Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STUDI ISLAM : ASPEK IBADAH, LATIHAN

SPIRITUAL DAN AJARAN MORAL DALAM ISLAM


Diajukan untuk memenuhi tugas Studi Islam

Makalah Studi Islam

KELOMPOK 4 (B)
Nama Kelompok :
1. ANINDIA ALHUMAIRA (1111061040000056)
2. YUSTIANA ANWAR (1111061040000040)
3. MUTIARA JUANDA PUTRI (1111061040000065)
4. MUTIARA FARHANI DEVIRA (1111061040000072)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
OKTOBER/2016
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur kepada ALLAH yang mahakuasa yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah ini. Makalah ini di susun berdasarkan tugas dari Bapak/Ibu dosen dan
berdasalkan hasil pengamatan / informasi yang kami dapat.

Selanjutnya, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang


telah membantu sehingga Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna , oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan buku ini.

Dalam penulisan Makalah ini pastilah ada kendala yang kami temui,
namun kami berhasil menghadapinya dan menyelesaikan Makalah ini tepat waktu.

Akhir kata jika ada sesuatu pada khususnya kata – kata yang tidak
berkenan pada hati pembaca mohon di maklumi. Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta , Oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang........................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan....................................................................... 2

BAB II ISI

2.1. Tinjauan Pustaka.......................................................................... 3


2.2.Pembahasan................................................................................... 4
A. Pengertian Ibadah....................................................... 4
B. Fungsi Ibadah............................................................. 4
C. Hubungan Ibadah dengan Akhlaq.............................. 6
D. Ibadah Mahdhah dan Ghair Mahdhah........................ 7
E. Syarat – syarat Diterimanya Ibadah........................... 10
F. Hikmah Ibadah Mahdhah........................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan................................................................................... 13
3.2. Saran............................................................................................. 13

Daftar Pustaka.......................................................................................... iii


BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Allah S.W.T. telah menciptakan manusia untuk menyembah kepada-Nya dan


beribadah kepada-Nya. Allah S.W.T. telah berfirman pada surah Adz-Dzariyat
ayat 56, sebagai berikut :

Artinya :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku (beribadah kepada-ku).” (Q.S. Adz-Dzariat: 56)

Itu dapat menjelaskan bahwa manusia berkewajiban untuk menyembah hanya


kepada Allah dan beribadah hanya kepada Allah. Dan bukan hanya kepada
manusia, namun Jin juga diciptakan untuk menyembah dan beribadah kepada
Allah.

Ibadah bukan hanya dilakukan untuk menggugurkan kewajiban saja, namun


dalam beribadah kita juga harus bersungguh – sungguh untuk mendapatkan
kemudahan dalam menjalani kehidupan ini dan dijauhkan dari semua hal – hal
buruk. Ibadah juga dilakukan untuk menggambarkan rasa syukur atas semua
karunia dan kenikmatan yang telah Allah berikan kepada setiap manusia. Selain
itu beribadah kepada Allah harus dilakukan dengan ikhlas, bukan untuk
mendapatkan pujian dari orang lain atau maksud-maksud lainnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian ibadah ?
2. Apa fungsi ibadah ?
3. Apa saja macam – macam ibadah ?
4. Apa itu Ibadah Mahdahah dan Ibadah Ghair Mahdhah ?
5. Apa hubungan ibadah dan akhlaq ?
6. Apa hikmah Ibadah Mahdhah dalam pembinaan akhlak mulia ?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami arti ibadah dan fungsinya ; dan mengetahui macam – macam
ibadah yang dapat dilakukan. Juga dapat mengetahui tentang Ibadah Mahdhah
dan Ibadah Ghair Mahdhah.

