Anda di halaman 1dari 14

7 AHRUF DALAM AL-QUR’AN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
STUDI AL-QUR’AN

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Zahrotun Ni’mah Afif, S.H.I, M.Pd

Disusun oleh :

Alinna Finnajah (D91219097)


Annisa Eka Ayu Cahya Ningrum (D91219101)
Khofifah (D91219117)
Mas Diajeng Fatimah Nailah Sa’adah (D91219122)
Mazidah Adelita Shofiyana (D91219123)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
sebuah makalah yang berjudul “7 AHRUF DALAM ALQUR’AN”. Shalawat
serta salam tak lupa kami hanturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat beliau sekalian serta orang-orang mukmin yang tetap
istiqamah dijalan-Nya. Adapun makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah “ Studi al-Qur’an” pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Dalam penulisan makalah sampai selesai, penulis banyak mendapat


bimbingan dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makaah ini terutama kepada Ibu Dr. Hj. Zahrotun Ni’mah Afif,
S.H.I, M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah Studi Qur’an dan teman- teman cosma D.

Penulis Menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
titik kesempurnaan. Utuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari
pembaca untu kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis senantiasa
memanjatkan doa, semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat-Nya kepada
kita semua. Amin Ya Rabbal „Alamin.

Surabaya, 4 November 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER............................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1


B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Masalah..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Pengertian 7 Ahruf dan Perselisihan Ulama……………..................3


B. Dalil- dalil mengenai turunnya Al-Qur’an dengan 7 Ahruf..............4
C. Hikmah Turunnya Al-Qur’an dengan 7 Ahruf..................................6

BAB III PENUTUP..............................................................................................9

A. Kesimpulan.........................................................................................9
B. Saran..................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Ahruf al-sab’ah merupakan salah satu cabang pembahasan ilmu al-


Qur’an. Keberadaannya yang sangat urgen dalam sejarah A-Qur’an mendorong
banyak sarjana baik dari kalangan umat islam maupun orientalis untuk
mempelajari dan membahas hakikah dari al-ahruf al-Sab’ah itu. Sudah banyak
pendapat yang dilontarkan oleh para ulama tentang maksud dari beberapa riwayat
al-Ahruf al-Sab’ah seperti dikatakan imam Suyuthi bahwa perbedaan ini
mencapai hingga sekitar empat puluh pendapat. Sedangkan menurut Ibnu Hibban
perselisihan pendapat yang terjadi dikaangan ulama klasik terdapat sekitar tiga
puluh pendapat yang berbeda.
Perbedaan-perbedaan itu memberikan ilustrasi kepada kita bahwa
alangkah sulit dan bahayanya pembahasan al-Ahruf al-Sab’ah ini. Kita katakan
bahwa karena kesalahan pahaman pembahasan dalam masalah ini bisa berakibat
fatal terhadap al-Qur’an itu sendiri, bahkan hal tersebut bisa dijadikan buerang
oleh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan dasar utama umat Islam itu. Oleh
karenanya tidak berlebihan kalau sekiranya Imam Zarqoni berkata : “pembahasan
ini mengerikan dan rumit, karena bisa memunculkan bermacam-macam pendapat
sehingga terpetik dihati sebagian ulama bahwa pembahasan al-Ahruf al-Sab‟ah
termasuk permasalahan ini yang sangat sulit untuk bisa difahami dan
kesalahandalam permasalahan ini bisa membuka pintu bagi musuh-musuh islam
untuk melntarkan tuduhan-tuduhan negatif terhadap al-Qur‟an”. Begitu pula
statemen Ibnu al-Arabi sebagaimana diceritakan oleh Imam al-Zarkasi dalam
karyanya al-Burhan. “Bahwa tidak ditemukan dalil, baik nash maupun atsar yang
menjelaskan tentang pengertian al-Ahruf al-Sab‟ah itu.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari penjelasan latar belakang diatas penyusunan dengan ini
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian 7 Ahruf dan perselisihan ulama ?
2. Bagaimana dalil-dalil mengenai turunnya al-Qur’an dengan 7 Ahruf ?

