Oleh :
Dosen Pengampu :
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Nurhayati Djamas,
M.A., M.Si selaku dosen mata kuliah. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Muraqabah.................................................................................................................3
B. Pendekatan Diri dengan sedekah..............................................................................6
C. Sedekah sebagai Ketenangan Jiwa...........................................................................7
D. Deskripsi Masalah Subjek.........................................................................................8
E. Sedekah sebagai Kebersihan Hati.............................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................................................10
B. Saran.................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya oleh Allah dianugerahi hati sebagai alat utama untuk
mengenal-Nya. Dengan hati pula ditentukan baik buruknya seseorang dihadapan Allah.
Hati nurani merupakan salah satu aspek terdalam pada jiwa manusia yang senantiasa
menilai benar salahnya perasaan, niat, angan-angan, pemikiran, hasrat, sikap dan
tindakan seseorang, terutama dirinya sendiri.
Hati dalam bahasa Arab adalah al-Qalb, kata al-Qalb terbentuk dari akar َ بkata َ
لَقyang bermakna membalik, ia sering kali berbolak balik, Al-Qalb ini amat berpotensi
tidak konsisten. Oleh karena itu, al-Qalb harus senantiasa diarahkan pada kebenaran
agar diri menjadi terkendali. karena tempat untuk memahami dan mengendalikan diri
itu ada pada hati. Hatilah yang menunjukkan watak dan diri seseorang sebenarnya. Hati
juga yang membuat manusia mampu berhasil meraih kesuksesan baik dunia maupun
akhirat. Apabila hatinya bersih terjaga, maka keseluruhan yang ada pada diri
manusiapun akan menampakkan cahaya kebaikan.
Hati dikonsepsikan oleh para sufi sebagai alat untuk mengenal Allah
(Ma’rifatullah), karena baik buruknya seseorang ditentukan oleh hatinya. Imam Al-
Ghazali seorang tokoh Tasawuf menyebutkan jenis hati manusia menjadi tiga bentuk
yaitu: Hati yang sakit, hati yang mati, dan hati yang hidup (sehat). hati yang sehat
dikatakan bahwa ia akan berfungsi secara optimal, mampu memilih dan memilah mana
yang baik dan mana yang buruk, Hati seperti itu kenal betul dengan Allah SWT
1
kebersyukuran, sabar, takut dosa/siksa, mencintai Allah, mengharap pahala serta rida
atas segala takdir yang Allah berikan dan memperhitungkan segala perbuatannya
Sedekah berawal dari Bahasa arab yang memiliki arti di dalam kata shadaqah
pada Al-Munjid istilah shadaqoh mempunyai arti diberikan untuk berniat memperoleh
ganjaran dari Allah SWT, tidak untuk meminta dihormati. Hukum sedekah sendiri
disini di bagi menjadi dua wajib dan bisa menjadi sunah.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Muraqabah Sebagai Upaya Pendekatan Diri Melalui Sedekah Dan
Pengaruhnya Terhadap Ketenangan Jiwa Dan Kebersihan Hati?
C. Tujuan
Untuk mengetahui Muraqabah Sebagai Upaya Pendekatan Diri Melalui Sedekah Dan
Pengaruhnya Terhadap Ketenangan Jiwa Dan Kebersihan Hati.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Muraqabah
Dasar utama muraqabah adalah firman Allah SWT: “Dan adalah Allah Maha
Mengawasi segala sesuatu.” (Q.S. Al-Ahzab [33]:52). Muraqabah adalah
pengaplikasian dari Ihsan sesuai sabda Rasulullah SAW (Al-Qusyairi, 2007: 19): “Ihsan
adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya. Jika belum mampu
melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” (HR: Muslim, Turmudzi, Abu
Daud, dan Nasai)
Secara bahasa muraqabah berasal dari isim masdar (kata dasar) raqaba, yang
berarti memerhatikan, menyaksikan, mengawasi. Muraqabah sendiri secara bahasa
berarti pengawasan, pemerhatian. Imam al-Ghazali dalam Asmaran, (2002:77)
mengatakan perkataan muraqabah sama artinya dengan Ihsan. Sedangkan menurut Abu
Zakaria Ansari, kata muraqabah jika dilihat dari segi bahasanya (etimologi) dapat
diartikan dengan “selalu memperhatikan yang diperhatikan.”
Menurut Al-Muraqy (1952: 89) membagi Muraqabah menjadi 20. berikut ini ke 20
muraqabah tersebut:
3
Allah lebih dekat darinya dalam arti dekat ma’nawy (tidak bisa diketahui cara,
tingkah lakunya), kemudian hamba memikirkan penciptaan Allah kepada
seluruh Alam dan isinya. Firman Allah: “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan
Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya” (QS: Qaaf [50]:16
4) Muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Ula Artinya seorang hamba merasakan
kehadiran Allah dalam hatinya bahwa Allah mencintai hambaNya dengan
pahala dan ridhaNya, dan hamba juga mencintaiNya pada maqam yang pertama
dengan berbagai cara mendekatkan diri kepadaNya, dengan menjalankan ibadah
wajib kemudian ibadah sunnah karena mengharap keridhaanNya, dan menjauhi
kemurkaanNya. Mengingat kepada nilai dari 16 Asmau al-Husna yang
berjumlah 99, merenungkan indahnya penciptaan Allah yang tidak ada
hujungnya kita memikirkannya
5) Muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Tsaniyyah Artinya seorang hamba
merasakan kehadiran Allah dalam hatinya bahwa Allah mencintai hambaNya
dan hamba mencintaiNya pada maqam yang kedua, mengiktikadkan bahwa
Allah mempunyai sifat ma’ani (qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, bashar, dan
kalam) dan ma’nawiyyah (qadiran, muridan, ‘aliman, hayyan, sami’an, bashiran,
dan mutakalliman)
6) Muraqabah al-Mahabbah fi al-Qausi Artinya seorang hamba merasakan
kehadiran Allah dalam hatinya bahwa hamba merasa cintai Allah kepada
hambaNya yang beriman dan hamba juga mencintaiNya didalam maqam yang
sangat dekat (di ibaratkan dua bendera [qausani])
7) Muaraqabah wilayah al-‘Ulya Artinya seorang hamba merasakan kehadiran
Allah dalam hatinya bahwa Allah yang menciptakan wilayah al-‘ulya (para
malaikat) yang selalu taat dan dibersihkan dari nafsu. Maksudnya manusia
sebiasa mungkin meniru atau menau ladani perilaku malaikat
8) Muraqabah Kamalat al-Nubuwwahladani Artinya seorang hamba merasakan
kehadiran Allah dalam hatinya bahwa Allah yang menciptakan dan
menyempurnakan sifat-sifat kenabian para Nabi dengan memberikan wahyu
syari’ah kepadanya tetapi tidak diwajibkan menyampaikan kepada umatNya
tetapi hanya diperintahkan untuk mengamalkan sendiri.
4
9) Muraqabah Kamalat al-Risaalah Artinya seorang hamba merasakan kehadiran
Allah dalam hatinya bahwa Allah yang menciptakan dan menyempurnakan
sifat-sifat kerasulan para Rasul dengan memberikan wahyu syari’ah kepadanya
dan diwajibkannya para Rasul untuk menyampaikan kepada umatNya
10) Muraqabah Kamalat Uli al-Azmi Artinya seorang hamba merasakan kehadiran
Allah dalam hatinya bahwa Allah menciptakan Rasul-rasul yang bergelar ulul
azmi karena kesabaran mereka yang luar biasa menjalani ketaatan kepada Allah,
meninggalkan maksiat, hawa nafsu, perbuatan syaitan dan kuatnya ulul azmi
dalam mengemban tanggungjawab syariat Allah kemudian menyebarkan syariat
tersebut kepada umatnya meskipun pahit yang mereka rasakan.
11) Muraqabah fi al-Daerah al-Khullah Hiya Haqiqat al-Ibrahimiyyah [hakikatnya
nabi Ibrahim As]) Artinya seorang hamba merasakan kehadiran Allah dalam
hatinya bahwa hakikatnya Allah telah menjadikan nabi Ibrahim As sebagai
kekasihNya
12) Muraqabah daerah al-Mahabbah al-Shirfah (haqiqat al-Musawiyyah [hakikatnya
nabi Musa As]) Artinya seorang hamba merasakan kehadiran Allah dalam
hatinya bahwa Allah telah memberikan kecintaan yang halus kepada Syaidina
Nabi Musa As.
13) Muraqabah al-Azzatiyah al-Mumtazijah bi-Mahabbah (haqiqat
alMuhammadiyyah [hakikatnya Nabi Muhammad SAW]) Artinya seorang
hamba merasakan kehadiran Allah dalam hatinya bahwa hakikatnya Allah telah
memberikan kecintaanNya yang utama dan paling utama kepada Syaidina
Muhammad Shallahu alaihi wassalam.
14) Muraqabah al-Mahbubiyyah al-Shirfah Artinya seorang hamba merasakan
kehadiran Allah dalam hatinya bahwa Allah yang menjadikan haqiqat al-
Ahmadiyyah (hakikatnya rasul yang dinisbatkan Ahmad) dijadikan kekasihnya
yang dikasihinya nabi kita, Maulana Ahmad SAW
15) Muraqabah al-Hubbi al-Shirfi Artinya seorang hamba merasa kehadiran Allah
dalam hatinya bahwa Allah adalah zat yang mengasihi dan mencintai dengan
tulus kepada hamba-hambaNya yang mukmin, dan hamba tersebut juga
mencintai Allah SWT, MalaikatNya, RasulNya dan mencintai saudara-saudara
yang mukmin lainnya.
5
16) Muraqabah laa Ta’yin Artinya seorang hamba merasa kehadiran Allah dalam
hatinya bahwa Allah adalah zat yang tidak bisa dinyatakan dan ditemukan oleh
Malaikat Muqarrabin (Malaikat yang dekat dengan Allah), Para Nabi dan Rasul
dan tidak satupun dari belahan dunia, dan tidak ada yangtahu hakikatbya Zatnya
Allah kecuali Dia (Allah SWT).
17) Muraqabah Haqiqat al-Ka’bah Artinya seorang hamba merasa kehadiran Allah
dalam hatinya bahwa Allah adalah yang menjadikan Ka’bah yang agung sebagai
arah pedoman bersujud bagi seluruh makhluk, kearah Ka’bah lah dada kita
menghadap. Dan kearah Allah lah hati kita menghadap
18) Muraqabah Haqiqat al-Qur’an Artinya seorang hamba merasa kehadiran Allah
dalam hatinya bahwa Allah yang menurunkan al-Qur’an kepada utusanNya Nabi
Muhammad SAW sebagai alat untuk melemahkan hujjahnya orang-orang yang
ingkar kepada Allah, dihukumi ibadah membacanya dengan benarnya lafadz-
lafaz, huruf-huruf dan makhraj (tempat keluarnya huruf) nya, dan tartil
(membaca al-Qur’an dengan cermat dan tepat) Muraqabah haqiqat al-Qur’an
menunjukkan bahwa subtansi kalam Allah itu diwujudkan dalam setiap huruf
dalam al-Qur’an yang diibaratkan seperti lautan yang tanpa tanpa daratan
19) Muraqabah Haqiqat al-Shalat Artinya seorang hamba merasa kehadiran Allah
dalam hatinya bahwa Allah yang telah mewajibkan shalat yang mengandung
beberapa ucapan, perbuatan, dimulai dari ta’biratu al-Ihram dan diakhiri dengan
Salam, mengikuti syarat-syarat, rukunrukun, hal-hal yang membatalkannya,
ditunaikan pada waktu tertentu dan disertai kondisi Khudur dan khusu’ dalam
melakukannya
20) Muraqabah al-Ma’budiyyah al-Shirfah Artinya seorang hamba merasa kehadiran
Allah dalam hatinya bahwa Allah punya hak untuk disembah dengan ikhlas oleh
seluruh makhluk. Dengan muraqabah al-Shirfah diharapkan akan terbuka
rahasia makna dari kalimat-kalimat thayyibah
6
Karena manusia hidup di dunia tidak pernah dan tidak akan bisa lepas dari
campur tangan Allah, dimana manusia itu sangat bergantung kepada Allah dan tidak
mungkin bisa berbuat apa-apa tanpa izin dan pertolongan Allah, maka sangat di
perlukan suatu kendaraan yang bisa menghantarkan seorang hamba kepada Allah SWT.
Kendaraan itu adalah sedekah kepada Allah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Karena sedekah adalah sarana pendekatan diri kepada Allah.
Sedekah secara istilah berarti sebuah pemberian secara suka rela, baik berupa
uang, barang, jasa, kebaikan, dan lainnya, kepada orang yang berhak menerimanya
dengan jumlah yang tidak ditentukan atau sekehendak dirinya dan diberikan kapan saja
dan dimana saja demi mengharap ridha dan pahala dari Allah SWT
Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat kebaikan yang tidak ada
putus-putusnya kepada sesamanya.Berbuat baik itu bisa dalam pengorbanan harta
benda, tenaga, ucapan, bersikap ramah dan sopan kepada sesama (yang muda
menghormati yang tua, yang tua menyayangi yang kecil), menyantuni janda, fakir
miskin, yatim piatu, orang-orang jompo, termasuk bersedekah kepada siapapun.Islam di
tegakkan dan berkembang bukan atas dasar kikir dan menahan harta benda. Oleh karena
itu islam memerintahkan setiap
7
C. Sedekah sebagai Ketenangan Jiwa
Menurut Al-Qadhi Abu Bakar bin Arabi, sedekah adalah benar dalam hubungan
dengan sejalannya perbuatan dan ucapan serta keyakinan. Dalam makna seperti inilah,
sedekah diibaratkan dalam hadist, “Dan sedekah merupakan burhan (bukti)” (HR
Muslim).
Sedekah juga menghindarkan jiwa dan raga dari beragam penyakit.Renungkan ayat
yang berbunyi, Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan merreka dan berdoalah untuk mereka.Sungguh, doamu
itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui (al-Taubah [9]: 103
8
E. Sedekah sebagai Kebersihan Hati
Al Jurjanji memberikan definisi sedekah adalah suatu pemberian yang diberikan
oleh seseorang kepada orang lain secara sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah
tertentu. Hal tersebut juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang
sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurutnya pakar tasawuf tersebut, muraqabah adalah metode untuk
melaksanakan Al-ihsan (anta'budallah ka annak taroka fainlam tarak fainnahu yarak)
supaya kita bisa memandang dan dipandang oleh Allah. Lalu ada proses dan tahapan
selanjutnya setelah muraqabah adalah Musyahadah dan Ma'rifah. Sedekah lebih luas
dari sekedar zakat maupun infak, karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau
menyumbangkan harta, namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik.
Ketenangan jiwa menurut Al-Ghazali merupakan sebuah sumber dari sifat yang dapat
menimbulkan kebahagiaan. Hasil wawancara dengan bapak Sakti bahwa responden
mengalami ketentraman ataupun ketenangan jiwa setelah bersedalah secara sadar. Dan
menjadikan hatinya tidak berburuk sangka terhadap Allah dan lebih banyak bersyukur.
B. Saran
Demikian materi yang dapat saya paparkan mengenai materi ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, karena keterbatasan pengetahuan dan
kurangnya rujukan. Penyusun banyak berharap pada para pembaca untuk memberikan
saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Candra Himawan Dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki Melimpah, 18.
11