1.4. Manfaat Penulisan


a) Mahasiswa dapat mengetahui jenis – jenis ibadah yang dapat di lakukan.
b) Mahasiswa dapat mengerti arti ibadah.
c) Mahasiswa dapat mengetahui Ibadah Mahdhah dan Ibadah Ghair
Mahdhah.
d) Mahasiswa dapat mengetahui fungsi ibadah dan manfaatnya.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah

Secara bahasa, “Ibadah” artinya taat. Sedangkan secara istilah menurut


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mendefisinikan Ibadah sebagai: Ibadah adalah
kata yang mencakup semua yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT baik
berupa perkataan maupun perbuatan yang tersembunyi dan yang terangterangan,
seperti Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, juga berbicara benar, menunaikan amanah,
berbakti kepada kedua orang tua dan menyambung silaturrahim. Juga menepati
janji, amar ma'ruf nahi munkar, jihad melawan orang kafir dan Munafik, berbuat
baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, dan budak baik
manusia atau binatang, juga berdo`a, dzikir dan membaca Al-Qur'an. Itu
merupakan contoh Ibadah, selain itu juga mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya,
takut kepada Allah SWT dan kembali kepada-Nya, memurnikan Ibadah karena-
Nya dan sabar akan hukum-Nya. Begitu juga bersyukur akan nikmatNya dan
ridha kepada ketentuan-Nya. Juga berserah diri pada-Nya, mengharap rahmat-
Nya, dan takut kepada azab-Nya. Kesemua itu bagian dari Ibadah kepada Allah
SWT.

Pada umumnya kebanyakan orang menganggap Ibadah hanya dalam


bentuk shalat, puasa, sedekah, haji dan umrah, atau do’a dan dzikir. Padahal
hakikat ibadah yang Allah SWT jadikan sebagai tujuan hidup manusia mencakup
wilayah yang luas dan mencakup seluruh perkara dan permasalahan hidup
manusia. Ibadah dapat dilakukan dengan berbuat baik dengan niat karena Allah
dan ikhlas tanpa mengharapkan sebuah balasan.
B. Fungsi Ibadah
Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut
untuk beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan.
Ia tidak hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal
perbuatan yang nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam
Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal
sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya bertujuan
untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk
mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam mendorong manusia untuk
beribadah kepada Allah SWT dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas. Baik
sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi
ibadah dalam Islam.
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan
melalui “muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu
merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala
perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim
tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta
menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah
ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5,
sebagai berikut :

Artinya :
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.”
Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap
manusia, harta benda dan hawa nafsu.

2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya


Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah
anggota masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan
memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang
fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan
masyarakat.
Karena itu Allah tidak akan menerima semua bentuk ibadah, kecuali
ibadah tersebut membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini
Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan
munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani)

3. Melatih diri untuk berdisiplin


Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama
muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau
membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak menyalurkannya
kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi munkar”, maka
ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah
SWT.

