Anda di halaman 1dari 5

Hadits Maqbul Dan Hadits 

Mardud
 
PEMBAHASAN

A. Hadits Maqbul dan Permasalahannya

Pengertian

Maqbul menurut bahasa adalah yang diambil, yang diterima dan yang dibenarkan.
Sedangkan menurut istilah ahli hadis, hadis maqbul ialah hadis yang telah sempurna
syarat-syarat penerimaannya . Adapun syarat-syarat penerimaan hadits menjadi hadits
yang maqbul berkaitan dengan sanad-nya yang tersambung, diriwayatkan oleh rawi yang
adil dan dhabit, dan dari segi matan yang tidak syadz dan tidak terdapat illat.[1]

Hadits maqbul ialah hadits yang dapat diterima sebagai hujjah.Jumhur ulama sepakat
bahwa hadits Shohih dan hasan sebagai hujjah.Pada prinsipnya, baik hadits shohih maupun
hadits hasan mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima (Maqbul).Walaupun rawi hadits
hasan kurang hafalannya dibanding dengan rawi hadits shohih, tetapi rawi hadits hasan
masih terkenal sebagai orang yang jujur dan dari pada melakukan dusta.
Klasifikasi Hadits Maqbul

Yang termasuk kedalam kategori hadits maqbul ialah :

    Hadits Shohih[2], baik shohih lidzatihi maupun shohih ligahirih.

    Hadits Hasan[3], baik hasan lidzatihi maupun hasan lighairihi.

Kedua macam hadits tersebut wajib diterima, namun demikian para muhaddisin dan juga
ulama yang lain sependapat bahwa tidak semua hadis yang maqbul itu harus diamalkan,
mengingat dalam kenyataan terdapat hadis-hadis yang telah dihapuskan hukumnya
disebabkan datangnya hukum atau ketentuan lain yang juga ditetapkan oleh hadis
Rasulullah SAW.

ADVERTISEMENT
REPORT THIS AD

Maka dari itu, apabila ditinjau dari sifatnya. Maka hadits maqbul terbagi pula menjadi dua,
yakni Hadits maqbul yang dapat diterima menjadi hujjah dan dapat pula diamalkan, inilah
yang disebut dengan hadits maqbul ma’mulun bih. Disamping itu juga ada hadits maqbul
yang tidak dapat diamalkan, yang disebut dengan hadits maqbul ghairu ma’mulin bih.
Berikut ini adalah rincian dari masing-masing hadits tersebut yakni sebagai berikut :

Hadits Maqbul yang Ma’mul bih.

1)      Hadits Muhkam

Al-Muhkam menurut bahasa artinya yang dikokohkan, atau yang diteguhkan. Yaitu hadits-
hadits yang tidak mempunyai saingan dengan hadits yang lain, yang dapat mempengaruhi
artinya. Dengan kata lain tidak ada hadits lain yang melawannya. Dikatakan muhkam ialah
karena dapat dipakai sebagai hukum lantara dapat diamalkan secara pasti, tanpa syubhat
sedikitpun.

Kebanyakan hadits tergolong kepada jenis ini, sedangkan yang bertentangan jumlahnya
sedikit.

2)      Hadits Mukhtalif.

Mukhtalif artinya adalah yang bertentangan atau yang berselisih. Sedangkan secara istilah
ialah hadits yang diterima namun pada dhahirnya kelihatan bertentangan dengan hadits
maqbul lainnya dalam maknanya, akan tetapi memungkinkan untuk dikompromikan antara
keduanya. Kedua buah hadits yang berlawanan ini kalau bisa dikompromikan, diamalkan
kedua-kaduanya.

3)      Hadits Rajih

Yaitu sebuah hadits yang terkuat diantara dua buah hadits yang berlawanan maksudnya.

4)      Hadits Nasikh

Yakni hadits yang datang lebih akhir, yang menghapuskan ketentuan hukum yang
terkandung dalam hadits yang datang mandahuluinya.

Contoh dari hadits Maqbul ma’mulul bih banyak sekali. Secara garis besar pembagiannya
ialah hadits yang tidak ada perlawanannya dengan hadits lain dan hadits yang terjadi
perlawanan dengan hadits lain. Sebagai contoh akan dikemukakan tentang hadits yang
tidak memiliki perlawanan dengan hadits lain (Hadits Muhkam) berikut ini.

“janganlah kamu larang isterimu untuk pergi kemesjid (untuk bersembahyang), tetapi
sembahyang dirumah lebih baik bagi mereka” (H.R Abu Daud dari Ibnu Umar)[4]

Contoh Hadits yang memiliki perlawanan dari hadits lain tetapi salah satu dari hadits
tersebut telah menghapus ketentuan hukum yang terkandung dari hadits yang turun
sesudahnya (hadits  nasikh). Yakni sebagai berikut :

Barra berkata : “sesungguhnya nabi saw. pernah sembahyang menghadap baitul maqdis
selama enam belas bulan”. (Riwayat Bukhari)

Hukum menghadap kiblat ke baitul maqdis itu telah dinasikhkah oleh Allah pada
firmanNya :[5]

“hendaklah kamu menghadapkan mukamu kearah masjidil haram (ka’bah). (QS.


Albaqarah :144)

    Hadits Maqbul Ghairu Ma’mul bih


1)      Hadits Mutasyabih

yakni hadits yang sukar dipahami maksudnya lantaran tidak dapat diketahui takwilnya.
Ketentuan hadits mutasyabih ini ialah harus diimankan adanya, tetapi tidak boleh
diamalkan.

2)      Hadits Mutawaqqaf fihi

Yakni dua buah hadits maqbul yang saling berlawanan yang tidak dapat di kompromikan,
ditarjihkan dan dinasakhkan.Kedua hadits ini hendaklah dibekukan sementara.
3)      Hadits Marjuh

Yakni sebuah hadits maqbul yang ditenggang oleh oleh hadits Maqbul lain yang lebih kuat.
Kalau yang ditenggang itu bukan hadits maqbul, bukan disebut hadits marjuh,

4)      Hadits Mansukh

Secara bahasa mansukh artinya yang dihapus, Yakni maqbul yang telah dihapuskan
(nasakh) oleh hadits maqbul yang datang kemudian.

5)     Hadits Maqbul yang maknanya berlawanan dengan alQur’an, Mutawatir, akal yang
sehat dan ijma’ ulama.

Contoh dari hadits Maqbul ghairu ma’mul bih ini salah satunya ialah tentang hadits yang
bertentangan dengan akal sehat yakni berikut ini :

”Konon termasuk yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Wahyu yang diturunkan di
malam hari dan nabi melupakannya disiang hari” (HR. Ibnu Abi Hatim dari Riwayat Ibnu
Abbas r.a)[6]

Hadits tersebut secara akal sehat, sebab menerima anggapan bahwa nabi pernah lupa
sedangkan menurut akal sehat dan putusan ijma’ nabi ialah terpelihara dari dosa dan
kelupaan (ma’shum) dalam menyampaikan syariat dan wahyu.

    Persoalan seputar hadits Maqbul

Apabila kita mendapati dua buah hadits maqbul yang saling bertentangan maksudnya
menurut lahirnya, maka :

Hendaklah kita berusaha untuk mengumpulakan (mengkompromikan) kedua-duanya


sampai hilang perlawanannya.Dalam hal ini apabila dapat dikumpulakan, maka kedua hadits
tersebut wajib diamalkan.
    Kalau usaha pertama gagal, maka kita mencari, mana diantara kedua hadits tersebut
yang datang lebih dahulu (Nasikh), dan mana yang datang kemudian (mansukh).[7]

    Kalau usaha mencari nasikh tidak pula berhasil, beralih pada penelitian  mana hadits
yang lebih kuat, baik sanad ataupun matannya untuk ditarjihkan. Dalam hal ini hadits yang
lebih kuat tersebut (rajih) diamalkan, sedangkan hadits yang lemah tersebut (marjuh)
untuk tidak diamalkan.[8]

Jika usaha terakhir juga gagal, maka hadits tersbut hendaklah dibekukan, ditinggalkan
untuk pengamalannya.

    B. Hadits Mardud dan Permasalahannya

        1. Pengertian Hadits Mardud

Secara bahasa mardud artinya ialah yang ditolak, yang tidak diterima. Secara istilah Hadits
Mardud ialah hadis yang tidak menunjuki keterangan yang kuat akan adanya dan tidak
menunjuki keterangan yang kuat atas ketidakadaannya, tetapi adanya dengan
ketidakadaannya bersamaan. Dalam definisi yang ekstrim disebutkan bahwa hadis mardud
adalah semua hadis yang telah dihukumi dhoif[9]

Simpulan tentang penyebab-penyebab tidak diterimanya hadits ini akan dijelaskan


berdasarkan klasifikasi hadits mardud ini sebagai berikut :

2. Klasifikasi Hadits Mardud

a. Adanya Kekurangan pada Perawinya

Dalam hal ini, kekurangan pada perawinya dapat disebabkan oleh ketidakadilannya maupun
kehafalannya. Yakni terbagi menjadi :

1)       Dusta (hadits maudlu)

2)       Tertuduh dusta (hadits matruk)

3)       Fasik, yaitu banyak salah lengah dalam menghafal

4)       Banyak waham (prasangka) disebut hadits mu’allal

5)       Menyalahi riwayat orang kepercayaan

6)       Tidak diketahui identitasnya (hadits Mubham)

7)       Penganut Bid’ah (hadits mardud)

8)       Tidak baik hafalannya (hadits syadz dan mukhtalith)

b. Karena sanadnya tidak bersambung

1)      Kalau yang digugurkan sanad pertama disebut hadits mu’allaq


2)      Kalau yang digugurkan sanad terakhir (sahabat) disebut hadits mursal

3)      Kalau yang digugurkan itu dua orang rawi atau lebih berturut-turut disebut hadits
mu’dlal

4)      Jika tidak berturut-turut disebut hadits munqathi’

c. Karena Matan (Isi Teks) Yang Bermasalah

Selain karena dua hal di atas, kedhaifan suatu hadits bisa juga terjadi karena kelemahan
pada matan.Hadits Dhaif yang disebabkan suatu sifat pada matan ialah hadits Mauquf dan
Maqthu’.

Anda mungkin juga menyukai