1
3. Apa hikmah turunnya al-Qur’an dengan 7 Ahruf ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian 7 Ahruf dan perselisihan ulama
2. Untuk mengetahui dalil-dalil mengenai turunnya al-Qur’an dengan 7
Ahruf
3. Untuk mengetahui hikmah turunnya al-Qur’an dengan 7 ahruf

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian 7 Ahruf Dan Perselisihan Ulama

Kata “Sab’atu” dalam bahasa Arab yang berarti tujuh. Dalam etimologi
Ulama’ berpendapat bahwa arti tujuh bukan berarti kiasan, tapi memang tujuh itu
merupakan tujuh sebenarnya. Dan kata “Ahruf” (jama’ dari harf) memiliki arti
ujung, pinggir atau puncak. Namun yang dikehendaki disini adalah arti yang
sesuai dengan hubungannya, yaitu berarti wajhun: segi. Dilihat dari tiap katanya,
Ahruf Sab’ah memiliki arti tujuh huruf, yakni bahwa al-Qur’an diturunkan dengan
keluasan bagi pembacanya untuk membaca dengan bentuk tujuh bacaan. Terdapat
banyak perbedaan di kalangan para Ulama tentang pengertian Ahruf Sab’ah itu
sendiri. Berikut sebagian pendapat tersebut :1
1. Sebagian Ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf
(Ahruf Sab’ah) ialah tujuh bahasa dari kalangan orang Arab dalam
pengertian yang sama. Dengan pengertian bahwa dialek orang-orang Arab
dalam mengungkapkan suatu maksud itu berbeda-beda, sedangkan Al-
Qur’an datang dengan menggunakan lafal-lafal menurut dialek tersebut.
kalau saja tidak terdapat perbedaan, niscaya Al-Qur’an akan diturunkan
dalam satu lafal saja. Dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan tujuh
bahasa tersebut adalah : Quraisy, Tsaqif, Hawazan, Kinanah, Tamim, dan
Yaman.

2. Ibn Qutaibah menafsirkan sab’ah ahruf dengan tujuh bentuk perubahan,


yaitu:
a. Perubahan harakat ( tanda baca )
b. Perubahan pada kata kerja
c. Perubahan pada lafal
d. Perbahan pada pergantian huruf yang sama makhraj-nya
e. Perubahan dengan cara mendahulukan dan mengakhirkan
f. Perubahan dengan penambahan atau pengurangan kalimat

1
Gunawan Heri dan Deden Suparman. Ulumul Qur‟an: (Bandung: CV Arfino Raya Bandung,
2010)

3
g. Perubahan dengan penggatian kata

3. Yang dimaksud dengan tujuh huruf (Ahruf Sab’ah) adalah mengenai


perbedaan dalam tujuh hal, yaitu :

a. Perbedaan nama-nama dalam bentuk mufrad, muzakkar, dan cabang-


cabangnya.

b. Perbedaan dalam tasrif fi’il dari bentuk madari’ , madi, dan amar.

c. Perbedaan dalam ibbal (penggantian), baik berupa ibbal huruf dengan


huruf.

d. Perbedaan dalam takdim (mendahulukan) dan takhir (mengakhirkan)


yang adakalanya dalam bentuk huruf.

e. Perbedaan dari segi I’rab (harakat akhir kata).

f. Perbedaan dari segi penambahan dan pengurangan.

g. Perbedaan lahjah tentang tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis), imalah, izhar
(jelas) dan idgam (dengung).

4. Yang dimaksud dengan “tujuh huruf” itu bukan hakikat bilangan. Tetapi
al-tashil, al-taysir (kemudahan) dan al-sa’ah (keleluasaan, kelapangan).

5. Yang dimaksud dengan ahruf sab’ah adalah tujuh macam kalam didalam
Al-Qur’an yang satu sama lainnya berbeda. Misalnya, berbentuk amar
(perintah), nahyi (larangan), wa’d (janji), wa’id (ancaman), halal, haram,
muhkam, dan mutasyabih dan beberapa istilah lain2.

B. Dalil-dalil Mengenai Turunnya Al-qur’an Dengan 7 Ahruf


Dalil Tentang Ahruf Sab’ah :