C. Hubungan Ibadah dengan Akhlaq


Secara terminologi, banyak ulama yang telah memberikan pengertian
akhlaq ini. Di antaranya adalah pendapat dari Ibnu Maskawih dan Imam al-
Ghazali. Sebagaimana dikutip oleh Mustaqim (2007: 2) dalam bukunya Akhlaq
Tasawuf, Ibnu Maskawih memberikan definisi bahwa akhlaq merupakan sebuah
kondisi mental yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang, yang darinya lalu
muncul perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Sedangkan menurut al-Ghazali, akhlaq merupakan suatu kondisi
jiwa yang menyebabkan ia bertindak tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan yang mendalam.
Pengertian ini mendeskripsikan bahwa akhlaq sesungguhnya berasal dari
kondisi mental yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, disebabkan ia telah
membiasakannya, sehingga ketika akan melakukan perbuatan tersebut, ia tidak
perlu lagi memikirkannya, seolah perbuatan tersebut telah menjadi gerak refleks.
Dengan demikian akhlaq menurut Qardlawi (2003: 2007) dapat pula dimaknai
sebagai kebiasaan sebagai sesuatu hal yang memiliki pengaruh cukup besar dalam
kehidupan dan tingkah laku manusia. Kebiasaan ini, pada mulanya hanya bersikap
menuruti kesukaan terhadap sesuatu. Karena berulang kalinya hal itu dilakukan
sehingga menjadi kebiasaan.
Menghadapi kebiasaan ini, akal dan pikiran manusia terasa lemah dan tak
berdaya. Banyak orang yang telah mengetahui bahwa kebiasaannya buruk dan
membahayakan, tetapi sangat sulit untuk ditinggalkannya. Sehingga untuk itu
diperlukan iman yang dapat membimbing hati sanubari sebagai sumber kekuatan
manusia dan sekaligus menjadi landasan akhlaq yang paling utama. Melalui iman
yang tertanam dalam hati sanubari dikendalikannya kebiasaan, dicegahnya hal-hal
yang meragukan dan merugikan, dan ditumbuhkannya hasrat untuk selalu
melakukan kebaikan. Sehingga lahir dan tampaklah akhlaqul karimah (perilaku
yang baik).
Menurut al-Ghazali (1334 H: 73) menyatakan bahwa akhlaq dibagi dalam
4 (empat) kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu kriteria akhlaq yang baik dan
buruk, yaitu: kekuatan ilmu atau kekuatan hikmah, kekuatan marah yang
terkontrol oleh akal akan menimbulkan sifat syaja’ah, kekuatan nafsu syahwat,
dan kekuatan keseimbangan (keadilan). Ke empat kriteria ini merupakan syarat
pokok untuk mencapai derajat akhlaq yang baik secara mutlak. Sedangkan untuk
menanamkan akhlaq dalam diri seseorang, al-Ghazali (1334 H: 73) dalam kitab
Ihya ‘Ulumuddin menyatakan bahwa ada dua cara, yaitu:
1) Mujahadah dan membiasakan latihan dengan amal shaleh. Kedua
perbuatan itu dilakukan secara berulang-ulang. Selain itu, juga ditempuh
dengan jalan pertama, memohon karunia Ilahi dan sempurnanya fitrah
(kejadian), agar nafsu syahwat dan amarah itu dijadikan lurus, patuh
kepada akal dan agama. Mujahadah ini aakan mengantarkan orang yang
melakukannya pada akhlaq yang Baik tanpa belajar, atau langsung
mendapat predikat alim ( orang berilmu ) dari Allah atau sering disebut
juga ilmu laduniah.

2) Mujahadah dan riyadhah, yaitu dengan membawa diri kepada


perbuatan-perbuatan yang dikehendaki oleh akhlaq tersebut. Singkatnya
akhlaq berubah dengan pendidikan dan latihan.
D. Ibadah Mahdhah dan Ghair Mahdhah
1). Ibadah Mahdhah

Ibadah mahdhah bisa isebut juga ibadah khusus, yaitu ibadah yang
berhubungan langsung antara seorang hamba dengan Allah. Ibadah madhah yang
apa saja ditetapkan langsung oleh Allah akan tingkat, tata caranya dan perincian –
perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk Madhah yaitu:

1. Shalat,
2. Wudhu,
3. Tayammum,
4. Haji,
5. Umrah,
6. Puasa,
7. Mandi Hadats.

Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:


a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-
Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan
oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini selama
tidak ada perintah.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan
diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh. Misalnya memberi contoh
bagaimana tata cara melaksanakan beribadah yang benar. Karena rosul memiliki
tugas untuk menyampaikan wahyu dari Allah kepada ummat muslim.

Artinya :
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah…”(QS. An – Nisa : 64)
Artinya :

“Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang
dilarang, maka tinggalkanlah…”( QS. 59: 7)

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal
hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebuthikmah tasyri’.
Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya
bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai
dengan ketentuan syari‟at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat
dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan
hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk
dipatuhi.

Rumus Ibadah Mahdhah adalah = “KA + SS” (Karena Allah + Sesuai


Syariat)

2). Ibadah Ghairu Mahdhah


Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan
oleh Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong
menolong dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama
Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh
diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan
ibadah ini.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam
ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid‟ah” , atau jika ada yang menyebut nya,
segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah
hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,
manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika
menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh
dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

Rumus Ibadah Ghairu Mahdhah = “BB + KA” (Berbuat Baik + Karena


Allah)

E. Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah


Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang
disyari’atkan kecuali berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Apa yang tidak di
syari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak ), hal ini berdasarkan
sabda Nabi :
.‫علَ ْي ِه أ َ ْم ُرنَا فَ ُه َو َرد‬ َ ‫ع َمالً لَي‬
َ ‫ْس‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫ع َم ِِ َل‬
“ Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari Kami, maka amalan
tersebut tertolak.”

Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang


penting, yang menjadi syarat bagi diterimanya. Syarat-syarat diterimanya suatu
amal (ibadah) ada dua macam yaitu :

1. Ikhlas
“Katakan olehmu, bahwasannya aku diperintahkan menyembah Allah (beribadah
kepada-Nya) seraya mengikhlaskan ta’at kepada-Nya; yang diperintahkan aku
supaya aku merupakan orang pertama yang menyerahkan diri kepada-Nya.” (QS.
Az-Zumar :11-12)
2. Dilakukan secara sah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah
)110:‫فمن كان يرجوالقاءربه فليعمل عمالصالحاواليشرك بعبادةربه احدا (الكهف‬........
“Barang siapa mengharap supaya menjumpai Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang sholeh, dan janganlah ia mensyarikatkan seseorang
dengan tuhannya dalam ibadahnya itu”

Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha


illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh
dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat
Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul,
mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-
adakan.
Ulama’ ahli bijak berkata: inti dari sekian banyak ibadah itu ada 4, yaitu :
1. Melakasanakan kewajiban-kewajiban Allah
2. Memelihara diri dari semua yang diharamkan Allah
3. Sabar terhadap rizki yang luput darinya
4. Rela dengan rizki yang diterimanya.

F. Hikmah Ibadah Mahdhah


Pokok dari semua ajaran Islam adalah “Tawhiedul ilaah” (KeEsaan Allah)
, dan ibadah mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke
Esaan Allah itu, sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:

1. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus


menghadap ke arah ka’bah, itu bukan menyembah Ka’bah, dia adalah batu
tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah
shalat menghadap ke sana untuk menyatukan arah pandang, sebagai
perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke
arah sanalah kiblatnya (QS. 2: 144).
2. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan
pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku’), sujud dan
duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan sa’i, arah putaran dan
gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu.
3. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang
disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan
ibadah kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa
ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian
juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah
bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Manusia diciptakan untuk menyembah dan beribadah kepada
Allah. Bukan hanya manusia, namun Jin juga diciptakan untuk
menyembah dan beribadah kepada Allah.
Ibadah merupakan suatu uasaha kita untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Ibadah dalam islam itu ada dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ibadah
ghairu mahdhah. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai
dan ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah. Seorang
hamba yang ibadahnya ingin dikabulkan hendaklah haruis memenuhi 2 syarat
yaitu ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah s.a.w..

3.2. Saran
Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah, yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan waktu yang telah ditentukan. Harapan saya semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi saya sendiri dan para pembaca sekalian. Kami
memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam penulisan
dalam materi yang disuguhkan dalam makalah ini. Terakhir kami
sampaikan selamat membaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Miftah.(2012). Ibadah Mahdhoh dan Ghairu Mahdhoh.
https://www.scribd.com/doc/83927065/Ibadah-Mahdoh-Dan-Ghoiru-Mahdhoh.
Diakses pada 9 Oktober 2016
Shiddieq, Umay M.Dja’far. (2011). IBADAH MAHDHAH.
https://www.scribd.com/doc/65593010/IBADAH-MAHDHAH . Diakses pada 9
Oktober 2016
Hardian, Fauzan Hilmi.(2013). Ibadah Umat Islam.
http://syariah.yu.tl/files/ibadah-umat-islam.pdf . Diakses pada 9 Oktober 2016
Fityan. Ibadah. http://fityan.org/download.php?file=Ibadah.pdf . Diakses pada 9
Oktober 2016
Yuliantoro, Ahmad Taufiq. (2012). Memahami Ibadah Mahdhah dan Ghairu
Mahdhah. http://mas-yuli.blogspot.co.id/2012/04/memahami-ibadah-mahdhah-
dan-ghairu.html . Diakses pada 9 Oktober 2016
Bahtiyar, Yusuf.(2013). Pengerrtian, Hakikat dan Fungsi Ibadah. http://studi-
agama-islam.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-hakikat-dan-fungsi-ibadah.html .
Diakses pada 9 Oktober 2016
Anonim.(2014). Makalah Ibadah Mahdhoh dan Ibadah Bighairi Mahdhoh.
http://www.pusatmakalah.com/2014/12/makalah-ibadah-mahdhoh-dan-
ibadah.html . Diakses pada 9 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai