayyad dari Al-A’masyi dari Abu Shalih dari Abu Hurairah secara marfu’. Rasulullah S.A.W
bersabda:
21
Cََْ أحد ُُك ْم َر ْك َعت َِي
الفْج ِر ف ْلَيَضْ طَ ِج ْع َع ْن يَ ِم يْن ِه َ ى َ َإِذا
َّ صل
Jika telah shalat dua raka’at fajr salah seorang diantara kamu, hendaklah tiduran pada
lambung kanan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Hadis yang pada sanadnya ada seorang perawi yang parah kesalahannya atau banyak
kelupaan atau tampak kefasikannya.
b. Hadis Mu’allal:
c. Hadis Mudraj, Dalam istilah, mudraj dibagi menjadi dua macam, yaitu;
d. Hadis maqlub adalah hadis yang terbalik susunan kalimatnya tidak sesuai dengan
susunan yang semestinya, terkadang mendahulukan yang seharusnya diakhirkan atau
sebaliknya, atau mengganti kata lain dengan tujuan tertentu.
ْ
.ق ا ِء صُ ْو َر ِة ْال َخ ِط
َ ق َم َع ب
ِ ُّ
النط ت ْال ُم َخالفَةَُ فِ ْي ِه بِت َْغيِي ِْر
ْ َهُ َو َما َكان
23
Hadis yang terdapat perbedaan di dalamnya dengan mengubah beberapa titik, sedang bentuk
tulisannya tetap.
ِ ُف ف ْيِ ِه بِت َْغيِي ِْر ال َّش ْك ِل َم َع بَقا َ ِء ص ُْو َر ِة ْال َح
.ق َْ هُ َو َما َك
َُCَ َنت ْال ُم ْختل
Hadis yang terdapat perbedaan di dalamnya dengan mengubah syakal/harakat, sedang bentuk
tulisannya tetap.
f. Hadits Syadzdz adalah hadits yang ganjil, karena hanya dia sendiri yang
meriwayatkan atau periwayatanya menyalahi periwayatan orang yang tsiqah atau lebih tsiqah
dan yang terakhir ini pendapat yang shahih
DAFTAR PUSTAKA
Ash- Shiddieqy, Hasbi. 1987. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits. Jakarta: PT Bulan Bintang.
24
25