2
Arifin Gus dan Suhendri AbuFaqih. Sang Mahkota Cahaya: (Jakarta: Gramedia, 2010), 60.

4
1. ًِ ‫ع َل ْي‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ِ‫س ُْ ُل هللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ع ْى ٍُ َما أَوًَُّ قَا َل‬ َ ُ‫اص َر ِض َي هللا‬ ٍ َّ‫عب‬ َ ‫ع َْه اِ ْب ِه‬
ْ َ ‫ف فَ َزا َج ْعتًُُ فَلَ ْم أ َ َس ْل أ‬
‫ست َ ِش ْي ُديُ ََيَ ِش ْي ُدوِى َحتَّى اِ ْوت َ ٍَى‬ َ ‫ أ َ ْق َزأَوِ ْي ِج ْب ِز ْي ُل‬:‫سلَّ َم‬
ٍ ‫ع َلى َح ْز‬ َ ََ
ٍ ‫س ْبعَ ِة أَحْ ُز‬
‫ف‬ َ ‫لى‬
َ ِ‫إ‬
Artinya : “Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Sahih-nya meriwayatkan
hadis dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata, Rasulullah SAW. Bersabda, ”Jibril
membacakan Al-Qur’an kepadaku dengan satu huruf, kemudian aku
mengulanginya (setelah itu) senantiasa aku meminta tambah dan ia pun
menambahiku sampai dengan tujuh huruf”. (Hadist Bukhori, Muslim dan lainnya)
2. Al-Hafiz Abu Ya’la dalam musnad kabirnya bahwa pada suatu hari Usman
ra berkata diatas mimbar, “Aku sebut nama Allah ketika teringat seorang lelaki
yang mendengar Rasullah SAW. Berkata, Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh
huruf yang kesemuanya tegas lagi sempurna.
3. Imam Ahmad mengeluarkan hadits dengan sandnya dari Abi Qais Maula
Amar bin Ash dari amr, bahwa ada seseorang yang membaca satu ayat Al-Qur’an.
Kemudian Amr berkata kepadanya, “Sebenarnya ayat itu begini dan begini.
Setelah itu, ia mengatakan hal itu kepada Rasulullah SAW., beliau menjawab ,
“Sesungguhnya Al-Qur’anitu diturunkan dengan 7 huruf, mana saja yang kalian
baca berarti benar dan jangan kalianmeragukan”.
4. At-Tabari dan At-Tabrani meriwayatkan dari zaid bin Arqam, iaberkata,
“seseorang menghadap rasul SAW, lalu berkata, “ Ibnu Mas’ud teah membacakan
sebuah surat kepadaku seperti yang telah dibacakan oleh Zaid bin Tsabit dan
membacakan pula kepadaku Ubay bin Ka’ab. Ternyata bacaanmereka berbeda-
beda . Maka bacaan siapa yang saya ambil?” Rasulullah terdiam, sedangkan Ali
berada di sampingnya, kemudian Ali berkata, “Setiap orang diantara kalian
hendaklah membaca menurut pengetahuannya, karena kesemuanya baik lagi
indah”.
5. Ibnu Jarir At-Tabari mengeluarkan hadist dari Abu Hurairah, bahwaia
berkata, “RasulullohSAW bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan
dengantujuh huruf, maka bacalah semampunyadan tidak berdosa. Tetapi jangan
sekali-kali mengakhiri zikir rahmat dengan azab atau zikir azab dengan rahmat.
6. Dari Ubai binKa’ab, berkata: Rasulullah pernah berjumpa Jibril di batu-
batu Marwah, lalu berkata: “Sesungguhnya aku diutus kepada suatu umat yang

5
ummiy; diantara mereka ada orang tua, ada orang jompo nada anak-anak”.
(JJibril) berkata: “Suruhlah membaca Al-Qur’an sesuai dengan (salah satu) tujuh
huruf.”(Riwayat Al-Tirmidzi)3.

7. ‫س ْبعَ ِة‬ َ ‫ ا َِّن ٌَذَا ا ْلقُ ْزأ َ َن ا ُ ْو ِش َل‬:‫سلَّ َم‬


َ ‫علَى‬ َ ََ ًِ ‫علَ ْي‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ِ‫س ُْ ُل هللا‬ ُ ‫ث ُ َّم قَا َل َر‬
َ َ‫ف فَا ْق َزأ ُ َْا َما تَي‬
ًُ‫س َز ِم ْى‬ ٍ ‫اَحْ ُز‬

Artinya: “Bersabda Rasul SAW : “Sesungguhnya Al Quran ini diturunkan atas


tujuh huruf, maka bacalah kamu mana yang mudah daripadanya.” (HR. Bukhari
Muslim)

Berdasarkan hadits-hadits di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut:
1. Bahwa Al Quran diturunkan dalam tujuh huruf.
2. Pada awalnya Al Quran diturunkan dalam satu huruf.
3. Diturunkannya Al Quran dalam tujuh huruf itu setelah Nabi SAW.
Meminta keringanan dan kemudahan bagi umatnya

C. Hikmah Turun Alqur’an Itu Atas Tujuh Huruf

Hikmah turun Al-Qur’an itu atas tujuh huruf itu mencakup beberapa hal, yakni:

1. Mudah menghafalnya bagi kaum yang masih buta huruf. Tiap-tiap


kabilah itu mempunyai cara tersendiri dalam mengucapkan kata-kata, dan
mereka tidak terbiasa membaca syari’at. Terlebih ayat itu beribu-ribu
jumlahnya. Hikmah ini ditunjukkan jelas dalam beberapa hadits dengan
bermacam-macam redaksi.
Dari Ubay R.A berkata:

‫ إًي‬:‫ "لقي رسىل هللا ملسو هيلع هللا ىلص جبريل عٌذ أحجار الوراء فقال‬:‫عي أ ُ َبي ٍّ قال‬
‫ فقال‬،‫ هٌهن الغالم والخادم والشيخ العاس والعجىز‬،‫بُعثت إلى أهة أهييي‬
‫ "إى هللا أهرًي أى أقرأ‬،"‫ فليقرءوا القرآى على سبعة أحرف‬:‫جبريل‬
‫ "إى هللا يأهرك أى‬, "‫ اللهن رب خفف عي أهتي‬:‫ فقلت‬،‫القرآى على حرف‬
‫ وإى‬،‫ "أسأل هللا هعافاته وهغفرته‬:‫ قال‬،"‫تُقرئ أهتل القرآى على حرف‬
".‫أهتي ال تطيق رلل‬

3
Athaillah, H.A. Sejarah Al-Qur‟an: (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010), 88.

6
Artinya: Rasulullah S.A.W bertemu Jibril disamping Hajrul Mar’i, sebuah
tempat di Kuba “Aku diutus kepada umat yang buta huruf. Diantara
mereka ada yang masih kanak-kanak, khadam, orang tua-tua yang sudah
lemah dan bernasib malang.” Kata Jibril “hendaklah mereka itu membaca
Al-Qur’an itu dengan tujuh huruf.” (H.R Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan
Tabari dengan isnad yang shahih).4
Hadis lain, yaitu sabda beliau S.A.W

‫خفف عي اهتي‬
ْ ‫ اللهن‬:‫ فقلت‬.‫إى هللا يأهرًي أى أقرأ القرأى على حرف‬
Sesungguhnya Allah memerintahku untuk membaca al-Qur’an dengan
satu huruf (dialek). Lalu aku berkata :Yaallah berikanlah keringanan
kepada umatku”
Dalam hadis yang lain, Jibril a.s berkata:

‫إى هللا يأهرك أى تقرأ أهتل القرأى على حرف‬


Sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar membacakan al-Qur’an
kepada umatmu dengan satu huruf.”
Nabi saw bersabda:

‫أسأل هللا هعافته وهغفرته وإى أهتي ال تطيق رلل‬


"Aku memohon kepada Allah ampunan dan maghfiroh-Nya,
sesungguhnya umatku merasa berat melakukannya.” (HR. Muslim)5
2. Kemukjizatan alquran terhadap fitrah bahsa bagi bangsa Arab,
karena bermacam-macamnya sisi susunan bunyi al-Qur’an menjadikannya
sebagai keberagaman yang mampu mengimbangi beragamnya cabang-
cabang bahasa (dialek) yang diatasnya fitrah bahasa dikalangan Arab
berada. Sehingga setiap orang Arab mampu untuk mengucapkannya
dengan huruf-huruf dan kalmatnya sesuai dengan masing-masing lahjah
(logat) alami dan dialek kaumnya, namun dengan tetap terjaganya
kemukjizatan al-qur’an yang dengan Rasulullah saw menantang orang
Arab (untuk membuat yang serupa dengan al-Qur’an. Dan dengan

4
Abu yusuf sujono, Hikmah Turunnya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf(Tujuh Dialek), dalam
http:alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=203.Diakses pada Minggu, 3 November 2019 pukul 12.32
wib.
5
Syaikh Manna al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur‟an, (JakartaTimur: Al-Kutsar, 2015),
187

7
keputusan mereka untuk melawan al-Qur’an maka hal itu tidak hanya
menjadikannya menjadi mukjizat bagi satu saja, namun ia menjadi
mukjizat bagi fitrah bahasa itu sendiri dikalangan bangsa Arab.
3. Menunjukkan kemukjizatan al-Qur’an dalam makna dan hukum-
hukumnya, karena perubahan bentuk suara dalam sebagian huruf dan
kalimatnya menjadikan al-Qur’an siap untuk diambil (disimpulkan)
hukum-hukumnya, yang menjadikan al-Qur’an cocok untuk semua zaman.
Oleh sebab itu para Ulama’ ahli fiqih berdalil dengan qira’at sab’ah (tujuh
model bacaan) dalam beristinbat (menyimpulkan hukum dari dalil) dan
ijtihad mereka.
4. Didalamnya juga menunjukkan keistimewaan al-Qur’an
dibandingkan dengan kitab-kitab samawi yang lain, karena kitab-kitab
tersebut diturunkan sekaligus dengan satu huruf sedangkan al-Qur’an
dengan gtujuh huruf.
5. Didalam turunnya al-Qur’an dalam tujuh huruf ada kemuliaan yang
diberikan oleh Allah kepada umat ini, dan penjelasan tentang luasnya
rahmat Allah kepada mereka, yaitu dengan memudahkan bagi mereka
untuk mempelajari kitabnya dengan kemudahan yang semaksimal
mungkin.
6. Didalamnya adalah pemulaan untuk menentukan bahasa-bahasa
(dialek) arab menjadi satu bahasa terpilih yang paling fasih. Dan itu adalah
permulaan dalam proses tahapan-tahapan penyatuan umat islam diatas satu
bahasa yang menyatukan mereka.

7. Bentuk perhatian terhadap kondisi kehidupsn suku-suku di jazirah


Arab yang berdiri diatas fanatisme penuh terhadap segala sesuatu yang ada
kaitannya dengan suku, seperti nasab (garis keturunan). Tempat tinggal
maslahat dan bahasa yang susah untuk (berpindah) darinya dalam waktu
singkat.6

6
Abu yusuf sujono, Hikmah Turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf (Tujuh Dialek), dalam
http:alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=203.Diakses pada Minggu, 3 November 2019 pukul 12.32
wib.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa :


1. Kata “Sab’atu” dalam bahasa Arab yang berarti tujuh. Dalam etimologi
Ulama’ berpendapat bahwa arti tujuh bukan berarti kiasan, tapi
memang tujuh itu merupakan tujuh sebenarnya. Dan kata “Ahruf”
(jama’ dari harf) memiliki arti ujung, pinggir atau puncak. Namun
yang dikehendaki disini adalah arti yang sesuai dengan hubungannya,
yaitu berarti wajhun: segi. Dilihat dari tiap katanya, Ahruf Sab’ah
memiliki arti tujuh huruf, yakni bahwa al-Qur’an diturunkan dengan
keluasan bagi pembacanya untuk membaca dengan bentuk tujuh
bacaan.
2. Berdasarkan hadits-hadits, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Bahwa Al Quran diturunkan dalam tujuh huruf.
b. Pada awalnya Al Quran diturunkan dalam satu huruf.
c. Diturunkannya Al Quran dalam tujuh huruf itu setelah Nabi SAW.
Meminta keringanan dan kemudahan bagi umatnya.
3. Hikmah turun Al-Qur’an itu atas tujuh huruf itu mencakup beberapa
hal, yakni:
a. Mudah menghafalnya bagi kaum yang masih buta huruf.
b. Kemukjizatan alquran terhadap fitrah bahsa bagi bangsa Arab,
karena bermacam-macamnya sisi susunan bunyi al-Qur’an
menjadikannya sebagai keberagaman yang mampu mengimbangi
beragamnya cabang-cabang bahasa (dialek) yang diatasnya fitrah
bahasa dikalangan Arab berada.

9
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan
dari pembuatan makalah tersebut. Oleh karena itu, diharapkan pada
pembaca agar memberikan perbaikan yang semestinya demi
kesempurnaan makalah ini, dan diharapkan pembaca memberikan koreksi
terhadap materi-materi “7 Ahruf dalam Al-Qur’an” yang sekiranya ada
tidak ada sesuai dengan yang sebenarnya. Dan diharapkan kepada
pembaca untuk mencari referensi lain agar mendapat wawasan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan Syaikh Manna. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur‟an.JakartaTimur: Al-


Kutsar, 2015.
Gus Arifin dan Suhendri AbuFaqih. Sang Mahkota Cahaya.: Jakarta: Gramedia,
2010.
H.A, Athaillah. Sejarah Al-Qur‟an.:Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010.
Heri Gunawan dan Deden Suparman. Ulumul Qur‟an. Bandung: CV Arfino Raya
Bandung, 2010.
Sujono Abu Yusuf “Hikmah Turunnya Al-Qur’an”. Dalam http: alsofwah.or.id/
cetakquran.php?.id=. Diakses pada 3 November 2019.

11

Anda mungkin juga menyukai